Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke atau serangan otak adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan sematamata di sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Stroke non
hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang berkembang oleh
sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada umumnya terjadi akibat
berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan cacat atau kematian.1,2
Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi pada stroke non
hemoragik, diantaranya yaitu faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi dan yang
dapat dimodifikasi. Antara lain usia, jenis kelamin, herediter, dan ras/etnis.
Sedangkan yang dapat dimodifikasi antara lain riwayat stroke, hipertensi, penyakit
jantung, diabetes, merokok, dan obesitas. Gangguan pasokan darah otak dapat terjadi
dimana saja di dalam arteri-arteri yang membentuk sirkulus Willisi serta cabangcabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus 15 sampai 20
menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu di ingat bahwa oklusi di suatu
arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang di perdarahi oleh arteri
tersebut dikarenakan masih terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah
tersebut.3
Hingga saat ini pemahaman terkait penyebab, gejala, tatalaksana, dan
prognosis dari SNH masih belum dipahami secara luas. Sehingga dirasa perlu untuk
dibuat suatu kajian dengan pendekatan ilmiah untuk menjabarkan mengenai SNH
dengan menjabarkan secara langsung contoh penderita SNH untuk diamati dan
dipelajari mengenai variasi-variasi yang ada pada pasien SNH.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Stroke atau serangan otak adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan sematamata di sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.1
Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang
berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada
umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan cacat
atau kematian.2
Stroke non hemoragik sekitar 85%, yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan
di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan
oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh
atau organ distal. Trombus yang terlepas dapat menjadi embolus.3
2.2 Etiologi
Stroke non hemoragik bisa terjadi akibat suatu dari dua mekanisme patogenik
yaitu trombosis serebri atau emboli serebri. Trombosis serebri menunjukkan oklusi
trombotik arteri karotis atau cabangnya, biasanya karena arterosklerosis yang
mendasari. Proses ini sering timbul selama tidur dan bisa menyebabkan stroke
mendadak dan lengkap. Defisit neurologi bisa timbul progresif dalam beberapa jam
atau intermiten dalam beberapa jam atau hari.4
Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau cabangnya oleh
trombus atau embolisasi materi lain dari sumber proksimal, seperti bifurkasio arteri
karotis atau jantung. Emboli dari bifurkasio karotis biasanya akibat perdarahan ke
dalam plak atau ulserasi di atasnya di sertai trombus yang tumpang tindih atau
pelepasan materi ateromatosa dari plak sendiri. Embolisme serebri sering di mulai
mendadak, tanpa tanda-tanda disertai nyeri kepala berdenyut.4
2
2.3 Klasifikasi
Stroke sebagai diagnosis klinis untuk gambaran manifestasi lesi vaskular
serebral, dapat di bagi dalam :
Stroke non hemoragik yang mencakup5:
a. TIA (Transient Ischemic Attack)
b. Stroke in-evolution
c. Stroke trombotik
d. Stroke embolik
e. Stroke akibat komperesi terhadap arteri oleh proses di luar arteri seperti tumor,
abses, granuloma.
Berdasarkan subtipe penyebab3:
a. Stroke lakunar
b. Stroke trombotik pembuluh besar
c. Stroke embolik
d. Stroke kriptogenik
2.4 Faktor risiko
Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi pada stroke non
hemoragik, diantaranya yaitu faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi dan yang
dapat di modifikasi. Penelitian yang dilakukan Rismanto (2006) di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto mengenai gambaran faktor-faktor risiko penderita
stroke menunjukan faktor risiko terbesar adalah hipertensi 57,24%, diikuti dengan
diabetes melitus 19,31% dan hiperkolesterol 8,97%.15,16
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:3,4
Usia
Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan akan meningkat dua
kali dalam dekade berikutnya. 40% berumur 65 tahun dan hampir 13% berumur di
bawah 45 tahun. Menurut Kiking Ritarwan (2002), dari penelitiannya terhadap 45
kasus stroke didapatkan yang mengalami stroke non hemoragik lebih banyak pada
tentan umur 45-65 tahun.8,9
3
Jenis kelamin
Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata bahwa kaum pria lebih
banyak menderita stroke di banding kaum wanita, sedangkan perbedaan angka
kematiannya masih belum jelas. Penelitian yang di lakukan oleh Indah Manutsih
Utami (2002) di RSUD Kabupaten Kudus mengenai gambaran faktor-faktor risiko
yang terdapat pada penderita stroke menunjukan bahwa jumlah kasus terbanyak jenis
kelamin laki-laki 58,4% dari penelitiannya terhadap 197 pasien stroke non
hemoragik.8,10
Heriditer
Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi, penyakit
jantung, diabetes melitus dan kelainan pembuluh darah, dan riwayat stroke dalam
keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami stroke
pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko terkena stroke. Menurut
penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001 riwayat stroke pada
keluarga meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 29,3%.5
Ras atau etnik
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada kulit putih. Data sementara
di Indonesia, suku Padang lebih banyak menderita dari pada suku Jawa (khususnya
Yogyakarta).8
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
Riwayat stroke
Seseorang yang pernah memiliki riwayat stoke sebelumnya dalam waktu lima
tahun kemungkinan akan terserang stroke kembali sebanyak 35% sampai 42%.8
Hipertensi
Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak empat sampai
enam kali ini sering di sebut the silent killer dan merupakan risiko utama terjadinya
stroke non hemoragik dan stroke hemoragik. Berdasarkan Klasifikasi menurut JNC 7
yang dimaksud dengan tekanan darah tinggi apabila tekanan darah lebih tinggi dari
140/90 mmHg, makin tinggi tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena
4
mempunyai
gambaran
histopatologi
berupa
arterosklerosis.
Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh defisiensi insulin tidak
dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi
glukosa setelah makan karbohidrat, sehingga terjadilah hiperglikemia berat dan
apabila melebihi ambang batas reabsorbsi oleh ginjal maka timbulah glikosuria.
Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran
urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urin,
maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang
(polifagia) mungkin akan timbul dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan cairan
elektrolit. Ketika tubuh kehilangan cairan maka darah mengalami kepekatan yang
membuat darah menggumpal atau dengan kata lain mengalami trombosis. Trombosis
adalah proses kompleks yang berhubungan dengan proses terjadinya aterosklerosis
5
Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan diabetes
melitus. Prevalensinya meningkat dengan bertambahnya umur. Obesitas merupakan
predisposisi penyakit jantung koroner dan stroke. Mengukur adanya obesitas dengan
cara mencari body mass index (BMI) yaitu berat badan dalam kilogram dibagi tinggi
badan dalam meter dikuadratkan. Normal BMI antara 18,50-24,99 kg/m2, overweight
BMI antara 25-29,99 kg/m2 selebihnya adalah obesitas.8,13
Merokok
Merokok meningkatkan risiko terjadinya stroke hampir dua kali lipat, dan
perokok pasif berisiko terkena stroke 1,2 kali lebih besar. Nikotin dan karbondioksida
yang ada pada rokok menyebabkan kelainan pada dinding pembuluh darah, di
samping itu juga mempengaruhi komposisi darah sehingga mempermudah terjadinya
proses gumpalan darah. Berdasarkan penelitian Siregar F (2002) di RSUD Haji Adam
Malik Medan kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena stroke sebesar empat
kali.5,8
2.5 Patofisiologi
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara
berbagai neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar
2% (1200-1400 gram) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20%
oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial. Dalam jumlah normal
darah yang mengalir ke otak sebanyak 50-60ml per 100 gram jaringan otak per menit.
Jumlah darah yang diperlukan untuk seluruh otak adalah 700-840 ml/menit, dari
jumlah darah itu di salurkan melalui arteri karotis interna yang terdiri dari arteri
karotis (dekstra dan sinistra), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior, yang kedua adalah vertebrobasiler, yang
memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum
akan
insufisiensi arteri ke otak mungkin berkaitan dengan pengelompokan gejala dan tanda
berikut yang tercantum dan disebut sindrom neurovaskular :16
1. Arteri karotis interna (sirkulasi anterior: gejala biasanya unilateral)
a. Dapat terjadi kebutaan satu mata di sisi arteria karotis yang terkena, akibat
insufisiensi arteri retinalis
b. Gejala sensorik dan motorik di ekstremitas kontralateral karena insufisiensi
arteria serebri media
c. Lesi dapat terjadi di daerah antara arteria serebri anterior dan media atau arteria
serebri media. Gejala mula-mula timbul di ekstremitas atas dan mungkin
mengenai wajah. Apabila lesi di hemisfer dominan, maka terjadi afasia ekspresif
karena keterlibatan daerah bicara motorik Broca.
