Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
1, (2012) 1-5
I. PENDAHULUAN
Pengujian
Properties
Bahan bakar
Pengambilan data
: beban
timabangan,
waktu konsumsi,
dan temperatur
exhaush,engine,
END
Studi
Literatur:
Teks book,
Internet, Tugas
akhir, Jurnal
11.5
10.5
TORSI (Nm)
9.5
BIO
BIO +2cc
8.5
BIO +4cc
7.5
Linear (BIO)
Linear (BIO +2cc)
6.5
5.5
4.5
3.5
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
BEBAN (%)
80.0
90.0
100.0
TORSI vs %BEBAN
12.5
11.5
BIO
10.5
BIO +6cc
9.5
TORSI (Nm)
BIO +8cc
8.5
BIO +10cc
7.5
Linear (BIO)
Linear (BIO +6cc)
6.5
5.5
4.5
3.5
30.0
40.0
50.0
70.0
60.0
BEBAN (%)
80.0
90.0
100.0
9. Crankshaft
10. Fix Coupling
11. Water brake dynamometer
12. Timbangan Mekanis
13. Load valve
14. Pompa air
15. Blower
16. Pitot tube
BHP vs %BEBAN
1.9
1.7
1.5
bhp (kW)
Keterangan :
1. Tangki bahan bakar
2. Filter bahan bakar
3. Gelas ukur
4. Pompa bahan bakar
5. Injector
6. Katup bahan bakar
7. Filter udara
8. Piston
1) Torsi
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa penambahan aditif
sebesar 6cc dapat meningkatkan torsi dibandingkan biosolar
murni. Hal ini terjadi karena pada penambahan 6cc aditif
memiliki nilai distilasi paling tinggi. Dimana nilai distilasi
merupakan kemampuan bahan bakar untuk menguap.
Sedangkan pada penambahan 8 cc sampai dengan 10 cc
terjadi penurunan. Hal ini terjadi karena nilai distilasi yang
menurun juga. Akibatnya bahan bakar menjadi kurang
terbakar dengan sempurna..
BIO
BIO +2cc
1.3
BIO +4cc
Linear (BIO)
1.1
0.9
0.7
0.5
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
BEBAN (%)
80.0
90.0
100.0
BHP vs %BEBAN
1.9
1.7
BIO
1.5
bhp (kW)
BIO +6cc
BIO +8cc
1.3
BIO +10cc
Linear (BIO)
1.1
0.9
0.7
0.5
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
BEBAN (%)
80.0
90.0
100.0
1
0.9
sfc (KG/kW.jam)
BIO
0.8
BIO +2cc
BIO +4cc
0.7
Poly. (BIO)
Poly. (BIO +2cc)
0.6
0.5
BMEP vs %BEBAN
540
0.4
30.0
40.0
50.0
490
390
BIO
1.2
BIO +2cc
1.1
90.0
100.0
sfc vs % BEBAN
190
BIO
Linear (BIO)
290
240
BIO +6cc
0.9
BIO +8cc
BIO +10cc
0.8
Poly. (BIO)
Poly. (BIO +6cc)
0.7
140
0.6
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
BEBAN (%)
80.0
90.0
100.0
0.5
BMEP vs %BEBAN
540
0.4
30.0
490
BIO
440
BIO +6cc
bmep (kPa)
80.0
BIO +4cc
340
sfc ((kg?kW.jam)
bmep (kPa)
440
60.0
70.0
BEBAN (%)
390
40.0
50.0
100.0
34
Linear (BIO)
Linear (BIO +6cc)
32
240
90.0
th vs % BEBAN
BIO +8cc
290
80.0
BIO +10cc
340
60.0
70.0
BEBAN (%)
BIO
30
BIO +2cc
140
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
BEBAN (%)
80.0
90.0
100.0
th (%)
190
BIO +4cc
28
Poly. (BIO)
26
24
22
20
30.0
40.0
50.0
60.0
BEBAN (%)
70.0
80.0
90.0
100.0
th vs % BEBAN
34
32
BIO
BIO +6cc
30
th (%)
BIO +8cc
BIO +10cc
28
Poly. (BIO)
26
24
22
20
30.0
40.0
50.0
60.0
BEBAN (%)
70.0
80.0
90.0
100.0
200
4
pada grafik temperature exhaust sebelumnya. Biosolar murni
memiliki temperature yang paling tinggi. Hal ini bisa
disebabkan karena biosolar murni memiliki nilai kalor yang
paling tinggi. Dimana nilai kalor mempengaruhi jumlah
pelepasan panas dari bahan bakar itu sendiri.
