Está en la página 1de 6

TUGAS MATA KULIAH SISTEM CUACA MESOSCALE

NAMA : SISKA ANGGRAENI


NPT : 14.15.0028
ANALISIS CUACA EKSTREM JABODETABEK 17-18 APRIL 2016
Pada tanggal 17 dan 18 April 2016 lalu telah terjadi cuaca ekstrem berupa hujan lebat
disertai petir angin kencang di kawasan Jabodetabek.

http://bpbd.jakarta.go.id

http://bpbd.jakarta.go.id 1http://news.okezone.com/read/2016/04/17/338/1365180/hujanderas-pohon-tumbang-di-jalan-bintaro

Berikut adalah hasil analisis berdasarkan skala meteorologi:


1. Skala global
Berdasarkan citra satelit 17 April 00.30UTC terlihat liputan awan memanjang
sepanjang ekuator yang menunjukkan adanya gangguan cuaca ITCZ. Konvergensi pada
1

ITCZ inilah yang dapat mendukung pertumbuhan awan-awan konvektif di kawasan yang
dilaluinya.
Pada citra satelit tanggal 18 April 00.30 UTC, liputan awan memanjang di ekuator
sudah tidak terlihat mengindikasikan gangguan cuaca tersebut melemah.

2. Skala Regional
Berdasarkan analisis Isobar tanggal 17 April pukul 00.00 UTC, palung tekanan
rendah nampak jelas terlihat di sebelah selatan ekuator (garis merah), berupa tekanan
rendah 1010 hPa. Pada tanggal 18 April, palung tekanan rendah masih terlihat.

Berdasarkan analisis streamline 17 dan 18 April pukul 00.00UTC, terdapat area


konvergensi di wilayah Jakarta. Kondisi ini menyebabkan terjadi pengumpulan massa
udara yang mendukung pertumbuhan awan-awan konvektif di kawasan Jabodetabek.

3. Skala Lokal (Meso scale)


Berdasarkan analisis sounding tanggal 17 April pukul 00.00 UTC berikut, nilai
CAPE sebesar 2295 J/kg berarti konveksi sedang. Nilai SWEAT sebesar 203,6 masuk
kriteria adanya kemungkinan terjadi TS. K-indeks sebesar 35,10 masuk kriteria
kemungkinan terjadinya TS sebesar 61 80 %. Lift-indeks sebesar -4,46 termasuk
kriteria atmosfer dalam keadaan tidak stabil, badai guntur kuat dengan kilat dapat terjadi.
Lapisan inversi terlihat pada ketinggian sekitar 100 meter.
Berdasarkan analisis sounding tanggal 18 April pukul 00.00 UTC berikut, nilai
CAPE sebesar 1119 J/kg masuk dalam kriteria konveksi sedang. Nilai SWEAT sebesar
209,6 masuk kriteria pertumbuhan awan cumulus. K-indeks sebesar 36,5 masuk kriteria
kemungkinan terjadinya TS sebesar 81 90 %. Lift-indeks sebesar -3,6 termasuk kriteria
atmosfer dalam keadaan tidak stabil, badai guntur kuat dengan kilat dapat terjadi. Terjadi
inversi kenaikan suhu di atmosfer lapisan bawah pada ketinggian <100 meter, yang
mendukung kondisi atmosfer lebih stabil bola dibandingkan hari sebelumnya.

Berdasarkan analisis citra satelit tanggal 17 April 2016, Pada citra satelit MTSAT
untuk kanal IR1 terlihat pertumbuhan awan konvektif yang signifikan di wilayah
Jabodetabek pukul 07.00 UTC 12.00 UTC. Dari klasifikai jenis awan, diketahui awan
yang terbentuk adalah Cumulonimbus yang berpotensi menghasilkan hujan sedang hingga
lebat. Terlihat pertumbuhan awan konvektif sejak pukul 04.00 UTC di wilayah Jawa Barat
bagian utara, kemudian meluas hampir ke wilayah Jabodetabek hingga seluruh Jawa Barat.
Hal ini menyebabkan terjadinya hujan dengan intensitas sedang - lebat secara terus menerus
di wilayah Jabodetabek hingga pukul 12.00 UTC.

06
UTC

08
UTC

10
UTC

12

KESIMPULAN

Kejadian hujan lebat disertai petir dan angin kencang pada tanggla 17 dan 18 April 2016
di wilayah Jabodetabek merupakan kombinasi antar sirkulasi atmosfer global, regional dan lokal.
Adanya ITCZ, menyebabkan konvektif di sekitar wilayah Jabodetabek. Sistem cuaca skala
global ini sangat mempengaruhi sistem cuaca skala regional dan lokal. Adanya kombinasi dari
kondisi cuaca global, regional dan lokal di atas menyebabkan atmosfer dalam keadaan labil.
Hujan sangat lebat yang terjadi merupakan kombinasi antara proseskonveksi dan konvergensi.

También podría gustarte