Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur
kehamilan 20-37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram (ACOG, 1995).
Menurut World Health Organisation (WHO), yang dimaksud dengan persalinan
prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 atau kurang. Persalinan
preterm merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan kematian
perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat
lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterm dan pertumbuhan janin yang
terhambat.
Persalinan prematur merupakan hal yang berbahaya karena dua pertiga
dari kasus berpotensi sebagai penyebab kematian perinatal. Angka kejadian
preterm pada umumnya adalah sekitar 6-10%. Hanya 1,5% persalinan terjadi pada
umur kehamilan kurang dari 32 minggu dan 0,5% pada kehamilan kurang dari 28
mingg. Di Indonesia angka kejadian prematuritas nasional belum ada, namun
angka kejadian Bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR) dapat mencerminkan
angka kejadian prematuritas secara kasar. Angka kejadian nasional BBLR
nasional rumah sakit adalah 27.9%.
Pada persalinan ini, seringkali bayi prematur mengalami gangguan tumbuh
kembang organ-organ vital seperti belum matangnya paru yang menyebabkan ia
masih belum mampu untuk hidup di luar kandungan, sehingga sering mengalami
kegagalan adaptasi yang dapat menimbulkan morbiditas bahkan mortalitas yang
tinggi. Penyebab persalinan preterm bukan tunggal tetapi multikompleks.
Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan
preterm,
seperti
solusio
plasenta,
kehamilan
ganda,
kelainan
uterus, polihidramnion, kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini, infeksi dan
lain-lain. Oleh karena itu, penulis ingin membahas mengenai persalinan
prematuritas secara menyeluruh agar dapat menurunkan mortalitas maupun
morbiditas baik ibu maupun janin.
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 IDENTIFIKASI
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Rekam Medik
MRS
: Ny. SJ
: 35 tahun
: Perempuan
: Jl. Pulp Kerto Rt 22 Rw 08 Kecamatan Gandus
: Islam
: SMA
: Ibu Rumah Tangga
: 771645
: 9 Agustus 2014
Riwayat Perkawinan :
1x lamanya 3 tahun
Riwayat Reproduksi :
2
Menache umur 13 tahun, haid teratur, siklus 28 hari lamanya 5-6 hari.
Riwayat Obstetri :
G3P1A1
No
Tempat
Bersalin
Tahun
Hasil
Jenis
ANAK
Kehamilan
Persalinan
Kelamin
Berat
Keadaan
Bidan
2012
8 minggu
abortus
RSMH
2013
Preterm
normal
Perempuan
1300 g
JTM
: 1 Desember 2013
: 8 September 2014
Lama hamil
: 34 minggu
Gerakan anak
: Masih dirasakan
Periksa hamil
: 3x di bidan
: disangkal
: disangkal
Asma
: disangkal
Alergi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Asma
: disangkal
Alergi
: disangkal
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Berat badan
: 70 kg
Tinggi badan
: 158 cm
Gizi
: Sedang
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5oC
Mata
Jantung
Paru
Payudara
Abdomen
Edema pretibial
: -/-
BAB
: 11,3 g/dl
Eritrosit
: 3,49 juta/mm3
Hematokrit
: 32 vol%
Leukosit
: 7700/mm3
Trombosit
: 192000/mm3
DC
: 0/1/0/73/15/11
2.6 PENATALAKSANAAN
Konservatif
-
Observasi his, denyut jantung janin, tanda vital ibu, tanda perdarahan
2.7 PROGNOSIS
Ibu dan Janin : dubia
2.8 LAPORAN PERSALINAN (9 Agustus 2014)
Pkl. 01.45 WIB
Tindakan perabdominal dimulai.
Pasien dalam keadaan terlentang dalam spinal anestesi kemudian dilakukan insisi
mediana pada 2 jari diatas simfisis pubis.