2. Arteri serebri media (tersering)
a. Hemiparese atau monoparese kontralateral (biasanya mengenai lengan)
b. Kadang-kadang hemianopsia (kebutaan) kontralateral
c. Afasia global (apabila hemisfer dominan terkena): gangguan semua fungsi yang
berkaitan dengan bicara dan komunikasi
d. Disfagia
3. Arteri serebri anterior (kebingungan adalah gejala utama)
a. Kelumpuhan kontralateral yang lebih besar di tungkai
b. Defisit sensorik kontralateral
c. Demensia, gerakan menggenggam, reflek patologis
4. Sistem vertebrobasilaris (sirkulasi posterior: manifestasi biasanya bilateral)
a. Kelumpuhan di satu atau empat ekstremitas
b. Meningkatnya reflek tendon
c. Ataksia
d. Tanda Babinski bilateral
e. Gejala-gejala serebelum, seperti tremor intention, vertigo
f. Disfagia
g. Disartria
h. Rasa baal di wajah, mulut, atau lidah
10
12
c. Tonus otot dengan membandingkan gerakan pasif pada otot itu bandingkan
dengan sisi yang lain, lesi neuron motorik atas terjadi peningkatan tonus tetapi
sebaliknya lesi pada neuron motorik bawah menyebabkan penurunan tonus otot.
4. Reflek
Ada dua jenis reflek yang di periksa yaitu reflek renggang, atau tendo
profunda, dan reflek superfisial. Reflek renggang diantaranya yaitu reflek biseps,
brakioradialis, triseps, patela dan achiles bisa dinilai berdasarkan skala 0-4+ yaitu 0:
tak ada respon, 1+: berkurang, 2+: normal, 3+: meningkat, 4+: hiperaktif. Jika reflek
hiperaktif merupakan ciri penyakit traktus ekstrapiramidalis, kelainan elektrolit,
hipertiroidisme dan kelainan metabolik, sedangkan jika reflek berkurangnya reflek
merupakan ciri kelainan sel kornu anterior dan miopati. Reflek superfisial yang
abnormal yaitu reflek babinski, reflek chaddock, reflek openheim. Reflek babinski
untuk menguji radiks saraf pada lumbal lima sampai sacrum dua, dengan menggores
bagian telapak kaki bagian lateral dari tumit ke arah pangkal jari-jari kaki
melengkung ke medial, maka akan terjadi dorsifleksi ibu jari kakai dengan
penyebaran jari-jari lainya. Reflek chaddock akan terjadi dorsofleksi ketika sisi lateral
kaki di gores. Reflek openheim dengan penekanan tulang kering yang akan
menyebabkan dorsofeksi ibu jari kaki.
5. Fungsi sensorik
a. Sentuhan ringan
b. Sensasi nyeri
c. Sensasi getar
d. Propriosepsis (sensasi posisi)
e. Lokalisasi taktil.
6. Fungsi serebelar
a. Tes jari ke hidung jika terjadi gangguan di serebelum maka akan melewati
sasaran secara terus menerus dan kadang di sertai tremor.
b. Tes tumit kelutut, pasien di suruh menggeserkan tumit suatu ekstremitas bawah
menuruni tulang kering ekstremitas bawah lainya dengan dimulai dari lutut,
dalam keadaan penyakit serebelum tumitnya bergoyang-goyang dari sisi ke sisi.
13
etiologi yang mencakup urinalisis, darah lengkap, kimia darah, dan serologi.
Pemeriksaan yang sering dilakukan untuk menentukan etiologi yaitu pemeriksaan
kadar gula darah, dan pemeriksaan lipid untuk melihat faktor risiko dislipidemia :
1. Gula darah
Diabetes melitus merupakan faktor risiko untuk stroke, namun tidak sekuat
hipertensi. Gatler menyatakan bahwa penderita stroke aterotrombotik di jumpai 30%
dengan diabetes mellitus. Diabetes melitus mampu menebalkan pembuluh darah otak
yang besar, menebalnya pembuluh darah otak akan mempersempit diameter
pembuluh darah otak dan akan mengganggu kelancaran aliran darah otak di samping
itu, diabetes melitus dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis (pengerasan
pembuluh darah) yang lebih berat sehingga berpengaruh terhadap terjadinya stroke.5,18
2. Profil lipid
LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. LDL merupakan
komponen utama kolesterol serum yang menyebabkan peningkatan risiko
