Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PERDARAHAN ANTEPARTUM
Perdarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara
kehamilan
minggu
ke-28
dan
awal
partus.
Pada satu kehamilan perdarahan dari traktus genitalis lebih sering dan serius jika terjadi pada
tempat plasenta dibandingkan dari sumber lain. Walaupun demikian plasenta menjadi organ
defenitif jauh lebih dini dari kehamilam 28 minggu dan perdarahan dapat terjadi lebih dini .
Meskipun perdarahan sesudah saat ini lebih sering terjadi. Walaupun perdarahan vaginal setelah
minggu ke29 harus dianggap mempunyai potensi serius . perdarahan pada saat yang lebih dini
dapat merupakan indikasi dari dua penyebab utama pedarahan anterpatum yaitu;
Plasenta
previa
Soluto
plasenta
3.1.
Plasenta
previa
3.1.1
Pengertian
Pada keaadaan normal . Plasenta berimplantasi atau terletak di bagian fundus uterus. Plasenta
previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat
menutup sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
3.1.2. Etiologi
Apa sebab terjadinya implatasi plasenta didaerah segmen bawah uterus tidak dapat dijelaskan.
Namun demikian terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan kekerapan
terjadi plasenta previa yaitu :
Parista
Makin banyak parista ibu, makin besar kemungkinan mengalami plasenta previa
Usia ibu pada saat hamil. Bila usia ibu pada saat hamil 35 tahun atau lebih, makin besar
kemungkinan kehamilan plasenta previa.
Umur dam paritas
- Pada primigravida umur diatas 35 th lebih sering dari umur dibawah 25 th.
- Pada paritas tinggi lebih sering dari pada paritas rendah
- Di Indonesia plasenta previa banyak dijumpai pada umur paritas kecil disebabkan banyak
wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium belum matang.
Adanya tumor-tumor : mioma uteri, polip endometrium.
Kadang-kadang pada malnutrisi
Klasifikasi
Berdasarkan atas terabaya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu,plasenta previa dibagi dalam 4 klasifikasi yaitu :
1) Plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jarngan plasenta
2) Plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan ternutup oleh jaringan plasenta
3) Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada terpat pada pinggir pembukaan
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
4) Plasenta letak rendah apabila tepi plasenta melampau segmen bawah tetapi tepinya tidak
mencapai ostium internum.
5)
3.1.3. Manifestasi klinis
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali,
biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
Pasien yang dating dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya rasa
sakit.
Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi letak
janin (letak lintang atau letak sunsang)
Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan. Sebagian
besar kasus, janinnya masih hidup.
Gejala utama
Perdarahan yang terjadi berwarna segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala
utama
Komplikasi
Anemia karena perdarahan
Syok
Janin mati lahir dalam keadaan premature dan asphyxia berat.
3.1.4. Patofisiologi
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan
ketiga kehamilan . Karena pada saat itu segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan berkaitan dengan makin tuanya kehamilan .
Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa dapat sejak kehamilan berusia 20
minggu. Pada usia kehamilan ini segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai menipis.
Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan serviks membuka. Dengan
demikian plasenta yang berimplitasi di segmen bawah uterus tersebut akan mengalami
pergeseran dari tempat implantasi dan akan menimbulkan perdarahan. Darahnya berwarna merah
segar, bersumber pada sinus uterus yang atau robekan sinis marginali dari plasenta.
3.1.5. Manajemen Therapeutik
Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk
tirah baring total dengan menghadap kiri, tidak melakukan sanggama, menghindari peningkatan
tekanan rongga perut missal batuk,mengedan karena sulit buang air besar)
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
DX II
Gangguan pemenuhan ketuban sehari-hariberhubungan dengan ketidakmampuan merawat diri
sekunder keharusan bedres
Tujuan :
Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan
komunikasi therapeutik
Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic diharapkan klien kooperatif dalam
melakukan asuhan keperawatan.
2. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar
Rasional engan membantu kebutuhan klien seperti mandi, BAB,BAK,sehingga kebutuhan
klien terpenuhi,
3. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
Rasional : Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang karena dilakukan oleh keluarga
sendiri dan klien merasa diperhatikan.
4. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
Rasional : Dengan mendekatkan alat-alat kesisi klien dengan mudah dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri.
5. Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat untuk memberikan bantuan
Rasional : Dengan memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.
