Está en la página 1de 15

eJournal Pemerintahan Integratif, 2013, 1 (3): 304-318

ISSN 2337-8670 , ejournal.pin.or.id


Copyright 2013

STUDI TENTANG KINERJA PEGAWAI PUSKESMAS


KECAMATAN SESAYAP HILIR
KABUPATEN TANA TIDUNG
Dedy Supriadi
Abstrak
Penelitian ini berjudul Studi Tentang Kinerja Pegawai Puskesmas
Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana kinerja pegawai Puskesmas Kecamatan
Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung. Dengan bimbingan Ibu Prof. Dr. Hj. Aji
Ratna Kusuma, M. Si dan Bapak Drs. Badruddin Nasir, M.Si.
Penelitian ini berlokasi di Puskesmas Kecamatan Sesayap Hilir
Kabupaten Tana Tidung. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian
kepustakaan, penelitian lapangan berupa observasi, wawancara mendalam dan
penelitian dokumen. Narasumber ditentukan melalui teknik purposive sampling
dengan key informan adalah Kepala Puskesmas Sesayap Hilir Kabupaten Tana
Tidung. Sedangkan informan adalah Pimpinan Tata Usaha (TU) Puskemas
Sesayap Hilir, Petugas Puskesmas Sesayap Hilir dan Masyarakat. Data yang
dikumpulkan, dibandingkan dan kemudian dianalisis.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa kinerja pegawai Puskesmas
Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung sudah cukup baik. Hal
tersebut dikarenakan kedisplinan pegawai atau petugas kesehatan dalam
mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Tana
Tidung, kerja sama antara pegawai atau petugas kesehatan, tanggungjawab
terhadap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dan kreativitas
pegawai atau petugas kesehatan untuk perkembangan puskesmas.
Kata Kunci : Studi, Tentang, Kinerja, Pegawai, Kedisiplinan, Kerjasama,
Tanggungjawab, Kreativitas

304

Studi Tentang Kinerja Pegawai (Dedy Supriadi)

Pendahuluan
Negara Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk Republik,
dengan menganut azas Desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan,
dimana memberikan kesempatan dan keluasaan kepada Daerah dalam
penyelenggaraan Otonomi Daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah yang mana daerah diberikan kewenangan untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui
otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan
kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Seiring dengan diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 sebagai
pengganti dari UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang
memungkinkan daerah untuk lebih leluasa dalam mengatur rumah tangganya
sendiri. Dengan diberlakukannya undang-undang tersebut, maka menyebabkan
perubahan yang sangat signifikan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pengelolaan keuangan daerah. Dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pemerintah daerah diberikan kewenangan yang luas sehingga memungkinkan
bagi masing-masing daerah untuk memberikan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat secara lebih cepat, efisien dan lebih baik. Dalam
pengelolaan keuangan pemerintah daerah dituntut untuk lebih terbuka dalam
pengelolaannya dan anggaran benar-benar mencerminkan kebutuhan
masyarakat. Selain itu dengan diberlakukannya undang-undang tersebut
merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi pemerintah daerah
Kabupaten Tana Tidung agar dapat mengembangkan potensi daerah yang
dimiliki karena telah diberikan wewenang untuk mengatur rumah tangganya
sendiri secara luas dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Pada awalnya, Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan yang berada di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Tana Tidung.
Selain karena masih sedikitnya fasilitas pelayanan kesehatan yang lengkap dan
murah bagi masyarakat juga karena sarana transportasi yang masih sedikit.
Dalam perkembangannya, keberadaan puskesmas di Kabupaten Tana
Tidung seperti pembangunan puskesmas yang fasilitasnya sudah semakin
lengkap. Selain itu juga karena semakin baik nya sarana dan prasarana
transportasi yang terdapat di Kabupaten Tana Tidung melalui darat dan sungai.
Sesuai dengan Kebijakan Nasional Departemen Kesehatan sejak tahun
2004 perlu upaya revatilasi puskesmas untuk mengembalikan peran dan fungsi
puskesmas ke awal keberadaannya yaitu sebagai puskesmas yang selalu siap

