Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
ABSTRACT
The utilized of land resources at Southern coast areas Purwodadi Sub-District, Purworejo Regency, Central Java Province for vannamei
shrimpvultivation activity (Litopenaeus vannamei) by taking advantage of groundwater as water source. The poor management of it will caused an
environment degradation at aquaculture business areal and changes of land geophysic in surrounding areas, will eventually be effect on the decline in
production fishpond business. This research is aimed to knowing southern coast of land suaitability for vannamei shripm cultivation also to
determined of environment management direction for vannamei shrimp cultivation areas.
Methode of this research are used to is survey methode,purposive sampling, and weighting. Class determined of land suitability at southern
coast for vannamei shrimp cultivationin Purwodadi Sub-District, Purworejo Regency, Central Java Province based on land suitability class S1, S2, S3,
N (Modifikasi Pemikiran Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011),then researchers giving the score from 0-3 with weighting score 0 (not feasible) 1=
33,3 (low), 2=66,7 (medium) 3=100 high). The vannamei shrimp cultivation is for the parameter that got used is topografi, hidrologi, water quality
and climate.
Based on observation result and measurement in the field, value of land suitability class for every parameter is : slope each zone =17-35%
steep sloping category, land suitability class (N). Ebb and flow around 0,5-0,7 m (S3). Good climate with a years rainfall 2393,8 mm/th, 3 month of
dry month is : July, August, and Septembr, land suitability class (S2). The parameter of fishbond water quality are used salinity, Fe, Temperature, pH,
DO, while at the river, beach/swamp is pH, salinity, TSS, BOD, DO, NO2, NO3, Amonia, Fe with suitability class (S2-S3) for aquaculture water
sources. So the land suitability calss at Zone 1 and 2 are 47,78%, while zone 3 are 50,01%. The direction of the management of that is used is the
technology a technical irrigation network fish-ponds by making use of natural activity and tidal times / bog coast as a water source fishpond.
Keywords : land suitability, coastal areas southern, shrimp vannamei.
I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi
oleh perubahan di darat dan laut (UU No. 27 Tahun 2007 Pasal 1 butir 2). Wilayah ini sangat
kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai aktivitas yang ada di luar maupun di dalam wilayah
pesisir itu sendiri. Pengaruh dari luar salah satunya berasal dari residu aktivitas darat yang dibawa
melalui muara sungai. Pengaruh dari dalam dapat berupa aktivitas alami maupun akitivitas
budidaya oleh masyarakat sekitar.
Page 1
Salah satu aktivitas masyarakat di wilayah pesisir adalah pemanfaatan sumber daya lahan
untuk kegiatan budidaya udang jenis vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan air tanah sebagai
sumber airnya. Beberapa tahun terakhir kegiatan budidaya udang berkembang pesat di Pantai
Selatan Pulau Jawa, khususnya di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa
Tengah. Potensi keuntungan yang besar membuat komoditas ini menarik minat masyarakat untuk
memanfaatkan lahan pasir untuk dikonversi menjadi tambak udang. Bahkan banyak masyarakat
yang semula berprofesi sebagai petani berpindah menjadi pembudidaya udang.
Kondisi dan tingkat kesesuaian lahan wilayah pesisir selatan berbeda dengan wilayah
pesisir lainnya, adanya penyangga alam yang kuat berupa ekosistem gumuk pasir membuat
pengelolaan budidaya udang di wilayah ini berbeda dengan usaha budidaya udang lainnya,
meliputi; pemanfaatan air tanah menjadi air sumber pertambakan, dan melapisi dasar tambak
dengan menggunakan plastik mulsa. Hal ini tidak sesuai dengan prasarana tambak (sistem jaringan
irigasi dan bangunan pelengkap lainnya) yang memadai (Permen PU No. 16/PRT/M/2011).
Berdasarkan Permen PU No. 16/PRT/M/2011, menurunnya usaha budidaya tambak disebabkan
oleh:
1. Terjadinya pencemaran sumber air, baik air tawar maupun air asin;
2. Rusaknya daerah tampungan hujan yang mengakibatkan tidak mencukupinya kebutuhan air
sepanjang tahun;
3. Tidak adanya organisasi operasi dan pemeliharaan tambak yang terorganisir dengan baik dan
tangguh; dan
4. Masyarakat petambak tidak mampu mengorganisir organisasi petambak tanpa keikutsertaan
pemerintah secara terus-menerus.