DX III
Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta
Tujuan :
Gawat janin tidak terjadi
Intervensi :
1. Istirahatkan klien
Rasional : melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah
2. Anjurkan klien agar miring kekiri
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan meningkatkan
aliran balik vena ke jantung
3. Anjurkan klien untuk nafas dalam
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2 janin
terpenuhi
4. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen
Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga konsumsi pada
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
janin meningkat.
5. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroit
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ vital pada
janin.
DX IV
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat disajikan
sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya.
2. Jelaskan pada klien penyebab nyeri
Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien dapat beradaptasi dan
mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan klien.
3. Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan peregangan luka.
Rasional : Peregangan luka dapat meningkatkan rasa nyeri.
4. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.
Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan pada rasa
nyeri
5. Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam)
Rasional : Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan oksigen ke jaringan lancar dengan
harapan rasa nyeri dapat berkurang.
6. Kontrol vital sign klien
Rasional engan mengontrol/menukur vital sign klien dapat diketahui kemunduran atau
kemajuan keadaan klien untuk mengambil tindakan selanjutnya.
7. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgetik
Rasional : Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeridapat berkurang.
3.2. Solusio Plasenta
3.2.1. Pengertian
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
3.2.2. Etiologi
Belum diketahui pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma
eksternal, tali pusat pendek, dekompresi terus mendadak, anomali atau tumor uterus, difisiensi
gizi, merokok, konsumsi alcohol, penyalahgunaan kokain, serta obstruksi vena kana inferior dan
vena ovarika.
3.2.3. Patofisiologi
Terjadinya solusio plasentae dipicu oleh perdarahanke dalam basalis yang kemudian terbelah dan
meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma
desidual yang menyebabkan pelepasan,kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang
berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan
memutuskan lebih banyak pembuluh darah. Hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai
tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu
berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir
keluar dapt melepaskan selaput ketuban.
3.2.4. Manifestasi Klinis
Anamnesis : perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginam berwarna
kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri
perut, uterus tegang, perdarahan pervaginam yang banyak, syok dak kematian janin intrauterine.
Pemeriksaan fisik tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
Pemeriksaan obstetric : nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin sukar dinilai,
denyut jantung janin sulit dinilai atau tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena
tercampur darah.
3.2.5. Manajemen Terapeutik
Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk anjuran pasien untuk
tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama, menghindari
peningkatan tekanan rongga perut (misalnya batuk, mengedan karena sulit buang air besar).
Pasang infus cairan NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, berikan cairan peronai.
Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau
syok akibat pendarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila terdapat rejatan,segera
lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah. Bila tidak teratasi, Upayakan Penyelamatan optimal
bila teratasi. Perhatikan keadaan janin.Setelah rejatan diatasi, pertimbangkan seksio sesarea bila
janin masih hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama. Bila rejatan
tidak dapat diatasi, upayakan tindakan penyelamatan yang optimal.Setelah syok teratasi dan
janin mati, lihat pembukaan. Bila lebih dari 6 cm,pecahkan ketuban lalu infuse oksitosin. Bila
kurang dari 6cm lakukan seksio sesarea.Bila tak terdapat rejatan dan usia gestasi kurang dari 37
minggu atau taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr.Penanganan berdasarkan berat atau
ringannya penyakit yaitu :
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
Tinggi badan dan berat badan (sebelum hamil dan setelah hamil)
Sistem kardiovaskuler, hipotensi, tachicardi, dan cyanosis)
Sistem perkemihan (intake dan output)
Sistem integument (udem,pucat, kulit dingin)
Sistem reproduksi (pemeriksa leopoid I IV, kontraksi uterus yang meningkat. Status
serviks, perdarahan dengan darah warna merah kehitaman. Fundus uteri yang makin tinggi).
Status janin (DJJ menurun, pergerakan janin menurun).
7). Pemeriksaan penunjang (EKG,USG, laboraturium{darah lengkap, urine, dan kimia darah})
b). Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan serta umum berhubungan dengan hipovelemik shock.
2) Gangguan perfusi jaringan : perdarahan berhubungan dengan gangguan pembekuan darah
3) Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan efek negatif dari perdarahan atau
pengeluaran kehamilan
4) Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang tidak
adekuatnya pada plasenta
c). Intervensi Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan secara umum berhubungan dengan hipovolemik shock
Tujuan : pefusi jaringan adekuat
Kriteria :
Tanda vital dalam batas normal
Kulit hangat dan kering
Nadi perifer adekuat
Tindakan mandiri :
a). Monitor tanda vital (TD, nadi, nafas,suhu, dan palpasi nadi perifer secara rutin)
R : permonitoran tanda vital dapat menunjukkan indikasi terjadinya pemulihan atau penurunan
sirkulasi
b.) Kaji dan catat perdarahan pervaginam dan peningkatan tinggi fundus uteri.