aterosklerosis, HDL berperan memobilisasi kolesterol dari ateroma yang sudah ada
dan memindahkannya ke hati untuk diekskresikan ke empedu, oleh karena itu kadar
14
HDL yang tinggi mempunyai efek protektif dan dengan cara inilah kolesterol dapat di
turunkan, namun penurunan kadar HDL merupakan faktor yang meningkatkan
terjadinya aterosklerosis dan stroke.14
Pemeriksaan lain yang dapat di lakukan adalah dengan menggunakan teknik
pencitraan diantaranya yaitu:3,19
1. CT scan
Untuk mendeteksi perdarahan intra kranium, tapi kurang peka untuk mendeteksi
stroke non hemoragik ringan, terutama pada tahap paling awal. CT scan dapat
memberi hasil tidak memperlihatkan adanya kerusakan hingga separuh dari semua
kasus stroke non hemoragik.12
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Lebih sensitif dibandingkan dengan CT scan dalam mendeteksi stroke non hemoragik
ringan, bahkan pada stadium dini, meskipun tidak pada setiap kasus. Alat ini kurang
peka dibandingkan dengan CT scan dalam mendeteksi perdarahan intrakranium
ringan.12
3. Ultrasonografi dan MRA (Magnetic Resonance Angiography)
Pemindaian arteri karotis dilakukan dengan ultrasonografi (menggunakan gelombang
suara untuk menciptakan citra), MRA digunakan untuk mencari kemungkinan
penyempitan arteri atau bekuan di arteri utama, MRA khususnya bermanfaat untuk
mengidentifikasi aneurisma intrakranium dan malformasi pembuluh darah otak.12
4. Angiografi otak
Merupakan penyuntikan suatu bahan yang tampak dalam citra sinar-X ke dalam
arteri-arteri otak. Pemotretan dengan sinar-X kemudian dapat memperlihatkan
pembuluh-pembuluh darah di leher dan kepala.12
2.9 Penatalaksanaan
15
b.
c.
d.
keluarga dan ahli terapi. Penelitian yang dilakukan Sri Andriani (2008) terhadap
281 pasien stroke di Rumah Sakit Haji Medan di dapatkan 60% berobat jalan,
23,8% meninggal dan sisanya pulang atas permintaan sendiri. 5,20
2.10
Komplikasi
2) 50-100 mg/dl
3) 100-200 mg/dl
4) 200-250 mg/dl
5) 250-300 mg/dl
6) 300-350 mg/dl
7) 350-400 mg/dl
akut, sekitar satu setengah sampai dua pertiga kembali fungsi independen, sementara
sekitar 15% memerlukan perawatan institusional. Di Indonesia, diperkirakan setiap
tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau
125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Sebanyak
28,5% penderita stroke meninggal dunia, sisanya menderita kelumpuhan sebagian
maupun total. Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan
kecacatan.21-24
BAB III
LAPORAN KASUS
21
1.
2.
IDENTITAS
Nama
NKRW
Umur
50 tahun
Jenis kelamin
Perempuan
Bangsa
Indonesia
Suku
Bali
Agama
Hindu
Alamat
Batu Agung
Pekerjaan
142806
25 Mei 2015
AUTOANAMNESIS / HETEROANAMNESIS
2.1. Penyakit Sekarang
Keluhan utama: Lemah separuh tubuh kiri
Keluhan yang berhubungan dengan keluhan utama:
Pasien datang ke IGD RSUD Negara datang sadar mengeluh lemah
separuh tubuh kiri mendadak sejak pagi hari, kelemahan terjadi secara
bersamaan antara tangan dan tungkai kiri saat bangun tidur malam. Keluhan
dikatakan berat hingga pasien tidak bisa mengangkat tangan dan kakinya.
Sebelumnya pasien baru terbangun dari tidur malam dan hendak bangun dari
tempat tidur dan menuju ke kamar mandi. Namun tiba-tiba pasien merasa lemah
pada tangan dan tungkai kanannya sehingga pasien terjatuh dari tempat tidur.
Bicara pelo (+) dikatakan muncul bersamaan dengan lemah separuh tubuh kiri.
Saat pasien berbicara terdengar kata-katanya menjadi kurang jelas sehingga
sulit dimengerti. Suara pasien seperti orang cadel, sulit mengucapkan kata-kata
yang mengandung huruf R. Namun, apabila diperhatikan dengan baik pasien
masih mampu untuk berkomunikasi dengan baik dimana pasien masih mampu
22
23
3.