305

eJournal Pemerintahan Integratif,


melayani masyarakat selama 24 jam sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarakat
di wilayah kerjanya.
Program puskesmas 24 jam merupakan salah satu solusi kebijakan yang
diterapkan untuk menangani masalah pelayanan kesehatan di Kabupaten Tana
Tidung. Program puskesmas 24 jam merupakan implementasi dari peraturan
Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Rencana
pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) provinsi Kalimantan Timur
Tahun 2009 2013 yaitu dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat Kalimantan Timur tahun 2013 diatas rata-rata nasional dan terbaik
di luar jawa dan bali. Puskesmas 24 jam adalah program puskesmas yang selalu
siap memberikan pelayanan komprehensif pada masyarakat selama 24 jam yang
dilengkapi dengan pelayanan gawat darurat dasar, baik dengan ada atau tidak
ada rawat inap.
Puskesmas di Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung adalah
salah satu bagian dari penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan yang berhadapan
langsung dengan masyarakat dalam menjalankan fungsinya, yaitu memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat. Puskesmas Kecamatan
Sesayap Hilir memiliki pegawai yang bisa dikatakan cukup banyak, yaitu
berjumlah 40 orang yang terdiri dari 36 orang sebagai pegawai negeri sipil dan
sisanya 4 orang adalah pegawai tidak tetap. Dengan jumlah pegawai yang
cukup banyak tersebut, merupakan salah satu faktor pendukung terciptanya
suatu pelayanan yang cepat dan tepat kepada masyarakat. Akan tetapi saat ini
banyak anggapan atau persepsi yang berkembang di masyarakat bahwa para
pegawai Puskesmas Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung belum
mampu memberikan pelayanan secara maksimal. Berdasarkan observasi awal,
penulis melihat adanya beberapa pegawai Puskesmas sambil mengobrol di
tempat parkiran kendaraan, sedangkan pada saat bersamaan pegawai-pegawai
yang lain sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain observasi penulis juga
melakukan wawancara dengan sebagian masyarakat, masih ada pegawai yang
terlambat datang dengan berbagai macam alasan, Salah satunya adalah
mengantarkan anak ke sekolah. Keluar
pada saat jam dinas dengan alasan
menghadiri acara dan ada pula yang pulang belum pada waktunya, dengan
alasan makan siang atau menjemput anak pulang sekolah.
Begitu pentingnya masalah kinerja pegawai dalam proses kegiatan pelayan
kepada masyarakat inilah yang mendorong penulis untuk menulis sebuah kajian
ilmiah yang mendalam dengan mengangkat judul Studi tentang kinerja pegawai
puskesmas Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung.
Artikel ini menyoroti tentang Disiplin Pegawai Puskesmas Sesayap
Hilir Kabupaten Tana Tidung dengan berfokus pada kedisiplinan, kerjasama,
tanggungjawab, dan kreatifitas. Artikel ini berargumen bahwa disiplin pegawai
puskesmas sudah berjalan cukup baik dengan melalui proses kerjasama yang
baik yang dapat dilihat dari keseragaman dalam memakai pakaian dinas. Dalam
artikel ini, penulis menggunakan data-data dari penelitian lapangan, wawancara
dan dokumentasi yang dikumpulkan selama melakukan penelitian selama

306

Studi Tentang Kinerja Pegawai (Dedy Supriadi)


kurang lebih satu bulan dan dianalisis menggunakan analisis kualitatif. Agar
analisis ini mempunyai landasan teoritis, maka terlebih dahulu akan diulas
kerangka dasar teori/konsep yang berkaitan dengan permasalahan artikel ini,
yakni gambaran mengenai pelaksanaan program rehabilitasi sosial rumah layak
huni.

Kerangka Dasar Teori


1. Kinerja
Pengertian Kinerja
Menurut Prawirosentono dalam Sinambela. Dkk (2006:137) Kinerja adalah
hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam
upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Harbani Pasolong (2007:175)
mengatakan kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu
organisasi. Selanjutnya Withmore (dalam Sinambela. Dkk 2006:138)
mengemukakan kinerja merupakan ekspresi potensi seseorang dalam memenuhi
tanggungjawabnya dengan menetapkan standar tertentu.
Kemudian Mangkunegara (2000:67) mendefinisikan Kinerja (prestasi kerja)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Berdasarkan konsep-konsep dan pendapat para ahli di atas, maka penulis
mendefinisikan kinerja adalah kemampuan seseorang secara kualitas dan kuantitas
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan
kepadanya.
Penilaian Kinerja
Kinerja seorang pegawai bisa kita ketahui baik atau buruk, apabila adanya
suatu penilaian. Pengertian penilaian menurut Dessler dalam Harbani Pasolong
(2007: 82) penilaian kinerja merupakan upaya sistematis untuk membandingkan
apa yang dicapai seseorang dibandingkan dengan standar yang ada. Tujuannya,
yaitu untuk mendorong kinerja seseorang agar bisa berada di atas rata-rata.
Selanjutnya Lohman dalam Mahsun (2006:25) mengatakan pengukuran kinerja
merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang
diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Kemudian Pasolong (2007:182)
Penilaian kinerja merupakan evaluasi keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam
menjalankan tugasnya.
Penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil, adalah penilaian secara periodik
pelaksanaan pekerjaan seorang Pegawai Negeri Sipil. Tujuan penilaian kinerja
adalah untuk mengetahui keberhasilan atau ketidak berhasilan seorang Pegawai
Negeri Sipil, dan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dan kelebihankelebihan yang dimiliki oleh Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dalam
melaksanakan tugasnya. Hasil penilaian kinerja digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil, antara lain pengangkatan,
kenaikan pangkat, pengangkatan dalam jabatan, pendidikan dan pelatihan, serta
pemberian penghargaan. Penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan
307

