Está en la página 1de 35

Pacu Investasi Domestik

Sabtu, 25 Februari 2012 | 02:52 WIB


Dibaca: 80
Komentar: 0
|

Share:
Setelah 14 tahun menanti, Indonesia mendapatkan status layak investasi dari lembaga
pemeringkat Fitch Ratings dan Moodys Investor Service. Aliran investasi asing diramalkan
akan mengalir deras. Namun, situasi krisis global memperingatkan kita untuk tidak
bergantung pada aliran modal asing. Kini, momentum untuk memacu ketahanan ekonomi
melalui penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Kekuatan modal investor dalam negeri tak bisa dipandang sebelah mata. Investor lokal
terbukti pernah menjadi penyelamat saat perekonomian dunia terguncang dan
berimbas pada penurunan realisasi penanaman modal asing (PMA) di Indonesia yang
hanya 27,3 persen tahun 2009.
Pada saat itu, realisasi PMDN justru naik pesat 85,6 persen dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Selama kurun 2009-2011, dana dari investor domestik tumbuh 57,1 persen per
tahun, empat kali lebih besar daripada PMA yang hanya naik sekitar 14,2 persen.
Potensi peningkatan investasi domestik ini kian besar karena iklim usaha yang makin
kondusif bagi investor di dalam negeri. Indikatornya bisa dilihat dari laporan Bank Dunia dan
Korporasi Keuangan Internasional (IFC) mengenai kemudahan melakukan usaha di sejumlah
negara yang menyebutkan langkah maju Indonesia.
Negeri ini berhasil menekan waktu pengurusan administrasi untuk membangun bisnis. Dua
belas prosedur tahun 2006 sudah dipangkas hingga tinggal sembilan. Meskipun secara
peringkat, Indonesia masih menduduki kelompok menengah bawah dengan urutan ke-129
dari 183 negara yang dinilai.
Masih dari laporan kedua lembaga bertaraf internasional itu, tersebutlah Kota Yogyakarta
yang menjadi tempat paling mudah memulai bisnis di antara 20 kota besar di Indonesia.
Membuka usaha di Yogyakarta hanya memerlukan delapan prosedur dengan waktu 29 hari.
Biaya yang dibutuhkan sekitar 18,5 persen dari pendapatan warga.
Waktu dan ongkos untuk berbisnis di Yogyakarta ini lebih rendah dibandingkan dengan ratarata Indonesia, yaitu sembilan prosedur selama 33 hari dengan biaya 22 persen dari
pendapatan warga.
Bila ditelisik lebih jauh, birokrasi yang efisien dan biaya yang terjangkau telah menstimulasi
usahawan lokal membuka bisnis baru di Yogyakarta dan sekitarnya. Menurut catatan Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), kucuran dana dari investor domestik naik lebih
signifikan dibandingkan dengan investor asal mancanegara. Jumlah proyek hasil realisasi

investasi dalam negeri di DI Yogyakarta naik 700 persen sampai akhir tahun lalu. Realisasi
nilai PMDN naik dari Rp 10 miliar tahun 2010 menjadi Rp 195,8 miliar pada akhir tahun
2011.
Pengalaman Kota Yogyakarta ini bisa menjadi model bagi daerah lain. Tidak hanya di Pulau
Jawa atau bagian barat Indonesia, tetapi juga di wilayah bagian timur Indonesia.
Jika satu per satu kota mulai membenahi birokrasi yang menjadi lebih efisien, iklim
usaha di Indonesia akan terus membaik. Investasi asal domestik mengalir kian deras
sehingga tak perlu cemas menunggu dana dari pihak asing.(RATNA SRI
WIDYASTUTI/Litbang Kompas)
JAKARTA-Realisasi penanaman modal dalam negeri mulai mengimbangi laju
pertumbuhan penanaman modal asing yang meningkat pesat dalam beberapa kuartal terakhir.
Lonjakan realisasi investasi domestik pada kuartal III/2012 semakin memperkuat arus
penanaman modal di Indonesia yang per September telah mencapai Rp229,9 triliun.
Realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada kuartal III/2012 mencapai Rp25,2
triliun atau 32,6% lebih tinggi dari capaian kuartal II/2012 yang Rp20,8 triliun.
Kenaikan tersebut berbanding terbalik dari pertumbuhan realisasi penanaman modal asing
(PMA) yang hanya tumbuh tipis sebesar 0,9% dari Rp56,1 triliun pada kuartal II/2012
menjadi Rp56,6 triliun pada kuartal III/2012.
Realisasi investasi kumulatif JanuariSeptember 2012 naik 27% dari Rp181 triliun pada
Januari-September 2011 menjadi Rp229,9 triliun.
PMA berkontribusi atas 71,4% realisasi investasi per kuartal III/2012 atau sekitar Rp164,2
triliun, sedangkan PMDN menyumbangkan 28,6% atau Rp65,7 triliun.
Kepala BKPM Chatib Basri mengatakan perlambatan pertumbuhan PMA pada kuartal
III/2012 sejalan dengan penurunan pertumbuhan impor barang modal pada beberapa bulan
terakhir.
Dia menjelaskan realisasi investasi perusahaan asing mulai tertekan oleh dampak
kelesuan ekonomi global, sedangkan realisasi investasi perusahaan dalam negeri
semakin kuat ditopang daya tahan perekonomian domestik.
Ketika di awal tahun, PMA belum terkena dampak krisis global. Di kuartal III/2012 mulai
terjadi pergesaran. Ekonomi domestik kuat, maka [investasi] domestik yang naik tinggi,
ujarnya, Senin (22/10).
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Azhar Lubis memaparkan
realisasi PMDN pada kuartal III/2012 didominasi oleh investasi di sektor manufaktur.

Data BKPM menunjukkan 3 sektor penarik PMDN terbesar pada kuartal III/2012 adalah
Industri Mineral non Logam senilai Rp5,9 triliun (23,5% dari total PMDN), Industri
Makanan Minuman senilai Rp4,6 triliun (18,2%) dan Industri Tekstil Rp2,6 triliun (10,4%).
PMDN biasanya datang dari banyak perusahaan dengan nilai yang kecil-kecil, tapi ada juga
perusahaan menengah hingga besar meskipun secara investasi per perusahaan tidak sebesar
asing, jelas Azhar.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (Persero) Destry Damayanti mengatakan investasi
domestik biasanya memang tumbuh mengikuti realiasasi PMA. (Jibi/aca)

Indonesia Tingkatkan Investasi Domestik

Jakarta, Indonesianway.com Sebagai negara yang telah meratifikasi pembentukan


organisasi perdagangan dunia atau WTO, Indonesia harus ikut dalam mekanisme
liberalisasi perdagangan dunia, khususnya perdagangan jasa sesuai dengan perjanjian yang
tertuang dalam General Agreement on Trade in Service (GATS). Mengantisipasi
perdagangan bebas tersebut, Indonesia melakukan beberapa upaya seperti
meningkatkan investasi dalam negeri dengan melakukan promosi dan
menyempurnakan regulasi yang menghambat iklim investasi.
Selain itu, Indonesia juga meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga kerja
Indonesia/TKI yaitu transfer knowledge, training, sertifikasi, international job assignment,
kata Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo dalam acara Seminar Antisipasi
Perdagangan Bebas Pada Industri Migas di Crowne Plaza, Kamis (10/5).
Upaya lainnya adalah meningkatkan daya saing perusahaan dalam negeri, antara lain
memberikan kesempatan pertama, preferensi harga, pengendalian impor dan insentif.
Indonesia telah mengajukan Klasifikasi Jasa Energi ke WTO dan telah mengalami revisi
beberapa kali.
Konsep pertama diserahkan tahun 2003. Setelah melalui proses yang panjang, pada Maret
dan Juni 2012 akan dilakukan pembahasan jasa energi pada Sidang CSC.

Ini artinya, kita harus kembali bergerak, siapkan kembali karena kita harus menegosiasi lagi
klasifikasi jasa energi Indonesia di WTO, ujarnya.
Klasifikasi jasa energi disusun untuk proteksi dan alat bernegosiasi yang diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan dalam negeri, perluasan akses pasar, pembatasan monopoli,
transparansi global dan harus siap bersaing secara global.
Klasifikasi jasa energi Indonesia disusun secara lengkap, terperinci berdasarkan kondisi
lapangan (commercial reality) dengan memuat 350 bidang jasa energi dengan berkonsultasi
dengan stakeholder.
Klasifikasi Indonesia bersifat netral dan dapat diterapkan di semua negara anggota WTO
dan bertujuan mendorong pelaku domestik mengembangkan kapasitas untuk menghadapi
globalisasi, tambahnya.
Lebih lanjut Evita mengemukakan, klasifikasi Indonesia telah didokumentasikan di WTO:
dok.S/csc/W/42/rev.1&rev1/cor dan telah diadopsi dalam UU Energi No 30 Tahun 2007.
Mengakhiri sambutannya, Evita mengharapkan seminar tersebut dapat memberikan masukan
pada pemerintah serta diperoleh kesepahaman bersama antara pemerintah dan stakeholder
mengenai posisi runding Indonesia dalam jasa perdagangan bebas karena hal tersebut saat ini
belum tesebar merata. Padahal, perundingan liberalisasi perdagangan telah
berkembang pesat.
Kategori:
Buku
Jenis
Referensi
Penulis:
makalah
PENANAMAN MODAL ASING DALAM RANGKA INVESTASI DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Investasi, khususnya investasi asing sampai hari ini merupakan faktor penting untuk
menggerakkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Harapan masuknya investasi
asing dalam kenyataannya masih sulit untuk diwujudkan. Faktor yang dapat mempengaruhi
investasi yang dijadikan bahan pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya, antara
lain : Pertama faktor Sumber Daya Alam, Kedua faktor Sumber Daya Manusia, Ketiga faktor
stabilitas politik dan perekonomian, guna menjamin kepastian dalam berusaha, Keempat
faktor kebijakan pemerintah, Kelima faktor kemudahan dalam peizinan.
Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis moneter. Krisis moneter ini diawali
dengan terdefresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Defresiasi nilai
tukar rupiah makin tajam sehingga krisis moneter yang terjadi tersebut berlanjut menjadi
krisis ekonomi yang dampaknya terasa hingga saat ini. Pertumbuhan ekonomi berjalan sangat
lambat.
Salah satu cara untuk membangkitkan atau menggerakkan kembali perekonomian nasional
seperti sediakala sebelum terjadinya krisis ekonomi adalah kebijakan mengundang masuknya
investasi di Indonesia. Investasi, khususnya investasi asing sampai hari ini merupakan faktor

penting untuk menggerakkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Harapan masuknya


investasi asing dalam kenyataannya masih sulit untuk diwujudkan.
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya keengganan masuk investasi ke Indonesia pada
saat ini. Faktor-faktor yang dapat menjadi pendukung masuknya arus investasi ke suatu
negara, seperti jaminan keamanan, stabilitas politik, dan kepastian hukum, tampaknya
menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi Indonesia. Bahkan otonomi daerah yang sekarang
diterapkan di Indonesia dianggap menjadi permasalahan baru dalam kegiatan investasi di
beberapa daerah.