Pkl. 01.50 WIB
Lahir neonatus hidup, laki-laki, BB 2600 g, PB: 45 cm, Apgar Score 8/9, FT
AGA. Kemudian dilakukan drip oksitosin sebanyak 20 IU dalam cairan infuse.
Pkl. 01.53 WIB
Lahir lengkap plasenta, BP 470 g, PTP 42 cm, uk 17x18 cm2. Dilanjutkan dengan
penjahitan uterus secara jelujur subkutikuler dengan vicryl 1.0. dilakukan
retroperitonealiasi dengan plain cat gut 2.0. Setelah diyakini bersih dan tidak ada
perdarahan dilanjutkan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis. Keadaan
umum ibu post partum baik, bayi dirawat di kamar bayi.
2.9 FOLLOW UP
Tanggal
Catatan
9-8- 2014
N: 82x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,50C
St Obstetri
PL: Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik,
perdarahan aktif (-), luka operasi tertutup
A: P2A1 post SSTP a.i Plasenta Previa (Hari ke-1)
P: Non Medikamentosa
-
Medikamentosa
-
IVFD RL XX/menit
Inj ceftriaxone 2x1gr (iv)
Inj. Metronidazole 3x500mg (iv)
Inj. Asam tranexamat 3x1 amp
Inj. Tramadol 3x1 amp
N: 84x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,50C
St Obstetri
PL: Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik,
perdarahan aktif (-), luka operasi tertutup.
A: P2A1 post SSTP a.i Plasenta Previa (Hari ke-2)
P: Non Medikamentosa
-
Medikamentosa
7
IVFD RL XX/menit
Inj ceftriaxone 2x1gr (iv)
Inj. Metronidazole 3x500mg (iv)
Inj. Asam tranexamat 3x1 amp
Inj. Tramadol 3x1 amp
N: 86x/menit
RR: 22x/menit
T: 36,7oC
St Obstetri
PL: FUT 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, perdarahan aktif (-)
lochia rubra (+), luka operasi kering
A: P2A1 post SSTP a.i Plasenta Previa (Hari ke-3)
P: Non Medikamentosa
-
Medikamentosa
-
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur
kehamilan 20-37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram (ACOG,
1995). Menurut World Health Organisation (WHO), yang dimaksud dengan
persalinan prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 atau
kurang. Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI di Semarang tahun 2005
menetapkan bahwa persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada
usia kehamilan 22-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
9
3.2 INSIDENSI
Kejadian persalinan prematur berbeda pada setiap negara, dinegara
maju, misalnya Eropa, angkanya berkisar antara 5-11%.Di USA, pada tahun
2000 sekitar satu dari Sembilan bayi ilahirkan premature (11.9%), dan di
Australia kejadiannya sekitar 7%. Meskipun di negara-negara maju deteksi
dini, pencegahan, dan pengelolaan persalinan premature telah dilakukan
dengan baik, namun dalam dekade terakhir terdapat sedikit kenaikan insidensi
akibat dari meningkatnya angkatan kerja wanita, meningkatnya kehamilan
dengan
teknologi
berbantu
(bayi
tabung,
ARTAssisted
c.
d.
e.
f.
g.
1. Ibu
a. Penyakit berat pada ibu
b. DM
c. Preeklamsi/eklamsi
d. Infeksi saluran kemih/genital/intrauterine
e. Penyakit infeksi dengan demam
f. Stres psikologik
g. Kelainan bentuk uterus/serviks
h. Riwayat persalinan preterm/abortus berulang
i. Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
j. Pemakaian obat narkotik
k. Trauma
l. Perokok berat
m. Kelainan imunologi/kelainan resus
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm selama
kehamilan dan berdasarkan faktor epidemiologi antara lain:
1. Faktor yang terjadi selama kehamilan
a. Pecahnya kulit ketuban
Pecahnya kulit ketuban secara spontan sebelum kehamilan cukup bulan
banyak dihubungkan dengan amnionitis yang menyebabkan terjadinya
lokus minoris pada kulit ketuban. Amnionitis ini diduga sebagai
dampak asenden infeksi saluran kemih.