eJournal Pemerintahan Integratif,


berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.
Kinerja seorang pegawai bisa kita ketahui baik atau buruk, apabila adanya suatu
penilaian. Pengertian penilaian menurut Dessler dalam Harbani Pasolong (2007:
82) penilaian kinerja merupakan upaya sistematis untuk membandingkan apa yang
dicapai seseorang dibandingkan dengan standar yang ada. Tujuannya, yaitu untuk
mendorong kinerja seseorang agar bisa berada di atas rata-rata. Selanjutnya
Lohman dalam Mahsun (2006:25) mengatakan pengukuran kinerja merupakan
suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari
tujuan strategis organisasi. Kemudian Pasolong (2007:182) Penilaian kinerja
merupakan evaluasi keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam menjalankan
tugasnya.
Unsur-unsur yang dinilai dalam melaksanakan penilaian pelaksanaan
pekerjaan adalah :
1) Kesetiaan, Yang dimaksud dengan kesetiaan, adalah kesetiaan, ketaatan, dan
pengabdian kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan
Pemerintah.
2) Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai seorang Pegawai Negeri Sipil
dalam melaksana tugas yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi
kerja seorang Pegawai Negeri Sipil dipengaruhi oleh kecakapan, ketrampilan,
pengalaman dan kesungguhan PNS yang bersangkutan.
3) Tanggungjawab adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil
menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya
dan tepat pada waktunya serta berani memikul risiko atas keputusan yang
diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.
4) Ketaatan adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk menaati
segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku,
menaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang, serta
kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan.
5) Kejujuran, Pada umumnya yang dimaksud dengan kejujuran, adalah ketulusan
hati seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kemampuan
untuk tidak menyalah gunakan wewenang yang diberikan kepadanya. Unsur
kejujuran terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:
a) Melaksanakan tugas dengan ikhlas;
b) Tidak menyalahgunakan wewenangnya;
c) Melaporkan hasil kerjanya kepada atasannya menurut keadaan yang
sebenarnya.
6) Kerjasama, Kerjasama adalah kemampuan seseorang Pegawai Negeri Sipil
untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu
tugas yang ditentukan, sehingga tercapai daya guna dan hasil guna yang
sebesar-besarnya. Unsur kerjasama terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:
a) Mengetahui bidang tugas orang lain yang ada hubungannya dengan
bidang tugasnya;
b) Menghargai pendapat orang lain;
c) Dapat menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat orang lain, apabila
yakin bahwa pendapat orang lain itu benar;

308

Studi Tentang Kinerja Pegawai (Dedy Supriadi)