Dengan mulai diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo Undang-Undang


Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Indonesia memasuki era baru dalam
hubungan antar pemerintahan pusat dan pemerintah daerah. Indonesia memasuki era otonomi
daerah. Keadaan baru sangat diperhitungkan oleh para investor berkaitan dengan dampak
negatif yang ditimbulkannya.
Di era reformasi, sejak pemerintahan BJ Habibie, kemudian Abdurrahman Wahid, Megawati,
dan kini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Pemerintah justru berupaya menarik sebanyak
mungkin investasi asing melalui rentetan kunjungan kenegaraan ke luar negeri, privatisasi
BUMN, penegakkan supremasi hukum, serta revisi terhadap berbagai undang-undang yang
menyangkut bisnis dan investasi perpajakkan, ketenagakerjaan dan seterusnya. Semua upaya
ini tentu bertujuan menciptakan iklim dunia usaha dalam negeri yang lebih kondusif demi
meningkatkan capital inflow yang pada gilirannya diharapkan meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
Memasuki tahun 2007, semua indikator makro ekonomi menunjukkan semakin membaiknya
iklim dunia usaha, institusi perbankan yang kian berpeluang untuk meningkatkan penyaluran
kredit, kian meningkatnya investor confidence, dan country risk yang juga membaik, kinerja
pemerintahan yang secara umum mulai dapat dipercaya, walaupun masih ada berbagai
ketidakberesan yang perlu segera dibenahi di sektor birokrasi dan penegakkan hukum.
Dapat dilihat dalam Bursa Efek Jakarta yang mengakhiri 2006 secara menakjubkan dengan
IHSG pada level 1.805,223 suatu pertumbuhan sebesar 55% dibandingkan setahun
sebelumnya. Jumlah emiten di BEJ juga bertambah 12 perusahaan tahun silam, sehingga
secara keseluruhannya kini mencapai 344. Di sisi lain, jumlah reksadana hingga akhir 2006
tercatat sebanyak 399 atau meningkat 22% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dan di
pasar uang, nilai tukar rupiah juga menguat. Itu sebabnya ada asumsi bahwa tahun 2007
adalah tahun panen bagi banyak investor mengingat diversifikasi produk yang kian
banyak[1]. Hal ini dibuktikan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di peghujung
2007 berhasil ditutup menguat. IHSG di lantai Bursa Eefek Indonesia (BEI), ditutup menguat
sebesar 6,122 ke posisi 2.754, 826 atau meningkat 51,74% dari level penutupan di tahun 2006
yaitu sebesar 1.805,523[2]. Selain itu, Pada tahun 2007 telah tercatat 22 emiten baru dan 23
emiten yang mengeluarkan right issues. Total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp44,54
trilliun, berasal dari Rp16,87 trilliun IPO, Rp25.5 trilliun right issues dan Rp2,08 trilliun
warrant. Di tahun 2007 ini pula tercatat kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sangat
menggembirakan. Hampir seluruh indikator perdagangan menunjukan peningkatan yang
signifikan, seperti aktivitas transaksi, pergerakan indeks, maupun minat investor asing untuk
berinvestasi di Pasar Modal Indonesia. Pada akhir tahun 2007.

Masuknya perusahaan asing dalam kegiatan investasi di Indonesia dimaksudkan sebagai


pelengkap untuk mengisi sektor-sektor usaha dan industri yang belum dapat dilaksanakan
sepenuhnya oleh pihak swasta nasional, baik karena alasana teknologi, manajemen, maupun
alasan permodalan. Modal aing juga diharapkan secara langsung maupun tidak langsung
dapat lebih merangsang dan menggairahkan iklim atau kehidupan dunia usaha, serta dapat
dimanfaatkan sebagai upaya menembus jaringan pemasaran internasional melalui jaringan
yang mereka miliki. Selanjutnya modal asing diharapkan secara langsung dapat mempercepat
proses pembangunan ekonomi Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang dapat
diambil adalah apa peranan penanaman modal asing bagi negara berkembang? Dan faktorfaktor apakah yang menyebabkan sebagian besar investor asing enggan masuk ke Indonesia
atau juga enggan untuk merealisasi rencana investasi mereka yang telah disetujui
pemerintah ?
1. Pengertian Penanaman Modal Asing
Dalam literatur ekonomi makro, investasi asing dapat dilakukan dalam bentuk, yaitu investasi
portofolio dan investasi langsung atau foreign direct investment (FDI). Investasi portofolio
ini dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga seperti saham dan
obligasi. Sedangkan investasi langsung yang dikenal dengan Penanaman Modal Asing (PMA)
merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi
perusahaan.
Penanaman Modal di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Penanaman Modal

Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri (Pasal 1
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal).
Dibanding dengan investasi portofolio, Penanaman Modal Asing (PMA) lebih banyak
mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya permanen (jangka panjang), banyak memberikan
andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen, membuka lapangan kerja baru.
Lapangan kerja ini, sangat penting bagi negara sedang berkembang mengingat terbatasnya
kemampuan pemerintah untuk penyediaan lapangan kerja. Sedangkan, dalam investasi
portofolio, dana yang masuk ke perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten), belum
tentu membuka lapangan kerja baru.
Sekalipun ada emiten yang setelah mendapat dana dari pasar modal untuk memperluas
usahanya atau membuka usaha baru yang hal ini berarti membuka lapangan kerja. Tidak
sedikit pula dana yang masuk ke emiten hanya untuk memperkuat struktur modal atau
mungkin malah untuk membayar utang bank. Selain itu proses ini tidak terjadi alih teknologi
atau alih keterampilan manajemen.
2. Jenis-jenis Investasi
Jenis investasi dibedakan atas investasi langsung (direct investment) dan investasi portofolio
(portofolio investment). Investasi luar negeri langsung biasanya dianggap bentuk lain dari
pemindahan modal yang dilakukan oleh perusahaan orang-orang dalam suatu negara dalam
aktifitas ekonomi negara lain yang melibatkan beberapa bentuk partisipasi modal di bidang
usaha yang mereka investasikan. Investasi langsung berarti perusahaan dari negara penanam
modal secara de facto dan de jure melakukan pengawasan atas asset (aktiva) yang ditanam di
negara penyimpan modal dengan cara investasi.
Menurut Nindyo Pramono bahwa investasi langsung investor mengendalikan manajemen,
biasanya dilakukan oleh perusahaan trans-nasional dan periode waktunya panjang karena
menyangkut barang-barang. Modal investasi langsung lebih tertarik pada besar dan tingkat
pertumbuhan pasar, tenaga kerja dan biaya produksi serta infrastruktur. Sedangkan pada
investasi portofolio, investor hanya menyediakan modal keuangan dan tidak terlibat dalam
manajemen. Investornya adalah investor institusional, bersifat jangka pendek dan mudah
dilikuidasi dengan cara menjual saham yang dibeli[3].
Dari beberapa pandangan dan pengertian di atas terlihat bahwa investasi langsung adalah
adanya keterlibatan langsung pihak investor terhadap investasi yang dilakukannya, baik
dalam permodalan, pengokohan, dan pengawasan. Menurut Sidik Jatmika[4], kebaikan dari
investasi langsung adalah tidak mendatangkan beban yang harus dibayar dalam bentuk
bunga, deviden dan/atau pembayaran kembali, dapat mengkombinasikan keahlian, teknologi
dan modal, dapat mengatasi masalah transfer uang, adanya penanaman kembali dari
keuntungan investasi yang belum ada dan dapat menciptakan alih teknologi dan
keterampilan.
3. Peranan Penanaman Modal Asing Bagi Negara Sedang Berkembang
Secara garis besar, penanaman modal asing terhadap pembangunan bagi negara sedang

berkembang dapat diperinci menjadi lima[5]. Pertama, sumber dana eksternal (modal asing)
dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai dasar untuk mempercepat
investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu
diikuti dengan perpindahan struktur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat
berperan penting dalam memobilisasi dana maupun transformasi struktural. Keempat,
kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benarbenar terjadi meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif. Kelima, bagi negaranegara sedang berkembang yang tidak mampu memulai membangun industri-industri berat
dan industri strategis, adanya modal asing akan sangat membantu untuk dapat mendirikan
pabrik-pabik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya.
Selama ini investor domestik di negara sedang berkembang yang enggan melakukan usaha
yang beresiko tinggi seperti eksploitasi sumber-sumber daya alam yang belum dimanfaatkan
dan membuka lahan-lahan baru, maka hadirnya investor asing akan sangat mendukung
merintis usaha dibidang-bidang tersebut. Adanya pengadaan prasarana negara, pendirian
industri-industri baru, pemanfaatan sumber-sumber baru, pembukaan daerah-daerah baru,
akan membuka kecenderungan baru yaitu meningkatkan lapangan kerja. Sehingga tekanan
pendudukan pada tanah pertanian berkurang dan pengangguran dapat diatasi. Inilah
keuntungan sosial yang diperoleh adanya kehadiran investor asing. Adanya transfer teknologi
mengakibatkan tenaga kerja setempat menjadi terampil, sehingga meningkatkan marginal
produktifitasnya, akhirnya akan meningkatkan keseluruhan upah riil. Semua ini menunjukkan
bahwa modal asing cenderung menaikkan tingkat produktifitas, kinerja dan pendapatan
nasional.
Dengan demikian, kehadiran PMA bagi negara sedang berkembang sangat diperlukan untuk
mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi,
pembangunan modal dan menciptakan kesempatan kerja, serta keterampilan teknik. Melalui
modal asing terbuka daerah-daerah dan tergarap sumber-sumber baru. Resiko dan kerugian
pada tahap perintisan juga tertanggung, selanjutnya modal asing mendorong pengusaha
setempat untuk bekerjasama. Modal asing juga membantu mengurangi problem neraca
pembayaran dan tingkat inflasi, sehingga akan memperkuat sektor usaha negara dan swasta
domestik negara tuan rumah.
Penanaman modal asing di Indonesia tidak terlepas dari cita-cita hukum ekonomi Indonesia
yaitu menggagas dan menyiapkan konsep hukum tentang kehidupan ekonomi. Kehidupan
ekonomi yang diharapkan adalah kehidupan ekonomi berbangsa dan bernegara yang
rakyatnya memiliki kesejahteraan dalam keadilan sosial, sebagaimana yang dicita-citakan
Pancasila.[6] Dan Indonesia sebagai negara berdaulat sekaligus sebagai negara berkembang
mempunyai pola tertentu terhadap konsep hukum dalam kegiatan ekonomi, meliputi konsep
pencapaian masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, Konsep ekonomi
kekeluargaan yang Pancasilais, konsep ekonomi kerakyatan untuk membela kepentingan
rakyat.[7]
Oleh karena itu, peranan PMA di Indonesia cukup mendukung juga perkembangan kehidupan
ekonomi sesuai dengan konsep hukum dalam kegiatan ekonomi dan cita-cita hukum ekonomi
Indonesia. Dan untuk mendukung investasi di Indonesia maka perlu pembentukan hukum
ekonomi dengan perangkat peraturan membutuhkan kajian yang bersifat komprehensif dan
pendekatan secara makro dengan informasi yang akurat demi multidisipliner dari berbagai
aspek antara lain :
a. Ekonomi dan sosial
b. Sosiologis dan budaya

c. Kebutuhan-kebutuhan dasar dan pembangunan


d. Praktis dan operasional dan kebutuhan ke depan
e. Moral dan etika bisnis yang berlaku dalam konsep kelayakan dan kepatutan dalam
kehidupan manusia dan kemanusiaan yang beradab.
4. Faktor-Faktor Pendorong Investasi
Secara teoritis ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan mengapa investor-investor dari
negara-negara maju ke negara-negara berkembang yakni, The Product Cycle Theory dan The
Industrial Organization Theory of Vertical Organization. The Product Cyrcle Theory[9] yang
dikembangkan oleh Raymond Vermon ini menyatakan bahwa setiap teknologi atau produk
berevolusi melalui tiga fase : Pertama fase permulaan atau inovasi, kedua fase perkembangan
proses dan ketiga fase standardisasi. Dalam setiap fase tersebut sebagai tipe perekonomian
negara memiliki keuntungan komparatif (Comparative advantage).
The Industrial Organization Theory of Vertical Integration[10] merupakan teori yang paling
tepat untuk diterapkan pada new multinasionalism dan pada investasi yang terintegrasi secara
vertikal. Pendekatan teori ini berawal dari penambahan biaya-biaya untuk melakukan bisnis
diluar negeri (dengan investasi) harus mencakup biaya-biaya lain yang harus dipikul lebih
banyak daripada biaya yang diperuntukkan hanya untuk sekedar mengekspor dari pabrikpabrik dalam negeri. Oleh karena itu perusahaan itu harus memiliki beberapa
kompensasi atau keunggulan spesifik bagi perusahaan seperti keahlian teknis
manajerial keadaan ekonomi yang memungkinkan adanya monopoli.
Menurut teori ini, investasi dilakukan dengan cara integrasi secara vertikal yakni dengan
penempatan beberapa tahapan produksi di beberapa lokasi yang berbeda-beda di seluruh
dunia. Motivasi utamanya adalah untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya produksi
yang rendah, manfaat pajak lokal dan lain-lain. Di samping itu motivasi yang lain adalah
untuk membuat rintangan perdagangan bagi perusahaan-perusahaan lain, artinya dengan
investasinya di luar negeri ini berarti perusahaan-perusahaan multinasional tersebut telah
merintangi persaingan-persaingan dari negara lain sehingga monopoli dapat dipertahankan.
Motif utama modal internasional baik yang bersifat investasi modal asing langsung (foreign
direct investment) maupun investasi portofolio adalah untuk mendapatkan return yang lebih
tinggi daripada di negara sendiri melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,
sistem perpajakkan yang lebih menguntungkan dan infrastruktur yang lebih baik.
Untuk menarik arus modal yang signifikan ke suatu negara dipengaruhi oleh beberapa
faktor :
Iklim investasi yang kondusif Prospek pengembangan di negara penerima modal
Dilihat dari kedua faktor di atas, maka tampaknya arus modal asing justru lebih banyak
mengalir ke negara-negara maju daripada ke negara-negara berkembang. Aliran modal ke
negara-negara berkembang masih dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
1) Tingkat perkembangan ekonomi negara penerima modal
2) Stabilitas politik yang memadai
3) Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan investor
4) Aliran modal cenderung mengalir ke negara-negara dengan tingkat pendapatan per kapita