Selain faktor diatas, penurunan produksi udang juga disebabkan oleh pencemaran limbah
organik kegiatan budidaya itu sendiri (terutama sisa pakan) dan penyakit yang menyertainya
(Garno, 2004: 187). Tingkat pencemaran tergantung pada pemilihan teknik pengelolaan tambak,
mulai dari padat penebaran, pola pemberian pakan, serta sistem pengelolaan air dan lingkungan,
yang dikelompokkan dalam sistem tambak sederhana (ekstensif), tambak semi-intensif, dan tambak
intensif (Widigdo, 2000 dalam Prasita, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, untuk mengantisipasi degradasi lingkungan dan penurunan
produksi secara drastis (bahkan gagal panen), maka penulis melakukan penelitian dengan judul
Studi Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di
Wilayah Pesisir Selatan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa
Tengah.
I.2. Rumusan Masalah
Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tambak udang adalah
perubahan ekosistem perairan dan pantai, hidrologi, dan bentang alam. Kegiatan pertambakan
udang rentan dengan kerusakan lingkungan, seperti permasalahan pada pembukaan hutan mangrove
yang merupakan jalur hijau di daerah pesisir akan berdampak terhadap habitat, jenis dan
kelimpahan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang berada dikawasan tersebut. Pembukaan hutan
mangrove dimaksud wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan, seperti memperhatikan
kelestarian sempadan pantai mangrove dan kondisi perairan sekitar yang dimanfaatkan sebagai
outlet pembuangan sebelum masuk ke laut agar tidak ada perubahan fisik perairan.
Berdasarkan uraian diatas tersebut, penelitian ini penulis lakukan untuk mencari jawaban
mengenai:
1. Bagaimana kesesuaian lahan wilayah pesisir selatan untuk budidaya udang vannamei di
daerah penelitian?
2. Bagaimana upaya pengelolaan lingkungan untuk budidaya udang vannamei?
Page 2
5 35
2
Fe
mg/L
3
Suhu
C
26 32
4
pH
79
5
DO
mg/L
3 10
Tabel 3.5. Parameter uji kualitas air kali pantai/rawa
No
Parameter
Satuan
Nilai Standar
pH
6,0 9,0
1
Salinitas
2
TSS
mg/L
200
3
BOD
mg/L
< 45
4
DO
mg/L
3,0
5
NO2
mg/L
< 2,5
6
NO3
mg/L
< 75
7
Amoniak
mg/L
< 0,1
8
Fe
mg/L
0,3
9
Page 3
S1
S2
Kesesuaian
S3
<2
<2
23
>3
>5
12 20
35
20 35
13
35 50
<1
> 50
Salinitas ()
28 30
30 35
18 28
< 12
12 18
Suhu (C)
30 40
25 30
20 25
< 20 ; > 40
pH
7,5 8,5
< 0,3
8,5 10
6 7,5
0,3 0,4
10 11
46
0,4 0,5
> 11 ; < 4
1,5 2,5
1 1,5
2,5 3,0
0,5 1
3,0 3,5
12
2500 3000
23
2000 2500
35
1000 2000
3000 3500
Topografi (l)
Lereng (%)
Kualitas Air (a)
Oksigen terlarut
(mg/l)
N1
N2
< 12
> 0,5
Fe (besi)
Hidrologi (h)
Amplitudo pasang
surut (m)
Iklim (i)
Bulan kering (< 60
mm)
Curah hujan (mm/th)
> 0,5
< 3,5
<1
-
>5
< 1000
> 3500
Skor
0
1
2
3
N
S3
S2
S1
Keterangan
Tidak Sesuai
Sesuai Marginal
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai
Page 4
3.2. Topografi
3.2.1. Kemiringan Lereng
Berdasarkan topografi dan pengukuran kemiringan lereng di lokasi penelitian zona 1, zona 2,
zona 3, secara umum bentuk lahan di daerah penelitian merupakan daerah dataran dan landai
dengan kemiringan lereng 160 atau 35 % dengan lereng miring terjal dapat dijumpai di sebelah
selatan dari lokasi pertambakan, daerah dengan kemiringan lereng miring terjal 21 55 % dan beda
tinggi 200 500 m, sedangkan pada zona 4, secara umum bentuk lahan tidak berbeda jauh dengan
yang lain merupakan daerah dataran dan landai dengan kemiringan lereng lebih rendah 80 atau 17
% dengan lereng miring sedang dapat dijumpai di daerah tempuran Sungai Bogowonto, daerah
dengan kemiringan lereng miring sedang 14 20 % dan beda tinggi 75 200 m (Sampurno, 1984,
BAB III, Hal.). Sehingga kelas kesesuaian lahan untuk tambak pada kemiringan lereng lokasi
penelitian N2 (tidak sesuai untuk selamanya). (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011, BAB I,
Hal.)