d) Bersedia mempertimbangkan dan menerima usul yang baik dari orang
lain;
e) Selalu mampu bekerja bersama-sama dengan orang lain menurut waktu
dan bidang tugas yang ditentukan;
f) Selalu bersedia menerima keputusan yang diambil secara sah walaupun
tidak sependapat.
7) Prakarsa, Prakarsa adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk
mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan
yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah
dari atasan. Unsur prakarsa terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:
a) Tanpa menunggu petunjuk atau perintah dari atasan, mengambil
keputusan atau melakukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan
tugasnya, tetapi tidak bertentangan dengan kebijaksanaan umum
pimpinan
b) Berusaha mencari tatacara yang baru dalam mencapai dayaguna dan
hasilguna yang sebesar besarnya;
c) Berusaha memberikan saran yang dipandangnya baik dan berguna kepada
atasan, baik diminta atau tidak diminta mengenai sesuatu yang ada
hubungannya dengan pelaksanaan tugas.
8) Kepemimpinan, Kepemimpinan adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri
Sipil untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal
untuk melaksanakan tugas pokok. Unsur kepemimpinan terdiri atas sub-sub
unsur sebagai berikut:
a) Menguasai bidang tugasnya;
b) Mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat;
c) Mampu mengemukakan pendapat dengan jelas kepada orang lain;
d) Mampu menentukan prioritas dengan tepat
e) Bertindak tegas dan tidak memihak;
f) Memberikan teladan baik;
g) Berusaha memupuk dan mengembangkan kerjasama;
h) Mengetahui kemampuan dan batas kemampuan bawahan;
i) Berusaha menggugah semangat dan menggerakkan bawahan dalam
melaksanakan tugas;
j) Memperhatikan dan mendorong kemajuan bawahan:
k) Bersedia mempertimbangkan saran-saran bawahan.
Selanjutnya Hasibuan dalam Siagian (2002:56) mengatakan bahwa
kinerja pegawai dapat dikatakan baik atau dapat dinilai dari beberapa hal :
1) Kesetiaan seorang pegawai dikatakan memiliki kesetiaan jika ia melakukan
tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab terhadap amanah
yang diberikan organisasi.
2) Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai pegawai dalam melaksanakan
tugas yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi kerja seorang
pegawai dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman dan
kesanggupan pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Namun
demikian prestasi kerja seorang pegawai tidak hanya tergantung dari
kemampuan dan keahlian yang bersangkutan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan.

309

eJournal Pemerintahan Integratif,


3) Kedisiplinan, sejauhmana pegawai dapat mematuhi peraturan-peraturan yang
ada dan melaksanakan instruksi yang diberikan kepadanya.
Disiplin dapat
diartikan melaksanakan apa yang telah disetujui bersama antara pimpinan
dengan para pegawai baik persetujuan tertulis, lisan ataupun berupa peraturanperaturan dan kebiasaan-kebiasaan.
4) Kreatifitas yaitu kemampuan pegawai dalam mengembangkan ide-ide dan
mengeluarkan potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan pekerjaannya
sehingga pegawai dapat bekerja dengan lebih berdaya guna dan berhasil guna.
5) Kerjasama yaitu kemampuan pegawai untuk bekerja sama dengan pegawai lain
dalam menyelesaikan suatu tugas yang ditentukan, sehingga hasil pekerjaannya
akan semakin baik.
6) Kecakapan dapat diukur dari tingkat pendidikan pegawai yang disesuaikan
dengan pekerjaan yang menjadi tugasnya.
7) Tanggungjawab adalah kesanggupan seorang pegawai menyelesaikan pekerjaan
yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya
serta berani menerima resiko pekerjaan yang dilakukan.
Lateiner dalam Soejono (1993:72), umumnya disiplin kerja pegawai dapat
diukur dari :
1) Para pegawai datang ke kantor dengan tertib, tepat waktu dan teratur.
Dengan datang ke kantor secara tertib, tepat waktu dan teratur maka disiplin
kerja dapat dikatakan baik.
2) Berpakaian rapi di tempat kerja
Berpakaian rapi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin kerja
pegawai, karena dengan berpakaian rapi suasana kerja
akan terasa nyaman
dan rasa percaya diri dalam berkerja tinggi.
3) Menggunakan perlengkapan kantor dengan hatihati.
Sikap hatihati dapat menunjukkan bahwa seseorang memiliki disiplin kerja
yang baik karena apabila dalam menggunakan perlengkapan kantor tidak secara
hatihati, maka akan terjadi kerusakan yang mengakibatkan kerugian.
4) Mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh organisasi.
Dengan mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh organisasi maka dapat
menunjukan bahwa pegawai memiliki disiplin kerja yang baik, juga
menunjukkan kepatuhan pegawai terhadap organisasi.
5) Memiliki tanggungjawab
Tanggungjawab sangat berpengaruh terhadap disiplin kerja, dengan adanya
tanggung jawab terhadap tugasnya maka menunjukkan disiplin kerja pegawai
yang tinggi.
Dari hal-hal yang telah dikemukakan di atas, kemudian penulis mengambil
beberapa hal penting yang menjadi ukuran penilaian kinerja pegawai yang
kiranya lebih relevan dalam penelitian ini yaitu kedisiplinan, kerjasama, dan
tanggungjawab. Pembatasan ini dilakukan karena penulis menganggap dapat
mewakili penilaian kinerja yang telah dikemukakan di atas.
Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja pada dasarnya digunakan untuk penilaian atas
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan, program, dan kebijakan sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi

310

Studi Tentang Kinerja Pegawai (Dedy Supriadi)


dan visi organisasi. Pengukuran kinerja mencakup penetapan indikator dan
penetapan pencapaian indikator kinerja (Pasolong, 2007: 182).
Pengukuran kinerja (Performance Measurenment) adalah suatu metode
atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan
kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi, sehingga dapat diketahui
kemajuan organisasi, serta meningkatakan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas (Mahsun, 2006: 26).
Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting dalam manajemen
program secara keseluruhan, karena kinerja yang dapat diukur akan mendorong
pencapaian kinerja tersebut. Pengukuran kinerja dilakukan secara terus menerus
dan berkesinambungan dapat memberi umpan balik (feedback) yang penting,
artinya bagi upaya perbaikan guna mencapai keberhasilan di masa yang akan
datang (Sedarmayanti dalam Pasolong, 2007: 187).
Pengukuran kinerja sektor publik menurut Mardiasmo (dalam Nasucha,
2004: 108) mempunyai tiga tujuan sebagai berikut:
1) Membantu memperbaiki kinerja pemerintahan agar kegiatan
pemerintah terfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja.
2) Pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.
3) Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki
komunikasi kelembagaan.
Menurut BPKP (dalam Mahsun, 2006: 33) cakupan pengukuran kinerja
sektor publik harus mencakup item-item sebagai berikut:
1) Kebijakan (policy): untuk membantu pembuatan maupun
pengimplementasian kebijakan.
2) Perencanaan dan penganggaran (planning and budgeting): untuk
membantu perencanaan dan penganggaran atas jasa yang diberikan dan
untuk memonitor perubahan terhadap rencana.
3) Kualitas (quality): untuk memajukan standarisasi jasa yang diberikan
maupun keefektifan organisasi.
4) Kehematan (economy): untuk me-review pendistribusian dan
keefektifan penggunaan sumber daya.
5) Keadilan (equity): untuk meyakini adanya distribusi yang adil dan
dilayani semua masyarakat.
(accountability):
untuk
meningkatkan
6) Pertanggungjawaban
pengendalian dan mempengaruhi pembuatan keputusan.
Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan
untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas dalam
rangka menilai keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan /program /kebijakan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan
visi satuan organisasi/kerja. Keberhasilan satuan organisasi/kerja akan lebih dilihat
dari kemampuannya, berdasarkan sumber daya yang dikelolanya, untuk mencapai
hasil sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam Rencana Strategi. Dengan
kata lain pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian
target-target berdasarkan indikator-indikator kinerja yang telah ditetapkan yang
mengacu pada suatu tujuan strategis organisasi.

311

eJournal Pemerintahan Integratif,


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Pasolong (2007:186-189) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu
organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kemampuan
Robbins (2007:186) mengatakan kemampuan adalah suatu kapasitas individu
untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
2) Kemauan
Menurut Robbins kemauan adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya
yang tinggi untuk tujuan organisasi.
3) Energi
Ayan dalam Pasolong (2007:187-188) mendefenisikan energi adalah pemercik
api yang menyalakan jiwa. Tanpa adanya energy psikis dan fisik yang
mencukupi, perbuatan kreatif pegawai terhambat.
4) Teknologi
Rousseau dalam Pasolong (2007:188) mengatakan bahwa teknologi adalah
penerapan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan.
5) Kompensasi
Kompensasi adalah sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagi balas jasa atas
kinerja dan bermanfaat baginya.
6) Kejelasan Tujuan
Widodo dalam Pasolong (2007:189) mengatakan bahwa seorang cpemimpin
birokrasi harus menentukan apa yang menjadi tujuan dari organisasi pemerintah
dan menentukan pula kriteria kinerjanya.
7) Keamanan
Keamanan pekerjaan menurut Geeorge Strauss & Leonard Sayles dalam
Pasolong (2007:189) adalah sebuah kebutuhan manusia yang fundamental,
karena pada umumnya orang menyatakan lebih penting keamanan pekerjaan
daripada gaji atau kenaikan pangkat.
Kemudian menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2007:13-14)
merumuskan bahwa:
Human Perpormance = Ability x Motivation
Motivation
= Attitude x Situation
Ability
= Knowledge x Skill
Penjelasan:
1) Faktor kemampuan (Ability)
Secara Psikologis, kemampuan (Ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ)
dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, pimpinan dan karyawan
yang memiliki IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan
yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan
sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.
2) Faktor motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan sustu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap
situasi kerja (situation) di lingkungan organisasi. Mereka yang bersikap positif
(pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan
sebaliknya jika mereka bersikap negative (kontra) terhadap situasi kerjanya
akan menunjukan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud

312

Studi Tentang Kinerja Pegawai (Dedy Supriadi)


mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan
pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja
Pelayanan Puskesmas
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung
memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah
kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Jenis pelayanan
kesehatan disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya
kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya
kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta
kemampuan puskesmas.
Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah (Basic Six):
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4. Upaya perbaikan giji masyarakat
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan.
Fungsi puskesmas
Fungsi puskesmas itu sendiri meliputi :
1. Fungsi pokok
a. Pusat pengerak pembangunan berwawasan kesehatan pusat pemberdayaan
b. Masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan
c. Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
Program pokok puskesmas
1. KIA
2. KB
3. Usaha Kesehatan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular
6. Pengobatan termasuk penanganan darurat karena kecelakaan
7. Penyuluhan kesehatan masyarakat
8. Kesehatan sekolah
9. Kesehatan olahraga
10. Masyarakat
11. Kesehatan kerja
12. Kesehatan gigi dan mulut
13. Kesehatan jiwa
14. Kesehatan mata
15. Laboratorium sederhana
16. Pencatatan dan pelaporan dalam rangka SIK
17. Pembinaan pengobatan tradisional
18. Kesehatan remaja
19. Perawatan kesehatan
20. Dana sehat

313

eJournal Pemerintahan Integratif,


Satuan penunjang
1. Puskesmas pembantu
Pengertian puskesmas pembantu yaitu unit pelayanan kesehatan yang
sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakn kegiatankegiatan yang dlakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih
kecil.
2. Puskesmas keliling
Pengertian puskesmas keliling yaitu unit pelayanan kesehatan keliling yang
dilengkapi dengan kendaraan bermotor dan peralatan kesehatan, komunikasi
serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas. Dengan fungsi dan tugas
yaitu memberi pelayanan kesehatan daerah terpencil, melakukan penyelidikan
KLB,Transport rujukan pasien, penyuluhan kesehatan dengan audiovisual.
3. Tujuan puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang
yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan indonesia sehat.
4. Tugas puskesmas
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan
Kabupaten atau Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan
pembanggunan kesehatan disuatu wilayah. Puskesmas sebagai pusat
pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,terpadu, dan berkesinambungan,
yang meliputi pelayanan kesehatan perorang (private goods) dan pelayanan
kesehatan masyarakat (public goods). Puskesmas melakukan kegiatankegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha
pembangunan kesehatan.

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yakni
mendapatkan gambaran menyeluruh terhadap objek penelitian yang akan
diteliti. Menurut Sugiyono (2009:11) penelitian deskriptif adalah penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel
ataupun lebih (independen) tenpa membuat perbandingan atau menghubungkan
antara variabel satu dengan variabel yang lain.
Menurut Moleong (2006) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tantang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara
holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang dialami dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber data,
yakni data primer dan data skunder, dengan penentuan sumber data
menggunakan teknik purposive sampling. Menurut sugiyono (2007:30)
purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja.
Lebih lanjut menurut Subagyo (2004:31) purposive sampling merupakan teknik

314

Studi Tentang Kinerja Pegawai (Dedy Supriadi)


pengambilan sampel dengan berdasarkan pertimbangan ditentukan sendiri oleh
peneliti.
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sesayap Hilir Kabupaten Tana
Tidung dan untuk memperoleh data penulis telah menentukan responden yang
terdiri dari : Kepala Puskesmas Sesayap Hilir, Pimpinan Tata Usaha (TU)
puskesma, Petugas Puskesmas Sesayap Hilir dan Masyarakat. Dan untuk
menggumpulkan data maka penulis menggunakan penelitian kepustakaan dan
penelitian lapangan (observasi, wawancara dan dokumentasi). Dan setelah data
terkumpul maka dilakukan analisis data dengan menggunakan metode analisis
data kualitatif model interaktif yang meliputi : pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil Penelitian Pembahasan