190
180
BIO
BIO +2cc
170
70
BIO +4cc
160
BIO
Poly. (BIO)
Poly. (BIO +2cc)
150
140
BIO +2cc
65
BIO +4cc
T oli
T exhaust
T oli vs %BEBAN
75
Poly. (BIO)
60
130
120
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
BEBAN (%)
80.0
90.0
100.0
50
T exhaust vs %BEBAN
200
30.0
190
60.0
70.0
BEBAN (%)
80.0
90.0
100.0
T oli vs %BEBAN
BIO +6cc
BIO +8cc
170
70
BIO
BIO +10cc
160
BIO +6cc
Poly. (BIO)
Poly. (BIO +6cc)
150
140
BIO +8cc
65
BIO +10cc
T oli
T exhaust
50.0
75
BIO
180
40.0
Poly. (BIO)
60
130
120
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
BEBAN (%)
80.0
90.0
50
30.0
6) Temperatur Exhaust
Pada grafik temperatue exhaust diatas dapat dilihat
bahwa biosolar murni memiliki temperature yang paling
tinggi. Hal ini bisa disebabkan karena biosolar murni
memiliki nilai kalor yang paling tinggi. Dimana nilai kalor
mempengaruhi jumlah pelepasan panas dari bahan bakar itu
sendiri.
T head vs %BEBAN
85
100.0
40.0
50.0
60.0
70.0
BEBAN (%)
80.0
90.0
100.0
8) Temperatur Oli
Pada grafik temperatur oli diatas dapat dilihat bahwa tren
yang hamper sama ter jadi juga pada tren grafik temperature
oli. Dimana biosolar murni memiliki temperature yang
paling tinggi. Hal ini bisa disebabkan karena biosolar murni
memiliki nilai kalor yang paling tinggi. Dimana nilai kalor
mempengaruhi jumlah pelepasan panas dari bahan bakar itu
sendiri.
80
BIO
T head
75
BIO +2cc
BIO +4cc
70
Poly. (BIO)
Poly. (BIO +2cc)
65
60
55
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
BEBAN (%)
80.0
90.0
100.0
T head vs %BEBAN
85
80
BIO
BIO +6cc
T head
75
BIO +8cc
BIO +10cc
70
Poly. (BIO)
Poly. (BIO +6cc)
65
60
55
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
BEBAN (%)
80.0
90.0
100.0
7) Temperatur Head
Pada grafik temperatur head diatas dapat dilihat bahwa
tren yang sama terjadi hamper sama dengan tren yang terjadi
F Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukanini diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
Besarnya torsi maksimum adalah 11,4375 Nm yang terjadi
pada bahan bakar biosolar +6cc aditif pada 90%
pembebanan. Sedangkan torsi terendah terjadi pada bahan
bakar biosolar +10cc aditif yaitu sebesar 10,675 Nm pada
%pembebanan yang sama.
Besarnya daya maksimum adalah 1,7965 kW yang terjadi
pada bahan bakar biosolar +6cc aditif pada 90%
pembebanan. Sedangkan daya terendah terjadi pada bahan
bakar biosolar +10cc aditif yaitu sebesar 1,6759 kW pada
%pembebanan yang sama.
Besarnya tekanan efektif rata-rata maksimal yang dapat
dihasilkan biosolar +6cc aditif adalah 485,32 kPa pada
90% beban,. Sedangkan bmep yang terjadi pada bahan
bakar biosolar +10cc aditif yaitu sebesar 10452,96 kPa
pada %pembebanan yang sama.
Besarnya sfc terendah juga terjadi pada bahan bakar
biosolar +6cc aditif yaitu sebesar 0,4677 kg/kWh yang
terjadi pada 90% pembebanan.
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]