Infeksi korioamnion diyakini merupakan salah satu sebab
terjadinya ketuban pecah dini dan persalinan preterm. Patogenesis
infeksi ini yang menyababkan persalinan belum jelas benar.
Kemungkinan diawali dengan aktivasi fosfolipase A2 yang melepaskan
bahan asam arakidonat dari selaput amnion janin, sehingga asam
arakidonat bebas meningkat untuk sintesis prostaglandin. Endotoksin
dalam air ketuban akan merangsang sel desidua untuk menghasilkan
sitokin dan prostaglandin yang dapat menginisisasi proses persalinan.
Proses persalinan preterm yang dikaitkan dengan infeksi
diperkirakan diawali dengan pengeluaran produk sebagai hasil aktivasi
monosit. Berbagai sitokin, termasuk interleukin-1, tumor nekrosing
11
Angka kejadian persalinan kurang bulan tinggi pada usia ibu dibawah
20 tahun dan diatas 35 tahun, kejadian paling rendah pada usia 26-35
tahun.
b. Berat badan ibu
Kejadian persalinan prematur hampir 3 kali lebih tinggi pada ibu yang
berat badannya kurang 50 kg pada saat hamil.
c. Keadaan sosial ekonomi
Wanita pada tingkat sosial ekonomi (pekerjaan dan pendidikan) lebih
rendah mempunyai kemungkinan 50% lebih tinggi mengalami
persalinan kurang bulan dibandingkan dengan tingkat sosial ekonomi
lebih tinggi. Frekuensi persalinan kurang bulan hampir 2 kali lipat pada
buruh kasar dibandingkan dengan yang terpelajar.
d. Sanggama
Prostaglandin yang terlibat dalam mekanisme orgasme serta ada dalam
cairan seminal dapat merangsang pematangan serviks dan kontraksi
miometrium sehingga menyebabkan persalinan kurang bulan pada ibu
yang sensitif.
e. Riwayat obstetri sebelumnya.
Riwayat persalinan prematur dan abortus merupakan faktor yang
berhubungan sangat erat dengan persalinan prematur berikutnya.
Penderita yang pernah mengalami 1 kali persalinan prematur
mempunyai resiko 37% untuk mengalami persalinan prematur lagi dan
penderita yang pernah mengalami persalinan prematur 2 kali atau lebih
mempunyai resiko 70% untuk mengalami persalinan prematur.
f. Kebiasaan buruk seperti merokok dan narkoba.
Berdasarkan penelitian 1 dari 3 wanita yang merokok lebih dari 20
batang sehari melahirkan bayi dengan berat badan kurang. Juga resiko
kelahiran prematur meningkat, yaitu rata-rata dua kali lipat dari wanita
bukan perokok. Lebih dari itu resiko keguguran pada usia kehamilan
antara minggu ke 28 sampai 1 minggu sebelum persalinan empat kali
lebih tinggi dari yang bukan perokok. Seringkali terjadi kesulitan untuk
menentukan diagnosis ancaman persalinan prematur, karena tidak
jarang seseorang dengan hamil prematur yang disertai dengan
13
oleh
makrofag
merupakan
penyebab
terjadinya
kontraksi
14
a. Kepala bulat atau ovoid, ubun-ubun luas denagn sutura melebar, rambut
seperti bulu roma, telinga lembek karena kartilago sedikit.
b. Nodulus mamae kecil atau tidak ada
c. Kulit halus kemerah-merahan
d. Rambut lanugo banyak terutama pada ekstensor ekstremitas dahi dan
bagian atas punggung
e. Kuku jarang mencapai ujung jari
f. Pada bayi laki-laki testis hanya turun sedikit dan skrotum kosong
g. Menangis lemah, monoton , dan merengek dan mengisap lemah
h. Otot-otot lemah, gerakan lambat.