yang tinggi
Adanya keengganan masuknya investasi asing dan adanya indikasi relokasi investasi ke
negara lain disebabkan karena tidak kondusifnya iklim investasi di Indonesia dewasa ini.
Menurut Rahmadi Supanca, berbagai faktor yang dituding menjadi penyebab dari terjadinya
tidak kondusifnya iklim investasi yaitu :
1) Instabilitas Politik dan Keamanan
2) Banyaknya kasus demonstrasi/ pemogokkan di bidang ketenagakerjaan
3) Pemahaman yang keliru terhadap pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah serta
belum lengkap dan jelasnya pedoman menyangkut tata cara pelaksanaan otonomi daerah
4) Kurangnya jaminan kepastian hukum
5) Lemahnya penegakkan hukum
6) Kurangnya jaminan/ perlindungan Investasi
7) Dicabutnya berbagai insentif di bidang perpajakkan
8) Masih maraknya praktek KKN
9) Citra buruk Indonesia sebagai negara yang bangkrut, diambang disintegrasi dan tidak
berjalannya hukum secara efektif makin memerosotkan daya saing Indonesia dalam menarik
investor untuk melakukan kegiatannya di Indonesia.
10) Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia
Elscom Monthly Journal juga mencatat beberapa faktor yang mempengaruhi tidak
menariknya iklim investasi di Investasi di Indonesia adalah sebagai berikut :
1) Masalah keamanan, sosial, dan politik
2) Lemahnya peraturan perundang-undangan supremasi hukum dan jaminan kepastian hukum
3) Banyaknya masalah ketenagakerjaan
4) Implementasi otonomi daerah yang belum jelas
5) Kebijakan pemerintah yang tidak mendorong investasi seperti inkonsistensi kebijakan
yang dikeluarkan
Selain faktor disadvantage di atas, iklim investasi di Indonesia bertambah tidak kondusif lagi
karena stabilitas politik dan sosial serta jaminan keamanan dan penegakkan hukum di dalam
negeri yang masih rawan. Masalah yang paling sering dikeluhkan oleh investor adalah
masalah penegakkan hukum. Hasil survey dari Political and Economic Risk Consultancy Ltd
menunjukkan bahwa Indonesia paling buruk dalam skor hukum di Asia. Indonesia pada
posisi paling atas dengan tidak adanya kepastian hukum membuat para investor merasa tidak
nyaman untuk menanamkan uangnya di Indonesia. Hal ini yang juga sering dikeluhkan oleh
banyak investor adalah masalah perizinan dan birokrasi yang masih dianggap bertele-tele dan
memakan biaya yang besar. Namun hal tersebut mulai mengalami perbaikan dan peningkatan
sejak dikelarkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.
Masalah daya tarik investasi di daerah, Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan
Otonomi Daerah (KPPOD), Agung Pambudi[14] faktor kelembagaan yang menjadi daya tarik
investasi didaerah. Kelembagaan ini menyangkut pelayanan, kebijakan pemerintah derah dan
kepastian hukum. Kesimpulan ini merupakan hasil rating yang dilakukan KPPOD pada tahun
2002 untuk mengetahui daya tarik investasi kabupaten atau kota. Peraturan yang tumpang
tindih, panjangnya rantai birokrasi, pungutan liar, merupakan beban yang besar bagi
pengusaha. Dari segi peraturan yang diterbitkan pemerintah derah tak jarang tumpang tindih
dengan peraturan yang dikeluarkan pemerintahan diatasnya. Karena itu suatu daerah yang

potensi alamnya sangat melimpah sangat mungkin tidak menarik bagi pelaku usaha atau bagi
investor karena adanya berbagai kebijakan tumpang tindih tersebut. Oleh karena itu faktor
daya tarik bagi investor datang dari potensi ekonomi suatu daerah, namun faktor
kelembagaan juga harus dibenahi. Potensi sumber daya alam di berbagai daerah di Indonesia
yang tersedia masih memerlukan pemodal untuk pengelolaannya, oleh karenanya upaya yang
dilakukan adalah menarik banyak investor agar berminat menanamkan modalnya dan perlu
menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Pada pelaksanaan penanaman modal di daerah, seringkali timbul kendala-kendala yang
dikeluhkan oleh para investor, yaitu tidak efisiennya pengurusan perizinan usaha. Investor
seringkali dibebani oleh urusan birokrasi yang berbelit-belit sehingga membutuhkan waktu
yang cukup lama dan disertai dengan biaya tambahan yang cukup besar, oleh sebab itu
pemerintah pada akhirnya perlu untuk mengeluarkan Keppres mengingat cukup banyaknya
kendala yang dihadapi oleh para investor yang berkaitan dengan proses pengurusan izin
usaha atas kegiatan investasi yang dilakukan di daerah. Masalah ini timbul setelah berlakunya
kebijakan otonomi daerah, dimana pemerintah daerah, baik di tingkat propinsi, kabupaten dan
kota diberikan kewenangan dalam bidang penanaman modal. Sebelum pelaksanaan otonomi
daerah, pengurusan izin usaha bagi para investor dilakukan oleh pemerintah pusat (BPKM)
dan pemerintah propinsi (BKPMD). Keberadaan Keppres Nomor 29 Tahun 2004 tersebut
bertujuan untuk menjamin investor dalam melakukan investasi di Indonesia dan juga
menerapkan sistem pelayanan satu atap yang diharapkan dapat mengakomodasi keinginan
dunia usaha untuk memperoleh pelayanan yang lebih efisien, mudah, cepat, dan tepat
sehingga diharapkan dapat menarik dan mempercepat masuknya ivestor untuk menanamkan
investasinya di Indonesia.
Pelaksanaan otonomi daerah telah menimbulkan ekses negatif bagi kegiatan usaha dan
penanaman modal. Banyak investor asing yang mengeluh karena banyak pungutan liar yang
tidak jelas landasan hukumnya. Berbagai peraturan daerah yang tumpang tindih dengan
peraturan pusat sehingga membebani dunia usaha, di samping praktek korupsi yang hampir
merata di seluruh daerah.
Dengan sistem perpajakkan yang baru, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota dapat
menggunakan instrumen pajak untuk meningkatkan daya tarik investor dan pekerja-pekerja
produktif. Jika daerah mengenakan tarif pajak terlalu tinggi, sumber daya manusia dan
investor yang ada cenderung hengkang mencari lokasi yang tarif pajaknya lebih rendah.
Sebaliknya daerah yang memiliki potensi tertentu tetapi belum tereksploitasi dengan baik
akan cenderung memberikan intensif perpajakkan dan kemudahan-kemudahan untuk menarik
arus investasi dan sumber daya manusia produktif.
Pemberlakuan otonomi daerah telah menimbulkan adanya kecenderungan pemerintah daerah
untuk menguasai aset-aset dan sumber daya yang ada di daerahnya dengan alasan untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Akibatnya pengeluaran peraturan-peraturan
daerah seringkali menjadi tumpang tindih, sehingga menimbulkan permasalahan baru bagi
dunia usaha khususnya investor yang akan melakukan usahanya di daerah. Hal ini berarti
dengan berlakunya otonomi daerah, pemerintah telah dianggap menghambat investasi karena
masih banyaknya biaya tambahan dan berbagai pungutan atau retribusi daerah. Masih ada
perebutan kewenangan antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam hal pemberian
izin penanaman modal. Investor masih enggan berhubungan dengan pemerintah daerah.

Sistem perekonomian dan perdagangan yang terbuka menimbulkan iklim yang lebih kondusif
untuk melakukan kegiatan ekonomi yang dinamis, sehingga dapat meningkatkan laju
perdagangan dan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, maka untuk mencapai
keadaan ini diperlukan iklim yang memungkinkan, keadaan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Arus perdagangan yang dapat berkembang dengan semakin mengurangi hambatanhambatan baik dalam bentuk tarif (yang memang semakin menurun) serta hambatan non tarif
yang masih cukup banyak.
2) Kebebasan arus modal baik dalam bentuk direct investment, investasi portofolio, pinjaman
komersial maupun bantuan finansial multilateral tanpa hambatan administratif, atau hambatan
lainnya yang berlebihan.
3) Kebebasan arus migrasi tenaga kerja, baik tingkat buruh maupun tingkat tenaga ahli tanpa
resistensi yang berlebihan dari pihak sindikat buruh di negara maju yang memprotes adanya
pendatang baru maupun relokasi usaha dari negara maju ke negara berkembang.
4) Kebebasan arus teknologi tanpa hambatan yang diambil oleh perusahaan pemilik teknologi
secara berlebihan ataupun hambatan yang diambil oleh pemerintah dari negara pemilik
teknologi yang menghendaki agar teknologi yang ada tidak menyebar keluar wilayah negara
yang bersangkutan.
Tuntutan negara-negara maju yang belum dapat diterima oleh negara-negara berkembang
meliputi 2 (dua) hal yaitu :
1) Negara berkembang tidak menerapkan kebijakan yang menentukan investor asing untuk
mengekspor sebagian dari produksinya sebagai syarat memperoleh izin investasi (export
performance requirement).
2) Menerapkan kebijakan yang menentukan investor asing untuk menggunakan dari input
produksinya dari sumber dalam negeri (domestic content requirement).
Sementara itu, negara berkembang mempunyai perspektif bahwa investasi merupakan
masalah perdagangan semata. Keputusan mengenai investasi mencakup masalah makro
ekonomi, stabilitas sosial, maupun pembangunan regional. Dengan demikian sulit diterima
bahwa sebuah kebijakan yang menyangkut masalah yang cukup luas disubordinasikan ke
dalam masalah perdagangan. Bagi negara berkembang perundingan di bidang investasi,
berarti sama dengan melayani tuntutan dan kehendak negara maju.
Hal tersebut menunjukkan bahwa investor asing menginginkan adanya kewajiban timbal
balik antar negara penanam investasi dengan negara penerima investasi, adanya pengaturan
standar sehingga aktivitas perusahaan menjadi kondusif, adanya sikap saling menghargai
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan adanya keharmonisan kebijakan dibidang pajak
dan insentif lainnya antara negara penerima investasi.
Menurut Harvey Goldstein, Presiden Direktur Harvest International Inc., sebuah perusahaan
konsultasi investasi, menyimpulkan ada beberapa kondisi yang bisa menyumbang iklim
investasi yang kondusif, salah satunya adalah dengan diundangkannya Undang-Undang
tentang Otonomi Daerah, disamping itu juga faktor lainnya yaitu :

1) Struktur legal dan penegakkan hukum


2) Stabilitas mata uang, tingkat suku bunga dan iklim perekonomian mikro
3) Stabilitas politik
4) Hukum investasi yang baru, daya tarik investasi yang bisa dibandingkan dengan negaranegara lain, tax holiday, dan lain-lain.
5) Pemberantasan KKN di kalangan eksekutif dan lembaga-lembaga Pemerintah
6) Perbaikan di sektor pertambangan agar lebih menarik bagi penanaman modal luar negeri
7) Pengembangan lebih lanjut prasarana telekomunikasi Peningkatan sistem fiskal dan pajak
9) Penekanan pada Pemerintahan yang bersih dan pelayanan umum, termasuk peningkatan
koordinasi antar departemen
10) Regulasi pasar uang yang tegas

