Está en la página 1de 21

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan HidayahNya penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “ Pengambilan Keputusan dalam
Kepemimpinan” dengan baik dan lancer.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur sekaligus sebagai bahan diskusi
semester ganjil mata kuliah Kapita Selekta Kewirausahaan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penyusunan makalah ini tidak akan
terwujud tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada :

1. Bpk. M. Buswari selaku Dosen pembimbing mata kuliah Kapita Selekta


Kewirausahaan di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Brawijaya.

2. Keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan kita.

3. Teman – teman Program studi Ilmu Politik Universitas Brawijaya.

4. Universitas Brawijaya yang telah memberikan fasilitas untuk menunjang


terselesaikannya

5. makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna. Sehingga penulis
membutuhkan saran dan kritik semata – mata demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca serta bisa
menambah ilmu dan pengetahuan kita. Amin.

Malang, 29 Maret 2010

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………….…….….. i

Daftar Isi………………………………………………………………………….……… ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………… 2

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………….. 2

1.4 Manfaat………………………………………………………………………...... 2

BAB II Pembahasan

2.1 Pengambilan keputusan dalam Kepemimpinan…………………………………… 3

2.1.1 Definisi Keputusan……………………………………………………………. 3

2.12 Teori Pengambilan Keputusan………………………………………………… 3

2.2 Jenis – Jenis Pemimpin…………………………………………………………….…. 7

2.2.1 Dari Sudut Pandang Pengangkatannya……………………………………….... 7

2.2.2 Dari sudut pandan keresmian kedudukannya………………………………….. 7

2.2.3 Dari gaya memimpinnya…………………………………………………….… 8

2.3 Proses pengambilan keputusan…………………………………………………….…. 9

2.3.1 fase kemunculan keputusan………………………………………………….... 9

2.3.2 Model dan metode pengambilan keputusan………………………………..… 10

2.4 Kesalahan umum dalam pengambilan keputusan………………………………….... 11


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………. 14

3.2 Pendapat Kelompok ………………………………………………………………… 15

Dafrat Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berbicara mengenai kepemimpinan berarti berbicara tentang pimpinan,dan orang yang


dipimpin. Setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan kelompoknya manakala dia
dipilih untuk membimbing anggotanya agar tujuan kelompok tercapai.jika seeorang berhasil
memimpin dirinya sendiri pada akhirnya dia juga akan mudah memimpin suatu
kelompok,walaupun pada kenyataanya memimpin diri sendiri lebih mudah dari pada
memimpin suatu kelompok atau organisasi.seorang pemimpin selalu memperoleh pengalaman
yang kurang menyenangkan dan kesulitan dalam mengambil keputusan yang benar.

Kepemimpinan seseorang dalam suatu kelompok atau organisasi terkadang dapat


menimbulkan rasa tidak puas atau tertekan bagi anggota kelompoknya,hal ini karena
pemimpin tidak menguasai strategi untuk memimpin kelompok atau salah dalam mengambil
keputusan,sehingga kekacauan dan ketidakteraturan dapat terjadi dalam sebuah kelompok.

Agar seorang pemimpin berhasil dalam menjalankan kepemimpinanya maka dalam


mengambil keputusan haruslah tepat dan tidak terlalu merugikan banyak pihak dan pada
akhirnya tujuan suatu kelompok terseput dapat dicapai. dan dalam mengambil suatu
keputusan bukan hal yang mudah bagi seorang pemimpin,ada berbagai tehnik yang digunakan
dalam mengambil keputusan,dan juga pemimpin haruslah terpercaya,bertanggung
jawab,cerdas dan masih banyak lagi hal-hal yang harus dimiliki pemimpin.

1
2

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimanakah jenis – jenis pemimpin?

2. Bagaimana cara-cara dalam mengambilan keputusan?

3. Bagaimana terjadinya masalah-masalah dalam pengambilan keputusan ?

1.3 TUJUAN

1. Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini untuk mengetahui jenis – jenis pemimpin
yang ada.

