Está en la página 1de 16

STUDI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA UDANG VANNAMEI

(Litopenaeus vannamei) DI WILAYAH PESISIR SELATAN, KECAMATAN PURWODADI,


KABUPATEN PURWOREJO, PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh:
Gema Romadhanto
114.080.126
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta
Jl. SWK. 104 (Lingkar Utara), Condongcatur, Yogyakarta 55285
gemakisaromadhan@yahoo.com
INTISARI
Wilayah pesisir selatan Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah dimanfaatkan sumber daya lahannya untuk
kegiatan budidaya udang jenis vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan memanfaatkan air tanah sebagai air sumbernya. Pengelolaan yang tidak
baik dapat menyebabkan degradasi lingkungan pada area usaha pertambakan dan perubahan geofisik lahan daerah sekitarnya, pada akhirnya akan
berdampak pada menurunnya produksi usaha tambak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lahan wilayah pesisir selatan untuk
budidaya udang vannamei serta menentukan arahan pengelolaan lingkungan untuk area budidaya udang vannamei.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, pengambilan sampel (purposive sampling), dan pembobotan (weighting).
Penentuan kelas kesesuaian lahan di wilayah pesisir selatan untuk budidaya udang vannamei di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo,
Provinsi Jawa Tengah berdasarkan kelas kesesuaian lahan S1, S2, S3, N (Modifikasi Pemikiran Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011), kemudian
peneliti memberikan skor dari 0 3, dengan pembobotan skor 0 = 0,0 (tidak layak), 1 = 33,3 (rendah), 2 = 66,7 (sedang), 3 = 100,0 (tinggi).
Parameter yang digunakan pada tabel kesesuaian lahan wilayah pesisir selatan untuk budidaya udang vannamei, meliputi; Topografi dan Hidrologi
(Kemiringan Lereng dan Pasang Surut), Kualitas Air, dan Iklim.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran dilapangan nilai kelas kesesuaian lahan tiap parameternya, meliputi : Kemiringan Lereng
tiap zona = 17 35 %, kategori miring terjal, kelas kesesuaian lahan (N). Pasang Surut kisaran 0,5 0,7 m (S3). Iklim yang baik dengan curah hujan
per tahun 2.393,8 mm/th, bulan kering ada 3 bulan, yaitu : Bulan Juli, Agustus, dan September, kelas kesesuaian lahan (S2). Parameter kualitas air
tambak yang digunakan salinitas, Fe, Suhu, pH, DO, sedangkan pada kali pantai/rawa adalah pH, salinitas, TSS, BOD, DO, NO2, NO3, Amoniak, Fe
dengan kelas kesesuaian (S2 S3) untuk dijadikan air sumber pertambakan. Sehingga kelas kesesuaian lahan pada zona 1 dan 2 sebesar 47,78 %,
sedangkan zona 3 sebesar 50,01 %. Arahan Pengelolaan yang digunakan adalah teknologi jaringan irigasi teknis tambak dengan memanfaatkan
aktifitas alami pasang surut dan kali pantai/rawa sebagai sumber air pertambakan dengan kesesuaian lahan sebesar 52,47 %..
Kata Kunci : Kesesuaian Lahan, Wilayah Pesisir Selatan, Udang Vannamei.

ABSTRACT
The utilized of land resources at Southern coast areas Purwodadi Sub-District, Purworejo Regency, Central Java Province for vannamei
shrimpvultivation activity (Litopenaeus vannamei) by taking advantage of groundwater as water source. The poor management of it will caused an
environment degradation at aquaculture business areal and changes of land geophysic in surrounding areas, will eventually be effect on the decline in
production fishpond business. This research is aimed to knowing southern coast of land suaitability for vannamei shripm cultivation also to
determined of environment management direction for vannamei shrimp cultivation areas.
Methode of this research are used to is survey methode,purposive sampling, and weighting. Class determined of land suitability at southern
coast for vannamei shrimp cultivationin Purwodadi Sub-District, Purworejo Regency, Central Java Province based on land suitability class S1, S2, S3,
N (Modifikasi Pemikiran Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011),then researchers giving the score from 0-3 with weighting score 0 (not feasible) 1=
33,3 (low), 2=66,7 (medium) 3=100 high). The vannamei shrimp cultivation is for the parameter that got used is topografi, hidrologi, water quality
and climate.
Based on observation result and measurement in the field, value of land suitability class for every parameter is : slope each zone =17-35%
steep sloping category, land suitability class (N). Ebb and flow around 0,5-0,7 m (S3). Good climate with a years rainfall 2393,8 mm/th, 3 month of
dry month is : July, August, and Septembr, land suitability class (S2). The parameter of fishbond water quality are used salinity, Fe, Temperature, pH,
DO, while at the river, beach/swamp is pH, salinity, TSS, BOD, DO, NO2, NO3, Amonia, Fe with suitability class (S2-S3) for aquaculture water
sources. So the land suitability calss at Zone 1 and 2 are 47,78%, while zone 3 are 50,01%. The direction of the management of that is used is the
technology a technical irrigation network fish-ponds by making use of natural activity and tidal times / bog coast as a water source fishpond.
Keywords : land suitability, coastal areas southern, shrimp vannamei.