Hal-hal lain yang memerlukan pertimbangan dalam hal penanaman investasi adalah :
1) Bagi pihak investor :
a) Adanya kepastian hukum
b) Fasilitas yang memudahkan transfer keuntungan ke negara asal
c) Prospek rentabilitas, tak ada beban pajak yang berlebihan
d) Adanya kemungkinan repatriasi modal (pengambilalihan modal oleh pemerintah pusat dan
daerah) atau kompensasi lain apabila keadaan memaksa
e) Adanya jaminan hukum yang mencegah kesewenang-wenangan.
2) Sedangkan bagi pihak penerima investasi :
a) Pihak penerima investasi harus sadar bahwa kondisi sosial, politik, ekonomi negaranya
menjadi pusat perhatian investor
b) Dicegah tindakan yang merugikan negara penerima investasi dalam segi ekonomis jangka
panjang dan pendek
c) Transfer teknologi dari para investor
d) Pelaksanaan investasi langsung atau investasi tidak langsung betul-betul dilakukan dengan
prinsip saling menguntungkan (mutual benefit) dan terutama pembangunan bagi negara/
daerah penerima.
Jeffrey Edmund Curry[19] mengungkapkan ada beberapa poin yang disepakati oleh para ahli
ekonomi mengenai faktor daya tarik dan penahan investasi asing:
1) Transparan pasar keuangan berkembang dalam informasi yang terpercaya yang mengalir
dalam suatu aliran yang stabil. Ini sering disebut sebagai transparansi. Tidak adanya
transparansi selama proses investasi dapat sangat membatasi rentang perhatian para investor
asing
2) Pasar finansial yang terbuka-sistem keuangan domestik harus dibebaskan dari kendali
pemerintah langsung dan perdagangan bawah tangan (insider trading)
3) Adanya aturan hukum para ahli ekonomi sepakat bahwa masih diperlukan regulasi
4) Nilai tukar yang fleksibel. Baik nilai tukar mata uang yang fleksibel maupun yang
dipatok terhadap mata uang keras melalui suatu dewan mata uang independen (seperti
misalnya di Hongkong) umumnya dianggap menjadi kewajiban lain untuk stabilitas
perekonomian.
Soedjono Dirdjosisworo[20] mengemukakan banyak faktor-faktor yang akan dipelajari
terlebih dahulu untuk menentukan sikap bagi para investor dalam menanamkan modalnya.

Sikap penanaman modal asing atau investor asing akan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
ada pada negara tempat menanamkan modalnya antara lain :
- Sistem politik dan ekonomi negara yang bersangkutan
- Sikap rakyat dan pemerintahannya terhadap orang asing dan modal asing
- Stabilitas politik, stabilitas ekonomi, stabilitas keuangan
- Jumlah dan daya beli penduduk sebagai calon konsumennya
- Adanya bahan mentah atau bahan penunjang untuk digunakan dalam pembuatan hasil
produksi
- Adanya tenaga buruh yang terjangkau untuk produksi
- Tanah untuk tempat usaha
- Struktur perpajakkan, pabean, dan cukai
- Kemudian perundang-undangan dan hukum yang mendukung jaminan
6. Analisis Masalah Penanaman Modal Asing Di Indonesia
Beberapa faktor eksternal baik secara langsung maupun secara tidak langsung memang
mempengaruhi penurunan PMA di Indonesia. Gejala tersebut mengkhawatirkan pemerintah
Indonesia, karena adanya penurunan keunggulan komparatif khusus dan berdampak negatif
terhadap pembangunan ekonomi nasional.
Faktor secara tidak langsung adalah bahwa dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi
perubahan struktur dana internasional. Pertama, telah terjadi pengalihan dana pinjaman
kepada equity. Kedua, peningkatan penggunaan berbagai instrumen finansial tradisional
maupun bentuk yang baru, yaitu portofolio investment, debt equity swaps, bonds, structured
project finance, dan lain-lain.

BAB III
ANALISIS FAKTOR INTERNAL
a. Faktor kelangkaan perangkat hukum dan peraturan
Pada umumnya, masalah perangkat hukum dan peraturan PMA ini sangat kontroversial antara
pihak host country dan pihak investor asing, karena adanya perbedaan pendekatan untuk
mencari keuntungan. Pemerintah negara penerima akan mempertimbangkan situasi dalam
negeri dan kepentingan nasional secara keseluruhan di satu pihak, investor asing menuntut
hukum dan peraturan PMA yang paling menguntungkan ketika perusahaan PMA beroperasi
di suatu negara.
b. Faktor kualitas Sumber Daya Manusia
Faktor sumber daya manusia baik kualitas maupun kuantitas berperanan penting dalam
pembenahan usaha bagi investor asing ketika ingin menanam modalnya di suatu negara,
karena faktor ini telah menjadi salah satu kunci sukses dalam rangka keberhasilan usaha.
Sumber Daya Manusia di Indonesia sering disamakan dengan tenaga kerja yang murah atau

tenaga kerja yang terampil yang mudah didapat.


c. Faktor Kekurangan Infrastruktur
Persoalan ketidakcukupan infrastruktur dari sejak lama terus ramai dibicarakan, tetapi hingga
kini kasus tersebut belum terpecahkan secara tuntas. Gambaran tentang infrastruktur
Indonesia yang masih suram dan diperkirakan akan terus mengganggu pertumbuhan ekonomi
nasional Indonesia dan juga peningkatan PMA di masa mendatang.
Pengamat ekonomi Dr. Dorodjatun[21] pernah mengemukakan bahwa ketinggalan
infrastruktur Indonesia telah menjadi faktor penghambat utama untuk pertumbuhan ekonomi
Indonesia, maka sebagian besar investor asing yang berniat di Indonesia masih merasa raguragu. Tampaknya jelas bahwa tingkat upah tenaga kerja yang murah, kekayaan alam,
stabilitas politik, dan murahnya tanah industri tidak lagi cukup sebagai daya tarik bagi
investor asing tanpa penyediaan infrastruktur yang memadai.
d. Faktor ekonomi biaya tinggi (High Cost Economy)
Faktor ekonomi biaya tinggi mencakup banyak aspek, yaitu tingkat bunga kredit perbankan
yang tinggi, belum berkembangnya pasar modal, prosedur-prosedur yang tumpang tindih,
tindakan korupsi birokrat, fasilitas keuangan yang tidak efisien, produktivitas tenaga kerja
yang rendah, dan sebagainya.

BAB IV
KESIMPULAN
1. Peranan penanaman modal asing terhadap pembangunan bagi negara sedang berkembang
dapat diperinci menjadi lima, yaitu : Pertama, sumber dana eksternal (modal asing) dapat
dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai dasar untuk mempercepat investasi
dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti
dengan perpindahan struktur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat berperan
penting dalam memobilisasi dana maupun transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan

modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi
meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif. Kelima, bagi negara-negara
sedang berkembang yang tidak mampu memulai membangun industri-industri berat dan
industri strategis, adanya modal asing akan sangat membantu untuk dapat mendirikan pabrikpabik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya. Peranan
PMA di Indonesia cukup mendukung juga perkembangan kehidupan ekonomi sesuai dengan
konsep hukum dalam kegiatan ekonomi dan cita-cita hukum ekonomi Indonesia.
2. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi investasi yang dijadikan bahan pertimbangan
investor dalam menanamkan modalnya, antara lain :
a) Faktor Sumber Daya Alam, seperti tersedianya hasil hutan, bahan tambang, gas dan
minyak bumi maupun iklim dan letak geografis serta kebudayaan.
b) Faktor Sumber Daya Manusia, dalam hal ini berkaitan dengan tenaga kerja siap pakai.
c) Faktor stabilitas politik dan perekonomian, guna menjamin kepastian dalam berusaha.
d) Faktor kebijakan pemerintah, kebijakan langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi
yang diambil oleh Pemerintah dalam rangka menggairahkan iklim investasi.
Beberapa kebijakan pemerintah yang mempengaruhi investor, antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah
e) Faktor kemudahan dalam peizinan, dalam rangka meningkatkan investasi di daerah, maka
faktor perizinan perlu diperhatikan, antara lain diupayakan untuk mempermudah pemberian
pelayanan perizinan investasi dengan cara memperbanyak pusat pelayanan pemberian
persetujuan atau perizinan investasi dengan melimpahkan wewenang dari Menteri Negara
Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal kepada Gubernur Kepala Daerah
Propinsi.
Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut di atas, menjadi penyebab sebagian besar investor asing
enggan masuk ke Indonesia atau enggan merealisasikan rencana investasi mereka yang telah
disetujui oleh pemerintah serta terjadinya relokasi industri ke negara lain yang berakibat
adanya capital flight yang besar.
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya keengganan masuknya investasi asing ke
Indonesia. Faktor-faktor yang dapat menjadi pendukung masuknya arus investasi ke sebuah
negara, seperti jaminan keamanan, stabilitas politik, dan kepastian hukum, yang tampaknya
menjadi permasalahan tersendiri bagi pemerintah Indonesia. Ketidakkonsistenan penegakkan
hukum masih menjadi faktor penghambat daya tarik Indonesia bagi investasi asing. Bahkan
kebijakan otonomi daerah menjadi permasalahan baru dalam kegiatan investasi di beberapa
daerah di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Curry, Jeffry Edmund. 2001, Memahami Ekonomi Internasional, Memahami Dinamika Pasar
Global, Penerbit PPM, Jakarta
Dirdjosisworo, Soedjono. 1999, Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal di
Indonesia, cetakan Pertama, CV. Mandar Maju
Hartono, Sri Redjeki. 2007, Hukum Ekonomi Indonesia, cetakan Pertama, Bayumedia
Publishing, Malang
Hollis B, Chenery dan Carter, Nicholas G. 1973, Foreign Assistance and Development
Performance, 1960-1970, American Economic Review, vol 63, No.2, Mei 1973
Jatmika, Sidik. 2001, Otonomi Daerah, Perspektif Hubungan Internasional, Biagraf Liberty,
Yogyakarta
Kartadjoemana, H.S. 1996, GATT DAN WTO, Sistem, Forum dan Lembaga Internasional
dibidang Perdagangan, cetakan Pertama, Universitas Indonesia
Rajagukguk, Erman, et.al. 1995, Hukum Investasi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Depok