Lahir : normal
Kanan / Kidal
: kanan
Mulai bicara
: tidak ingat
Makanan
Gagap
: tidak ada
Mulai jalan
: tidak ingat
Merokok
: tidak
Mulai membaca
: tidak ingat
Kawin
: ya, 1 kali
: tidak ingat
Anak
:2
Ngompol
: tidak ingat
Abortus
: tidak ada
Pendidikan
: SMP
Kontrasepsi
: tidak ada
Lain-lain
: tidak ada
: biasa
STATUS PRESENT
Berat
: 80 kg
Tinggi
: 165 cm
Frekuensi
: 24 kali / menit
IMT
: 29.38 kg/m2
Jenis
:thoracoabdonimal
Pola
: normal
Tekanan darah,
Pernapasan
kanan
: 150/100 mmHg
Suhu Aksila
: 36,5 oC
kiri
: 150/100 mmHg
VAS
: 6 (0-10) di kepala
Nadi,
kanan
kiri
Kepala
Mata
THT
Telinga
Hidung
Lainnya
:
24
Leher
Arteri karotis komunis kanan, bruit (-)
Arteri karotis komunis kiri, bruit (-)
Lainnya
: tidak ada
Thoraks
Jantung,
inspeksi
palpasi
perkusi
: batas atas
: ICS II kiri
auskultasi
inspeksi
: dekstra-sinistra simetris
palpasi
perkusi
auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Perkusi
Genitalia
4.
: timpani
: tde
Ekstremitas
: akral hangat
Kulit
: sianosis (-)
edema
STATUS NEUROLOGIKUS
25
Kecerdasan
Kelainan jiwa
: tidak ada
Kaku dekortikasi
:(-)
Kaku deserebrasi
:(-)
:(-)
:(-)
Krisis okulogirik
:(-)
Opistotonus
:(-)
Kranium
bentuk
: normocephali
simetris
: simetris
fontanel
: normal tertutup
kedudukan
: normal
perkusi
: pekak
palpasi
: ttb benjolan
: bruit (-)
: (-)
Tanda Kernig
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
Saraf Otak
Kanan
Kiri
Nervus I
26
Subjektif
Objektif
: normal
normal
Nervus II
Visus
: belum dievaluasi
Kampus
: belum dievaluasi
Hemianopsia
: belum dievaluasi
Melihat warna
: belum dievaluasi
Skotom
: belum dievaluasi
Fundus
: belum dievaluasi
di tengah
Nistagmus
: tidak ada
tidak ada
Celah mata
: normal
normal
Ptosis
: tidak ada
tidak ada
bentuk
: bulat, reguler
bulat, reguler
ukuran
: 3 mm
3 mm
Pupil
Refleks pupil
r. cahaya langsung : miosis
miosis
miosis
r. akomodatif /
konvergen
: (+)
(+)
: (-)
(-)
: (-)
(-)
r. pupil MarcusGunn
Tes Wartenberg
Nervus V
Motorik
: Normal
Normal
Sensibilitas
: Normal
Normal
27
Refleks kornea
langsung
(+)
(+)
konsensuil
(+)
(+)
Refleks korneamandibuler
: (-)
(-)
Refleks bersin
: (+)
(+)
Becterew
: (+)
(+)
Refleks maseter
: (-)
(-)
Trismus
: tidak ada
tidak ada
Refleks menetek
: tidak ada
tidak ada
Refleks snout
: tidak ada
tidak ada
Nyeri tekan
: tidak ada
tidak ada
Refleks nasal
Nervus VII
Otot wajah saat istirahat
lipatan dahi
sudut mata
Mengerutkan dahi
: normal
normal
Menutup mata
: normal
normal
Meringis
Bersiul / mencucu
Gerakan involunter
Tic
: negatif
negatif
Spasmus
: negatif
negatif
Lainnya
: tidak ada
Indera pengecap
Asin
: normal
Asam
: normal
28
Manis
: normal
Pahit
: normal
: normal
Hiperakusis
: negatif
Tanda Chvostek
: (-)
(-)
Reflek Glabela
: (-)
(-)
: normal
normal
Rinne
: (+)
(+)
Schwabach
: normal
normal
Weber
Bing
: (+)
(+)
Tinitus
: tidak ada
tidak ada
Keseimbangan
Vertigo
Nervus VIII
Mendengar suara bisik
(gesekan jari tangan)
Tes garpu tala
tidak ada
Menelan
: normal
Disartri
: tidak ada
Disfoni
: tidak ada
Lidah
Tremor
: tidak ada
Atrofi
: tidak ada
Fasikulasi
: tidak ada
: simetris
dijulurkan keluar
: di kiri
Refleks muntah
: normal
Mengangkat bahu
: normal
normal
: normal
normal
Fungsi m. sternokleido-mastoideus
Anggota Atas
Kanan
Simetris
Kiri
: simetris
simetris
:5
:5
:5
:5
Tenaga
M. deltoid
(abduksi l. atas)
M. biseps
(fleksi l. atas)
