Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
ABSES SUBMANDIBULA
disusun untuk memenuhi tugas profesi ners
Departemen Surcical di Ruang 13 RS. Dr. Syaiful Anwar
oleh:
Amildya Dwi Arisanti
NIM. 140070300011155
ABSES SUBMANDIBULA
1. DEFINISI
Abses submandibula adalah abses yang terjadi di ruang submandibula atau di salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah
kepala leher. Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang
sub maksila. Ruang sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot
mylohyoid. Ruang submaksila selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental
dan ruang submaksila (lateral) oleh otot digastrikus anterior. Namun ada
pembagian lain yang tidak menyertakan ruang sublingual ke dalam ruang
submandibula, dan membagi ruang submandibula atas ruang submental dan
ruang submaksila saja. 1
2. ANATOMI
Pengetahuan tentang ruang-ruang dileher dan hubunganya dengan
fasia penting untuk mendiagnosis dan mengobati infeksi pada leher. Ruang
yang dibentuk oleh berbagai fasia pada leher ini adalah merupakan area
yang berpotensi untuk terjadinya infeksi. Invasi dari bakteri akan menghasilkan selulitis atau abses, dan menyebar melalui berbagai jalan termasuk
melalui saluran limfe.2
Pembagian ruang ruang di leher berdasarkan Hollinshead (1954). 3
1. Di bawah hyoid:
Carotid Sheath
Ruang Pretrakeal
Ruang Retroviseral
Ruang Viseral
Ruang prevertebral.
2. Di atas hyoid:
Ruang submandibula
Ruang submaxilla
Ruang masticator
Ruang parotid
3. Area perifaring:
Ruang retrofaring
Ruang parafaring (lateral Pharyngeal)
Ruang submandibula
4. Area intrafaring:
Ruang paratonsil
lateralnya dibatasi bagian anterior otot digastricus. Dasar pada ruangan ini
adalah otot milohyoid sedangkan atapnya adalah kulit, facia superficial, otot
platysma. Ruang submental mengandung beberapa nodus limfe dan
jaringan lemak fibrous.2
3. ETIOLOGI
Abses submandibula merupakan salah satu bagian dari abses leher
dalam. Sebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh campuran
berbagai kuman, baik kuman aerob, anaerob, maupun fakultatif anaerob.
Kuman aerob yang sering ditemukan adalah Stafilokokus, Streptococcus sp,
Haemofilus influenza, Streptococcus Pneumonia, Moraxtella catarrhalis,
Klebsiell sp, Neisseria sp. Kuman anaerob yang sering ditemukan pada
abses leher dalam adalah kelompok batang gram negatif, seperti
Bacteroides, Prevotella, maupun Fusobacterium.4,5
Kebanyakan abses disebabkan oleh banyak mikroba, sebagai contoh
mereka mengandung flora campuran, dan dalam studi didapatkan ada lebih
dari 5 spesies yang dapat di isolasi dari satu kasus.6
Pada ruang submandibula, infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar
mulut, faring, tonsil, sinus, dan kelenjar liur atau kelenjar limfe submandibula.
Mungkin juga sebagian kelanjutan infeksi ruang leher dalam lainnya. Kuman
penyebab biasanya campuran kuman aerob dan anaerob.1,5
Proliferasi
bakteri
dan
invasi
bakteri
melalui
organ
enamel
dapat
juga
terlibat.
Infeksi
ruang
leher
dalam
dapat
4. PATOFISIOLOGI
(terlampir)
5. GEJALA DAN TANDA
Terdapat demam dan nyeri leher disertai pembengkakan di bawah
mandibula dan atau di bawah lidah, mungkin berfluktuasi. Trismus sering
ditemukan. 1
6. PEMERIKSAAN
1) Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan leukositosis. Aspirasi
material yang bernanah (purulent) dapat dikirim untuk dibiakkan guna uji
resistensi antibiotik
2) Radiologis
a. Rontgen servikal lateral
Dapat memberikan gambaran adanya pembengkakan jaringan lunak
pada daerah prevertebra, adanya benda asing, gambaran udara di
subkutan,
lebih 22mm
(EMB). Tempat pembiakan ini diinkubasi pada suhu 370C, 5% CO2 dan
dinilai 48-72 jam. Untuk kuman anaerob dapat diinkubasi pada agar darah
anaerob yang mengandung tryptic soy agar, ekstrak ragi, vitamin K3,
hemin, 5% darah domba. Dinkubasi dalam suasana anaerob dan dinilai
72-120 jam.12
a.
S
I
Ampicillin
17
6(35%)
3(18%)
Ampicillin + sulbactam
16
6(37%)
5(31%)
Eritromicin
17
6(35%)
1(6%)
Cefixime
9
5(56%)
1(11%)
Chloramphenicl
16
9(56%)
3(19%)
Kotrimoxazole
8
1(12%)
2(25%)
Cefotaxime
16
11(69%)
3(18%)
Gentamycin
17
7(41%)
4(24%)
Cifrofloxacin
17
10(59%)
0
Ceftriaxone
17
12(70%)
1(6%)
Ceftazidime
18
11(61%)
4(22%)
Ceforazone
14
12(86%)
1(7%)
Ceforazone sulbactam +
10
9(90%)
0
Meropenem
16
10(63%)
3(18%)
Moxyfloxacine
12
9(75%)
0
S= sensitif
I= intermediate R= resisiten
R
8(47%)
5(31%)
10(59%)
3(33%)
4(25%)
5(63%)
2(13%)
6(35%)
7(41%)
4(24%)
3(17%)
1(7%)
1(10%)
3(19%)
3(25%)
Bacteroides
fragilis
Amoksilin
Metronidazole
Klindamisin
Ampisilin/sulbaktam
Amoksilin
Metronidazole
Klindamisin
Ampisilin/sulbaktam
Amoksilin
Metronidazole
Klindamisin
Ampisilin/sulbaktam
Amoksilin
Metronidazole
Klindamisin
Ampisilin/sulbaktam
Metronidazole
Klindamisin
Ampisilin/sulbaktam
Metronidazole
Klindamisin
Ampisilin/sulbaktam
Provotella
Fusobacterium sp
Gram negatif lain
Gram positif lain
Gram positif
non spora
S= sensitif
7
0
1
6
11
0
2
0
1
0
1
0
2
2
0
0
1
0
0
40
3
0
0
0
3
0
1
0
3
1
3
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
2
0
0
7
2
0
37
49
32
42
11
15
13
15
5
5
7
5
13
11
14
17
48
56
7
7
6
6
49
49
37
43
15
15
14
15
7
8
7
5
14
12
14
57
53
56
I= intermediate R= resisiten
Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hioid,
tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan
tanda infeksi reda. 1
REFERENSI
1. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus paranasal. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007. 145-48
2. Standring, S. 2004. Grays Anatomy. The Anatomical Basis of Clinical
Practise. Churcill LivingStone: Elsevier
3. Lee, K. J. 1999. Essential Otolaringologi : Head and Neck Surgery Eight
Edition. Chapter 21. McGraw Hill Medical Publishing Division.
4. Pulungan MR. Pola Kuman abses leher dalam. Diunduh
dari
[Diakses