3.6 DIAGNOSIS BANDING
- Kontraksi pada kehamilan preterm
- Persalinan pada pertumbuhan janin terhambat
3.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan kultur urin
b. Pemeriksaan gas dan pH darah janin
c. Pemeriksaan darah tepi ibu:
o Jumlah lekosit dalam air ketuban (20/ml atau lebih)
o leukosit dalam serum ibu (>13.000/ml)
o C-reactive protein (>0,7 mg/ml)
CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi akut dan
dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi
polisakarida somatik nonspesifik kuman Pneumococcus yang disebut
fraksi C. CRP dibentuk di hepatositsebagai reaksi terhadap IL-1, IL6, TNF.
2. Pemeriksaan ultrasonografi
Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks <
3cm
(USG),
dapat
dipastikan
akan
terjadi
persalinan
preterm.
3. Pemeriksaan biokimia
- Fibronektin janin: peningkatan kadar fibronektin janin pada vagina,
serviks dan air ketuban memberikan indikasi adanya gangguan pada
hubungan antara korion dan desidua. Pada kehamilan 24 minggu atau
lebih, kadar fibronektin janin 50 mg/ml atau lebih mengindikasikan
risiko persalinan preterm.
- Coriotropin Realising Hormone (CRH): peningkatan CRH dini atau
pada trimester II merupakan indikator kuat untuk terjadiya persalinan
preterm.
- Sitokin inflamasi: IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF- telah diteliti sebagai
indikator yang mungkin berperan dalam sintesis prostaglandin.
- Isoferitin plasenta: pada keadaan normal (tidak hamil) kadar isoferitin
sebesar 10 U/ml. Kadarnya meningkat secara bermakna selama
kehamilan dan mencapai puncaknya pada trimester akhir yaitu 54,8
53 U/ml. Penurunan kadar dalam serum akan berisiko terjadinya
persalinan preterm.
- Ferritin: rendahnya kadar ferritin merupakan indikator yang sensitif
untuk keadaan kurang zat besi. Peningkatan ekspresi ferritin berkaitan
dengan berbagai keadaan reaksi fase akut termasuk kondisi inflamasi.
Beberapa peneliti menyatakan ada hubungan antara peningkatan kadar
ferritin dan kejadian penyulit kehamilan, termasuk persalinan preterm.
Parameter-parameter yang dipakai untuk memprediksi persalinan prematur:
a. Skor pelvik menurut Bishop
Tabel 2. Skor pelvik menurut Bishop
Nilai
0
Dilatasi serviks
0
Penipisan serviks
0-30%
Station
-3
Konsistensi serviks
Kenyal
Posisi serviks
Posterior
Skor pelvik yang dinilai yaitu
1
2
3
1-2 cm
3-4 cm
>4 cm
40-50%
60-70%
>70%
-2
-1
0
Medium
Lunak
Medial
Anterior
skor pelvik modifikasi Bishop yang
1
Tidak teratur
Utuh
2
Teratur
Pecah diatas
3
-
4
Pecah
dibawah/tidak jelas
Perdarahan
Dilatasi
Spotting
1cm
Banyak
2cm
3cm
4cm
serviks
Skor tokolisis menurut Baumgarten merupakan parameter yang baik
untuk memprediksi persalinan prematur dengan atau tanpa adanya ketuban
pecah dini. Skor tokolisis ini mengevaluasi kemungkinan terjadinya
persalinan prematur dengan mengkombinasikan 4 faktor klinis yaitu adanya
kontraksi uterus, utuh/tidaknya kulit ketuban, keluarnya lendir darah dan
dilatasi serviks. Pada beberapa penelitian didapatkan angka kejadian
persalinan prematur sebesar 10% pada skor tokolisis Baumgarten < 3. Bila
skor tokolisis Baumgarten > 4 maka angka kejadian persalinan prematur
meningkat sebesar 85%.