I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi
oleh perubahan di darat dan laut (UU No. 27 Tahun 2007 Pasal 1 butir 2). Wilayah ini sangat
kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai aktivitas yang ada di luar maupun di dalam wilayah
pesisir itu sendiri. Pengaruh dari luar salah satunya berasal dari residu aktivitas darat yang dibawa
melalui muara sungai. Pengaruh dari dalam dapat berupa aktivitas alami maupun akitivitas
budidaya oleh masyarakat sekitar.
Page 1

Salah satu aktivitas masyarakat di wilayah pesisir adalah pemanfaatan sumber daya lahan
untuk kegiatan budidaya udang jenis vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan air tanah sebagai
sumber airnya. Beberapa tahun terakhir kegiatan budidaya udang berkembang pesat di Pantai
Selatan Pulau Jawa, khususnya di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa
Tengah. Potensi keuntungan yang besar membuat komoditas ini menarik minat masyarakat untuk
memanfaatkan lahan pasir untuk dikonversi menjadi tambak udang. Bahkan banyak masyarakat
yang semula berprofesi sebagai petani berpindah menjadi pembudidaya udang.
Kondisi dan tingkat kesesuaian lahan wilayah pesisir selatan berbeda dengan wilayah
pesisir lainnya, adanya penyangga alam yang kuat berupa ekosistem gumuk pasir membuat
pengelolaan budidaya udang di wilayah ini berbeda dengan usaha budidaya udang lainnya,
meliputi; pemanfaatan air tanah menjadi air sumber pertambakan, dan melapisi dasar tambak
dengan menggunakan plastik mulsa. Hal ini tidak sesuai dengan prasarana tambak (sistem jaringan
irigasi dan bangunan pelengkap lainnya) yang memadai (Permen PU No. 16/PRT/M/2011).
Berdasarkan Permen PU No. 16/PRT/M/2011, menurunnya usaha budidaya tambak disebabkan
oleh:
1. Terjadinya pencemaran sumber air, baik air tawar maupun air asin;
2. Rusaknya daerah tampungan hujan yang mengakibatkan tidak mencukupinya kebutuhan air
sepanjang tahun;
3. Tidak adanya organisasi operasi dan pemeliharaan tambak yang terorganisir dengan baik dan
tangguh; dan
4. Masyarakat petambak tidak mampu mengorganisir organisasi petambak tanpa keikutsertaan
pemerintah secara terus-menerus.
Selain faktor diatas, penurunan produksi udang juga disebabkan oleh pencemaran limbah
organik kegiatan budidaya itu sendiri (terutama sisa pakan) dan penyakit yang menyertainya
(Garno, 2004: 187). Tingkat pencemaran tergantung pada pemilihan teknik pengelolaan tambak,
mulai dari padat penebaran, pola pemberian pakan, serta sistem pengelolaan air dan lingkungan,
yang dikelompokkan dalam sistem tambak sederhana (ekstensif), tambak semi-intensif, dan tambak
intensif (Widigdo, 2000 dalam Prasita, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, untuk mengantisipasi degradasi lingkungan dan penurunan
produksi secara drastis (bahkan gagal panen), maka penulis melakukan penelitian dengan judul
Studi Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di
Wilayah Pesisir Selatan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa
Tengah.
I.2. Rumusan Masalah
Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tambak udang adalah
perubahan ekosistem perairan dan pantai, hidrologi, dan bentang alam. Kegiatan pertambakan
udang rentan dengan kerusakan lingkungan, seperti permasalahan pada pembukaan hutan mangrove
yang merupakan jalur hijau di daerah pesisir akan berdampak terhadap habitat, jenis dan
kelimpahan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang berada dikawasan tersebut. Pembukaan hutan
mangrove dimaksud wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan, seperti memperhatikan
kelestarian sempadan pantai mangrove dan kondisi perairan sekitar yang dimanfaatkan sebagai
outlet pembuangan sebelum masuk ke laut agar tidak ada perubahan fisik perairan.
Berdasarkan uraian diatas tersebut, penelitian ini penulis lakukan untuk mencari jawaban
mengenai:
1. Bagaimana kesesuaian lahan wilayah pesisir selatan untuk budidaya udang vannamei di
daerah penelitian?
2. Bagaimana upaya pengelolaan lingkungan untuk budidaya udang vannamei?