Investor Asing
Senin, 15 Maret 2010 11:41 wib

Image : Dok Idx


INVESTOR asing atau pemodal luar negeri seringkali menjadi bahan
pembicaraan ramai di pasar modal. Sampai saat ini, kendati komposisi nilai
transaksi asing sudah tidak dominan lagi dibandingkan investor lokal,
tapi pamor mereka selalu menjadi perhatian. Setiap kali investor asing
melakukan manuver, maka pada saat itu pula perhatian tercurah ke sana.
Jika investor asing tiba-tiba memborong satu jenis saham tertentu maka gerakan
itu hampir pasti akan diikuti oleh investor lokal. Pendek kata, investor asing
masih kerap menjadi lokomotif dalam menentukan sikap beli atau jual
di pasar.
Keberadaan investor asing di Indonesia memang sangat dibutuhkan. Masuknya
mereka ke pasar membuat investor lokal lebih percaya diri. Aliran dana dari
investor asing ke pasar modal juga mengindikasikan kepercayaan
internasional terhadap prospek pasar modal Indonesia. Ini yang paling
penting untuk dipertahankan.
Kehadiran investor asing di pasar modal Indonesia menunjukkan bahwa pasar
modal Indonesia bersifat terbuka dan menyatu atau terintegrasi dengan pasar
modal dunia lainnya. Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak bisa dipisahkan dengan
bursa efek lain di luar negeri. Makanya, jangan heran jika indeks di bursa efek
luar negeri turun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI juga terkoreksi.
Jika pemain-pemain global menarik dananya dari bursa, bukan hal yang aneh jika
mereka juga menarik dananya keluar dari BEI.
Namun begitu, bisa juga dana-dana dari investor luar negeri itu berpindah dari
satu negara ke negara lain, dari satu bursa efek ke bursa efek lainnya. Jika bursa
efek di negara maju dinilai sudah jenuh dan mereka menilai bursa efek di negara
berkembang punya potensi besar untuk tumbuh maka mereka tidak akan ragu
masuk ke bursa efek Negara berkembang. Begitulah sifat investor, selalu
mencari peluang yang lebih menjanjikan.
Hadirnya investor asing di BEI memang memberikan cukup banyak manfaat,
terutama dalam peningkatan likuiditas dan terbentuknya efisiensi pasar. Manfaat
tersebut bisa diharapkan mengingat investor asing memiliki modal yang lebih
besar, akses luas ke pasar modal dunia serta lebih berpengalaman, analisis
fundamental yang lebih baik, memiliki informasi yang lebih banyak dan lebih
baik, dan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menginterpretasikan
informasi.
Di sisi lain, hadirnya investor asing - apalagi jika sampai menciptakan
ketergantungan terhadap mereka - maka bisa menimbulkan ekses
negatif.
Misalnya, investor asing bisa mendikte pasar sehingga mereka selalu
memenangkan permainan. Mereka masuk di harga murah dan keluar di harga

mahal. Selain itu, ketergantungan yang tinggi terhadap investor asing


bisa menciptakan volatilitas atau ketidakstabilan pasar, rentan
terhadap risiko global. Keluarnya mereka dengan melepas portofolio
membuat country risk meningkat dan nilai tukar domestik akan terganggu dan
mendorong tekanan tak terduga.
Liberalisasi Pasar
Kehadiran investor asing di BEI memiliki tahapan yang cukup panjang. Awalnya,
investor asing tidak boleh melantai di bursa Indonesia. Melalui Keputusan
Menteri Keuangan No. 1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham oleh
Pemodal Asing Melalui Pasar Modal, pada 16 September 1989, investor asing
dibolehkan masuk ke pasar modal Indonesia dengan batasan maksimal 49
persen.
Sejalan dengan semakin terbukanya pasar, pada 4 September 1997, melalui
Keputusan Menteri Keuangan No. 455/KMK.01/1997 tentang Pembelian Saham
oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal, batasan porsi asing yang 49 persen itu
dicabut. Lahirnya keputusan ini menandai masuknya pasar modal ke era
liberalisasi total bagi pemodal asing.
Liberalisasi bagi pemodal asing ini ternyata harus berhadapan dengan Undangundang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam peraturan
pelaksanaannya yaitu Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 111 tahun 2007
tentang Perubahan Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang
Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal, merinci lebih lanjut tentang ketentuan batasan
kepemilikan pemodal asing untuk lembaga keuangan bukan bank.
Selain itu peraturan ini mengatur tentang kepemilikan modal dalam daftar
bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan khususnya untuk bidang jasa
sewa guna usaha (leasing), pembiayaan non-leasing, modal ventura, perusahaan
asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa, perusahaan reasuransi, perusahaan
pialang asuransi, perusahaan pialang reasuransi, perusahaan penilai kerugian
asuransi, perusahaan konsultan aktuaria dan perusahaan agen asuransi.
Adanya benturan antara KMK No. 455/KMK.01/1997 yang membebaskan
kepemilikan asing di pasar modal dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal hingga kini masih menjadi pembahasan pemerintah.
(Tim BEI) (//rhs)

Investasi Asing : Solusi Masalah Pengangguran


OPINI | 13 February 2010 | 23:04

Dibaca: 1329

Komentar: 2

Nihil

Terlebih dahulu harus dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan investasi asing
adalah penanaman modal asing lansung (PMAL), bukannya berupa pembelian

portofolio saham dan surat-surat berharga oleh para spekulan asing yang
biasanya disebut investasi asing tidak langsung.
Dalam penanaman modal atau investasi yang sesungguhnya, para investorpengusaha luar negeri datang ke sini dengan membawa uang, teknologi,
keahlian dan pengalaman. Mereka di sini membangun dan mendirikan fasilitas
produksi, menghimpun tenaga kerja, membeli bahan baku, membeli jasa,
memanfaatkan infrastruktur dan kemudian berproduksi dan memasarkan hasil
produksinya, baik. Baik dijual di dalam negri atau diekspor, hasil produksi
investasi asing itu sangat menguntungkan. Hasil penjualan produksi mereka
kemudian dibagi kepada para pemilik modal asing, para pengusaha asing, para
karyawan, para profesional, para pemasok dan pemerintah. Ada kerja sama yang
saling menguntungkan. Mereka memperoleh keuntungan dari hasil investasinya,
demikian juga negara ini meperoleh tambahan pendapatan nasional.
Mereka memberikan modal berupa uang, keahlian, teknologi dan kewirausahaan;
kita memberikan infrastruktur, tenaga kerja dan pasar yang diproteksi. Tanpa
proteksi pasar, Indonesia akan kurang menarik bagi para investor asing untuk
berinvestasi, karena produktivitas sumberdaya manusia dan infrastruktur yang
masih kurang akan menyebabkan biaya produksi menjadi mahal; akibatnya
produk mereka akan kurang dapat bersaing. Padahal penanaman modal asing
adalah solusi terhadap masalah pengangguran. Hanya pengusaha dan
produsenlah yang dapat memberikan lapangan kerja; negara kita membutuhkan
banyak pengusaha, termasuk pengusaha-pengusaha asing.
Pengusaha merupakan faktor produksi penting dan vital, merekalah yang
menghimpun dan menyinergikan berbagai faktor produksi lain untuk
menghasilkan output berupa barang dan jasa. Lebih daripada itu negeri kita
masih sangat kekurangan modal, karena itu kita memerlukan banyak investorpengusaha asing, karena mereka mempunyai akses terhadap dana global, di
samping keahlian, pengalaman dan tekonologi.
Karena itu seyogyanya kita menyambut mereka dengan senang hati. Kedatangan
mereka jelas membawa manfaat yang besar sekali bagi bangsa ini.
Sesungguhnya, pada hakekatnya tidak ada perbedaan antara investasi asing
atau investasi dalam negri. Investor asing yang mendirikan usahanya di sini juga
merupakan produsen dalam negeri. Mereka memberikan lapangan kerja, alih
tekonologi-keahlian-pengalaman dan memberikan pendapatan kepada negara
melalui pajak. Mereka tunduk pada hukum yang sama dan harus diberikan
perlakuan dan penghargaan yang sama dan adil. Baik perusahaan asing maupun
lokal harus tunduk kepada hukum, peraturan dan regulasi yang berlaku, harus
membayar pajak sesuai aturan, tidak boleh merusak dan mencemari lingkungan
dan harus memberikan upah yang layak kepada para karyawannya.
Dengan adanya proteksi pasar dalam negeri kita juga dapat memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya dari investasi asing dengan membatasi
penggunaan tenaga kerja asing sampai seminimal mungkin. Dengan demikian

kita memperoleh lapangan kerja yang sebanyak mungkin bagi rakyat kita.
Memang dengan demikian mereka harus mengeluarkan biaya ekstra untuk
melatih tenaga kerja lokal, dan jika produktivitas tenaga kerja lokal rendah hal
itu juga menambah beban biaya. Dalam hal ini kerugian mereka dikompensasi
dengan membebankan biaya produksi ekstra tersebut pada harga jual produk
mereka. Dan sesungguhnya konsumen Indonesialah yang menanggung biaya
ekstra tersebut. Sesungguhnya pula kita bisa memandang biaya ekstra tersebut
sebagai suatu investasi pelatihan supaya tenaga kerja kita meningkat
produktivitasnya.
Kebijaksanaan untuk memproteksi pasar dan sekaligus menarik investasi asing
tersebut harus didukung oleh berbagai regulasi, terutama di bidang perpajakan,
agar lapangan kerja tidak direbut oleh para pekerja asing.. Tenaga kerja asing
harus dikenai pajak yang jauh lebih tinggi daripada tenaga kerja lokal. Total
biaya-biaya berkenaan dengan tenaga kerja asing tidak boleh melebihi yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja lokal. Setiap pembayaran biaya ke luar negeri
atau kepada warga negara asing harus dikenai pajak dengan tarif maksimal.
Perusahaan-perusahaan yang menggunakan tenaga kerja asing diharuskan
berkomitmen dan menyusun jadwal untuk secara gradual mengurangi pekerja
asing mereka sampai pada jumlah yang sangat minimal. Kebijakan-kebijakan
sepeti itu dimaksudkan untuk mendorong para pengusaha untuk menggunakan
tenaga kerja lokal sebanyak mungkin; dan agar mereka melatih dan melakukan
alih teknologi dan keahlian kepada tenaga kerja kita; dengan demikian kualitas
sumberdaya manusia kita juga akan meningkat.
Sebaliknya adalah wajar dan adil kalau para investor asing mendapatkan hasil
yang memadai atas jerih payah dan resiko investasi yang harus ditanggungnya.
Karena itu seharusnya mereka juga bebas membawa keluar dari Indonesia hasil
investasinya, yang didapatkan secara wajar dan legal; dan tidak pula dipersulit.
Selain dari pasar yang besar yang diproteksi, para pengusaha asing akan tertarik
menanamkan modal di sini jika terdapat (1) keamanan, (2) kepastian hukum dan
aturan main yang jelas, termasuk dalam bidang perpajakan, (3) infrastruktur
yang memadai, (4) nilai tukar rupiah yang stabil, (5) sistem perbankan yang
baik, dan (6)tenaga kerja yang berkualitas.
INVESTASI DAN PENANAMAN MODAL

Posted in Softskill 4 EB at 6:21 am by Andami Fardela


A. INVESTASI
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki biasanya
berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang
sebagai kompensasi secara profesional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko
yang ditanggung. Keputusan investasi dapat dilakukan individu, dari investasi tersebut yang
dapat berupa capital gain/loss dan yield. Investasi dapat dilakukan dalam bentuk investasi

pada aspek fisik (real asset) dan investasi pada aset finansial (financial asset). Aset fisik
adalah aset yang mempunyai wujud secara fisik, sedangkan asset finansial adalah surat-surat
berharga yang pada umumnya adalah klaim atau aktiva riel dari suatu entitas. Alasan seorang
investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa
yang akan datang serta untuk menghindari merosotnya nilai kekayaan yang dimiliki. Investasi
juga dapat diartikan sebagai suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang
akan datang. Pasar modal merupakan tempat dilakukannya investasi pada asset finansial.
Pasar modal merupakan tempat pertemuan dan proses transaksi antara penawaran dan
permintaan surat berharga. Pasar modal memberikan kepada pihak yang mempunyai surplus
dana suatu kesempatan berinvestasi dalam surat berharga (marketable securites) dan
memudahkan pihak yang memerlukan dana untuk memperoleh dana. Saham merupakan salah
satu alternatif dalam aset finansial. Kebutuhan akan informasi yang relevan dalam
pengambilan keputusan investasi dalam aset finansial di pasar modal sangat dibutuhkan oleh
investor. Suatu pendekatan dalam menganalisis harga saham dipasar modal sangat dibutuhkan
oleh investor.
B. PENANAMAN MODAL
Makassar adalah kota terpenting, tidak hanya Sulawesi Selatan, melainkan juga di Indonesia
dan bahkan, dunia.Ada dua alasan utama yang sering dikemukakan para ahli dalam
menempatkan Kota Makassar sebagai penting. Pertama, secara historis sebagaimana
ditunjukkan dalam kajian-kajian sejarah bahwa di masa lalu kotini memainkan peran besar,
baik dalam dinamika sosial maupun dalam aktivitas perdagangan (ekonomi). Pada abad ke
16-17 keberadaan Makassar disejajarkan dengan Penang di Malaysia yang merupakan pusat
perdaganga Asia Selatan, dan kota Hamburg di Jerman yang merupakan pusat perdagangan di
Eropa ketika itu. Dalam dinamika sosial-politik, pada awal bad ke-17,kotaini menjadi
kerajaan Gowa, sebuah kerajaan besar yang kekuasaan dan pengaruh politik yang luas di
jazirah selatan Sulawesi Selatan.
Demikian pula dalam sektor ekonomi melalui peran pelabuhan Makassar,kotaini berperan
sebagai kota niaga terpenting di bagian timurIndonesia.Kota ini hanya menjadi satu mata
rantai perdagangan regional melakukan kontak dengan kota-kota penting di Eropa, tetapi juga
menyediakan pasar baqi perdagangan hasil bumi Hingga pada awal abad ke-20, setelah
ekspedisi Belanda tahun 1905, Makassar telah berkembang pesat sebagai kota modern.
Kedua, semenjak kemerdekaan bangsa Indonesia tahun 1945, Makassar menjadi kota
penting, di mana keberadaan pelabuhan Makassar berperan sebagai ruang tamu Kawasan
Timur Indonesia (KTI), menjadi pusat aktivitas ekonomi, pemerintahan dan pendidikan untuk
meningkatkan tingkat pengetahuan.
Selain kedua alasan tersebut, saat ini, Makassar semakin mengalami perkembangan yang
pesat dan telah, menjelma menjadi kota metropolis, yang dapat disejajarkan dengan beberapa
kota-kota besar di Pulau Jawa. Tentu saja, kemajuan yang telah dicapai, baik dalam
pembangunan infrastruktur maupun aktivitas ekonomi, sosial, politik dan pemerintahan, serta