a. Kedisiplinan
Disiplin kerja petugas Puskesmas Sesayap Hilir sudah cukup baik
hanya saja belum maksimal hal tersebut dapat dilihat dimana hanya sebagian
pegawai yang memiliki disiplin dalam menjalankan tugasnya terutama yang
bertempat tinggalnya dekat dari puskesmas karena diwajibkan pukul 08.00
sudah standby sehingga petugas dapat datang tepat waktu kemudian
kedisiplinan petugas di Puskesmas Sesayap Hilir dapat dilihat dari keseragaman
dalam menggunakan pakaian dinas pada saat jam kerja dan datang ke
Puskesmas tepat pada waktunya.
Dengan datang ke puskesmas secara tertib, tepat waktu dan teratur
maka disiplin kerja dapat dikatakan baik. Akan tetapi kedisiplinan itu luntur
dikarenakan alasan petugas puskesmas yang kondisi rumahnya berada di
Kabupaten Tana Tidung (Tidung Pale) terkadang mereka masuk kerja melewati
dari jam masuk yang telah di tentukan, hal tersebut dikarenakan cuaca yang
tidak mendukung dan akses jalan yang belum sepenuhnya membaik, sehingga
mereka datang terlambat dan adanya petugas yang pulang lebih awal dengan
alasan bahwa tidak ada lagi masyarakat yang berobat.
Dengan demikian, dalam kegiatan kerja setiap saat atasan bisa
mengambil tindakan-tindakan untuk memulihkan tindakan pelanggaran
sehingga dengan tindakan tersebut para pelanggar akan menyesuaikan dirinya
kembali dengan standar peraturan yang berlaku atau menunjukkan bahwa
mereka tidak akan melakukan pelanggaran lagi. Selain itu petugas juga harus
memiliki tanggung jawab yang tinggi Tanggung jawab sangat berpengaruh
terhadap disiplin kerja, dengan adanya tanggung jawab terhadap tugasnya
maka menunjukkan disiplin kerja petugas yang tinggi pula.
b. Kerjasama
Dalam melakukan pekerjaannya baik pimpinan ataupun petugas
kesehatan lain melakukan musyawarah dan memberikan informasi kepada
rekan kerjanya yang lain jika pekerjaan tersebut dirasa perlu membutuhkan
rekan kerjanya agar pekerjaan tersebut bisa terlaksana sesuai dengan apa yang
diharapkan Dan jikapun ada masalah yang tidak terselesaikan dengan baik itu

315

eJournal Pemerintahan Integratif,


dikarenakan adanya EGO yang kurang baik diantara pegawai dan petugas
kesehatan.
Begitu juga demikian yang dilakukan pegawai dan petugas kesehatan,
untuk menyelesaikan pekerjaannya masing-masing pegawai melakukan kerja
sama dengan rekan kerjanya yang sekiranya mampu untuk membantu
menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya, dimana pegawai
tersebut berkolaborasi dengan rekan kerja dalam satu pekerjaan agar pekerjaan
tersebut selesai tepat pada waktunya. Kerjasama pegawai Puskesmas Desa
Sesayap Kecamatan Sesayap Hiir sudah cukup baik. pegawai telah menjalankan
kerjasama dengan sesama rekan kerjanya baik itu kerjasama dalam hal
pelayanan kepada masyarakat, administrasi dan hal-hal lain yang dianggap
perlu sehingga pekerjaan akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dan
selesai tepat pada waktunya.

c. Tanggungjawab
Tanggungjawab pegawai dan petugas kesehatan terhadap pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat hingga kini masih berjalan sebagaimana
mestinya karena mengingat masyarakat semakin membutuhkan pelayanan yang
semakin kompleks dan cepat. Pegawai dan petugas kesehatan Puskesmas
melaksanakan apa yang menjadi tugas dan kewajiban yang diperintahkan oleh
pemerintah kabupaten khususnya Dinas Kesehatan Kabuapten Tana Tidung
misalnya pelaporan data-data penyakit, pelaksanaan program dan sebagainya.
Petugas terkait harus bertanggung jawab penuh atas pelayanan yang di berikan
dari awal hingga akhir masyarakat berurusan contohnya jika ada masyarakat
yang inggin berobat atau membutuhkan rujukan langsung dilayani petugas dan
bidang pemegang program terkait.
d. Kreativitas
Melalui berbagai program yang telah dijalankan oleh pegawai atau
petugas kesehatan desa sesayap baik itu mengenai pelayanan kepada
masyarakat dan kesejatraan masyarakat dengan menggunakan dana melalui
Dinas Kesehatan Kabupaten Tana Tidung semakin memberikan peluang kepada
masing-masing pegawai atau petugas kesehatan untuk menuangkan kreasi yang
dimiliki yang kemudian ditampilkan di papan informasi berdasarkan keinginan
pegawai atau petugas kesehatan desa sesayap itu sendiri dengan tujuan agar
masyarakat bisa melihat apa saja yang pegawai atau petugas kesehatan lakukan
sehingga terjadi keterbukaan antara pegawai atau petugas desa sesayap dan
masyarakat desa sesayap setempat. Kreasi yang disumbangkan oleh pegawai
atau petugas kesehatan untuk perkembangan Puskesmas biasanya disampaikan
pada saat Rapat Intern.
Oleh karena itu, kreativitas pegawai Puskesmas desa sesayap harus
dapat dikembangkan bukan hanya pada satu orang akan tetapi kepada semua
pegawai Puskesmas desa seayap harus memiliki kreasi agar bisa membawa
Puskesmas menjadi yang dinilai memiliki kreatifitas tinggi dari pemerintah
baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinsi atau pusat.