Page 2

I.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kesesuaian lahan wilayah pesisir selatan untuk budidaya udang vannamei di
daerah penelitian.
2. Menentukan arahan pengelolaan lingkungan untuk budidaya udang vannamei.
II. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan di wilayah pesisir selatan Kecamatan Purwodadi, Kabupaten
Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, menggunakan beberapa metode, yaitu metode survey,
pengambilan sampel (purposive sampling), pembobotan (weighting).
1. Metode Survey
Survey ini di lakukan untuk mencari tahu pemanfaatan aliran, arah pembuangan
limbah sehingga dapat menentukan titik pengambilan sampel pada sumber air, dan air
permukaan yang menjadi tempat pembuangan limbah serta pengamatan bentuk lahan, dan
pemanfaatan lahan untuk pembuatan peta penggunaan lahan.
2. Metode Pengambilan Sampel (Purposive Sampling)
Titik pengambilan sampel berjumlah 13 titik, meliputi; 5 sampel kolam tambak dalam
proses pengisian (jernih), 4 sampel kolam tambak pemeliharaan (keruh), 4 sampel perairan
kali pantai/rawa sebagai tempat pembuangan kegiatan pertambakan.
Tabel 3.4. Parameter uji kualitas air pertambakan
No
Parameter
Satuan
Nilai Standar
1
Salinitas

5 35
2
Fe
mg/L
3
Suhu
C
26 32
4
pH
79
5
DO
mg/L
3 10
Tabel 3.5. Parameter uji kualitas air kali pantai/rawa
No
Parameter
Satuan
Nilai Standar
pH
6,0 9,0
1
Salinitas

2
TSS
mg/L
200
3
BOD
mg/L
< 45
4
DO
mg/L
3,0
5
NO2
mg/L
< 2,5
6
NO3
mg/L
< 75
7
Amoniak
mg/L
< 0,1
8
Fe
mg/L
0,3
9

3. Metode Pembobotan (Weighting)


Metode ini bertujuan untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan wilayah pesisir
selatan untuk budidaya udang vannamei di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo,
Provinsi Jawa Tengah.
Tabel 3.3. Klasifikasi kemiringan lereng
Satuan
Sudut (%)
Datar
02
Miring Landai
37
Miring
8 13
Miring Sedang
14 20
Miring Terjal
21 55
Miring Sangat Terjal
56 140
Pegunungan Miring Sangat Terjal
>140

Beda Tinggi (m)


<5
5 50
50 75
75 200
200 500
500 1000
>1000

Page 3

Tabel 3.6. Kesesuaian Lahan untuk Tambak (Brackistwater Fishpond)


Kualitas/
Karakteristik Lahan

S1

S2

Kesesuaian
S3

<2

<2

23

>3

>5
12 20

35
20 35

13
35 50

<1
> 50

Salinitas ()

28 30

30 35
18 28

< 12
12 18

Suhu (C)

30 40

25 30

20 25

< 20 ; > 40

pH

7,5 8,5
< 0,3

8,5 10
6 7,5
0,3 0,4

10 11
46
0,4 0,5

> 11 ; < 4

1,5 2,5

1 1,5
2,5 3,0

0,5 1
3,0 3,5

12
2500 3000

23
2000 2500

35
1000 2000
3000 3500

Topografi (l)
Lereng (%)
Kualitas Air (a)
Oksigen terlarut
(mg/l)

N1

N2

< 12

> 0,5

Fe (besi)
Hidrologi (h)
Amplitudo pasang
surut (m)
Iklim (i)
Bulan kering (< 60
mm)
Curah hujan (mm/th)

> 0,5
< 3,5
<1
-

>5
< 1000
> 3500

(Sumber: modifikasi dari Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011)

Skor
0
1
2
3

Tabel 3.8. Penentuan persentase nilai skor pembobotan


Persentase (%)
Kriteria
0,0 - <33,3
33,3 <66,7
66,7 - <100,0
100,0

N
S3
S2
S1

Keterangan
Tidak Sesuai
Sesuai Marginal
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai

III. EVALUASI HASIL PENELITIAN


3.1. Iklim
3.1.1 Curah Hujan
Curah hujan yang cukup baik untuk tambak adalah kisaran 2.000 3.000 mm/th dengan bulan
kering 2 3 bulan, data curah hujan selama 10 tahun terakhir di di daerah lokasi penelitian
menunjukkan curah hujan = 2393,8 mm/th, bulan kering <60 mm = 3 bulan (Juli, Agustus, dan
September). Dari hasil analisis kuantitatif curah hujan di lokasi penelitian dikategorikan cukup
baik. Curah hujan pada daerah lokasi penelitian berada pada kelas kesesuaian lahan bulan kering 2
3 bulan kering <60 mm masuk, curah hujan 2000 - 2500 mm/th dalam kelas S2 (cukup sesuai).
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011, BAB I, Hal.)