pendidikan tidak lepas dari keinginan yang kuat dari warga kota ini untuk berubah, kapasitas
sumber daya manusia yang dipunyainya dan terutama kemajuan dan kerja keras pemerintah
setempat.
Kota Makassar sebagai lbukota Propinsi Sulawesi Setatan sekaligus sebagai pintu gerbang
Kawasan Timur Indonesia telah membentuk Dinas Penanaman Modal (DPM) untuk
memberikan pelayanan dan kemudahan kepada dunia usaha baik PMA/PMDN maupun Non
PMA/PMDN.
A. Penanaman Modal Asing
Pengertian penanaman modal asing meliputi penanaman modal asing secara langsung yang
dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan yang
digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal
secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut. perusahaan yang
dimaksud dalam pasal 1 yang dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di Indonesia
sebagai kesatuan perusahaan tersendiri harus berbentuk Badan Hukum menurut Hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
Untuk mendorong lebih lanjut peningkatan investasi penanaman modal di Indonesia, perlu
diciptakan iklim investasi dan usaha yang lebih menarik. Iklim investasi yang positif dapat
ditingkatkan melalui upaya-upaya berkesinambungan yang dilakukan oleh para birokrat dan
para pelaku ekonomi dilokalitas-lokalitas tempat investasi.
Penanaman modal asing sangat berperan penting dalam proses pembangunan ekonomi
negara-negara maju dan berkembang. Lalu lintas modal asing antar negara dan antar lokalitas
didunia tersebut akan berlalu-lalang mengikuti dinamika perkembangan Perusahaanperusahaan lintas nasional dan Perusahaan global yang dipermudah dengan globalisasi dan
temuan tekhnologi.
Bersama-sama dengan investasi domestik dan investasi masyarakat, penanaman modal asing
masih merupakan pilihan strategik untuk memanfaatkan momentum kebangkitan
perekonomian Indonesia di masa datang.
PETA KONSEP:
Penanaman Modal asing
1. Pengertian Penanaman Modal Asing
2. Bentuk Hukum, Kedudukan dan Daerah Berusaha
3. Badan Usaha Modal Asing
4. TenagaKerja
5. Pemakaian Tanah
6. Jangka Waktu Penanaman Modal Asing, Hak Transfer dan Repatriasi
7. Nasionalisasi dan Kompensasi
8. Kerjasama Modal Asing dan Modal Nasional
a. Pengertian Penanaman Modal Asing
Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1967 ditegaskan bahwa Pengertian penanaman modal
asing di dalam Undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara
langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini

dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik
modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut.
Pengertian modal asing dalam Undang-undang ini menurut pasal 2 ialah :
1. alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia,
yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
2. alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan
bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.
3. bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang ini diperkenankan
ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.
Adapun modal asing dalam Undang-undang ini tidak hanya berbentuk valuta asing, tetapi
meliputi pula alat-alat perlengkapan tetap yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan di
Indonesia, penemuan-penemuan milik orang/badan asing yang dipergunakan dalam
perusahaan di Indonesia dan keuntungan yang boleh ditransfer ke luar negeri tetapi
dipergunakan kembali di Indonesia.
b. Bentuk Hukum, Kedudukan dan Daerah Berusaha
Menurut pasal 3 UPMA perusahaan yang dimaksud dalam pasal 1 yang dijalankan untuk
seluruhnya atau bagian terbesar di Indonesia sebagai kesatuan perusahaan tersendiri harus
berbentuk Badan Hukum menurut Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
Penanaman modal asing oleh seorang asing, dalam statusnya sebagai orang perseorangan,
dapat menimbulkan kesulitan/ketidak tegasan di bidang hukum Internasional. Dengan
kewajiban bentuk badan hukum maka dengan derai-kian akan mendapat ketegasan mengenai
status hukumnya yaitu badan hukum Indonesia yang tunduk pada hukum Indonesia. Sebagai
badan hukum terdapat ketegasan tentang modal y ditanam di Indonesia.
Pemerintah menetapkan daerah berusaha perusahaan-perusa-haan modal asing di Indonesia
dengan memperhatikan perkembangan ekonomi nasional maupun ekonomi daerah, macam
perusahaan. besarnya penanaman modal dan keinginan Ekonomi Nasional dan Daerah
(Pasal4). Dengan ketentuan ini maka dapat diusahakan pembangunan yang merata di seluruh
wilayah Indonesia dengar,
c. Badan Usaha Modal Asing
Dalam pasal 5 UPMA disebutkan, bahwa :
a) Pemerintah menetapkan perincian bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing
menurut urutan prioritas, dan menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penanaman modal asing dalam tiap-tiap usaha tersebut.
b) Perincian menurut urutan prioritas ditetapkan tiap kali pada waktu Pemerintah menyusun
rencana-rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang, dengan memperhatikan
perkembangan ekonomi serta teknologi.
Bidang-bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal asing secara penguasaan penuh
ialah bidang-bidang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup rakyat banyak
menurut pasal 6 UPMA adalah sebagai berikut :
a. pelabuhan-pelabuhan

b. produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk umum


c. telekomunikasi
d. pelayaran
e. penerbangan
f. air minum
g. kereta api umum
h. pembangkit tenaga atom
i. mass media.
d. TenagaKerja
Menurut pasal 9 UPMA pemilik modal mempunyai wewenang sepenuhnya untuk
menentukan direksi perusahaan-perusahaan di mana modalnya ditanam.
Kepada pemilik modal asing diperkenankan sepenuhnya menetapkan direksi perusahaannya.
Kiranya hal demikian itu sudah sewajarnya karena penanaman modal asing ingin
menyerahkan pengurusan modal kepada orang yang dipercayanya. Dalam hal kerjasama
antara modal asing dan modal nasional direksi ditetap-kan bersama-sama.
Dalam pasal 10 ditegaskan, bahwa perusahaan-perusahaan modal asing wajib memenuhi
kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warganegara Indonesia kecuali dalam hal-hal
tersebut pada pasal 11. Sedangkan dalam pasal 11 UPMA disebutkan bahwa perusahaanperusahaan modal asing diizinkan mendatangkan atau menggunakan tenaga-tenaga pimpinan
dan tenaga-tenaga ahli warganegara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat diisi dengan
tenaga kerja warga negara Indonesia.
Perusahaan-perusahaan modal asing berkewajiban menyeleng-garakan atau menyediakan
fasilitas-fasilitas latihan dan pendidikan di dalam atau di luar negeri secara teratur dan terarah
bagi warganegara Indonesia dengan tujuan agar berangsur-angsur tenaga-tenaga warga
negara asing dapat diganti oleh tenaga-tenaga warga negara Indonesia.
e. Pemakaian Tanah
Dalam pasal 14 UPMA disebutkan, bahwa untuk keperluan perusahaan-perusahaan modal
asing dapat diberikan tanah dengan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai
menurut peraturan perundangan yang berlaku.
Ketentuan pasal 14 ini yang memungkinkan diberikannya tanah kepada perusahaanperusahaan yang bermodal asing bukan saja dengan hak pakai, tetapi juga dengan hak guna
bangunan dan hak guna usaha, merupakan penegasan dari apa yang ditentukan di dalam pasal
55 ayat 2 Undang-undang Pokok Agraria, berhubungan dan pasal 10, 62 dan 64 Ketetapan
MPRS No. XXIII/MPRS/ 1969.
Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Pokok Agraria pasal 35, pasal 29 dan pasal 41,
maka hak guna bangunan tersebut dapat diberikan dengan jangka waktu paling lama 30
tahun, yang meng-ingat keadaan perusahaan dan bangunannya dapat diperpanjang dengan
waktu paling lama 20 tahun. Hak guna usaha dapat diberikan dengan jangka waktu paling
lama 25 tahun.
Kepada perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan macam tanaman yang
diusahakannya memerlukan waktu yang lebih lama dapat diberikan hak guna usaha dengan

jangka waktu hak guna usaha tersebut dapat diperpanjang paling lama 25 tahun. Hak pakai
diberikan dengan jangka waktu menurut keperluannya, dengan mengingat pembatasanpembatasan bagi hak guna bangunan dan hak guna usaha tersebut di atas.
f. Jangka Waktu Penanaman Modal Asing, Hak Transfer dan Repatriasi
Pasal 18 UPMA menegaskan, bahwa dalam setiap izin penanaman modal asing ditentukan
jangka waktu berlakunya yang : tidak melebihi 30 (tigapuluh) tahun.
Selanjutnya (menurut Penjelasan Pasal 18 UPMA) diadakan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
a. Perusahaan Modal Asing harus mengadakan pembukaan ter-sendiri dari modal asingnya;
b. Untuk menetapkan besarnya modal asing maka jumlahnya harus dikurangi dengan jumlahjumlah yang dengan jalan repatriasi telah ditransfer;
c. Tiap tahun perusahaan diwajibkan menyampaikan kepada Pemerintah suatu ikhtisar dari
modal asingnya.
Mengenai hak transfer, dalam pasal 19 UPMA ditetapkan sebagai berikut :
1) Kepada perusahaan modal asing diberikan hak transfer dalam valuta asing dari modal atas
dasar nilai tukar yang berlaku untuk :
a. Keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak-pajak dan kewajibankewajiban pembayaran lain;
b. biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga asing yang dipekerjakan di Indonesia;
c. biaya-biaya lain yang ditentukan lebih lanjut;
d. penyusutan atas aht-alat perlengkapan tetap;
e. kompensasi dalam hal nasionalisasi.
2) Pelaksanaan transfer ditentukan lebih lanjut oleh Pemerintah.
modal asing. Dirasakan adil apabila perusahaan-perusahaan yang menggunakan modal asing
tidak diperbolehkan merepatriasi modalnya mentransfer penyusutan selama perusahaanperusahaan itu masih memperoleh kelonggaran-kelonggaran perpajakan dan pungutanpungutan lain. Perlu diterangkan bahwa transfer keuntungan modal asing dapat dilakukan
juga selama perusahaan itu memperoleh kelonggaran-kelonggaran perpajakan dan pungutanpungutan lain.
g. Nasionalisasi dan Kompensasi
Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi/pencabutan hak milik secara
menyeluruh atas perusahaan-perusahaan modal asing atau tindakan-tindakan yang
mengurangi hak menguasai atau mengurus perusahaan yang bersangkutan.kecuali jika
dengan Undang-undang dinyatakan kepentingan Negara menghendaki tindakan demikian
(Pasal 21).
Jika diadakan tindakan seperti tersebut pada pasal 21 maka Pemerintah wajib memberikan
kompensasi/gantirugi yang jumlah, macam dan cara pembayarannya disetujui oleh kedua
belah pihak sesuai dengan asas-asas hukum internasional yang berlaku. Apabila antara kedua
belah pihak tidak terdapat persetujuan mengenai jumlah, macam dan cara pembayaran
kompensasi tersebut maka akan diadakan arbitrasi yang putusannya mengikat kedua belah
pihak.
Untuk menjamin ketenangan bekerja modal asing yang ditanam di Indonesia maka dalam