R : Sebagai petunjuk untuk tindakan kedaruratan selanjutnya
c.) Monitor intake dan output untuk memperbaiki sirkulasi volume cairan.
R : pemberian intake cairan (secara parenatal) dapat membantu mempertahankan volume
sirkulasi
Tindakan kolaborasi :
a. Pemberian oksigen sesuai indikasi
R : Pemberian oksigen dapat meningkatkan sirkulasi O2 pada jaringan
b. Pemberian tranfusi darah sesuai indikasi
R : pemberian tranfusi darah dapat membantu sirkulasi ke jaringan
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
2). Gangguan perfusi jaringan : perdarahan berhubungan dengan gangguan pembekuan darah
Tujuan : perfusi jaringan adekuatnya dan perdarahan teratasi
Kriteria :
Keadaan umum ibu baik
Pembekuan darah normal
Tanda vital dalam batas normal
Sirkulasi darah baik
Tindakan mandiri :
a. Kaji dan monitor perdarahan pervaginam yang abnormal
R : dapat dijadikan sebagai indikator dari faktor kegagalan pembekuan darah
b. Monitor sirkulasi darah serta tanda DIC (turunnya tingkat kekenyalan fibrinogen,
pertambahan prothrombin, tromboplastin dan pembekuan darah)
R : dapat mengintervensi tindakan selanjutnya yang cepat dan sesuai dengan masalah yang
ditemukan.
c. Pemberian trasfusi dan komponen darah sesuai dengan indikasi
R : tranfusi darah dapat membantu pengurangan faktor pembekuan karena proses pembekuan
yang abnormal .
d. Pemberian obat sesuai dengan indikasi
R : pemberian obat untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi kegagalan faktor
pembekuan darah
3). Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang tidak
adekuat pada plasenta
Tujuan : perfusi oksigen pada janin adekuat
Kriteria :
DJJ normal (120-160 x/menit)
Kebutuhan oksigen janin terpenuhi
Kontraksi uterus normal
HIS normal
Pergerakan janin baik
Tindakan mandiri :
a) Monitor DJJ dan pergerakan janin
R : gangguan perfusi plasenta dapat menurunkan oksigenisasi pada janin, sehingga pergerakan
janin dan DJJ tidak normal
b). Anjurkan ibu mempertahankan posisi tidur lateral
R : posisi lateral dapat memberikan sirkulasi yang optimum pada uterus dan plasenta
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
Tindakan kolaborasi :
a). Pemberian Oksigen sesuai indikasi
R : pemberian oksigen akan membantu sirkulasi oksigen ke janin menjadi adekuat
b). Menyiapkan klien untuk memeriksakan amniosintesis jika diperlukan
R : pemeriksaan amniosintesis dapat dijadikan indicator kegawatan darurat janin.
c). Persiapkan klien untuk dilakukan tindakan emergensi seperti section caesaria
R : tindakan section merupakan salah satu alternative menghindari terjadinya fetal distress
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN HYPEREMESIS
4.1. Pengertian
Hyperemasis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari dan
keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering
dijumpai pada kehamilan trismeter 1. Kurang lebih pada 6 minggu setelah haid terakhir selama
10 minggu. Sekitar 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida mengalami mual dan
muntah. Namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1.000 kehamilan.
4.2. Etiologi
Belum diketahui pasti, namun beberapa faktor mempunyai pengaruh antara lain :
a) Faktor predisposisi, yaitu pamigravida, mola hidatidosa,dan kehamilan ganda
b) Faktor organic, yaitu alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolic
akibat hamil dan resistansi ibu yang menurun
c) Faktor psikologi
4.3. Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia.,penurunan klorida urin. Selanjutnya terjadi
hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah kejaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat
toksit. Pemakaian cadangan karbonhidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak
sempurna sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan
selanjutnya menambah frekuensu muntah marusak hepar. Selaput lender esofagus dan lambung
dapat robek (sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.
4.4
Manifestasi klinis
Menurut berat ringannya gejala, hiperemisis grafidarum dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :
a) Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah, nafsu
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
makan tak ada, berat badan turun dan nyeri apigastrium. Frekwensi nadi pasien naik sekitar 100
x/menit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.
b) Tingkat II
Pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang naik dan mata
sedikit icterik. Berat badan pasien turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi,
dan napas bau aseton.
c) Tingkat III.
