Está en la página 1de 10

Bismillah

Spei resume

-Oikonomia berasal dari kata oikos dan nomos yang berarti aturan rumah tangga. Berasal dari pikiran
manusia didasarkan kepada rasionalitas dan akal manusia tanpa adanya sumber-sumber yang jelas.
-Sedangkan Ekonomi dalam Islam disebut Tadbir Al-Manzil yang berarti Aturan Rumah Tangga juga, namun
jelas merupakan buah pemikiran Allah SWT yang disarikan dari sumber-sumber yang jelas, seperti dari Quran,
Sunnah, Ijma, Qiyas dkk.
Klasifikasi periode pemikiran Ekonomi Islam banyak macamnya, contohnya adalah M.N. Shiddiqi (terbagi 4):
1)Periode Pondasi dari awal Islam hingga 450H/1058M, di periode ini para ahli hukum, sufi dan filosof
berkontribusi (ex: Mulai Nabi dan Khalifatur Rasyidin, Dinasti Umayah, Abbasiyah (Abu Hanifah, Abu Yusuf,
Abu Ubayd, Asy-Syaibani dkk)
2)Periode Kedua dari 450-850H/1058-1446M Pada Masa ini para pemikir melakukan revitalisasi ilmu yang
berdasarkan dari sumber-sumber aslinya (Quran, Hadis dkk). Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun, AlMaqrizi, dkk.
3)Periode Stagnasi mulai 850-1350H/1446- 1932H. Stagnasi pemikiran terjadi pada periode ini. Tokohnya:
Shah Waliullah, Muhammad Abduh, dkk.
4)Periode Kontemporer mulai 1350H/1932H - sekarang. Tokohnya Umar Chapra dkk.
Louis Baeck membagi 3 pemikiran ekonomi dari periode keemasan:
1. Literatur bayangan pangeran. Bersumberkan dari Qur'an dengan konsep politik dan filosofi Persia.
Literatur ini mencakup laporan ekonomi publik administrasi dan sistem fiskal, teori perdagangan yang efisien
dll. Pemikir Muslim seperti Al-Dimasqi, Al-Farabi, Al-Biruni, Al-Ghazali and Al-Turtushi.
2. Literatur yang lebih membahas tadbir al-madinah dan tadbir al-manzil. Tadbir al-manzil membahas perilaku
organisasi dalam rumah tangga; peran kepala keluarga, istri, anak-anak, dll. Tadbir al-madinah berhubungan
literatur al-hisbah. Pemikir Islam seperti Ibn Sina and Ibn Taimiyah.
3. Literatur pada masa kemunduran. Bermula di tengah abad 13 di mana dunia Muslim terguncang krisis. Ada 3
penulis yang dominan Ibn Khaldun, Al-Maqrizi dan Al-Dawani
A.A. Islahi membagi menjadi 6 fase seperti berikut:
1. Periode Pembentukan. Dimulai dari penghentian wahyu hingga era sahabat. Pemikiran ekonomi masih murni
diturunkan dari sumber internal Islam.
2. Periode Penerjemahan. Dimulai dari periode Abbasiyah (Abad 8-11)
3. Periode Penerjemahan kembali and Transmisi. Di mulai dari pemikiran Yunani Arab hingga Eropa (a 12-15).
4. Periode Imitasi dan Stagnasi. Karena pembentukan pemikiran memang berhenti (abad 16- 17).
5. Periode Kebangkitan dan Perkembangan. Dimulai ketika pergerakan Islam berkembang di seluruh penjuru
dunia Muslim (abad 18-19).
6. Periode Pemikiran Ekonomi Islam Modern (abad 20 sekarang).
Sedangkan menurut Ahmed El-Ashker dan Rodney Wilson terbagi dengan detail sebagai berikut:
1. PENDAHULUAN UMUM TTG DEFINISI N SUMBER SEJARAH PEMIKIRAN EKIS (800 SM-610 M)
Menurut Sabri Oman terbagi menjadi 2 kategori: Sumber Umum & Sumber Khusus
Sumber umum: 1)Al-Quran, 2)Hadist, 3)Tafsir, 4)Fiqh, 5)Kalam, 6) Tasawwuf, 7) Philosophy, 8) History.
Sumber khusus: 1) Al-hisbah seperti al-hisbah fil Islam oleh Ibn Taimiyah, ahkam al-suq by Yahya bin Omar,
n Risalah fi al-Hisbah by al-jarsifi.
2) Al-kharaj seperti Abu Yusuf, Yahya ibn Adam, Qudama ibn Jafar (al-kharaj wa Sinaat al-Kitabah), n
Abdurrahman ibn Ahmad Ibn Rajab al-Hanbali (al-Istikhraj li-Ahkam al-kharaj)
3) Al-amwal seperti Abu Ubayd and Abu Jafar al-Dawudi.
4) Al-Kasb seperti al-Barakah fi Fadl al-Say wa al-harakah by al-Hubaishi, kitab al-hats ala al-Tijarah wa
al-Sinaah wa al-amal wa al-inkar ala man yaddaI al-tawakkul wa Tark al-amal wa al-Hujjah alaihim fi
dhalik by Abu Bakar al-Khallal, and al-iktisab fi al-Rizq al-Mustasab by al-Shaibani.