2. Agar kita mengetahui cara-cara dalam mengambil keputusan

3. agar kita lebih mengerti masalah-masalah dalam pengambilan keputusan

1.4 MANFAAT

1. Secara teoritis dan akademis untuk memberikan kontribusi pada ilmu pengetahuan.

2. Secara praktis,makalah ini untuk memberikan penjelasan mengenai pangambilan


keputusan dalam kepemimpinan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengambilan Keputusan dalam Kepemimpinan

2,1.1 Definisi Keputusan

Menurut Ralp C. Davis

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas,

 Menurut James A.F Stroner

Keputusan Adalah pemilihan di antara alternatif – alternatif.

Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu :

a. Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan

b. Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik.

Ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu semakin mendekati pada tujuan

Dari pengertian – pengertian diatas dapa ditarik kesimpulan bahwa keputusan adalah
pemecahan masalah dengan cara memilih satu alternatif diantara beberapa alternatif yang ada.

2.1.2 Teori Pengambilan keputusan

1. Teori Rasional Komprehensif

Barangkali teori pengambilan keputusan yang biasa digunakan dan diterima oleh banyak
kalangan aadalah teori rasional komprehensif yang mempunyai beberapa unsur

a. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari
masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat
diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan menurut prioritas masalah)

b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat keputusan sangat
jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya.
c. Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara saksama.

d. Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan prioritas.

e. Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk membandingkan dengan
alternatif lain.

f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan, nilai, dan
sasaran yang ditetapkan

Teori rasional komprehensif ini menuntut hal-hal yang tidak rasional dalam diri pengambil
keputusan. Asumsinya adalah seorang pengambil keputusan memiliki cukup informasi
mengenahi berbagai alternatif sehingga mampu meramalkan secara tepat akibat-akibat dari
pilihan alternatif yang ada, serta memperhitungkan asas biaya manfaatnya.dan
mempertimbangkan banyak masalah yang saling berkaitan

Pengambil keputusan sering kali memiliki konflik kepentingan antara nilai-nilai sendiri
dengan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat. Karena teori ini mengasumsikan bahwa
fakta-2 dan nilai-nilai yang ada dapat dibedakan dengan mudah, akan tetapi kenyataannya
sulit membedakan antara fakta dilapangan dengan nilai-nilai yang ada.

Ada beberapa masalah diperbagai negara berkembang seperti Indonesia untuk menerapkan
teori rasional komprehensif ini karena beberapa alasan yaitu

- Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap sehingga tidak bisa dipakai untuk dasar
pengambilan keputusan. Kalau dipaksakan maka akan terjadi sebuah keputusan yang kurang
tepat.

- Teori ini diambil/diteliti dengan latar belakang berbeda dengan nagara berkembang ekologi
budanyanya berbeda.
- Birokrasi dinegara berkembang tidak bisa mendukung unsur-unsur rasional dalam
pengambilan keputusan, karena dalam birokrasi negara berkembang kebanyakan korup
sehingga menciptakan hal-hal yang tidak rasional.
5

2. Teori Inkremental

Teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara menghindari banyak masalah yang harus
dipertimbangkan dan merupakan madel yang sering ditempuh oleh pejabat-pejabat
pemerintah dalam mengambail keputusan. Teori ini memiliki pokok-pokok pikiran sebagai
berikut:

a. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk
mencapanya merupakan hal yang saling terkait.

b. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang langsung


berhubungan dengan pokok masalah, dan alternatif-alternatif ini hanya dipandang berbeda
secara inkremental atau marjinal

c. Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenahi sebab dan akibatnya.

d. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redifinisikan secara teratur dan
memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan sarana
sehingga dampak dari masalah lebih dapat ditanggulangi.

e. Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap masalah.
Sehingga keputusan yang baik terletak pada berbagai analisis yang mendasari kesepakatan
guna mengambil keputusan.

f. Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya dalah memperbaiki atau melengkapi


keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan penyempurnaan.

Karena diambil berdasarkan berbagai analisis maka sangat tepat diterapkan bagi negara-
negara yang memiliki struktur mejemuk. Keputusan dan kebijakan diambil dengan dasar
saling percaya diantara berbagai pihak sehingga secara politis lebih aman. Kondisi yang
realistik diberbagi negara bahwa dalam menagmbil keputusan/kebijakan para pengambil
keputusan dihadapkan pada situasi kurang baik seperti kurang cukup waktu, kurang
pengalaman, dan kurangnya sumber-sumber lain yang dipakai untuk analsis secara
komprehensif.
6

Teori ini dapat dikatakan sebagai model pengambilan keputusan yang membuahkan hasil
terbatas, praktis dan dapat diterima.