Kesadaran pasien menurun dari samnolen sampai koma, muntah berhenti nadi kecil dan cepat,
suhu meningkat dan tekanan darah makin turun.
4.5 Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan yaitu :
a) Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang baik.
Kalori yang diberikan secara parenteral dengan glukosa 5 % dalam cairan fisiologis sebanyak 2
3 liter sehari.
b) Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan
c) Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik, coba berikan
makanan dan minimaman yang sedikit demi sedikit ditambah.
d) Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital
e) Dianjurkan pemberian vitamin B1 Dan B6 ditambah
f) Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien penyakitnya bisa disembuhkan serta
menghilankan rasa takut hamil dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis.
4.6. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian pendekatan yang sistemik untuk mengumpulkan data, mengelompokkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk perawatan klien. Tujuan
utama dari pengkajian adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai
keadaan kesehatan klien yang memungkinkan perawat merencanakan asuhan keperawatan pada
klien.
Langkah pertama dalam pengkajian klien hyperemisis gravidarum adalah mengumpulkan data.
Adapaun data-data yang akan dikumpulkan adalah :
a) Data Riwayat Kesehatan.
1. Data Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh klien sesuai dengan
gejala-gejala pada hyperemisis gravidarum yaitu : mual, muntah yang terus menerus, merasa
lemah dan kelelahan, merasa haus, terasa asam dimulut, konstipasi dan demam.Kemudian dapat
juga ditemukan berat badan yang menurun, turgor kulit yang jelek, gangguan elektrolit.
Terjadinya oliguria, tachicardi mata cekung dan ikterik.
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
pada ekonomi tingkat menengah ke bawah, hal ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang
dimiliki.
h) Data penunjang
Data penunjang didapat dari hasil laboratorium yaitu pemeriksaan darah dan urine. Pemeriksaan
darah yaitu nilai haemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan homokonsentrasi
yang berkaitan dengan dehidrasi. Pemeriksaan urinalisa yaitu urine yang sedikit dan mempunyai
konsentrasi yang tinggi sebagai akibat dehidrasi. Terdapatnya aseton dalam urine.
Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian yang telah diuraikan maka ada beberapa kemungkinan diagnosa
keperawatan yaitu:
1) Kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah yang berlebihan
dan pemasukan yang tidak adekuat (ireneM. Bobak, 1995: 637)
2) perubahan nutrisi ; b/d mual dan muntah yang terus menerus (Irene M.Bobak :638)
3) gangguan rasa nyaman : nyeri pada epigastrium b/d muntah yang berulang ( Marie
S Jaffe . 1989 hal 37 )
4) Gangguan eliminasi : konstipasi b/d intake makanan yang tidak adekuat ( Marie S .
Jaffe . 1989 hal 37 )
5) Tidak efektif nya pola pertahanan diri b/d efek psikologis terhadap kehamilan dan
perubahan sebagai ibu ( Sharon J Reeder .1987 hal 748)
6) Potensial perubahan nutrisi fetal b/d berkurang nya peredaran darah makanan ke
janin ( ( Sharon J Reeder .1987 hal 748)
Perencanaan
1) Kekurangan cairan dan elektrolit b/d muntah yang berlebihan dan pemasukan yang tidak
adekwat
Tujuan : Kebutuhan cairan dan elektrolit tidak terganggu
Intervensi :
Istirahatkan klien di tempat yang nyaman
Rasional : Istirahat akan menurunkan kebutuhan energi.Kerja metabolisme tidak meningkat
sehingga tidak merangsang untuk tidak terjadinya mual dan muntah
Monitor vital sign serta tanda tanda dehidrasi
Rasional : Dengan mengobservasi tanda-tanda kekurangan cairan dapat diketahui keadaan umum
klien dan sejauh mana kekurangan cairan pada klien.Tekanan darah menurun, suhu meningkat
dan nadi meningkat merupakan tanda-tanda dehidrasi dan hipovolemia
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
Rasional : makanan yang kering dan tidak merangsang pencernaan dapat mengurangi mual dan
muntah .
Beri klien motivasi agar mau menghabiskan makanan
Rasional : Klien merasa diperhatikan dan mau menghabiskan makanan
Timbang berat badan klien.
Rasional : Dengan menimbang berat badan dapat diketahui keseimbangan berat badan sesuai
usia kehamilan dan pengaruh nutrisi.