5) Nuqud, seperti kitab al-Dirham wa al-Dinar by Abu Hilal Hasan Ibn Abdillah al-Askari (1004), al-Nuqud
al-Qadimah wa al-Islamiyah by al-Maqrizi n al-Nuqud wa al-Makayil wa al-Mawazin by al-Munawi.
6) Tijarah seperti Kitab al-Tabassur bi al-Tijarah and Fi Madh al-Tujjar wa Dhamm amal al-Sulthan by alJahiz (869), and kitab al-Isharah ila Mahasin al-Tijarah by Abu al-Fadl Jafar ibn Ali al-Dimashqi.
2. PEMIKIRAN EKONOMI DALAM QURAN DAN SUNNAH (610 M-632 M)
Diawali dari diangkatnya Nabi Muhammad sekitar 610M, kemudian berdakwah di Mekah 10 tahun, dan
dilanjutkan dengan berhijrah ke Madinah pada 620M. Berkembangnya ekonomi Islam ditandai dengan banyak
kemenangan pada peperangan, instrumen ekonomi seperti zakat, infaq, jisyah, fay dan al-kharaj berkembang.

Filosofi dasar pemikiran ekonomi Islam adalah konsep kesatuan (unity/tauhid), pemimpin (khilafah), dan
kebebasan dan tanggung jawab (amanah). Sedangkan prinsip ekonomi Islam di antaranya adalah tidak
berlebih-lebihan (moderat), efisiensi, dan keadilan sosial.
3. PEMIKIRAN EKONOMI PADA MASA KHOLIFAH (632 M-661 M)
I. Abu Bakar. Melawan para orang murtad, melawan pembangkang zakat dan pajak, menciptakan kestabilan
politik dan persatuan sesama Muslim.
II. Umar bin Khattab. Memperluas wilayah Islam hingga Byzantium dan Persia; Kepemilikan harta akibat
perang dibagi antara yang aktif (1/5 tuk negara, sisanya tuk tentara) atau pasif (hak tanah milik negara, tetap
dimiliki pemiliknya tapi wajib bayar kharaj) beberapa alasan Khalifah Umar adalah mencegah feodalisme
tentara, mencegah perbedaan kelompok di Islam, kesejahteraan generasi masa depan harus dipikirkan,
distribusi tanah akan terbatas sehingga sulit menciptakan jaminan sosial, menambah keuangan negara dll;
Penerapan ekonomi efisiensi dan penekanan pada produktivitas sumber daya merupakan pengembangan
ekonomi yang diterapkan Umar; Distribusi kekayaan melalui Zakat, Khums, Kharaj (pajak tanah dengan
proporsional/muqosamah), Jizyah (pajak non-Muslim), dan Ushur (Pajak luar negeri 2,5% Muslim, 5%
Kristen, Yahudi, 10% others);
Pengeluaran negara dibagi menjadi 3: pengeluaran sosial, pengeluaran saat ini yang dibutuhkan (gaji dll), dan
pengeluaran investasi (infrastruktur, modal kerja dll); membenahi administrasi negara melalui gubernur,
bendahara pusat dan lokal, dan Diwan (Registrasi negara)
III. Utsman bin Affan. Menyelesaikan mushaf AlQuran, lebih banyak privatisasi oleh masyarakat dan
mengurangi peran negara, banyak permasalahan pemerintah akibat kerabat sendiri yang menjabat dll.
IV. Ali bin Abi Thalib. Banyak konflik dan perpecahan di masanya (perang dengan Aisyah dan Muawiyah);
meluruskan tugas umum gubernur meliputi adil, damai, keamanan dan bermoral; struktur masyarakat dibagi
menjadi 7: tentara, hakim, pedagang, industri, fakir, miskin, dan warga; Perhatian kepada 3 pokok isu, nilai
moral, perkembangan ekonomi, dan distribusi sumber daya ekonomi.
4. PEMIKIRAN EKONOMI PADA MASA DINASTI UMAYAH (661 M-750 M)
Pendirian institusi Pos, Pendirian agen stempel, Arabisasi administrasi negara, Khalifah Abdul Malik pertama
kali mencetak dinar emas dan dirham perak Arab, Ekspansi Islam dari India maupun Spanyol, Jalur
perdagangan ekspor impor dari Eropa hingga Asia.
Zaman Umar Bin Abdul Aziz. Reformasi Ekonomi:
1) Membersihkan dirinya, keluarganya, dan saudaranya dari korupsi, mengembalikan seluruh harta yang
dimiliki ke kas negara.
2) Gerakan Penghematan, membenarkan struktur negara yang tambun, birokrasi yang panjang,
administrasi yang rumit. Dengan cara itu negara menjadi sangat efisien dan efektif.
3) Melakukan redistribusi kekayaan negara secara adil. Mensosialisasikan semangat bisnis dan
kewirausahaan melalui zakat sebagai subsidi bagi orang berdaya beli rendah, sehingga di Afrika tidak
ada mustahiq. Selain itu juga mengefektifkan jizyah, dan pemasukan negara lainnya.