Ada beberapa kelemahan dalam teori inkremental ini

- keputusan–keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan


dari kelompok yang kuat dan mapan sehingga kepentingan kelompok lemah terabaikan.

- Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan tidak
memperhatikan berbagai macam kebijakan lain

- Dinegara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang inkremental tidak tepat
karena negara berkembang lebih membutuhkan perubahan yang besar dan mendasar.

3. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory)

Beberapa kelemahan tersebut menjadi dasar konsep baru yaitu seperti yang dikemukakan oleh
ahli sosiologi organisasi Aitai Etzioni yaitu pengamatan terpadu (Mixid Scaning) sebagai
suatu pendektan untuk mengambil keputusan baik yang bersifat fundamental maupun
inkremental. Keputusan-keputusan inkremental memberikan arahan dasar dan melapangkan
jalan bagi keputusan-keputusan fundamental sesudah keputusan-keputusan itu tercapai.

Model pengamatan terpadu menurut Etzioni akan memungkinkan para pembuat keputusan
menggunakan teori rasional komprehensif dan teori inkremental pada situasi yang berbeda-
beda.

Model pengamatan terpadu ini pada hakikatnya merupakan pendekatan kompromi yang
menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif dan model inkremental dalam
proses pengambilan keputusan.
7

2.2 Jenis – jenis pemimpin

Dalam bahasa Inggris, pemimpin disebut leader dari akar kata to lead. Dalam kata kerja itu
terkandung beberapa arti yang saling berhubungan erat: bergerak lebih awal, berjalan di
depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan
pikiran/pendapat orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui
pengaruhnya. Dengan demikian, seorang pemimpin adalah seorang yang bergerak lebih awal,
berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori,
mengarahkan pikiran/pendapat/tindakan orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan
orang lain melalui pengaruhnya.

Kepemimpinan merupakan masalah yang mempunyai banyak segi. Oleh karena itu, kita
dapat memandangnya dari berbagai sudut: cara pengangkatannya, keresmian kedudukannya,
kemampuannya, gaya kepemimpinannya. Dari perbedaan sudut pandang itu kita dapat
mengelompokkan pemimpin menjadi beberapa jenis:

2.2.1 Dari Sudut Pandang Pengangkatannya

 Pemipin keturunan - Pemimpin paksaan


Seseorang dapat menjadi pemimpin dengan berbagai cara. Ada yang karena keturunan
seperti raja-raja zaman dahulu atau kiai di pesantren. Ada yang karena dipilih menurut aturan
pemilihan tertentu, seperti Presiden. Ada yang ditunjuk oleh penguasa yang lebih tinggi,
seperti kepala kantor di Indonesia. Ada yang begitu saja tumbuh menjadi pemimpin, seperti
kebanyakan pemimpin informal dalam masyarakat pedesaan. Ada yang karena dipaksa oleh
keadaan yang mendesak, seperti para tokoh kemerdekaan di pelbagai negara ketika terjadi
perebutan kekuasaan.

2.2.2 Dari Sudut Keresmian Kedudukannya

 Pemimpin resmi – pemimpin tidak resmi


Pemimpin resmi adalah pemimpin yang menduduki kursi kepemimpinan yang termasuk
dalam suatu lembaga tetap dalam masyarakat. Presiden, menteri, gubernur, kepala desa,
adalah contoh pemimpin resmi dalam megara Indonesia. Mereka ini mempunyai nama
jabatan dan tugas tanggung jawab yang sudah dirumuskan dengan tegas. Sedangkan
8

pemimpin tidak resmi adalah pemimpin yang tidak menduduki suatu tempat tertentu dalam
kerangka struktur kemasyarakatan. Mereka ini tidak memiliki nama jabatan serta tidak
dibebani tugas dan tanggung jawab yang jelas. Namun daya kepemimpinannya terasa dalam
peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang penting. Mereka mampu menggerakkan dan
mengarahkan kegiatan sekelompok orang tertentu untuk mencapai suatu tujuan dan cita-cita
bersama.