pasal ini ditetapkan bahwa Pemerintah tidak akan melakukan nasionalisasi terhadap
perusahaan modal asing, kecuali jika kepentingan negara menghendakinya. Tindakan
demikian itu hanya dapat dilakukan dengan Undang-undang serta dengan pemberian
kompensasi menurut prinsip-prinsip Hukum Internasional.
h. Kerjasama Modal Asing dan Modal Nasional
UPMA daJam pasal 23 menegaskan, bahwa daJam bidang-bidang usaha yang terbuka bagi
modal asing dapat diadakan kerja-sama antara modal asing dengan modal nasional dengan
mengingat ketentuan dalam pasal 3 di atas.
Pemerintah menetapkan lebih lanjut bidang-bidang usaha, bentuk-bentuk dan cara-cara
kerjasama antara modal asing dan modal nasional dengan memanfaatkan modal dan keahlian
asing dalam bidang ekspor serta produksi barang-barang dan jasa-jasa.
Pengertian modal nasional dalam Undang-undang ini meliputi modal Pemerintah Pusat dan
Daerah, Koperasi dan modal swasta nasional.
Adapun keuntungan yang diperoleh perusahaan modal asing sebagai hasil kerjasama antara
lain modal asing dan modal nasional tersebut pada pasal 23 setelah dikurangi pajak-pajak
serta kewajiban-kewajiban lain yang harus dibayar di Indonesia, diizinkan untuk ditransfer
dalam valuta asli dari modal asing yang bersangkutan seimbang dengan bagian modal asing
yang ditanam (Pasal 24).
B. Penanaman Modal Dalam Negeri
Penanaman modal dalam negeri (PMDN) adalah perseorangan warga Negara Indonesia ,
badan usaha Indonesia , Negara Republik Indonesia , atau daerah yang melakukan
penanaman modal diwilayah Negara Republik Indonesia.
Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha
diwilayah Negara RepublikIndonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri
dengan menggunakan modal dalam negeri.
C. LATAR BELAKANG, PENGERTIAN, DAN RUANG LINGKUP PENGATURAN
Hal-hal yang melatarbelakangi didorongnya PMDN
o Penyelenggaraan pembangunan ekonomi nasional adalah untuk mempertinggi kemakmuran
rakyat, modal merupakan factor yang sangat penting dan menentukan
o Perlu diselenggarakan pemupukan dan pemanfaatan modal dalam negeri dengan cara
rehabilitasi pembaharuan, perluasan , pemnbangunan dalam bidang produksi barang dan jasa
o Perlu diciptakan iklim yang baik, dan ditetapkan ketentuan-ketentuan yang mendorong
investor dalam negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia
o Dibukanya bidang-bidang usaha yang diperuntukan bagi sector swasta
o Pembangunan ekonomi selayaknya disandarkan pada kemampuan rakyat Indonesia sendiri
o Untuk memanfaatkan modal dalam negeri yang dimiliki oleh orang asing
o Penanaman modal (investment), penanaman uang aatau modal dalam suatu usaha dengan
tujuan memperoleh keuntungan dari usaha tsb. Investasi sebagai wahana dimana dana
ditempatkan dengan harapan untuk dapat memelihara atau menaikkan nilai atau memberikan
hasil yang positif

o Pasal 1 angka 2 UUPM meneyebutkan bahwa PMDN adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah Negara RI yang dilakukan oleh penanam modal dalam
negeri dengan menggunakan modal dalam negeri
o Sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal dalam negeri adalah perseorangan WNI,
badan usaha Indonesia, Negara RI, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah
Negara RI (Pasal 1 angka 5 UUPM)
o Bidang usaha yang dapat menjadi garapan PMDN adalah semua bidang usaha yang ada di
Indonesia
o Namun ada bidang-bidang yang perlu dipelopori oleh pemerintah dan wajib dilaksanakan
oleh pemerintah . midal: yang berkaitan dengan rahasia dan pertahanan Negara
o PMDN di luar bidang-bidang tersebut dapat diselenggarakan oleh swasta nasional. Midsal :
perikanan,perkebunan, pertanian, telekomunikasi, jasa umum, perdaganagan umum
o PMDN dapat merupakan sinergi bisnis antara modal Negara dan modal swasta nasional.
Misal: di bidang telekomunikasi,perkebunan
2. Factor-faktor yang mempengaruhi PMDN
Potensi dan karakteristik suatu daerah
Budaya masyarakat
Pemanfaatan era otonomi daerah secara proposional
Peta politik daerah dan nasional
Kecermatan pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan local dan peraturan daerah
yang menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia bisnis dan investasi
3. Syarat-syarat PMDN
Permodalan: menggunakan modal yang merupakan kekayaan masyarakat Indonesia (Ps 1:1
UU No. 6/1968) baik langsung maupun tidak langsung
Pelaku Investasi : Negara dan swasta
Pihak swasta dapat terdiri dari orang dan atau badan hukum yang didirikan berdasarkan
hukum di Indonesia
Bidang usaha : semua bidang yang terbuka bagi swasta, yang dibina, dipelopori atau dirintis
oleh pemerintah
Perizinan dan perpajakan : memenuhi perizinan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
Antara lain : izin usaha, lokasi, pertanahan, perairan, eksplorasi, hak-hak khusus, dll
Batas waktu berusaha : merujuk kepada peraturan dan kebijakan masing-masing daerah
Tenaga kerja: wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia, kecuali apabila jabatanjabatan tertentu belum dapat diisi dengan tenaga bangsa Indonesia. Mematuhi ketentuan UU
ketenagakerjaan (merupakan hak dari karyawan)
4. Tata Cara PMDN
Keppres No. 29/2004 ttg penyelenggaraan penanam modal dalam rangka PMA dan PMDN
melalui system pelayanan satu atap.
o Meningkatkan efektivitas dalam menarik investor, maka perlu menyederhanakan system
pelayanan penyelenggaraan penanaman modal dengan metode pelayanan satu atap.
o Diundangkan peraturan perundang-undnagan yang berkaitan dengan otonomi daerah, maka
perlu ada kejelasan prosedur pelayanan PMA dan PMDN
BKPM. Instansi pemerintah yang menangani kegiatan penanaman modal dalam rangka
PMA dan PMDN

Pelayanan persetujuan, perizinan, fasilitas penanaman modal dalam rangka PMA dan
PMDN dilaksanakan oleh BKPM berdasarkan pelimpahan kewenagan dari Menteri/Kepala
Lembaga Pemerintah Non Dept yang membina bidang-bidang usaha investasi ybs melalui
pelayanan satu atap
Gubernur/bupati/walikota sesuai kewenangannya dapat melimpahkan kewenangan
pelayanan persetujuan, perizinan dan fasilitas penanaman modal kepada BKPM melalui
system pelayanan satu atap;
Kepala BKPM dalam melaksanakan system pelayanan satu atap berkoordinasi dengan
instansi yang membina bidang usaha penanaman modal
Segala penerimaan yang timbul dari pemberian pelayanan persetujuan, perizinan dan
fasilitas penanaman modal oleh BKPM diserahkan kepada isntansi yang membidangi usaha
penanaman modal.
D. KESIMPULAN
Investasi merupakan hal terpenting untuk melaksanakan suatu perekonomian, karena
investasi merupakan penanaman modal untuk menambah kemampuan memproduksi
dan penanam penanam modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi
kebutuhan mereka tetapi untuk mencari keutungan.
Investasi tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi investasi terdapat 3 bentuk yaitu investasi
tanah, investasi pendidikan dan investasi saham.
Dinegara Indonesia tidak hanya dibutuhkan penanaman modal dalam negeri, tetapi juga
membutuhkan penanaman modal asing karena modal asing sangat diperlukan untuk
menambah atau meningkatkan investasi , untuk mempermudah perekonomian di Indonesia
dan membuat suatu usaha lebih menarik tidak hanya dari dalam negeri saja.
Jadi investasi dan penanaman modal di Indonesia mempunyai struktur badan hukum tertentu,
penanam modal asing tidak lah gampang menanamkan modalnya di Indonesia. Mereka harus
mempunyai perizinan berusaha diIndonesia. Mereka juga harus mempunya perizinan usaha
dari badan internasional antara lain GATTO dan APEC untuk membuat izin usaha bilateral
antara Negara. Investasi adalah penghasilan devisa bagi Negara yang di ambil dari
pemungutan WNA yang bekerja atau membuat usaha serta menanamkan modalnya
diindonesiadalam kurun waktu tertentu yaitu menetap diindonesia lebih dari 183 hari.
Gimana cara membuat essay yang baik dan sistematis ?
menurut wikipedia:
Jika dipetakan mengenai langkah-langkah membuat esai, bisa dirunut sebagai
berikut:
1. Menentukan tema atau topik
2. Membuat outline atau garis besar ide-ide yang akan kita bahas
3. Menuliskan pendapat kita sebagai penulisnya dengan kalimat yang
singkat dan jelas

4. Menulis tubuh esai; memulai dengan memilah poin-poin penting yang


akan dibahas, kemudian buatlah beberapa subtema pembahasan agar lebih
memudahkan pembaca untuk memahami maksud dari gagasan kita sebagai
penulisnya, selanjutnya kita harus mengembangkan subtema yang telah kita
buat sebelumnya.
5. Membuat paragraf pertama yang sifatnya sebagai pendahuluan. Itu
sebabnya, yang akan kita tulis itu harus merupakan alasan atau latar belakang
alasan kita menulis esai tersebut.
6. Menuliskan kesimpulan. Ini penting karena untuk membentuk opini
pembaca kita harus memberikan kesimpulan pendapat dari gagasan kita sebagai
penulisnya. Karena memang tugas penulis esai adalah seperti itu. Berbeda
dengan penulis berita di media massa yang seharusnya (memang) bersikap
netral.
7. Jangan lupa untuk memberikan sentuhan akhir pada tulisan kita agar
pembaca merasa bisa mengambil manfaat dari apa yang kita tulis tersebut
dengan mudah dan sistematis sehingga membentuk kerangka berpikir mereka
secara utuh.
Misal sobat mau buat essay dengan tema: Keterlibatan Tuhan terhadap Kaum
Miskin
garis besar ide-idenya:
1. Tuhan dan Kaum Miskin dalam Budaya Timur Tengah
2. Tuhan dan Kaum Miskin dalam Kisah Kitab Suci
3. Tuhan dan Kaum Miskin dalam Jeritan Mereka yang
Termarjinalkan.etc
kalau ada kutipan dari buku, diakhir kata/kalimat yang dikutip biasanya diberi
catatan kaki (Inset, reference, footnote, insert, kalau sudah keluar angka pada
halaman paling bawah, tulis nama pengarang, judul buku (ditulis miring),
penerbit, kota terbit, tahun. halaman dari kata/kalimat yang saudara tadi kutip.
jika mau diberi daftar pustaka, silakan lihat catatan kaki yang sudah saudara
buat.
Pembuatan daftar pustaka biasanya dibuat pada halaman yang paling belakang,
diurutkan sesuai dengan abjad. misal:
Anan, Bandirto.1976. Zamrud Katulistiwa. Merapi. Yogyakarta.
Sudibyo, Bambang (Nama di balik).1980. Era Orde Baru (judul buku dibuat
miring). Kanisius. Yogyakarta
Struktur sebuah esay terdiri dari 3 tiga bagian:
1. Pengantar/Pengenalan (5% dari total essay)Biasanya 1 - 2 paragraf yang
berisikan satu atau lebih hal-hal berikut ini: definisi masalah, pembatasan
asumsi, istilah-istilah teknis yang digunakan dan tujuan penulisan, yang bisa
menjelaskan secara seksama sebuah dalil yang kita ungkapkan.
2. Pembahasan/Argumentasi (85%-90% dari total esay)Bagian utama dari
sebuah esay yang ditujukan untuk mengungkapkan bukti-bukti dalam bentuk: (a)

logika penalaran pribadi, (b) teori-teori yang ada, atau (c) secara empiris melalui
penelitian, yang relevan dengan masalah yang kita bahas. Dalam bagian ini kita
memerlukan contoh-contoh, logika, teori, hasil penelitian yang masuk akal dan
relevan dengan pernyataan-pernyataan yang tegas.Lebih baik lagi seandainya
kita menyisipkan teknik devil's advocate atau kontra argumentasi dalam setiap
pernyataan-pernyataan yang kita buat sehingga esay kita menjadi sulit untuk
diserang.Dalam hal ini kita juga perlu mengumpulkan banyak bacaan dari topik
yang dibahas dengan tentunya harus mencantumkan referensi-referensi. Hindari
plagiarisme!Seandainya kita tidak bisa mendapatkan contoh-contoh dari teori,
media, internet atau sumber-sumber yang lain, masukkan contoh-contoh dari
pengalaman pribadi atau contoh praktis.
3. Penuntup/Kesimpulan (5%-10% dari total esay)Panjangnya penutup atau
kesimpulan tergantung dari bagaimana kita menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang kita ungkapan dalam bagian definisi masalah pada bagian pembukaan.
Jawaban-jawaban ini sebenarnya berkaitan dengan bukti-bukti yang kita bahas
pada bagian argumentasi/pembahasan yang masih dalam kerangka tujuan
penulisan. Lebih baik lagi, kalau ada penekanan terhadap argumentasi yang
paling kuat yang paling dikuasai pada bagian pembahasan.