Usia kehamilan ditentukan dengan tanggal hari pertama haid terakhir,
pemeriksaan fisik ataupun dengan alat pemeriksaan penunjang ultrasonografi.
Sedangkan kontraksi uterus dikonfirmasi baik dengan pemeriksaan fisik
ataupun dengan kardiotokografi.
3.8 PENATALAKSANAAN
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama
mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus preterm adalah:
- Menghambat proses persalinan dengan pemberian tokolisis
- Pematangan surfaktan paru dengan kortikosteroid, dan
18
19
pada ibu dan janin yang menggunakan nifedipin dibanding dengan obat-obat
lainnya.
Efek samping nifedipin merupakan akibat vasodilatasi yang
berlebihan berupa pusing, mual, flushing, hipotensi, edema paru dan gagal
jantung. Penurunan tekanan darah pada wanita normotensi yang sedang diberi
tokolitik pada umumnya terjadi tetapi asimtomatik dan secara klinik
tampaknya tidak bermakna. Dikatakan bahwa semua efek samping ini
biasanya timbul dalam waktu singkat, ringan dan reversibel bila terapi
dihentikan.
Penelitian meta analisis menunjukkan bahwa nifedipin lebih efektif
daripada beta agonis dalam menunda persalinan prematur minimal 48 jam.
Dosis awal nifedipin untuk tokolitik 30 mg secara oral dan diikuti 20 mg tiap
8 jam selama 3 hari cukup efektif untuk menghambat proses persalinan
prematur dengan efektifitas yang cukup tinggi.
2. Kortikosteroid
Kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru janin,
menurunkan
perdarahan
insidensi
Respiratory
intraventrikular,
yang
Distress
akhirnya
Syndrome,
mencegah
menurunkan
kematian
22
intrapartum
dengan
takikardi
janin,
gerakan
janin
surfaktan
dalam
jumlah
yang
memadai,sehingga
4. Retinopati
dan
gangguan
penglihatan
atau
kebutaan
(fibroplasiaretrolental )
5. Displasia bronkopulmoner
6. Penyakit jantung
7. Jaundice
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang
normaluntuk membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan
seldarah merah) dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama
yanglahir prematur, memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat
(yang bersifat sementara), yang dapat menyebabkan sakit kuning
(jaundice). Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum
matang dan kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih
belum empurna. Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan
menghilang sejalan dengan perbaikan fungsi pencernaan bayi.
8. Infeksi atau septicemia
Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang
sempurna.Mereka belum menerima komplemen lengkap antibody dari
ibunya melewati plasenta (ari-ari).Resiko terjadinya infeksi yang serius
(sepsis) pada bayi prematur lebihtinggi. Bayi prematur juga lebih rentan
terhadap enterokolitis nekrotisasi (peradangan pada usus).
9. Anemia
10. Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-n
ubah, bisa tinggi (maupun rendah (hipoglikemia).
11. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.12.Keterbelakangan
mental dan motorik
3.11 Pencegahan
Ada dua macam pendekatan pada usaha-usaha untuk menurunkan
angka persalinan prematur. Pendekatan pertama adalah upaya-upaya untuk
mencegah atau menunda terjadinya persalinan prematur. Pada pendekatan
ini, penting diketahui apakah wanita hamil tersebut mempunyai risiko untuk
mengalami proses persalinan prematur atau tidak dan juga diharapkan ada
obat-obat yang dapat menghambat persalinan prematur secara efektif
dengan efek samping minimal. Pendekatan kedua adalah usaha-usaha yang
ditujukan untuk mengurangi kematian dan kelahiran prematur yaitu dengan
25
BAB IV
ANALISIS KASUS
26
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Steer, P.J. 2006. The Epidemiology of Preterm Labour: Why Have Advances
Not Equated to Reduced Incidence. Br J Obstet Gynaecol. Page: 113.
28
29
30