2.2.3 Dari Gaya Memimpinya

Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai tingkat atau pengendalian yang digunakan oleh
seorang pemimpin terhadap anggota kelompoknya. Gaya kepemimpinan pada umumnya
dibagi menjadi lima kelopok

a. Authoritarian.

Dalam gaya authoritarian ini, seorang pemimpin adalah seorang pengendali (controler). Kata-
kata yang diucapkannya adalah hukum atau peraturan dan tidak dapat diubah. Seorang
pemimpin dalam gaya authoritarian ini, biasanya menyandarkan diri pada aturan-aturan,
monopoli tindak komunikasi dan seringkali meniadakan umpan balik dari anggota lainnya.
Kelompok yang menggunakan gaya kepemimpinan ini memiliki kemungkinan terorganisasi
dengan baik dan produktif, namun hubungan antarpribadi (internal reletionship) di antara para
anggota kelompok cenderung renggang dan antagonistik.

b. Bureaucratic.

Sedangkan dalam gaya kepemimpinan birokratik, pimpinan bertindak sebagai pengawas atau
sepervisor dan mengkoordinasikan aktivitas kelompok. Pedoman dari gaya kepemimpinan ini
adalah ‘organisasi’, bukan diri seorang pemimpin seperti yang ada dalam gaya authoritarian.
Seorang pemimpin birokratik memandang hubungan sosial sebagai hal yang tidak
dikehendaki, karenanya ia lebih suka menjauhkan dan tidak memperhatikan persoalan-
persoalan antarpribadi yang dihadapi para anggotanya. Pemimpin birokratik cenderung
berkomunikasi melalui saluran tertulis secara resmi. Kelompok yang memakai gaya
kepemimpinan ini akan lebih produktif sebab segala sesuatunya terorganisasi dengan baik,
namun ada kecenderungan dari anggota kelompok untuk bersikap apatis.

9
c.Diplomatic.

Pemimpin yang menggunakan gaya diplomatik adalah seorang manipulator,artinya ia


melaksanakan kepemimpinannya supaya menjadi pusat perhatian para anggota kelompoknya.

Pemimpin yang diplomatis cenderung untuk sedikit menggunakan kontrol atau setidaknya
lebih halus dalam memakai kontrol tersebut dan lebih luwes dibanding pemimpin
authoritarian. Ia tidak terpaku terhadap satu aturan khusus dan karenanya lebih bebas untuk
menggunakan strategi-strategi tertentu guna memanipulasi orang lain. Dengan demikian,
pemimpin diplomatik terbuka dengan adanya sarana dan umpan balik yang demokratis dari
anggota kelompoknya.

d. Democratic.

Dalam gaya kepemimpinan demokratik, pemimpin tidak banyak menggunakan kontrol


apabila dibandingkan dengan ketiga gaya kepemimpinan sebelumnya. Pemimpin demokratik
mengharapkan seluruh anggotanya untuk berbagi tanggung jawab dan mampu
mengembangkan potensi kepemimpinan yang dimilikinya. Pemimpin yang demokratik,
memiliki kepedulian terhadap hubungan antarpribadi maupun hubungan tugas di antara para
anggota kelompok. Meskipun nampaknya kurang terorganisasi dengan baik, namun gaya ini
dapat berjalan dalam suasana yang rileks dan memiliki kecenderungan untuk menghasilkan
produktivitas dan kreativitas, karena gaya kepemimpinannya ini mampu memaksimalkan
kemampuan yang dimiliki para anggotanya.

e. Laissez-faire

atau group centered. Gaya ini tidak berdasarkan pada aturan-aturan. Seorang pemimpin yang
menggunakan gaya kepemimpinan ini menginginkan seluruh anggota kelompoknya
berpartisipasi tanpa memaksakan atau menuntut kewenangan yang dimilikinya. Tindak
komunikasi dari pemimpin ini cenderung berlaku sebagai seorang penghubung yang
menghubungkan kontribusi atau sumbangan pemikiran dari anggota kelompoknya. Jika tidak
ada yang mengendalikannya, kelompok yang memakai gaya ini akan menjadi tidak
terorganisasi, tidak produktif dan anggotanya akan apatis, sebab mereka merasa bahwa
kelompoknya tidak memiliki maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Walau begitu, dalam
situasi tertentu khususnya dalam kelompok terapi, gaya kepemimpinan laissez-faire ini adalah
yang paling layak dan efektif dari gaya-gaya kepemimpinan terdahulu.