3) Gangguan rasa nyaman : Nyeri pada epigastrium b/d muntah yang berulang.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi .
Intervensi :
Kaji tingkat nyeri.
Rasional : dengan mengkaji tingkat nyeri dapat diketahui tingkat nyeri pada klien
dan tindakan selanjutnya .
Atur posisi klien dengan kepala lebihtinggi selama 30 menit setelah makan
Rasional : Dengan posisi kepala lebih tinggi dapat mengurangi tekanan pada
gastroinstestinal sehingga mengurangi muntah yang berulang .
Perhatikan kebersihan mulut klien sebelumdan sesudah muntah .
Rasional : Kebersihan mulut yang baik dan terpelihara dapat menimbulkan ras nyaman dan
muntah berkurang .
Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional : Dengan mengalihkan perhatian diharapkan klien dapat melupakan rasa
nyeri akibat muntah yang berulang.
Anjurkan klien untuk beristirahat dan batasi pengunjung
Rasional : Dengan istirahat yang cukup dan membatasi pengunjung dapat
menambah ketenangan klien .
Kolaborasi pemberian obat anti emetik dan sedative dengan dokter
Rasional : Obat anti emetic mengurangi muntah danobat sedative membuat klien
tenang sehingga mengurangi rasa nyeri .
4). Gangguan eliminasi : konstipasi b/d intake makanan yang tidak adekuat.
Tujuan :Eliminasi teratur.
Intervensi :
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
Pengobatan
Keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil, dan dalam laktasi yang di anjurkan adalah:
FNB Amerika Serikat (1958): 12 mg-15mg-15mg.
LIPI Indonesia (1968): 12mg-17mg-17mg.
Kemasan zat besi dapat di berikan peroral atau parenteral.
Per oral: sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3-5 x0,20mg.
Parenteral: di berikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per oral atau absorbsi di saluran
pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intra muskuler atau intravena. Kemasan ini
antara lain : imferon, jectover, dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat dibandingkan per oral.
Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik tau pernisiosa. Penyebany adalah karena
kekurangan asam folik, jarang sekali akibat karena kekurangan vitamin B12. biasanya karena
malnutrisi dan infeksi yang kronik
Pengobatan:
asam folik 15-30mg per hari
vitamin B12 31 tablet per hari
sulvas ferosus 31 tablet per hari
pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat di
berikan tranfusi darah.
Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah
baru, untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan:
Darah tepi lengkap
Pemeriksaan pungsi sternal
Pemeriksaan retikulosit dan lain-lain.
Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya ini disebabkan oleh :
Faktor intracorpusculer : dijumpai pada anemia hemolitik heriditer ; talasemia;
anemia sickle ( sabit); hemoglobinopati C, D,G, H , I; dan parasismal nocturnal
hemoglobinuria.
Faktor ekstrakorpuskuler: disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan
dapat beserta obat-obatan ; leukemia, dll
Gejala utama adalah : Anemia dengan kelainan- kelainan gambaran darah, kelemahan, kelelahan
serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/
Evaluasi
Evaluasi dari proses keperawatan adalah menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan
peilaku klien dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien teratasi. Disamping itu perawat
juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan yangh ditetapkan belum tercapai
dan proses keperawatan segera dimodifikasi.
BAB VI
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pre-eklamsi adalah penyakit dengan tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena
kehamilan . penyakit ini mungkin timbul pada triwulan ketiga kehamilan , tetapi dapat terjadi
sebelumnya misalnya karea molahidatidosa.( Winknjosastro, 1997:282)
Perdarahan antepartum (HAP) merupakan perdarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara
kehamilan mingggu ke -28 dan awal partus . Penyebab utama perdarahan antepartum adalah:
Plasenta previa.
Solutio plasenta.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan seharihari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk .
Gangguan hematology adalah kelainan darah yang dapat ditemui pada ibu hamil yang dapat
menyebabkan kematiaqn pada janin maupun pada ibu.
Keempat factor diatas harus diwaspadai bila terjadi pada masa kehamilan dan perlu penanganan
lebih dini .
5.2. Sasaran
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien pre-eklamsia, perdarahan antepartum ,
hyperemesis, gangguan hematologi di perlukan pengkajian secara lengkap agar dapat
menetapkan diagnosa keperawatan secara cepat dan tepat terhadap klien sehingga tercapainya
peningkatan kesejahteraan ibu dan anak.
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askeppada-pasien-perdarahan-antepartum/