Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Definisi
Perubahan arsitektur jaringan hati yang ditandai dengan regenerasi nodular
yang bersifat difus dan dikelilingi oleh septa-septa fibrosis. Perubahan (distorsi)
struktur tersebut dapat mengakibatkan peningkatan aliran darah portal, disfungsi
sintesis hepatosit, serta meningkatkan risiko karsioma hepatoseluler (KHS).
Epidemiologi
Prevalensi sirosis hati sulit untuk di nilai karena stadium awalnnya bersifat
asimtomatis. Namun, sirosis tercatat sebagai penyakit kematian ke-14 tersering pada
dewasa di dunia, dengan angka kematian sekitar 1,04 juta jiwa pertahun. Sirosis juga
menjadi indikasi utama untuk a5.00 kasus transplantasi hepar per tahun di Negara
maju.
Etiologi dan Faktor Risiko
Seluruh penyakit hati yang bersifat kronis dapat mengakibatkan sirosis hati.
Etiologi tersering di Negara barat ialah akibat konsumsi alcohol. Sementara di
Indonesia, sirosis utamannya di sebabkan oleh hepatis B dan C kronis.
Manifestasi Klinis
Sirosis hati merupakan kondisi histopatologis yang bersifat asimtimatis pada
stadium awal. Seara klinis sirosis dapat dibedakan menjadi sirosis kompensata
(geajala klinis belum ada atau minimal) dan sirosis dekompensata (gejaa dan tanda
klinis jelas).
1. Sirosis kompensata
Kebanyan berisfat asimtomatis dan hanya dapat didiagnosis melalui
pemeriksaan fungsi hati. Bila ada, gejala yang mucul berupa kelelahan nonspesifik penurunan libido, atau gangguan tidur. Tanda khas (stigmata) sirosis
juga seringkali belum tampak pada pada tahap ini. Sebenarnya sekitar 40%
kasus sirosis kompensata telah mengalami varises esophagus, namun belum
menunjukan tanda-tanda perdarahan.
2. Sirosis dekompensata
Pemeriksaan Penunjang
1. PEmeriksaan Laboratorium :
Parameter hematologi; hemoglobin, leukosit, hitung trombosit, waktu
protombin (INR).
Biokimia serum : bilirubin, transaminase (ALT dan AST), alkalin
fosfatase, y glutamyl transpeptidase (y GT), albumin dan globulin,
24 jam).
Deteksi/pemantauan etiologi: penanda serologi hepatitis B dan C,
Interpretasi
In[INR(mg/dl)+0,643)X10
Keterangan : In,logaritma natural; INR, international normalized ratio.
Prediksi mortalitas dalam 3 bulan sebagai berikut :
Skor MELD >40 : mortalitas 71,3%
Skor MELD 30-39 : mortalitas 52,6%
Keterangan :
Skor 5-6 = Child A (angka kelangsungan hidup 1 tahun pertama = 100%; angka
kelangsungan hidup 2 tahun petama = 85%)
Skor 7-9 = Child B (angka kelangsungan hidup 1 tahun pertama = 81% angka
kelangsungan hidup 2 tahun pertama =57%)
Skor 10-15 = Child C (angka kelangsungan hidup 1 tahun pertama = 45% angka
kelangsungan hidup 2 tahun pertama = 35%
kkal/KgBB
ideal
dengan
protein
1,2-1,5
g/KgBB/hari.
b. Aktivitas fisik untuk mencegah inaktivitas dan atrofi otot, sesuaikan
dengan toleransi pasien.
c. Stop konsumsi alkohol dan merokok.
d. Pembatasan obat-obatan hepatotoksik dan nefrotoksik, OAINS, isoniazid,
asam
valproate,
aminoglikosida
klorpromazin,dan
eritromisin,
(bersifat
amoksisilin/klavulanat,
nefrotoksik
ezetimibesis),
pada
sirosis),
ketokonazol,
golongan
ketokonazol,
klorpromazin,
dan
ezetimibe.
3. Surveilans Komplikasi sirosis
a. Monitor kadar albumin,
b.
bilirubin,
INR,
serta
penilaian
fungsi
c.
d.
e.
f.
setiaop 6 bulan.
Vaksinasi hepatitis B dan hepatitis A, bila perlu.
tes
Ensefalopati Hepatikum
Pendahuluan
Merupakan salah satu komplikasi serius sistemik dari penyakit hanti kronik.
Didefinisikan sebagai manifestasi neuropskiatrik yang ditandai dengan perubahan
status mental, intelektual, psikomotor, dan fungsi kognitif disertai dengan kegagalan
hati dan mengeksklusi penyakit otak lainnya. Ditemukan pada hingga 70% pasien
dengan sirosis.
Gejala dan tanda
Pada pasien dengan gagal hati akut, dapat terjadi perubahan mental dalam
hitungan minggu hingga bulan. Berdasarkan klasifikasi West-Haven ensefalopati
hepatikum dikategorikan
Derajat 0
Minimal atau subklinis. Susah ditemuka perubahan perilaku. Perubahan minimal
dalam ingatan,konsentrasi,fungsi intelektual dan koordinasi.
Derajat 1
Kemampuan mempertahankan konsentrasi memendek. Insomnia atau perubahan
dalam pola tidur. Euphoria atau depresi. Kebingungan ringan. Kemampuan
melakukan tugas melambat.
Derajat 2
Letargi atau apatis. Disorientasi,perilaku tidak sesuai,berbicara kacau. Tampak
mengantuk,kesulitan mengerjakan pekerjaan, perubahan perilaku yang jelas.
Derjat 3
Somnolen namun masih dapat dibangunkan, tidak dapat mengerjakan tugas,
disorientasi tempat dan waktu,kebingungan yang jelas, amnesia,bicara tidak
komprehensif.
Derajat 4
Koma atau tanpa respon terhadap stimulus nyeri.
Pencetus
1.
2.
3.
4.
5.
gagal ginjal
perdarahan saluran cerna
infeksi
hypokalemia
obat yang bereaksi di sistem saraf pusat seperti benzodiazepine dan anti
depresan.
Tata laksana
Diet pembatasan asupan protein sebaiknya dilakukan khususnya pada pasien dengan
derajat berat. Umumnya pasien dapat toleransi 60-80 g per hari
Antibiotic untuk mengurangi konsentrasi bakteri dapat diberikan metronidazole 3x
500 mg
Zink pada umumnya pasien sirosis hepatis mengalami defisiensi besi. Dosis yang
diberikan dapat 600 mg per hari
Koreksi elektrolit imbalans
Diagnosis enselofati hepatikum ditegakkan atas dasar:
Diagnosis Banding
Koma akibat gangguan metabolisme lain, koma akibat intoksikasi obat-obatan atau
alkohol, trauma kepala, tumor otak, dan epilepsi.