10
2.3 Proses pengambilan Keputusan

2.3.1 Fase Kemunculan Keputusan

Berdasarkan fase kemunculannya, Aubrey Fisher menjelaskan tentang proses kemunculan


sebuah keputusan dalam teorinya yang disebut “ Theory of decisius Emergence”. Dia

membaginya kedalam 4 fase yang cenderung dilewaati oleh kelompok-kelompok dalam


pengambilan keputusan.

1. Fase Orientasi

2. Fase Konflik

3. Fase kemunculan

4. Fase penguatan

Sedangkan menurut Randy Hirokawa dalam teory fungsional Umumnya menjelaskan langkah
pengambilan keputusan terdiri dari beberapa hal yaitu:

1. Mengidentifikasikan dan menilai subuah masalah dengan mengajukan pertanyaan, apa


yang terjadi, mengapa terjadi, siapa yang terlibat, apa akibatnya dan siapa objeknya.

2. Mengumpulkan serangkaian informasi dan mengevaluasinya.

3. Mengajukan berbagai alternatif dengan mendiskusikan sasaran yang ingin dicapai.

4. Mengevaluasi alternatif untuk mencapai consensus.

2.3.2 Model dan metode pengambilan keputusan

A. Model pengambilan keputusan

Terdapat empat model yang sering dilakukan dalam pengambilan keputusan yaitu:

1. The rational decision making process (proses pengambilan keputusan rasional).

2. The trial and error decision making process (proses pengambilan keputusan secara tiba-
tiba).

11
3. The coalitional model decision making process (proses pengambilan keputusan model
koalisi).

4. The garbage can model decision making process (proses pengambilan keputusan model
keranjang sampah)

B. Metode pengambilan keputusan

Beberapa metode yang biasanya dipakai dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin
dalam kepemimpinan usaha antara lain sebagai berikut :

1. Metode alalisis SWOT

2. Metode pohon keputusan

3. Metode elimining sekuensial

4. Metode voting

5. Metode prinsip rasionalitals terbatas

2.4 Kesalahan umum dalam pengambilan keputusan

Keputusan merupahan hal mutlak yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Hanya saja,
tidak semua pemimpin bisa mengambil keputusan dengan baik. Setidaknya, terdapat beberapa
kesalahan umum yang dilakukan oleh seorang pemimpin, terkait dengan pengambilan
keputusan.

 Masalah tidak teridentifikasi dengan baik

Pertama pemimpin tidak menyadari adanya masalah, atau pemimpin tidak bisa
mengidentifikasikan masalah dengan sempurna. Hal ini mungkin terjadi karena pemimpin
kurang berpengalaman, terlalu sibuk, atau kurang bersentuhan langsung dengan pekerjaan
yang sehari-hari dilaksanakan oleh anak buah. Yang termasuk dalam kategori ini juga yakni
ketidakpedulian terhadap masalah yang mungkin dihadapi oleh bagian lain, namun berpotensi
mengakibatkan masalah merembet ke lainnya. Sehingga mengakibatkan masalah menjadi
semakin besar. Akibat dari tidak teridentifikasinya masalah dengan baik adalah tidak
terpecahkanya masalah utama, keputusan kurang tepat, sehingga butuh sosusi untuk
menyelesaikannya.

12
 Pertimbangan alternatif yang kurang baik

Seorang pemimpin harus dapat memikirkan seluruh alternatif-alternatif keputusan yang


memungkinkan dapat memecahkan masalah, terutama alternatif keputusan yang out of the
box, atau berupa terobosan baru. Selain alternatif keputusan yang bervariasi, pemimpin perlu
juga mempertimbangkan berbagai konsekuensi dari keputusan-keputusan tersebut.

Jika pertimbangan tidak dilakukan secara menyeluruh, keputusan tidak akan dapat

memecahkan masalah secara efektif, dan malah berpotensi memicu masalah baru. Biasanya,
ini terjadi karena informasi yang asimetris, ataupun karena dikejar oleh waktu.