5. PEMIKIRAN EKONOMI PADA MASA DINASTI ABBASIYAH (750 M-1000 M)
I. Abu Yusuf. Perintah Khalifah Harun Ar-Rasyid tuk membuat sebuah buku komprehensif tentang pajak (AlKharaj).
Perbedaan dengan Yahya bin Adam yang juga mengarang buku Al-Kharaj adalah Abu Yusuf dengan
menganut madzhad gurunya (Ar-Rayu) lebih banyak memberikan penjelasan opini sendiri, sedangkan Yahya
tidak banyak, hanya kumpulan Ayat dan Hadis Nabi.
Sumber pendapatan negara menurut Abu Yusuf:
1)Ghanimah Harta rampasan perang dengan non-Muslim. Membagi menjadi 1/5 milik Allah, 4/5 tentara yg
mana tentara berkuda mendapat 2 bagian,sedang 1 bagian untuk tidak berkuda.
2)Fay atau pajak tanah di bagi dua, Kharaj bagi non-Muslim, dan Usyr bagi Muslim. Beliau mengusulkan
perubahan kadar kharaj seperti berikut: Hasil pertanian dengan irigasi alamiah 40%, Hasil pertanian dengan
irigasi 10%, Kebun buah-buahan 33%, Hasil pertanian dengan insentif pekerja yang memberikan irigasi , dan

Hasil pertanian musim panas 25%. Sedangkan Usyr (1) hasil-hasil pertanian dengan air hujan 10%, n (2) bila
irigasi buatan kadarnya 5%.
3)Zakat sarannya: (1) Khalifah memilih petugas zakat yang amanah dan terpercaya yang bertanggung jawab
dalam pengelolaan zakat sebagai ketua, (2) Ketua petugas zakat yang amanah dan terpercaya ini harus
memilih orang-orang yang amanah dan terpercaya juga untuk mengelola zakat di setiap kota; (3) pengelolaan
dalam penghimpunan zakat harus terpisah dari pajak yang lain seperti, usyr dan al-kharaj karena harta
keduanya untuk semua orang-orang Muslim, dan zakat adalah harta bagi orang-orang Muslim yang sudah
ditetapkan oleh Allah SWT di dalam kitab-Nya; and (4) pendapatan zakat yang datang dari sumber-sumber
zakat dalam satu wilayah harus dikumpulkan menjadi satu dan di keluarkan kepada ashnaf;
4)Jizyah Kompensasi ini berupa jaminan keamanan yang diberikan oleh pemerintahan Islam kepada kaum
dhimmi yang menetap didalamnya. Abu Yusuf menasehati Amirul Mukminin Harun al-Rasyid agar bertindak
ramah tamah terhadap kaum dhimmi sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari
Rasulullah SAW berkata: Barang siapa menzalimi orang yang membuat perjanjian setia atau membebannya
diatas kemampuannya maka saya akan menghujatnya. Jizyah bagi golongan kaya 48 dirham, menengah 24
dirham, dan bagi pengerajin atau petani biasa 12 dirham untuk setiap tahunnya. Ada pengecualian bagi orang
tidak mampu yang miskin (sakit, cacat dll).
5)Usyur berarti sepersepuluh harta. Secara istilah adalah pajak perdagangan (cukai) yang dikenakan kepada
Muslim dan non-Muslim. Bagi kaum muslim berjumlah 2,5 %, bagi kaum dhimmi berjumlah 5 %, dan bagi
kaum al-harbi berjumlah 10% jika mencapai kadarnya 200 dirham atau mencapai kadar 20 mitsqal.
Abu Yusuf juga membagi jenis-jenis harta atau barang yang dikategorikan sebagai 1/5 (khums), yaitu: Barangbarang tambang seperti emas, perak, tembaga, besi dan timah, tanah arab atau tanah orang asing yang
didalamnya diletakkan tempat shadaqoh, apa pun yang keluar dari lautan dan Rikaz (barang temuan berupa
emas, perak, mutiara dan lain-lainya. Hal ini yang bisa diimplementasikan di ekonomi Inodonesia.
II. As-Syaibani. Membagi konsumsi menjadi 3 level yaitu kebutuhan (necessities) wajib dipenuhi, sedang
(moderation) perlu tambahan usaha untuk mencapainya tapi tidak sewajib sebelumnya, dan pemborosan
(extravagance) yang dilarang. Sedangkan menurut Mustofa Umar yaitu Fardlu Ain, Sunnah dan Mubah.
Membagi aktivitas produktif menjadi 4 sewa, pertanian, perdagangan dan industri.
III. Abu Ubayd. Kitab Al-Amwal memiliki 3 perbedaan dengan Al-Kharaj:
1 tidak fokus terhadap satu tipe kekayaan,namun menggabungkan seluruh tipe dari pertanian, perdagangan dll
2 lengkap dokumentasinya, dari isnad, surat2 Nabi, riwayat hadis dll.
3 Mengungkap banyak opini tentang pokok bahasan, mengingat berbeda waktu yg jauh dengan Abu Yusuf.
Berisi tentang hak, kewajiban Muslim dan Non-Muslim terhadap keuangan negara, merupakan pedoman
keuangan publik, mengungkap apa saja yang perlu dipajak maupun tidak, faktor2 yang merugikan perpajakan,
bagaimana pendapatan didistribusikan pada kategori pengeluaran.