316

Studi Tentang Kinerja Pegawai (Dedy Supriadi)

Kesimpulan
1. Kedisiplinan pegawai puskesmas sudah cukup baik hanya saja
belum maksimal dikarenakan sebagian pegawai yang rumahnya
cukup jauh dari tempat kerja sehingga meraka sering terlambat
melewati dari jam masuk kerja yang telah ditentukan, dan
kedisiplinan pegawai dapat dilihat dari keseragaman dalam
menggunakan pakaian dinas pada saat jam kerja.
2. Kerjasama pegawai puskesmas dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat sudah cukup baik karena selalu
mengedepankan musyawarah dan memberikan informasi kepada
rekan kerjanya yang lain jika pekerjaan tersebut dirasa perlu
membutuhkan rekan kerjanya baik itu Pimpinan puskesmas dan Staf
agar pekerjaan tersebut bisa terlaksana dengan baik dan pekerjaan
yang dimaksud misalnya dalam hal pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dan administrasi dan lain sebagainya. Kerjasama dari
pegawai atau petugas kesehatan merupakan wujud dari kepedulian
masing-masing pegawai kepada sesama rekan kerjanya sebagai
penunjang agar pekerjaan yang diberikan dapat dijalankan sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
3. Tanggungjawab pegawai puskesmas desa sesayap sudah cukup baik
karna pelayanan yang di berikan tidak berhenti hingga pada saat
puskesmas tutup akan tetapi pegawai puskesmas juga
mempersilahkan masyarakat yang ingin berobat ke rumah,
walaupun ada nya puskesmas 24 jam.
4. Kreatifitas pegawai puskesmas desa sesayap yaitu dengan cara
menampilkan iklan informasi-informasi mengenai pelayanan
kesehatan kepada masyarakat atau yang terkait dengan Puskesmas
desa sesayap atau hal-hal lainnya dipapan informasi yang dibuat
berdasarkan pemikiran dari pegawai dengan tujuan agar antara
pegawai dan petugas kesehatan saling terbuka atau transparan
antara satu sama lain sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Studi Tentang Kinerja Pegawai
Puskesmas Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung maka penulis
memberikan rekomendasi-rekomendasi sebagai berikut:
1. Pegawai atau petugas puskesmas Desa Sesayap Kecamatan Sesayap
Hilir Kabupaten Tana Tidung lebih meningkatkan kinerjanya dalam
menjalankan tugas, fungsi, dan wewenang pegawai dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan sebagai bukti kinerja pegawai
puskesmas dengan cara menjalankan semua yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah.
2. Pegawai atau petugas puskesmas harus mengikuti dan menjalankan
dengan sungguh-sungguh peraturan-peraturan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah.
317

eJournal Pemerintahan Integratif,

Daftar Pustaka
Dunn, William N. 1954. Analisa Kebijakan Publik. Yogyakarta: PT Prasetia
Widia Pratama.
Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.
Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:
Penerbit BPFE.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2007. Evaluasi Kinerja. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Moleong, 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung PT
Remaja Rosdakarya.
Nasucha, Chaizi. 2004. Reformasi Administrasi Publik Teori dan Praktik.
Jakarta: PT Grasindo.
Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Alfabete, Bandung.
Sinambela, Lijan Poltak. Dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Teori,
Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Sugiyono. 2006. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Social Sebagai Kebijakan Publik. Bandung:
Alfabeta
Widjaja, HAW. 1992. Titik Berat Otonomi. PT. Raja GrafidoPersada,
Jakarta.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Raja GrafidoPersada, Jakarta.
Dokumen :
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Sumber Internet:
http://wikimedya.blogspot.com/2011/03/defini-fungsi-tujuan-dantugas.html-(diakses 26 juni 2012)
http://www.scridd.com> Research> Science- Kinerja- Organisasi- BadanKeswadayaan- Masyarakat- Pdf (diakses 1 Mei 2012).

318

También podría gustarte