 Kurangnya Pertimbangan Resiko

Pengambilan keputusan tidak hanya melihat pada manfaatnya saja, tetapi dilihat juga resiko
yang ditimbulkan. Kegagalan melihat risiko dari suatu keputusan, menjadikan keputusan
tersebut tidak efektif, dan hasilnya tidak akan maksimal. Pemimpin yang baik harus berupaya
membuat keputusan yang efisien, yaitu dengan manfaat yang maksimal dan resiko yang
seminimal mungkin.

 Keputusan yang terlambat diambil

Dalam mengambil keputusan bisnis, terdapat tuntutan yang tinggi untuk mengambil
keputusan dengan cepat. Hanya saja, dalam rangka mengumpulkan informasi, kemudian
mempertimbangkan alternatif keputusan, dalam prosesnya memakan banyak waktu.
Sehingga, ini seringkali mengakibatkan keputusan yang diambil sudah terlambat.

Contoh misalnya, dalam kondisi krisis, ritel A membuat pesta diskon besar-besaran bagi
pelanggannya. Seminggu kemudian, ritel B pesaingnya juga mengadakan pesta diskon,
mengikuti jejak ritel A. Namun, sayangnya keputusan yang diambil sudah terlambat, karena
sebagian besar pelanggan sudah memperoleh apa yang mereka inginkan di ritel A seminggu
sebelumnya. Keputusan yang diambil ritel B sudah terlambat.

 Tidak Adanya Evaluasi

Untuk setiap implementasi keputusan harus dievaluasi untuk memastikan bahwa keputusan
berjalan sesuai rencana dan memberikan hasil yang diinginkan. Yang sering terjadi, keputusan

13
sudah baik tetapi dalam implementasinya kurang sempurna. Sementara pemimpin seringkali
salah karena membiarkan keputusan yang tidak terkontrol dengan baik. Keputusan yang
bagus memang penting, tetapi implementasi yang baik justru lebih penting. Perlu adanya
evaluasi dan koreksi agar keputusan tetap berjalan dengan baik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian tentang pengambilan keputusan dalam kepemimpinan diatas, penulis dapat
simpulkan :

 Jenis – Jenis pemimpin :

- Dari sudut pandang pengangkatannya : Pemimpin Keturunan – Pemimpin Paksaan.

- Dari sudut keresmian kedudukannya : Pemimpin Resmi – Pemimpin tidak resmi.

- Dari gaya memimpinnya : (a.) Authoritarian( b.)Bureaucratic (c.) Diplomatic (d.)


Democratic (e.) Laissez faire.

 Timbulnya masalah – masalah dalam pengambilan keputusan disebabkan oleh :

- Masalah tidak diidentifikasi secara baik.

- Pertimbangan alternatif yang kurang baik.

- Kurangnya pertimbangan resiko.

14

15
- Keputusan yang terlambat diambil

- Tidak adanya evaluasi

3.2 Pendapat Kelompok

Setelah menyusun makalah ini, kami berpendapat bahwa pemimpin yang baik bukanlah
pemimpin yang hanya bisa mengambil keputusan. Tetapi juga mempertanggung jawabkan
keputusan tersebut agar sesuai dengan tujuan bersama.

Musrofi dalam bukunya berkata “ Kreatifitas yaitu kemampuan membuat kombinasi,


kemampuan melihat sesuatu dengan cara pandang yang lain, sehingga pada akhirnya
terciptanya sesuatu yang baru”. Seorang pemimpin sejati harus bisa membuat perubahan –
perubahan yang berakibat terciptanya kesejahteraan bersama.
Daftar Pustaka

Darsono, Wisadirana.2007. Kapita Selekta Kewirausahaan. Agritek YPN : Malang

Hardjanto, Imam. 2007. Managemen. FIA UB: Malang.

Musrofi. M. 2008. Creative Manager. PT Elex Media Komputindo: Jakarta

Rasyid. Daniel.2009. Teknik Pengambilan Keputusan. ITS Press :SBY

Omith.Mita .2009. Metode Pengambilan Keputusan Dalam Kelompok. Http://www.


blogspot.com Didownload tanggal 28 Maret 2010.

También podría gustarte