IV. Yahya bin Umar. Ssas Kitab Ahkam al-Suq merupakan kitab pertama di dunia Islam yang khusus membahas
hisbah dan berbagai hukum pasar. Penulisan kitab ini dilatarbelakangi dua persoalan yang mendasar, yaitu:
1. hukum syara tentang perbedaan kesatuan timbangan dan takaran perdagangan dalam satu wilayah.
2. Hukum syara tentang harga gandum yang tidak terkendali akibat pemberlakuan liberalisasi harga,
sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan kemudharatan bagi para konsumen.
-Ketaqwaan merupakan asas dalam perekonomian Islam.
-Fokus perhatian Yahya bin Umar tertuju pada hukum-hukum pasar yang terefleksi dalam pembahasan
tentang tasir (penetapan harga).
-Yahya bin Umar menyatakan bahwa pemerintah tidak boleh melakukan intervensi, kecuali dalam dua hal,
yaitu:
1. Para pedagang bersepakat tidak memperdagangkan barang dagangan tertentu yang sangat dibutuhkan
masyarakat, sehingga dapat menimbulkan kemudharatan serta merusak mekanisme pasar.
2. Para pedagang melakukan praktek siyasah al-igraq (dumping) yang dapat menimbulkan persaingan tidak
sehat serta dapat mengacaukan stabilitas harga pasar.

-Pada dasarnya konsep Yahya bin Umar lebih banyak terkait dengan ihtikar dan siyasah al-igraq. Dalam ilmu
ekonomi kontemporer, kedua hal tersebut dikenal dengan istilah monopolys rent-seeking dan dumping.
Kemudian ia mengembangkan pemikirannya lebih jauh, antara lain:
1. Islam secara tegas melarang ihtikar
2. Siyasah al-igraq (Dumping Policy)
3. Dumping Resiprokal
4. Penetapan Harga
5. Mekanisme Harga
V. Abdullah al-Harits bin Asad Al-Muhasibi. Seorang Sufi yang membuat buku tentang Earning (Pendapatan)
dan Asceticism (Pertapaan), mengaitkan ajaran sufi dengan konsep ekonomi, dimulai dari penciptaan dunia
dan segala isinya dihubungkan dengan Allah, dan hubungan gaji dengan Allah.
Beberapa kesimpulan penting mengenai pandangan Muhasibi terbagi menjadi 3,
1) pentingnya pandangan Sufi terhadap isu ekonomi termasuk pendapatan,
2) memuat kritik Sufism terhadap perilaku ekonomi manusia pada umumnya, termasuk pendapatan dan
konsumsi,
3) perlunya kaya akan etika dan cara menyikapi ekonomi dengan etika.
6. PEMIKIRAN EKONOMI PADA MASA FRAGMENTASI POLITIK DAN DIVERSIFIKASI BUDAYA
(1000 M-1400 M)
I. Abu Hasan Al-Mawardi. Tiga kategori bidang keahliannya:
1) Ajaran agama; kitab al-tafsir, adab al-Din wa al-Dunya, al-hawi al-kabir, kitab al-iqna, kitab alam alNubuwwah, and kitab al-Adab al-Qadhi.
2) Sosial-Politik; kitab al-Ahkam al-Sulthaniyyah wa al-Wilayat al-Diniyyah, Nasihat al-Mulk, Tashil alNadzar wa Tajil al-Dzafr, Qawanin and al-Wizarah wa Siyasah al-Mulk.
3) Bahasa dan Literatur; kitab fi al-Nahwu, and al-Amtsal wa al-Hakim.
-Kitab yang berhubungan dengan ekonomi: Kitab adab al-Din wa al-Dunya: memuat gagasan kebijakan
ekonomi negara yg bercerita tentang pertanian, peternakan, perdagangan n industri; & kitab al-Ahkam alSulthaniyyah wa al-Wilayat al-Diniyyah berhubungan dengan lembaga administrasi negara
-Diwan al-sulthanah terdiri 4 tipe: Diwan yang bertugas sistem penerimaan dan pembayaran tentara, Diwan
yang bertanggungjawab mencatat kewajiban dan pekerjaan, penempatan dan wilayah staff pemerintahan,
Diwan bertugas untuk mengangkat, & Diwan untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran di bayt al mal.
-Menurut Mawardi, ada 3 pemasukan negara 1) Fay, 2) Ghanimah and 3) zakat.
-ada 2 institusi yang berhubungan dg etika n keadilan: wilayat al-mazalim & al-hisbah. wilayat al mazalim
berkuasa untuk menindak tindakan tidak adil (sultha al mazalim) atau pelanggaran hak (mazalim). Al-Hisbah
secara bahasa berarti hadiah atau perhitungan. Secara istilah, institusi dalam sejarah Islam yang mengatur
mana yang seharusnya atau mencegah yang tidak seharusnya.
II. Ar-Raghib Al-Asfahani 1. Manusia: urgensinya, fungsi dan kebutuhan,
2. Aktivitas Produksi: pentingnya produksi, kerjasama n specialisasi, pengertian produksi, pekerja dan
pengangguran, serta skop aktivitas ekonomi.