M. triseps
(ekstensi l. atas)
Fleksi pergelangan
tangan
Ekstensi pergelangan
tangan
:5
:5
:5
Tonus
: normal
menurun
Tropik
: distropi (-)
distropi (-)
Biseps
: (++)
(+)
Triseps
: (++)
(+)
Membuka jari-jari
tangan
Menutup jari-jari
tangan
Refleks
30
Radius
: (++)
(+)
Ulna
: (++)
(+)
Leri
: (+)
(+)
lengan (Grewel)
: (+)
(+)
Mayer
: (+)
(+)
Hoffman-Tromner : (-)
(-)
Memegang
: (-)
(-)
Palmomental
: (-)
(-)
Perasa raba
: normal
normal
Perasa nyeri
: normal
normal
Perasa suhu
: normal
normal
normal
Perasa vibrasi
: normal
normal
Stereognosis
: normal
normal
Barognosis
: normal
normal
titik
: normal
normal
Grafestesia
: tidak ada
tidak ada
Topognosis
: normal
normal
Parestesia
: tidak ada
tidak ada
: bde
bde
Pronasi-abduksi
Sensibilitas
Diskriminasi dua
Koordinasi
Tes telunjuktelunjuk
bde
Tes hidungtelunjuk-hidung
: normal
bde
Tes pronasi-supinasi
31
(diadokokinesis)
: normal
bde
: normal
bde
Dismetri
: bde
Fenomena lajak
(Stewart Holmes)
: normal
bde
Vasomotorik
: normal
normal
Sudomotorik
: normal
normal
Pilo arektor
: normal
normal
Tremor
: negatif
negatif
Khorea
: negatif
negatif
Atetosis
: negatif
negatif
Balismus
: negatif
negatif
Mioklonus
: negatif
negatif
Distonia
: negatif
negatif
Spasmus
: negatif
negatif
Tanda Trousseau
: (-)
(-)
Tes Phalen
: bde
bde
Vegetatif
Gerakan involunter
(-)
32
Badan
Keadaan kolumna
vertebralis
Kelainan lokal
: tidak ada
Nyeri tekan /
ketok lokal
: tidak ada
Gerakan
Fleksi
: bde
Ekstensi
: bde
Deviasi lateral
: bde
Rotasi
: bde
Kanan
Keadaan otot-otot
Kiri
Refleks kulit
dinding perut atas
: (+)
(-)
33
: (+)
(-)
Refleks Kremaster
: (+)
(+)
Refleks anal
: (+)
(+)
Perasa raba
: normal
normal
Perasa nyeri
: normal
normal
Perasa suhu
: normal
normal
Sensibilitas
Koordinasi
Asinergia serebelar : bde
Vegetatif
Kandung kencing
: normal
Rektum
: normal
Genitalia
: normal
Gerakan involunter
: tidak ada
Anggota Bawah
Kanan
Simetri
Kiri
: simetris
simetris
Fleksi panggul
:5
Ekstensi panggul
:5
Fleksi lutut
:5
Ekstensi lutut
:5
Plantar-fleksi kaki : 5
Dorso-fleksi kaki
:5
:5
Tonus
: normal
menurun
Trofik
: normal
normal
Tenaga
34
Refleks
Lutut (KPR)
: (++)
(+)
Achilles (APR)
: (++)
(+)
kaki (Grewel)
: (++)
(-)
Plantar
: (++)
(-)
Babinsky
: (-)
(+)
Oppenheim
: (-)
(-)
Chaddock
: (-)
(-)
Gordon
: (-)
(-)
Schaefer
: (-)
(-)
Stransky
: (-)
(-)
Gonda
: (-)
(-)
Bing
: (-)
(-)
Mendel-Bechterew : (-)
(-)
Rossolimo
: (-)
(-)
Paha
: (-)
(-)
Kaki
: (-)
(-)
Perasa raba
: normal
normal
Perasa nyeri
: normal
normal
Perasa suhu
: normal
normal
normal
Perasa vibrasi
: normal
normal
titik
: normal
normal
Grafestesia
: normal
normal
Topognosis
: normal
normal
Parestesia
: tidak ada
tidak ada
Supinasi-fleksi
Klonus
Sensibilitas
Diskriminasi dua
35
Koordinasi
Tes tumit-lutut-ibu
jari kaki
: normal
bde
: normal
bde
Vasomotorik
: normal
normal
Sudomotorik
: normal
normal
Pilo arektor
: normal
normal
Tremor
: (-)
(-)
Khorea
: (-)
(-)
Atetosis
: (-)
(-)
Balismus
: (-)
(-)
Mioklonus
: (-)
(-)
Distonia
: (-)
(-)
Spasmus
: (-)
(-)
Tes Romberg
: bde
bde
Gerakan involunter
(-)
Fungsi Luhur
Afasia motorik
tidak ada
Afasia sensorik
tidak ada
(anomik)
tidak ada
Afasia konduksi
tidak ada
Afasia global
tidak ada
Agrafia
tidak ada
Aleksia
tidak ada
Apraksia
tidak ada
Afasia amnestik
36
Agnosia
tidak ada
Akalkulia
tidak ada
Pemeriksaan Lain
Tanda Myerson