3.3. Hidrologi
3.3.1. Pasang Surut
Hasil pengukuran pasang surut di kawasan pertambakan Kecamatan Purwodadi dengan
menggunakan peralatan kompas geologi, dan meteran pada zona 1, dan 2, sudut tembak dengan
menggunakan kompas geologi 90 pada jarak pasang surut dengan menggunakan meteran jangkauan
5 m. Pengamatan dilakukan pada pukul 02.00, kemudian pada pukul 13.00 dilakukan pengamatan
serta pengukuran, pengamatan dan pengukuran ini dilakukan dalam waktu 1 hari.
Hasil perhitungan untuk menentukan nilai pasang surut pada lokasi penelitian di zona 1, dan
2 didapat hasil ketinggian pasang surut 0,7 m, kelas kesesuaian lahan masuk dalam 0,5 1 m,
kesesuaian S3 (sesuai marginal). (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011, BAB I, Hal.).
Sedangkan hasil pengukuran dan perhitungan tinggi pasang surut pada zona 3, dilakukan
pengamatan pada pukul 09.00, kemudian dilakukan pengukuran pada pukul 13.00, pengukuran
dilakukan dalam waktu 1 hari, dengan hasil pengukuran dengan menggunakan kompas geologi 80,
kemudian menggunakan meteran untuk panjang jangkauan 4 m.
Dari hasil perhitungan ketinggian pasang surut di lokasi zona 3 didapat tinggi pasang surut
0,5 m, kelas kesesuaian lahan masuk dalam 0,5 1 m, kesesuaian S3 (sesuai marginal).
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011, BAB I, Hal.).
No
Parameter
Satuan
Hasil
Uji
Nilai
Standar
No
Parameter
Satuan
Hasil
Uji
Nilai
Optimum
1
2
3
4
5
Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO
mg/L
C
mg/L
18,69
0,0610
27
7
9
5 35
0,3 - 10
26 32
79
3 10
1
2
3
4
5
Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO
mg/L
C
mg/L
7,19
0,0168
27
8
8,4
15 25
0,3 - 10
28,5 31,5
7,5 8,5
3,0 7,5
Page 5
No
Parameter
Satuan
Hasil
Uji
Nilai
Standar
No
Parameter
Satuan
Hasil
Uji
Nilai
Optimum
1
2
3
4
5
Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO
mg/L
C
mg/L
15,29
0,4594
27
7
9
5 35
0,3 - 10
26 32
79
3 10
1
2
3
4
5
Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO
mg/L
C
mg/L
0,59
0,9856
27
8
8,4
15 25
0,3 - 10
28,5 31,5
7,5 8,5
3,0 7,5
No
Parameter
Satuan
Hasil
Uji
Nilai
Standar
No
Parameter
Satuan
Hasil
Uji
Nilai
Optimum
1
2
3
4
5
Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO
mg/L
C
mg/L
15,16
< 0,0162
27
7
9
5 35
0,3 - 10
26 32
79
3 10
1
2
3
4
5
Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO
mg/L
C
mg/L
6,78
< 0,0162
27
8
8,4
15 25
0,3 - 10
28,5 31,5
7,5 8,5
3,0 7,5
Tabel 4.8. Hasil Uji Kualitas Air Tambak Jernih (Lokasi 11)
Tabel 4.9. Hasil Uji Kualitas Air Tambak Keruh (Lokasi 12)
No
Parameter
Satuan
Hasil
Uji
Nilai
Standar
No
Parameter
Satuan
Hasil
Uji
Nilai
Optimum
1
2
3
4
5
Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO
mg/L
C
mg/L
23,05
0,0758
27
7
9
5 35
0,3 - 10
26 32
79
3 10
1
2
3
4
5
Salinitas
Fe
Suhu
pH
DO
mg/L
C
mg/L
26,04
< 0,0162
27
8
8,4
15 25
0,3 - 10
28,5 31,5
7,5 8,5
3,0 7,5
No
Parameter
Satuan
Hasil
Uji
Nilai
Standar
No
Parameter
Satuan
Hasil
Uji
Nilai
Standar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
pH
Salinitas
TSS
BOD
DO
NO2
NO3
Amoniak
Fe
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
6,9
0,73
9
4,2
2,1
0,0664
1,96
0,0072
0,5725
6,0 9,0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
pH
Salinitas
TSS
BOD
DO
NO2
NO3
Amoniak
Fe
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
6,8
0,79
19
8,2
1,6
0,0728
0,76
0,0099
0,3856
6,0 9,0
200
< 45
3,0 *
< 2,5
< 75
< 0,1
0,3 *
200
< 45
3,0
< 2,5
< 75
< 0,1
0,3
Page 6