3. Kekayaan dan sumbernya: hubungan antara manusia dan kekayaan, kaya dan miskin dan uang
4. Pengeluaran: keseimbangan dan ketidakseimbangan dalam pengeluaran, serta konsumsi.
III. Abu Hamid Al-Ghazali. Ada 3 pembahasan utama pemikiran ekonomi Al-Ghazali, Uang, Bunga dan
Kehidupan Ekonomi Sosial.
-Mengenai uang beliau mengkritik penggunaan sistem barter dikarenakan beberapa faktor,
1) The Problem Lack of Measure artinya susah dalam pengukuran,
2) Indivisibility sukarnya untuk dibagi dan
3) The Problem Ensuring of Double Coincidences, sukarnya untuk mempertemukan dua keinginan yang sama.
Padahal fungsi uang menurut beliau adalah unit of account, medium of exchange dan measure of value.
-Mengenai bunga beliau melarang pertukaran Dinar dan Dirham yang berbeda dari segi kuantitas dan waktu
pembagian yang kita sebut Riba.

-Beliau juga ager tercipta kondisi sosial ekonomi yang baik, maka harus menciptakan sistem yang adil, aman,
dan sejahtera, sehingga diperlukannya peran Al-Hisbah untuk pengawasan, menyinggung juga masalah
pentingnya harga sebagai unsur ekonomi.
IV. Ibnu Taimiyyah. Keadilan itu penting sekali untuk siapa saja, apa saja dan dari siapa saja.Sedangkan
kecurangan sudah absolut tidak diperbolehkan baik dari atau untuk Muslim maupun tidak.
-Ada 2 isu berhubungan dengan harga: 1 kompensasi adil (iwad al-mithl) dan harga adil (tsaman al-mithl).
Kompensasi adil diberikan sesuai kinerja dan harga yang berlaku di masyarakat, sedangkan harga adil
terbentuk dari keseimbangan penawaran dan permintaan.
-Menggunakan istilah just wages(ujrah al-mithl) untuk penetapan di pasar tenaga kerja. Harga dan Upah =
Kuantitas dan Kualitas. Ada 2 kondisi untuk membentuk just wages: 1) Di kondisi normal upah ditentukan
oleh penawaran antara atasan dan bawahan. 2) Di pasar tidak sempurna, the just wages akan ditentukan
pemerintah.
-Profit adalah hak penjual. Ibn Taimiyyah menyarankan penjual meraih keuntungan sewajarnya yang diterima
oleh penjual dan pembeli. Dilarang untuk mengambil yang tidak wajar. Dilarang mengambil keuntungan besar
untuk orang fakir miskin selama mereka membutuhkan.
- Apa yang menyebabkan kenaikan permintaan, menciptakan kenaikan harga walau kecil. Tergantung dari
seberapa butuhnya seseorang terhadap barang itu sendiri.
V. Ibnu Khaldun. Unsur Pertumbuhan Ekonomi: Populasi, Pemerintah, Pemikiran dan teknologi, SDM,
Perdagangan, Belanja swasta, Keadilan dan kebebasan ekonomi, dan Agama.
-Dia juga menilai tenaga kerja sebagai unsur dari pertumbuhan ekonomi. Pembagian tenaga kerja akan
menciptakan surplus dan kesejahteraan. Dia menggarisbawahi bahwa nilai dalam teori tenaga kerja dalam
nilai suatu produk tergantung dari jumlah tenaga kerja yang dimasukkan atau dibutuhkan dalam menciptakan
produk tersebut.
-Apa Agama menghasilkan kemerosotan ekonomi? Ibn Khaldun jelas menolak! Nyatanya, agama mendorong
pertumbuhan ekonomi seperti di Afrika yang menjadi pusat perdagangan terbesar di dunia pada abad 14
setelah datangnya Islam.
-Bagaimana Agama mendorong Pertumbuhan ekonomi? Agama melarang kebijakan tidak adil dan
memberikan insentif untuk aktivitas bisnis; menciptakan pertumbuhan dan menaikkan pajak pendapatan;
agama mengenalkan kebijakan publik yang kondusif untuk aktivitas bisnis yang baik; menyediakan kebebasan
ekonomi dan kestabilan makroekonomi; agama juga mengembangkan karakter baik pada manusianya;
mendorong solidaritas untuk mencapai tujuan umum demi kestabilan politik dan pertumbuhan ekonomi; serta
dapat mempengaruhi siklus proses pertumbuhan ekonomi dan kemerosotan melalui pemeliharaan sdm baik
dan pemimpin baik yang dapat mengamalkan tata kelola yang baik dan melindungi kepentingan umum.
-Ibn Khaldun, pada segi kehakiman: ketidakadilan menghancurkan peradaban. Berkaitan dengan keadilan
(adalah), Islam secara umum memerintahkan perkembangan harus: dibarengi oleh distribusi yang merata;
harus ada persamaan interpersonal, inter-sektoral, inter-regional dan inter-temporal; kemanfaatannya harus
dibagi untuk semua; dan perkembangan tidak mengakibatkan yang lainnya merugi .