: tidak ada
Tanda Lhermitte
: tidak ada
Tanda Naffziger
: tidak ada
Tanda Dejerine
: tidak ada
Tanda Tinel
: tidak ada
Tanda Lasegue
: (-)
(-)
(Lasegue silang)
: (-)
(-)
Lainnya
: (-)
(-)
Bragad
: (-)
(-)
Sicard
: (-)
(-)
Pattrick
: (-)
(-)
Kontra pattrick
: (-)
(-)
Tanda Valsava
: (-)
(-)
Tanda OConnel
4. RESUME
Pasien wanita berusia 50 tahun, suku Bali, kinan, datang ke IGD RSUD
Negara setelah mengalami kelemahan separuh tubuh kiri sekitar 3 jam SMRS.
Kelemahan terjadi bersamaan antara lengan dan kaki kiri saat bangun dari tidur
malam. Kelemahan dikatakan berat hingga pasien tidak bisa mengangkat lengan dan
tungkai kirinya. Bicara pelo (+), bibir mencong (+), babinski kiri (+).
*Status Present (18/2/2015)
Tekanan darah
Nadi
: 100 x/menit
37
Pernapasan
: 20 x/menit
Suhu Aksila
: 36.5o C
St. General
: dbn
DIAGNOSIS TOPIK
Kapsula Interna (D) bagian genu dan crus posterior
6.
DIAGNOSIS BANDING
Stroke non Hemorhagic e.c. suspek trombus
Stroke non Hemorhagic e.c. suspek emboli
7.
DIAGNOSIS MUNGKIN
Stroke non Hemorhagic e.c. suspek trombus
8.
PENATALAKSANAAN
MRS pro observasi, terapi
Bedrest
Citicholin 500 mg @12 jam PO
Asetosal 100 mg @24 jam PO
B6B12 1 tab @12 jam
Asam folat 1 tab @12 jam
Planning diagnostic : CT-scan Kepala, DL, PT, APTT, konsul kardiologi,
konsul fisioterapi
Monitoring: Vital sign, keluhan.
9.
PROGNOSIS
Ad Vitam
: Dubius ad bonam
Ad Functionam
: Dubius ad bonam
Ad Sananctionam
: Dubius ad malam
38
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien berjenis kelamin perempuan, berusia 50 tahun, suku bali, pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga. Memiliki riwayat diabetes mellitus dan hipertensi, tidak
memiliki riwayat merokok, minum alkohol. Tidak ada riwayat hipertensi pada
keluarga kandung pasien. Secara teori, individu dengan jenis kelamin laki-laki
memiliki faktor risiko yang lebih tinggi menderita stroke dibandingkan dengan
perempuan. Stroke biasanya pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 35
tahun dan akan meningkat dua kali dalam dekade berikutnya. 40% berumur 65 tahun
dan hampir 13% berumur di bawah 45 tahun. Gen berperan besar dalam beberapa
faktor risiko stroke, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus dan
kelainan pembuluh darah, dan riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau
lebih anggota keluarga pernah mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun,
meningkatkan risiko terkena stroke.
Pada pasien didapatkan paresis nervus fasialis kiri dan hemiplegia ekstremitas
kiri. Sesuai dengan teori jika lesi melibatkan kapsula interna (misalnya, oleh
perdarahan atau iskemia), akan terjadi hemiplegia spastic kontralateral. Lesi pada
level ini mengenai serabut pyramidal dan serabut non pyramidal, karena serabut
kedua jaras tersebut terletak berdekatan. Traktus kortikonuklearis juga terkena,
sehingga terjadi paresis nervus fasialis (N.VII) kontralateral, dan mungkin disertai
oleh paresis nervus hipoglosus (N.XII) tipe sentral. Namun tidak terlihat deficit
nervus kranialis lainnya karena nervus kranialis motorik lainnya mendapat persarafan
bilateral. Paresis pada sisi kontralateral awalnya berbentuk flasid (pada fase syok)
tetapi menjadi spastic dalam beberapa jam atau hari akibat kerusakan pada serabutserabut nonpiramidal yang terjadi bersamaan.