Tabel 4.13. Hasil Uji Kualitas Air Kali Pantai/Rawa (Lokasi 10)
No
Parameter
Satuan
Hasil
Uji
Nilai
Standar
No
Parameter
Satuan
Hasil
Uji
Nilai
Standar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
pH
Salinitas
TSS
BOD
DO
NO2
NO3
Amoniak
Fe
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
6,9
8,66
24
7,2
1,8
0,1364
0,54
0,0232
0,4397
6,0 9,0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
pH
Salinitas
TSS
BOD
DO
NO2
NO3
Amoniak
Fe
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
6,8
1,32
14
4,7
1,4
0,0806
1,53
0,0122
0,3217
6,0 9,0
200
< 45
3,0
< 2,5
< 75
< 0,1
0,3
200
< 45
3,0
< 2,5
< 75
< 0,1
0,3
Tabel 4.14. Hasil Uji Kualitas Air Kali Pantai/Rawa (Lokasi 13)
No
Parameter
Satuan
Hasil
Uji
Nilai
Standar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
pH
Salinitas
TSS
BOD
DO
NO2
NO3
Amoniak
Fe
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
7,8
0,18
96
4,7
4,4
0,0197
2,27
< 0,0003
2,0792
6,0 9,0
200
< 45
3,0
< 2,5
< 75
< 0,1
0,3
Page 7
Tabel 5.5. Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Selatan Di Kawasan Pertambakan Zona 1 Pada Lokasi Penelitian
Kriteria Parameter
Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan
Nilai
Pengukuran
Kelas
Kesesuaian
Skor
Persentase
Skor
35
0,0
0,7
S3
33,3
15,29 18,69
0,0610 0,4594
27
S3
33,3
S3
33,3
S2
66,7
7
9
S2
S1
2
3
66,7
100,0
2393,8
S2
66,7
S2
66,7
Persentase
Kualitas Lahan
16,65
Kualitas Air
Salinitas (o/oo)
Fe (mg/L)
Suhu (0C)
pH
DO (mg/L)
Iklim
Curah
hujan
(mm/tahun)
Bulan kering
mm/bulan)
tahunan
(
<60
60
66,7
Kesesuaian lahan untuk budidaya tambak udang pada zona 1 sebesar 47,78 % atau 63,06
Ha dari luas lahan pada zona ini adalah 132 Ha (Kelas Kesesuaian Lahan S3).
Tabel 5.6. Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Selatan Di Kawasan Pertambakan Zona 2 Pada Lokasi Penelitian
Kriteria Parameter
Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan
pH
DO (mg/L)
Iklim
Curah
hujan
(mm/tahun)
Bulan kering
mm/bulan)
tahunan
(
<60
Nilai
Pengukuran
Kelas
Kesesuaian
Skor
Persentase
Skor
Persentase
Kualitas Lahan
35
0,7
N
S3
0
1
0,0
33,3
16,65
15,16
<0,0162
27
S3
S3
S2
1
1
2
33,3
33,3
66,7
S2
66,7
S1
100,0
2393,8
S2
66,7
S2
66,7
60
66,7
kesesuaian lahan untuk budidaya tambak udang pada zona 2 tidak berbeda dengan zona 1,
hanya terjadi penurunan salinitas, dan Fe, yaitu sebesar 47,78 % atau 20,3 Ha dari luas lahan pada
zona ini adalah 42,5 Ha (Kelas Kesesuaian Lahan S3).
Page 8
Tabel 5.7. Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Selatan Di Kawasan Pertambakan Zona 3 Pada Lokasi Penelitian
Kriteria Parameter
Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan
Bulan kering
mm/bulan)
<60
Nilai
Pengukuran
Kelas
Kesesuaian
Skor
Persentase
Skor
17
0,0
0,5
S3
33,3
23,05
0,0758
27
7
9
S2
S3
S2
S2
S1
1
1
2
2
3
66,7
33,3
66,7
66,7
100,0
2393,8
S2
66,7
S2
66,7
Persentase
Kualitas Lahan
16,65
66,68
66,7
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kesesuaian lahan untuk budidaya tambak udang pada
zona 3 berbeda dengan zona 1 dan 2, terjadi perbedaan kemiringan lereng, aktifitas pasang surut,
dan salinitas, dikarenakan daerah pada zona 3 berada di area tempuran Sungai Bogowonto yang
sering mengalami banjir, sehingga terjadi perubahan lahan, untuk kualitas air terjadi peningkatan
salinitas, hal ini tidak mempengaruhi kelas kesesuaiannya, yaitu sebesar 50,01 % atau 30 Ha dari
luas lahan pada zona ini adalah 60 Ha (Kelas Kesesuaian Lahan S3).