-Pemikirannya tentang Pertumbuhan Ekonomi: semakin berkembang semakin menambah biaya sosial;
kebiasaan belanja berlebihan dan mewah akan menyebabkan perilaku tidak beretika dan amoral, inflasi,
pengangguran, kemiskinan dan degradasi lingkungan; tingginya pajak akan menyebabkan pada melambatnya
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan pajak; serta tingginya belanja pemerintah akan menurunkan aktivitas
bisnis swasta, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan.
Tokoh Kontemporer Islam
1. Umar Chapra. Kelemahan-kelemahan kapitalisme:
Menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan sosial.
Mengesampingkan peran nilai moral sebagai alat filterisasi dalam alokasi dan distribusi sumber daya.
Memunculkan paham materialisme.
- Chapra menjelaskan bahwa sistem sosialis gagal menyediakan karakteristik-karakteristik yang harus
dimiliki sebuah sistem. Untuk mekanisme filter yang menyaring semua klaim terhadap sumber daya agar

terjadi keseimbangan dan ketepatan penggunanaan sumberdaya, justru sistem sosialis menunjukkan
ketidakpercayaan secara penuh kepada kemampuan manusia mengelola kepemilikan pribadi.
-Oleh karena itu tugas yang akan di pikul oleh ilmu ekonomi islam jauh lebih besar dari pada yang di
emban oleh ilmu ekonomi konvensional, tugasnya yaitu:
1. mempelajari prilaku aktual individu dan kelompok, perusahaan, pasar dan pemerintah.
2. menunjukan jenis perilaku yang diperlukan untuk mewujudkan sasaran yang di kehendaki.
3. memberikan penjelasan mengapa para agen ekonomi bertindak seperti itu dan tidak boleh seperti itu
4. mengajukan suatu strategi bagi perubahan sosio ekonomi dan politik suatu strategi yang dapat membantu
membawa prilaku semua pemain di pasar yang mempunyai pengaruh pada lokasi dan distribusi sumbersumber daya sedekat mungkin dengan kondisi yang di perlukan untuk merealisasikan tujuan.
-Elemen elemen strategis yang penting dalam ekonomi islam
1. Penyaringan yang merata atas klaim yang berlebihan
2. Motivasi
3. Restrukturisasi sosioekonomi
4. Peran Negara
-Ada lima tindakan kebijakan yang diajukan bagi pembangunan yang disertai dengan keadilan dan
stabilitas, yaitu :
1. memberikan kenyamanan kepada faktor manusia .
2. mereduksi konsentrasi kekayaan.
3. melakukan restrukturisasi ekonomi
4. melakukan restrukturisasi keuangan.
5. rencana kebijakan strategis.
Di antara tindakan-tindakan kebijakan ini mungkin sudah sangat akrab bagi mereka yang sudah bergelut
dalam literatur pembangunan. Akan tetapi, yang lebih penting adalah injeksi dimensi moral ke dalam
parameter pembangunan. Tanpa sebuah integrasi moral, tidak mungkin dapat diwujudkan adanya efisiensi
atau pemerataan seperti yang sudah didefinisikan diatas.
-Agar zakat memainkan peranannya secara berarti, sejumlah ilmuan menyarankan bahwa zakat ini
seharusnya menjadi suplemen pendapatan yang permanen hanya bagi orang-orang yang tidak mampu
menghasilkan pendapatan yang cukup melalui usaha-usahanya sendiri. Untuk kepentingan lainnya, zakat
dipergunakan hanya untuk menyediakan pelatihan dan modal unggulan baik secara kredit yang bebas
bunga ataupun sebagai bantuan untuk membuat mereka mampu membentuk usaha-usaha kecil sehingga
dapat berusaha mandiri
-Pemberlakuan pajak harus adil dan selaras dengan semangat islam. Sistem pajak yang adil harus
memenuhi 3 kriteria, yaitu :
1. Pajak harus dipungut untuk membiayai hal-hal yang benar-benar dianggap perlu dan untuk kepentingan
mewujudkan maqashid
2. Beban pajak tidak boleh terlalu memberatkan dibandingkan dengan kemampuan orang yang memikulnya.
3. hasil pajak harus dibelanjakan secara hati-hati sesuai dengan tujuan awal dari pengumpulan pajak tersebut.
-Ada enam prinsip umum untuk membantu memberikan dasar yang rasional dan konsisten mengenai
belanja publik, yaitu :
1. Kriteria utama untuk semua alokasi pengeluaran adalah untuk kemaslahatan masyarakat.
2. penghapusan kesulitan hidup dan penderitaan harus diutamakan dari pada penyediaan rasa tentram.
3. kepentingan mayoritas yg lebih besar harus didahulukan drpd kepentingan minoritas yg lebih sedikit.
4. Pengorbanan individu dapat dilakukan untuk menyelamatkan pengorbanan atau kerugian publik.
5. Siapapun yang menerima manfaat harus menanggung biayanya.
6. sesuatu di mana tanpa sesuatu tersebut kewajiban tidak dapat terpenuhi, maka itu hukumnya wajib.