Pasien ini diberikan obat Citicholin 500 mg @12 jam PO, Asetosal 100 mg
@24 jam PO, B6B12 1 tab @12 jam, Asam folat 1 tab @12 jam, serta Planning
diagnostic : CT-scan Kepala, DL, PT, APTT, konsul kardiologi, konsul fisioterapi.
Secara teori, prinsip penatalaksanaan SNH yaitu diberikan, Antikoagulansia ,
39
40
BAB V
KESIMPULAN
Stroke atau serangan otak adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan sematamata di sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Stroke non
hemoragik bisa terjadi akibat suatu dari dua mekanisme patogenik yaitu trombosis
serebri atau emboli serebri. Trombosis serebri menunjukkan oklusi trombotik arteri
karotis atau cabangnya, biasanya karena arterosklerosis yang mendasari.
Pasien wanita berusia 50 tahun, suku Bali, kinan, datang ke IGD RSUD
Negara setelah mengalami kelemahan separuh tubuh kiri sekitar 3 jam SMRS.
Kelemahan terjadi bersamaan antara lengan dan kaki kiri saat bangun dari tidur
malam. Kelemahan dikatakan berat hingga pasien tidak bisa mengangkat lengan dan
tungkai kirinya. Bicara pelo (+), bibir mencong (+), babinski kiri (+). Diagnosis topis
yaitu kapsula interna (D) dan diagnosis kerja yaitu stroke non hemorrhagic. Pasien
direncanakan untuk pemeriksaan CT-scan Kepala, DL, PT, APTT, konsul kardiologi,
konsul fisioterapi. Prognosis pasien ad vitam dubuis ad bonam, ad functionam dubius
ad bonam, dan ad sananctionam dubius ad malam.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran
FKUI Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta. 2000: 17-8.
2. Widjaja AC. Uji Diagnostik Pemeriksaan Kadar D-dimer Plasma Pada Diagnosis
Stroke
Iskemik.
UNDIP.
Semarang.
2010.
http://eprints.undip.ac.id/24037/1/Andreas_Christian_Widjaja.pdf
(diakses: 23
Mei 2015)
3. Price SA & Wilson LM. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit jilid
2. EGC. Jakarta. 2006: 1110-19.
4. Sabiston. Buku Ajar Bedah Bagian 2. EGC. Jakarta. 1994.hal:579-80.
5. Mardjono M & Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta.
2010: 290-91.
6. Noeryanto M. Masalah-masalah Dalam Stroke Akut, Temu Regional Neurologi,
Universitas Diponegoro. Semarang, 2002.dalam Standard Pelayanan Minimal
Tatalaksana Stroke Non Hemoragik Fase Akut Dan Pfevensi Skunder.2011.
http://standar-pelayanan-minimal-tatalaksana.html (diakses: 23 Mei 2015).
7. Rismanto. Gambaran Faktor-Faktor Risiko Penderita Stroke Di Instalasi Rawat
Jalan Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2006.FKM
UNDIP.Semarang.2006.http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?
action=4&idx=3745. (diakses: 23 Mei 2015).
8. Madiyono B & Suherman SK. Pencegahan Stroke & Serangan Jantung Pada Usia
Muda. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2003.hal:3-11.
42
Rsud
Kabupaten
Kudus.FK
UNDIP.Semarang.2002.
D.
Normalkah
Body
Mass
Index
(BMI)
Anda?.2008.
http://www.andaka.com/normalkah-body-mass-index-bmi-anda.php.( diakses: 23
Mei 2015)
16. Lamsudin R. Algoritma Stroke Gajah Mada Penyusunan Dan Validasi Untuk
Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral Dengan Stroke Iskemik Akut Atau
Stroke Infark. FKUGM. Yogyakarta. 1996.
17. Swartz MH, Buku Ajar Diagnostic Fisik, EGC, Jakarta,2002: 359-98.
43
18. Januar R. Karakteristik Penderita Stroke Non Hemorage Yang Di Rawat Inap Di
RSU
Herna
Medan
Tahun
200.FKM
USU.Medan.2002.
elias.
Stoke
ischemic.2010.
http://www.merck.com/mmpe/sec16/
Stroke
Indonesia.
Stroke
Non
Hemoragik.
Jakarta.
2011.
Kedokteran.
Stroke
Non
Hemoragik.2011.http://stroke-non
44