http://www.anneahira.com/cara-menulis-essay.htm

Minggu, 15 Juli 2012 | 15:28 WIB

Dinilai Tahan Banting, BEI


Tingkatkan Investor Ritel
NERACA
Jakarta Meskipun industri pasar modal sedang mengalami tekanan dari krisis ekonomi global, tidak membuat
ciut para investor dalam negeri berburu saham di pasar modal. Pasalnya, investor ritel lokal diyakini tahan
terhadap goncangan jika terjadi fluktuasi pasar di tengah krisis Eropa.
Direktut IT BEI Adikin Basirun mengatakan, investor ritel adalah penyeimbang dari jumlah investor institusi yang
ada, terutama sebagai bentuk ketahanan mencegah jika ada goncangan pasar. Kalau investor luar dan apalagi
institusi, bila ada apa-apa mereka bisa saja langsung keluar, katanya di Jakarta, akhir pekan kemarin.
Menurutnya, saat ini komposisi investor yang bermain di pasar modal Indonesia adalah 60 : 40. Artinya, 60%
investor berasal dari luar dan 40% investor lokal. Diharapkan kedepannya, komposisi investor lokal bisa lebih
banyak dan minimal 50: 50 agar ketahanannya bisa lebih baik.
Kata Adikin, untuk menjaring semakin banyaknya investor ritel tidaklah mudah. Pasalnya, dibutuhkan
sistem pemasaran yang lebih baik agar jumlahnya terus bertambah. Sekarang pertaruhan bagaimana AB
untuk follow up. Kalau sosialisasi dan antusisasme tinggi, tapi kalau tidak di follow up akan masuk ke investasi
lain yang lebih agresif dalam menawarkan produknya, ujarnya.
Selain itu, dia juga mengungkapkan keoptimisannya terhadap pasar modal Indonesia yang mampu bersaing
ditingkat dunia bertepatan dengan usianya yang menginjak usia 20 tahun. Bursa Efek Indonesia (BEI)

sedang ingin jadi lady, bukan teen lagi. Semoga BEI bisa semakin meningkatkan daya saing serta kredibilitas
tingkat dunia, ujarnya.
Harapan lainnya adalah agar investor semakin meningkatkan nilai investasinya dan semakin tertarik ke dunia
investasi. Kalau dilihat investasi menjadi tulang punggung pembangunan di Indonesia. Jadi investasi ini bukan
hanya di produk perbankan kemudian di komoditi, sudah saatnya di bidang equtiy, obligasi dan juga turunannya,
jelasnya.
PT Bursa Efek Indonesia mengakui sulit mendongkrak jumlah investor domestik dalam menguasai industri pasar
modal dalam negeri, kendatipun saat ini tren kepemilikan saham asing turun menjadi 60% dibanding sebelumnya
70%.
Sebelumnya, Direktur Pengawasan Anggota Bursa BEI Uriep Budhiprasetyo pernah bilang, komposisi jumlah
investor domestik harus lebih besar dibandingkan asing. Alasannya, agar bursa saham Indonesia tidak
mudah disetir oleh investor asing,Idealnya komposisi investor itu 70% untuk investor lokal dan 30% asing,
bagus untuk menahan pasar saham kita agar tidak terlalu didikte asing,ungkapnya.
Pihaknya pun berharap agar investor institusi, seperti dana pensiun dan asuransi dapat diperluas untuk
berinvestasi di pasar modal. Meski jumlah investor asing masih mendominasi di pasar modal, persentase jumlah
investor lokal terus meningkat.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (BEI), aset oleh investor asing terhadap total aset
mencapai 54,04% per Juni 2012 dibandingkan Juni 2011 sebesar 59%. Sementara itu, aset oleh investor
domestik mencapai 45,96% per Juni 2012 dibandingkan Juni 2011 sekitar 40%.
Sementara komposisi aset lokal itu meningkat dibanding posisi 12 Desember 2011 yang sebesar Rp1.020,774
(44,64 persen), sementara investor asing menurun menjadi Rp1.265,410 triliun (55,35%). (didi)

http://www.neraca.co.id/2012/07/15/dinilai-tahan-banting-bei-tingkatkan-investorritel/

Investor Asing Terus Kuasai Bursa Saham Indonesia


"Dari sekitar 230.000-an total investor di pasar modal nasional, investor asing ada sebanyak 60 persen dan
sisanya pengusaha lokal,"

Senin, 29 Oktober 2012 | 20:36 WIB

Skalanews - Sampai saat ini, investor asing


masih terus menguasai bursa saham di Indonesia
meski jumlah pemain lokal sudah semakin
banyak.
"Dari sekitar 230.000-an total investor di pasar
modal nasional, investor asing ada sebanyak 60
persen dan sisanya pengusaha lokal," kata
Pimpinan Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM)
Medan M Pintor Nasution di Medan, Senin.

Illustrasi

Berita Terkait :

OTA Nilai Pasar Modal Indonesia Miliki Prospek


Positif...

Hal tersebut diungkapkannya pada acara


Workshop Wartawan, Mekanisme Perdagangan
dan Market Update pada Bursa Efek Indonesia

Rabu, 14 Nopember 2012 | 16:09 WIB

(BEI) yang diikuti puluhan wartawan dari media

Rabu, 14 Nopember 2012 | 09:57 WIB

BEI Liburkan Perdagangan Bursa 15-16 November...

lokal dan nasional.

Senin, 12 Nopember 2012 | 19:49 WIB

Dia mengakui, jumlah investor lokal memang


sudah mengalami kenaikan, tetapi belum juga

BEI Berharap Investor Pilih Investasi Sesuai Risiko...

menyamai atau mengimbangi pemain asing.


"Karena itu pula maka BEI dan PIPM terus melakukan sosialisasi tentang pasar modal, agar pasar Indonesia
yang sedang menjadi perhatian dunia karena dinilai cukup bagus di saat terjadi krisis global tidak hanya
menguntungkan warga asing," katanya.
Apalagi, ujar Pintor, BEI menargetkan hingga 2015 jumlah investor nasional bisa mencapai dua juta orang.
Dia menyebutkan, untuk wilayah Sumatera sendiri investor dari Sumut masih yang paling banyak atau mencapai
15.000-an di tengah jumlah perusahaan sekuritas anggota bursa yang terus bertambah di daerah itu atau sudah
29 perusahaan.
Dari 15.000-an investor, 13.000-an di antaranya adalah penduduk Kota Medan.
Technical Analyst BNI Securities Andri Zakaria Siregar menyebutkan, untuk tidak merugi calon investor memang
harus mengetahui jelas bagaimana cara bermain di pasar modal dan BNI sekuritas siap membantu.
Menurut dia, dewasa ini adalah saat yang tepat untuk membeli saham khususnya saham milik perusahaan yang
menghasilkan produk kebutuhan masyarakat.
"Calon investor harus lebih dulu mengetahui kondisi suatu perusahaan sebelum memutuskan sikap
untuk membeli saham perusahaan tersebut. Jangan mudah terpengaruh dengan isu atau informasi dari
orang lain," katanya.(ant/pay)

http://skalanews.com/baca/news/5/15/127345/bursa/investorasing-terus-kuasai-bursa-saham-indonesia.html

AA

Ekonomi - Selasa, 25 Sep 2012 00:06 WIB


Laporan dari New York

Indonesia Semakin Menarik bagi Investasi Asing


New York, (Analisa). Indonesia semakin menarik bagi negara asing untuk menanamkan investasi.
Investasi dari Amerika Serikat (AS) misalnya, terus meningkat dari tahun ke tahun. Dipastikan
investasi AS di Indonesia pada 2012 melebihi US$ 1,7 miliar, di luar bidang pertambangan dan
minyak.
Masa depan investasi di Indonesia yang gemilang ini disampaikan Menko Perekonomian Hatta
Rajasa kepada wartawan di Hotel Millennium, New York, seusai mengikuti briefing oleh Presiden
SBY, Minggu (23/9).
Hatta dan sejumlah menteri hadir di New York mendampingi Presiden SBY untuk menyampaikan
pidato pada Sidang Umum Majelis Umum PBB dan kegiatan Indonesia Investment Day.
Terkait semakin meningkatnya investasi negara asing di Indonesia itu, Hatta tidak bicara tanpa
data. Dia membeberkan data dari The United Nations Conference on Trade and Development
(UNCTAD) yang dipublikasikan pada 2012 bahwa Indonesia kini berada di urutan ke-4 dunia dalam
pertumbuhan investasi. "Indonesia berada di urutan keempat, setelah China, Amerika Serikat, dan
India. Ini sangat dahsyat," kata Hatta.
Seiring dengan semakin berkembangnya pasar di Asia, Indonesia juga semakin dilirik oleh negaranegara asing dalam menanamkan investasi. AS, misalnya, yang tahun 2010 lalu terlempar ke
posisi 7 dalam jumlah investasi di Indonesia, saat ini bangkit kembali. Pada 2011, AS menempati
rangking keempat, setelah Singapura, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel), dengan nilai investasi
US$ 1,7 miliar.
"Ini diluar investasi di mineral, pertambangan, dan minyak. Kalau pertambangan dan minyak
dimasukkan, AS bisa menjadi nomor 1. Karena Chevron saja sudah investasi sampai miliaran
Dollar," kata Hatta.
Pada awal 2012, hingga Mei investasi AS di Indonesia sudah mencapai US$ 900 juta. "Trend
peningkatan tidak linier(linear), sehingga hampir dipastikan investasi AS di Indonesia pada tahun
ini akan melampaui 2011," jelas Hatta.
Nilai investasi di Indonesia meningkat tajam. Bahkan, pada 2011 terjadi peningkatan investasi
sebesar 20% yang merupakan pertumbuhan tertinggi dalam sejarah, yaitu menjadi sebesar US$ 19

miliar. Pada 2012, diperkirakan investasi di atas US$ 20 miliar dan pada 2013 diperkirakan sudah
mencapai US$ 30 miliar.
Peningkatan investasi inilah yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih sangat
baik di atas 6%. Pada 2013, pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 6,8%, yang rinciannya
dari kontribusi 3,2% dari pertumbuhan investasi, 2,9% dari pertumbuhan konsumsi dan sisanya
dari kegiatan ekspor dan impor dan APBN.
Meningkatnya investasi di Indonesia ini tumbuh juga dipengaruhi program Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang telah dicanangkan pemerintah.
Anggaran untuk proyek MP3EI ini sampai 2015 diperkirakan sebesar Rp 4.000 triliun.Tahap
pertama dibutuhkan Rp 1.000 triliun.
"Dan dalam rapat di Bogor beberapa waktu lalu, saya ketuk palu bahwa sumber anggaran
(investasi) dari Rp 1.000 triliun itu, 15 persennya dari APBN, sisanya dari full investment dan
swasta nasional," kata Hatta.
Seperti diketahui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat total realisasi investasi
selama kuartal II 2012 mencapai sebesar Rp 76,9 triliun. (dtc)

http://www.analisadaily.com/news/read/2012/09/25/76493/indonesia_semakin_m
enarik_bagi_investasi_asing/#.UKAfJORJNZo

También podría gustarte