-Sasaran dan strategi sistem perbankan dan keuangan dalam perekonomian Islam:
a. kesejahteraan ekonomi yang diperluas dg kesempatan kerja penuh n laju pertumbuhan ekonomi yg optimal;

b. keadilan sosioekonomi dan distribusi kekayaan dan pendapatan yang merata;


c. stabilitas nilai mata uang untuk memungkinkan alat tukar sebagai satuan unit yang dapat diandalkan,
standar yang adil bagi pembayaran yang ditangguhkan, dan alat penyimpan nilai yang stabil;
d. mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dalam suatu cara yang adil sehingga
pengembalian keuntungan dapat dijamin bagi semua pihak yang bersangkutan; dan
e. memberikan semua bentuk pelayanan yg efektif yg secara normal diharapkan berasal dari sistem perbankan
-Islam melarang keras praktek riba. Sebagai solusinya, diberikan beberapa alternatif bagi riba seperti (bab
ketiga) pembiayaan lewat penyertaan modal (equity financing), membuat saluran untuk penyertaan modal
(sole proprietorship [usaha yang dikelola sendiri], parnertship [kemitraan], mudharabah, musyarakah, dan
perusahaan perseroan), dan koperasi.
-Pendekatan Umar Chapra -> G= f (S, N , W , W, j, g)
G = Government/pemerintah
S= Syariah/nilai-nilai moral/etika
N= number of People/Nation/SDM yang berkualitas
W= Wealth/ Kekayaan/Sumber potensial/kemakmuran
g = growth/pertumbuhan ekonomi
j = keadilan
2. Monzer Kahf
-Tentang Islamic Man Berbeda dengan ekonomi konvensional yang mengasumsikankan manusia sebagai
rational economic man, jenis manusia yang hendak dibentuk oleh Islam adalah Islamic man (ibadurrahman),
(QS 25:63). Islamic man dianggap perilakunya rasional jika konsisten dengan prinsip-prinsip Islam yang
bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang seimbang. Tauhidnya mendorong untuk yakin, Allah-lah yang
berhak membuat rules untuk mengantarkan kesuksesan hidup.
-Islamic man dalam mengkonsumsi suatu barangan tidak semata-mata bertujuan memaksimumkan kepuasan,
tetapi selalu memperhatikan apakah barang itu halal atau haram, israf atau tabzir, memudaratkan masyarakat
atau tidak dan lain-lain. Islamic man tidak materaialistik, ia senantiasa memperhatikan anjuran syariat untuk
berbuat kebajikan untuk masyarakat, oleh karena itu ia baik hati, suka menolong, dan peduli kepada
masyarakat sekitar. Ia ikhlas mengorbankan kesenangannya untuk menyenangkan orang lain. (QS 2:215; QS
92: 18-19). Motifnya dalam berbuat kebajikan kepada orang lain, baik dalam bentuk berderma, bersedekah,
meyantuni anak yatim, maupun mengeluarkan zakat harta, dan sebagainya, tidak dilandasi motif ekonomi
sebagaimana dalam doctrine of sosial responsibility, tetapi semata-mata berharap keridhaan Allah SWT.
-Konsep asas rasionalisme Islam menurut Monzer Kahf:
1. Konsep kesuksesan
Islam membenarkan individu untuk mencapai kesuksesan di dalam hidupnya melalui tindakan-tindakan
ekonomi, namun kesuksesan dalam Islam bukan hanya kesuksesan materi akan tetapi juga kesuksesan di hari
akhirat dengan mendapatkan keridhaan dari Allah SWT. Kesuksesan dalam kehidupan muslim diukur dengan
moral agama Islam. Semakin tinggi moralitas seseorang, semakin tinggi pula kesuksesan yang dicapai.
Kebajikan, kebenaran dan ketakwaan kepada Allah SWT merupakan kunci dalam moralitas Islam. Ketakwaan
kepada Allah dicapai dengan menyandarkan seluruh kehidupan hanya karena (niyyat) Allah, dan hanya untuk
(tujuan) Allah, dan dengan cara yang telah ditentukan oleh Allah.
2. Jangka waktu perilaku konsumen
Dalam pandangan Islam kehidupan dunia hanya sementara dan masih ada kehidupan kekal di akhirat. Maka
dalam mencapai kepuasan perlu ada keseimbangan pada kedua tempoh waktu tersebut, demi mencapai
kesuksesan yang hakiki. Oleh karena itu sebagian dari keuntungan atau kepuasan di dunia sanggup
dikorbankan untuk kepuasan di hari akhirat.
3. Konsep kekayaan

Kekayaan dalam konsep Islam adalah amanah dari Allah SWT dan sebagai alat bagi individu untuk mencapai
kesuksesan di hari akhirat nanti, sedangkan menurut pandangan konvensional kekayaan adalah hak individu
dan merupakan pengukur tahap pencapaian mereka di dunia.
4. Konsep barang
Dalam al-Quran dinyatakan dua bentuk barang yaitu: al-tayyibat (barangan yang baik, bersih, dan suci serta
berfaedah) dan barangan al-rizq (pemberian Allah, hadiah, atau anugerah dari langit) yang bisa mengandung
halal dan haram. Menurut ekonomi Islam, barang bisa dibagi pada tiga kategori yaitu: barang keperluan
primer (daruriyyat) dan barang sekunder (hajiyyat) dan barang tersier (tahsiniyyat). Dalam menggunakan
barang senantiasa memperhatikan maqasid al-syariah (tujuan-tujuan syariah). Oleh karena itu konsep barang
yang tiga macam tersebut tidak berada dalam satu level akan tetapi sifatnya bertingkat dari daruriyyat,
hajiyyat dan tahsiniyyat.