Page 4

3.2. Topografi
3.2.1. Kemiringan Lereng
Berdasarkan topografi dan pengukuran kemiringan lereng di lokasi penelitian zona 1, zona 2,
zona 3, secara umum bentuk lahan di daerah penelitian merupakan daerah dataran dan landai
dengan kemiringan lereng 160 atau 35 % dengan lereng miring terjal dapat dijumpai di sebelah
selatan dari lokasi pertambakan, daerah dengan kemiringan lereng miring terjal 21 55 % dan beda
tinggi 200 500 m, sedangkan pada zona 4, secara umum bentuk lahan tidak berbeda jauh dengan
yang lain merupakan daerah dataran dan landai dengan kemiringan lereng lebih rendah 80 atau 17
% dengan lereng miring sedang dapat dijumpai di daerah tempuran Sungai Bogowonto, daerah
dengan kemiringan lereng miring sedang 14 20 % dan beda tinggi 75 200 m (Sampurno, 1984,
BAB III, Hal.). Sehingga kelas kesesuaian lahan untuk tambak pada kemiringan lereng lokasi
penelitian N2 (tidak sesuai untuk selamanya). (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011, BAB I,
Hal.)
3.3. Hidrologi
3.3.1. Pasang Surut
Hasil pengukuran pasang surut di kawasan pertambakan Kecamatan Purwodadi dengan
menggunakan peralatan kompas geologi, dan meteran pada zona 1, dan 2, sudut tembak dengan
menggunakan kompas geologi 90 pada jarak pasang surut dengan menggunakan meteran jangkauan
5 m. Pengamatan dilakukan pada pukul 02.00, kemudian pada pukul 13.00 dilakukan pengamatan
serta pengukuran, pengamatan dan pengukuran ini dilakukan dalam waktu 1 hari.
Hasil perhitungan untuk menentukan nilai pasang surut pada lokasi penelitian di zona 1, dan
2 didapat hasil ketinggian pasang surut 0,7 m, kelas kesesuaian lahan masuk dalam 0,5 1 m,
kesesuaian S3 (sesuai marginal). (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011, BAB I, Hal.).
Sedangkan hasil pengukuran dan perhitungan tinggi pasang surut pada zona 3, dilakukan
pengamatan pada pukul 09.00, kemudian dilakukan pengukuran pada pukul 13.00, pengukuran
dilakukan dalam waktu 1 hari, dengan hasil pengukuran dengan menggunakan kompas geologi 80,
kemudian menggunakan meteran untuk panjang jangkauan 4 m.
Dari hasil perhitungan ketinggian pasang surut di lokasi zona 3 didapat tinggi pasang surut
0,5 m, kelas kesesuaian lahan masuk dalam 0,5 1 m, kesesuaian S3 (sesuai marginal).
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011, BAB I, Hal.).

3.3.2. Kualitas Air

Tabel 4.2. Hasil Uji Kualitas Air Tambak Jernih (Lokasi 3)

Tabel 4.3. Hasil Uji Kualitas Air Tambak Keruh (Lokasi 2)

No

Parameter

Satuan

Hasil
Uji

Nilai
Standar

No

Parameter

Satuan

Hasil
Uji

Nilai
Optimum

1
2
3
4
5

Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO

mg/L
C
mg/L

18,69
0,0610
27
7
9

5 35
0,3 - 10
26 32
79
3 10

1
2
3
4
5

Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO

mg/L
C
mg/L

7,19
0,0168
27
8
8,4

15 25
0,3 - 10
28,5 31,5
7,5 8,5
3,0 7,5

Page 5

Tabel 4.4. Hasil Uji Kualitas Air Tambak jernih (Lokasi 6)

Tabel 4.5. Hasil Uji Kualitas Air Tambak Keruh (Lokasi 7)

No

Parameter

Satuan

Hasil
Uji

Nilai
Standar

No

Parameter

Satuan

Hasil
Uji

Nilai
Optimum

1
2
3
4
5

Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO

mg/L
C
mg/L

15,29
0,4594
27
7
9

5 35
0,3 - 10
26 32
79
3 10

1
2
3
4
5

Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO

mg/L
C
mg/L

0,59
0,9856
27
8
8,4

15 25
0,3 - 10
28,5 31,5
7,5 8,5
3,0 7,5

Tabel 4.6. Hasil Uji Kualitas Air Tambak Jernih (Lokasi 8)