Dari hasil analisis kelas kesesuaian lahan untuk pembudidayaan udang vannamei di daerah
penelitian menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik, tetapi dalam pemanfaatan air sumber tidak
dianjurkan untuk menggunakan air tanah sebagai air sumber untuk pembudidayaan udang yang
berkelanjutan, karena dampak yang dihasilkan dari pemakaian air tanah sebagai air sumber akan
menimbulkan intrusi air laut, dan degradasi tanah.
Hasil kesesuaian lahan untuk budidaya udang vannamei di lokasi penelitian zona 1, 2, dan 3
pada air permukaan, menunjukkan kelas kesesuaian lahan yang sama yaitu 52,47 % (Kelas
Kesesuaian Lahan S3), dengan luasan yang berbeda. Zona 1 memiliki luasan 132 Ha, sehingga
diketahui luasan daya dukungnya adalah 69,06 Ha, untuk Zona 2 dengan luasan lahan 42,5 Ha
adalah 22,29 Ha, sedangkan pada zona 3 memiliki daya dukung 31,48 Ha dari luas lahan 60 Ha.
Evaluasi ini menunjukkan bahwa pemanfaatan air permukaan sebagai jaringan teknis irigasi tambak
sesuai dalam merancang pengelolaan, dapat dilihat pada Tabel. 5.8. dibawah ini.
Page 9
Tabel 5.8. Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Selatan Di Kawasan Pertambakan Pada Tiap Zona Di Lokasi Penelitian Untuk Pengelolaan Jaringan Irigasi Teknis Tambak
Zona 1
Kriteria
Parameter
Zona 2
Nilai
Pengukuran
Kelas
Kesesuaian
Skor
Persentase
Skor
Kriteria
Parameter
Persentase
Kualitas
Lahan
Zona 3
Nilai
Pengukuran
Kelas
Kesesuaian
Skor
Persentase
Skor
35
0,0
Kemiringan
Lereng
0,7
S3
33,3
S2
66,7
Nilai
Pengukuran
Kelas
Kesesuaian
Skor
Persentase
Skor
35
0,0
Kemiringan
Lereng
17
0,0
0,7
S3
33,3
Pasang surut
0,5
S3
33,3
pH
6,8
S2
66,7
16,65
Kualitas Air
6,9
S2
66,7
pH
0,73 0,79
S3
33,3
Salinitas ( /oo)
8,66
S3
33,3
Salinitas ( /oo)
1,32
S3
33,3
TSS (mg/L)
9 - 19
S1
100,0
TSS (mg/L)
24
S1
100,0
TSS (mg/L)
14
S1
100,0
BOD (mg/L)
4,2 8,2
S1
100,0
BOD (mg/L)
7,2
S1
100,0
BOD (mg/L)
4,7
S1
100,0
DO (mg/L)
1,6 2,1
S3
33,3
DO (mg/L)
1,8
S3
33,3
DO (mg/L)
1,4
S3
33,3
Salinitas ( /oo)
74,06
74,06
74,06
NO2 (mg/L)
0,0664
0,0728
S1
100,0
NO2 (mg/L)
0,1364
S1
100,0
NO2 (mg/L)
0,0806
S1
100,0
NO3 (mg/L)
0,76 1,96
S1
100,0
NO3 (mg/L)
0,54
S1
100,0
NO3 (mg/L)
1,53
S1
100,0
Amoniak
(mg/L)
0,0072
0,0099
S1
100,0
Amoniak (mg/L)
0,0232
S1
100,0
Amoniak (mg/L)
0,0122
S1
100,0
Fe (mg/L)
0,3856
0,5725
S3
33,3
Fe (mg/L)
0,4397
S3
33,3
Fe (mg/L)
0,3217
S3
33,3
2393,8
S2
66,7
Iklim
Iklim
2393,8
S2
66,7
Iklim
2393,8
Curah hujan
tahunan
(mm/tahun)
S2
66,7
Curah hujan
tahunan
(mm/tahun)
Curah
hujan
tahunan
(mm/tahun)
66,7
3
S2
Bulan kering
(<60 mm/bulan)
66,7
66,7
S2
Bulan kering
(<60 mm/bulan)
Persentase
Kualitas
Lahan
Kualitas Air
6,8 6,9
16,65
Pasang surut
Kualitas Air
pH
Persentase
Kualitas
Lahan
16,65
Pasang surut
Kriteria
Parameter
66,7
66,7
S2
66,7
Bulan
kering
(<60 mm/bulan)
Page 10
Page 12
Page 13
Page 14
Page 15
Page 16