Tabel 4.7. Hasil Uji Kualitas Air Tambak Keruh (Lokasi 9)

No

Parameter

Satuan

Hasil
Uji

Nilai
Standar

No

Parameter

Satuan

Hasil
Uji

Nilai
Optimum

1
2
3
4
5

Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO

mg/L
C
mg/L

15,16
< 0,0162
27
7
9

5 35
0,3 - 10
26 32
79
3 10

1
2
3
4
5

Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO

mg/L
C
mg/L

6,78
< 0,0162
27
8
8,4

15 25
0,3 - 10
28,5 31,5
7,5 8,5
3,0 7,5

Tabel 4.8. Hasil Uji Kualitas Air Tambak Jernih (Lokasi 11)

Tabel 4.9. Hasil Uji Kualitas Air Tambak Keruh (Lokasi 12)

No

Parameter

Satuan

Hasil
Uji

Nilai
Standar

No

Parameter

Satuan

Hasil
Uji

Nilai
Optimum

1
2
3
4
5

Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO

mg/L
C
mg/L

23,05
0,0758
27
7
9

5 35
0,3 - 10
26 32
79
3 10

1
2
3
4
5

Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO

mg/L
C
mg/L

26,04
< 0,0162
27
8
8,4

15 25
0,3 - 10
28,5 31,5
7,5 8,5
3,0 7,5

Tabel 4.10. Hasil Uji Kualitas Air Kali Pantai/Rawa (Lokasi 1)

Tabel 4.11. Hasil Uji Kualitas Air Kali Pantai/Rawa (Lokasi 4)

No

Parameter

Satuan

Hasil
Uji

Nilai
Standar

No

Parameter

Satuan

Hasil
Uji

Nilai
Standar

1
2
3
4
5
6
7
8
9

pH
Salinitas
TSS
BOD
DO
NO2
NO3
Amoniak
Fe

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

6,9
0,73
9
4,2
2,1
0,0664
1,96
0,0072
0,5725

6,0 9,0

1
2
3
4
5
6
7
8
9

pH
Salinitas
TSS
BOD
DO
NO2
NO3
Amoniak
Fe

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

6,8
0,79
19
8,2
1,6
0,0728
0,76
0,0099
0,3856

6,0 9,0

200
< 45
3,0 *
< 2,5
< 75
< 0,1
0,3 *

200
< 45
3,0
< 2,5
< 75
< 0,1
0,3

Page 6

Tabel 4.12. Hasil Uji Kualitas Air Kali Pantai/Rawa (Lokasi 5)

Tabel 4.13. Hasil Uji Kualitas Air Kali Pantai/Rawa (Lokasi 10)

No

Parameter

Satuan

Hasil
Uji

Nilai
Standar

No

Parameter

Satuan

Hasil
Uji

Nilai
Standar

1
2
3
4
5
6
7
8
9

pH
Salinitas
TSS
BOD
DO
NO2
NO3
Amoniak
Fe

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

6,9
8,66
24
7,2
1,8
0,1364
0,54
0,0232
0,4397

6,0 9,0

1
2
3
4
5
6
7
8
9

pH
Salinitas
TSS
BOD
DO
NO2
NO3
Amoniak
Fe

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

6,8
1,32
14
4,7
1,4
0,0806
1,53
0,0122
0,3217

6,0 9,0

200
< 45
3,0
< 2,5
< 75
< 0,1
0,3

200
< 45
3,0
< 2,5
< 75
< 0,1
0,3

Tabel 4.14. Hasil Uji Kualitas Air Kali Pantai/Rawa (Lokasi 13)

No

Parameter

Satuan

Hasil
Uji

Nilai
Standar

1
2
3
4
5
6
7
8
9

pH
Salinitas
TSS
BOD
DO
NO2
NO3
Amoniak
Fe

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

7,8
0,18
96
4,7
4,4
0,0197
2,27
< 0,0003
2,0792

6,0 9,0
200
< 45
3,0
< 2,5
< 75
< 0,1
0,3

3.4. Komponen Biotis


3.6.1. Vegetasi Mangrove
Komponen biotis yang berpengaruh pada kelas kesesuaian lahan untuk budidaya udang
vannamei adalah flora di lokasi penelitian yang meliputi: mangrove (nipah dan bakau). Vegetasi ini
tumbuh terutama di dekat aliran sungai yang memasok lumpur ke pesisir, tumbuhan ini dapat hidup
di wilayah yang berair agak tawar, sepanjang masih terpengaruh pasang surut air laut (Mangrove
Information Centre, 2009). Tumbuhan ini merupakan vegetasi sebagai zona penyangga pada arahan
pengelolaan dengan jarak proteksi >100 m. Pada daerah penelitian vegetasi ini berjarak antara 50
120 m dari lokasi pertambakan. Untuk tumbuhan nipah sebagai zona penyangga, masyarakat sekitar
memanfaatkan getahnya untuk dibuat gula aren (nira) sebagai salah satu mata pencaharian.
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1. Penentuan Kesesuaian Lahan Dengan Metode Pembobotan (Weighting)
Sebagai dasar penentuan daya dukung lingkungan ini adalah keterkaitannya dengan kelas
kesesuaian lahan. Kesesuaian lahan bersifat kualitatif yang dinyatakan dengan sangat sesuai, sesuai,
sesuai marjinal dan tidak sesuai sedangkan daya dukung bersifat kuatitatif yang menyatakan ukuran
kemampuan lingkungan dalam mendukung kegiatan pemanfaatan di suatu daerah. Oleh karena itu,
nilai daya dukung lingkungan merupakan kuantifikasi dari kelas kesesuaian lahan.

Page 7

Tabel 5.5. Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Selatan Di Kawasan Pertambakan Zona 1 Pada Lokasi Penelitian
Kriteria Parameter
Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan
Nilai
Pengukuran

Kelas
Kesesuaian

Skor

Persentase
Skor

Topografi dan Hidrologi


Kemiringan Lereng (%)

35

0,0

0,7

S3

33,3

15,29 18,69
0,0610 0,4594
27

S3

33,3

S3

33,3

S2

66,7

7
9

S2
S1

2
3

66,7
100,0

2393,8

S2

66,7

S2

66,7

Pasang surut (m)

Persentase
Kualitas Lahan

16,65

Kualitas Air

Salinitas (o/oo)

Fe (mg/L)

Suhu (0C)

pH
DO (mg/L)
Iklim
Curah
hujan
(mm/tahun)

Bulan kering
mm/bulan)

tahunan
(

<60

60

66,7

Kesesuaian Lahan sebesar 47,78 %

Kesesuaian lahan untuk budidaya tambak udang pada zona 1 sebesar 47,78 % atau 63,06
Ha dari luas lahan pada zona ini adalah 132 Ha (Kelas Kesesuaian Lahan S3).
Tabel 5.6. Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Selatan Di Kawasan Pertambakan Zona 2 Pada Lokasi Penelitian
Kriteria Parameter
Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan

Topografi dan Hidrologi


Kemiringan Lereng (%)
Pasang surut (m)
Kualitas Air
Salinitas (o/oo)
Fe (mg/L)
Suhu (0C)

pH

DO (mg/L)
Iklim
Curah
hujan
(mm/tahun)

Bulan kering
mm/bulan)

tahunan
(

<60

Nilai
Pengukuran

Kelas
Kesesuaian

Skor

Persentase
Skor

Persentase
Kualitas Lahan

35
0,7

N
S3

0
1

0,0
33,3

16,65

15,16
<0,0162
27

S3
S3
S2

1
1
2

33,3
33,3
66,7

S2

66,7

S1

100,0

2393,8

S2

66,7

S2

66,7

60

66,7

Kesesuaian Lahan sebesar 47,78 %

kesesuaian lahan untuk budidaya tambak udang pada zona 2 tidak berbeda dengan zona 1,
hanya terjadi penurunan salinitas, dan Fe, yaitu sebesar 47,78 % atau 20,3 Ha dari luas lahan pada
zona ini adalah 42,5 Ha (Kelas Kesesuaian Lahan S3).
Page 8

Tabel 5.7. Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Selatan Di Kawasan Pertambakan Zona 3 Pada Lokasi Penelitian
Kriteria Parameter
Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan

Topografi dan Hidrologi


Kemiringan Lereng (%)
Pasang surut (m)
Kualitas Air
Salinitas (o/oo)
Fe (mg/L)
Suhu (0C)
pH
DO (mg/L)
Iklim
Curah hujan tahunan
(mm/tahun)

Bulan kering
mm/bulan)

<60

Nilai
Pengukuran

Kelas
Kesesuaian

Skor

Persentase
Skor

17

0,0

0,5

S3

33,3

23,05
0,0758
27
7
9

S2
S3
S2
S2
S1

1
1
2
2
3

66,7
33,3
66,7
66,7
100,0

2393,8

S2

66,7

S2

66,7

Persentase
Kualitas Lahan

16,65

66,68

66,7

Kesesuaian Lahan sebesar 50,01 %

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kesesuaian lahan untuk budidaya tambak udang pada
zona 3 berbeda dengan zona 1 dan 2, terjadi perbedaan kemiringan lereng, aktifitas pasang surut,
dan salinitas, dikarenakan daerah pada zona 3 berada di area tempuran Sungai Bogowonto yang
sering mengalami banjir, sehingga terjadi perubahan lahan, untuk kualitas air terjadi peningkatan
salinitas, hal ini tidak mempengaruhi kelas kesesuaiannya, yaitu sebesar 50,01 % atau 30 Ha dari
luas lahan pada zona ini adalah 60 Ha (Kelas Kesesuaian Lahan S3).
Dari hasil analisis kelas kesesuaian lahan untuk pembudidayaan udang vannamei di daerah
penelitian menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik, tetapi dalam pemanfaatan air sumber tidak
dianjurkan untuk menggunakan air tanah sebagai air sumber untuk pembudidayaan udang yang
berkelanjutan, karena dampak yang dihasilkan dari pemakaian air tanah sebagai air sumber akan
menimbulkan intrusi air laut, dan degradasi tanah.
Hasil kesesuaian lahan untuk budidaya udang vannamei di lokasi penelitian zona 1, 2, dan 3
pada air permukaan, menunjukkan kelas kesesuaian lahan yang sama yaitu 52,47 % (Kelas
Kesesuaian Lahan S3), dengan luasan yang berbeda. Zona 1 memiliki luasan 132 Ha, sehingga
diketahui luasan daya dukungnya adalah 69,06 Ha, untuk Zona 2 dengan luasan lahan 42,5 Ha
adalah 22,29 Ha, sedangkan pada zona 3 memiliki daya dukung 31,48 Ha dari luas lahan 60 Ha.
Evaluasi ini menunjukkan bahwa pemanfaatan air permukaan sebagai jaringan teknis irigasi tambak
sesuai dalam merancang pengelolaan, dapat dilihat pada Tabel. 5.8. dibawah ini.

Page 9

Tabel 5.8. Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Selatan Di Kawasan Pertambakan Pada Tiap Zona Di Lokasi Penelitian Untuk Pengelolaan Jaringan Irigasi Teknis Tambak
Zona 1
Kriteria
Parameter

Zona 2

Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan

Nilai
Pengukuran

Kelas
Kesesuaian

Skor

Persentase
Skor

Kriteria
Parameter

Persentase
Kualitas
Lahan

Topografi dan Hidrologi


Kemiringan
Lereng

Zona 3

Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan

Nilai
Pengukuran

Kelas
Kesesuaian

Skor

Persentase
Skor

35

0,0

Kemiringan
Lereng

0,7

S3

33,3

S2

66,7

Nilai
Pengukuran

Kelas
Kesesuaian

Skor

Persentase
Skor

35

0,0

Kemiringan
Lereng

17

0,0

0,7

S3

33,3

Pasang surut

0,5

S3

33,3

pH

6,8

S2

66,7

16,65

Kualitas Air
6,9

S2

66,7

pH

0,73 0,79

S3

33,3

Salinitas ( /oo)

8,66

S3

33,3

Salinitas ( /oo)

1,32

S3

33,3

TSS (mg/L)

9 - 19

S1

100,0

TSS (mg/L)

24

S1

100,0

TSS (mg/L)

14

S1

100,0

BOD (mg/L)

4,2 8,2

S1

100,0

BOD (mg/L)

7,2

S1

100,0

BOD (mg/L)

4,7

S1

100,0

DO (mg/L)

1,6 2,1

S3

33,3

DO (mg/L)

1,8

S3

33,3

DO (mg/L)

1,4

S3

33,3

Salinitas ( /oo)

74,06

74,06

74,06

NO2 (mg/L)

0,0664
0,0728

S1

100,0

NO2 (mg/L)

0,1364

S1

100,0

NO2 (mg/L)

0,0806

S1

100,0

NO3 (mg/L)

0,76 1,96

S1

100,0

NO3 (mg/L)

0,54

S1

100,0

NO3 (mg/L)

1,53

S1

100,0

Amoniak
(mg/L)

0,0072
0,0099

S1

100,0

Amoniak (mg/L)

0,0232

S1

100,0

Amoniak (mg/L)

0,0122

S1

100,0

Fe (mg/L)

0,3856
0,5725

S3

33,3

Fe (mg/L)

0,4397

S3

33,3

Fe (mg/L)

0,3217

S3

33,3

2393,8

S2

66,7

Iklim

Iklim
2393,8

S2

66,7

Iklim
2393,8

Curah hujan
tahunan
(mm/tahun)

S2

66,7

Curah hujan
tahunan
(mm/tahun)

Curah
hujan
tahunan
(mm/tahun)

66,7
3

S2

Bulan kering
(<60 mm/bulan)

66,7

66,7

S2

Bulan kering
(<60 mm/bulan)

Kesesuaian Lahan sebesar 52,47 %

Persentase
Kualitas
Lahan

Topografi dan Hidrologi

Kualitas Air
6,8 6,9

Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan

16,65
Pasang surut

Kualitas Air
pH

Persentase
Kualitas
Lahan

Topografi dan Hidrologi

16,65
Pasang surut

Kriteria
Parameter

66,7

66,7

S2

66,7

Bulan
kering
(<60 mm/bulan)

Kesesuaian Lahan sebesar 52,47 %

Kesesuaian Lahan sebesar 52,47 %

Page 10

IV. Kesimpulan dan saran


4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Studi Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Wilayah Pesisir Selatan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten
Purworejo, Provinsi Jawa Tengah dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kesesuaian lahan wilayah pesisir selatan untuk budidaya udang vannamei di daerah
penelitian.
a. Lokasi pertambakan di wilayah pesisir selatan Kecamatan Purwodadi, Kabupaten
Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, menggunakan air tanah sebagai air sumber untuk
pertambakan dengan kelas kesesuaian tiap zonanya 47,78%.
b. Iklim yang baik di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, dengan curah hujan
per tahun 2.393,8 mm/th, bulan kering ada 3 bulan, yaitu : Bulan Juli, Agustus, dan
September. Sangat baik untuk pembudidayaan udang vannamei.
c. Kemiringan lereng di daerah penelitian 17 35 %, kategori miring terjal, sehingga
pada parameter ini N2 (tidak sesuai)
d. Gelombang pasang surut kisaran 0,5 0,7 m, parameter ini menjadi tidak sesuai dari
kriteria kesesuaian, karena kemiringan lereng yang miring terjal menjadi zona
penyangga alam yang kuat.
e. Kualitas air tiap parameter fisik dan kimia, untuk budidaya udang vannamei di lokasi
penelitian sangat baik, karena penggunaan air sumber berasal dari air tanah.
2. Menentukan arahan pengelolaan lingkungan untuk budidaya udang vannemei
a. Arahan pengelolaan berdasarkan hasil penelitian menggunakan sistem jaringan teknik
irigasi tambak, dengan menggunakan irigasi untuk mengambil air asin dari gelombang
pasang surut, dan air tawar berasal dari air permukaan (kali pantai/rawa)
b. Kemiringan lereng yang miring terjal, sehingga diupayakan membuat saluran irigasi
air asin dengan membuat bangunan jeti, dan pintu air.
c. Kualitas air permukaan (kali pantai/rawa) kelas kesesuaian S3 (Sesuai marjinal) cukup
sesuai untuk dijadikan sebagai sumber air.
d. Pembuatan IPAL pada pembuangan akhir, dengan menggunakan biofilter (kerang,
rumput laut, dan mangrove), saluran pengendapan, dan ikan-ikan sebagai pemangsa
plankton dan bakteri patogen, sebelum masuk ke laut.
4.2. Saran
Saran bisa diberikan berdasarkan hasil penelitian tentang Studi Kesesuaian Lahan untuk
Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Wilayah Pesisir Selatan, Kecamatan
Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
1. Pembudidayaan tambak udang dengan waktu yang lama tidak dianjurkan untuk
menggunakan air sumber dari air tanah, karena akan menimbulkan intrusi air laut dan
degradasi tanah.
2. Pembudidayaan tambak udang dalam pengelolaannya harus mempunyai IPAL, sebelum
masuk ke laut dengan memanfaatkan vegetasi khas daerah pesisir.
3. Perlu adanya sosialisasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Lingkungan Hidup,
untuk pengelolaan yang baik, dan ramah lingkungan, agar tidak merusak lingkungan,
meningkatkan pengawasan dan pemantauan untuk keberlanjutan ekosistem.
4. Pada peta RTRW Kabupaten Purworejo Tahun 2011 2031, wilayah pesisir selatan
Kecamatan Purwodadi, diperuntukan sebagai kawasan bahari terpadu, kawasan lindung
mangrove, sempadan pantai dan menjadi potensi wisata alam dan kawasan pesisir.
5. Perlunya mengkaji RTRW dan RZWP, sebagai pedoman penegakan hukum yang dapat
menjadi rujukan.
6. Dilakukan pengembangan potensi sumber daya alam pada sektor kelautan, sehingga semua
pihak dapat memperoleh kesejahteraan yang baik.
Page 11

Page 12

Page 13

Page 14

Page 15

Page 16

También podría gustarte