5. Etika konsumen
Islam tidak melarang individu dalam menggunakan barang untuk mencapai kepuasan selama individu tersebut
tidak mengkonsumsi barang yang haram dan berbahaya atau merusak. Islam melarang mengkonsumsi barang
untuk israf (pembaziran) dan tabzir (spending in the wrong way) seperti suap, berjudi dan lainnya.
-Etika konsumsi dalam islam
Kahf mengembangkan pemikirannya tentang konsumsi dengan memperkenalkan Final Spending (FS) sebagai
variable standar dalam melihat kepuasan maksimum yang diperoleh konsumen muslim. Salah satunya dimulai
dengan melihat adanya asumsi bahwa secara khusus institusi zakat diasumsikan sebagai sebuah bagian dari
struktur sosio-ekonomi. Kahf berasumsi bahwa zakat merupakan keharusan bagi muzakki. Oleh karena itu,
meskipun zakat sebagai spending yang memberikan keuntungan, namun karena sifat dari zakat yang tetap,
maka diasumsikan di luar Final spending.
Adapun Final Spending bagi seorang individu dalam analisa kahf sebagai berikut :
FS = (Y-S) + (S-SZ)
FS = (Y-SY) + (SY-ZSY). atau
Fs = Y(I-ZS)
Ket : FS : Final Spending
s : Presentasi Y yang di tabung
Y : Pendapatan
S : total tabungan
z : presentasi zakat
semakin tinggi s maka semakin keci FS
Maslahah al-ibad (kesejahteraan hakiki untuk manusia), Rasionaliti dalam ekonomi Islam, senantiasa
memperhatikan maslahah untuk diri, keluarga dan masyarakat, seseorang dianggap rasional menurut Islam
apabila:
1. Menghindarkan diri dari sikap israf (berlebih-lebihan melampaui batas).
2. Mengutamakan akhirat daripada dunia.
3. Konsisten dalam prioritas pemenuhan keperluan (daruriyyah, hajiyyah, dan tahsiniyyah)
4. Memperhatikan etika dan norma
-Negara adalah pembuat rencana dan pengawas, menurut Kahf, objek dari kebijakan negara yaitu
a. memaksimalisasi tingkat penggunaan sumberdaya alam
b. meminimalisir gap distribusi
c. membuat peraturan bagi pelaku ekonomi untuk menjamin ditaatinya peraturan pemerintah
Untuk mencapai ketiganya, negara menggunakan kebijakan fiskal dan moneter, alat produksi dan distribusi
serta kekuatan hukum. Islamic Man dan Negara harus bekerja sama dalam mencapai tujuan
-Menurut Monzer Kahf, tujuan utama dari zakat adalah untuk mencapai keadilan social ekonomi. Zakat
merupakan transfer sederhana dari bagian dengan ukuran tertentu harta si kaya untuk dialokasikan kepada si
miskin (Kahf,1999). -Zakat merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi Islam, karena zakat merupakan
salah satu implementasi azas keadilan dalam sistem ekonomi Islam. Dalam kaitan antara kewajiban zakat dan

penggunaan barang-barang mewah, Monzer Kahf menyatakan bahwa zakat itu tidak diberlakukan terhadap
barang-barang keperluan hidup yang tidak mewah, sedangkan dalam kasus tabungan-tabungan yang
diinvestasikan dalam kegiatan produktif, penghasilannya diseimbangkan dengan kewajiban pembayaran zakat.
-Karakteristik Ekonomi Islam
a. Kepemilikan
b. Peran Negara dan alokasi sumber daya
c. Implementasi zakat dan pelarangan riba.
3. M. Mannan
-Konsumsi dan perilaku konsumen.
Islam tidak mengakui kecenderungan materialistik semata-mata dari pola konsumsi modern. Konsep pola
konsumsi dalam Islam ialah untuk mengurangi kelebihan keinginan fisiologik buatan dengan tujuan
membebaskan energi manusia untuk tujuan-tujuan spiritual.
Lima prinsip-prinsip konsumsi dalam Islam :
1. Prinsip Keadilan (mencari rezeki secara halal dan tidak dilarang hukum.
2. Prinsip Kebersihan (baik,cocok dimakan, tidak kotor ataupun menjijikkan)
3. Prinsip Kesederhanaan (tidak berlebih-lebihan, sesuai kebutuhan)
4. Prinsip Kemurahan Hati (keterpaksaan, Mutthor yang tidak berlebih demi kelangsungan hidup)
5. Prinsip Moralitas (prilaku akhlak dalam mengkonsumsi)
-Pada umumnya, kebutuhan-kebutuhan manusia digolongkan dalam tiga hal : -keperluan, -kesenangan, dan
barang-barang mewah. Produksi dan konsumsi barang-barang mewah tanpa disertai rencana pembagian
kembali kekayaan dan pendapatan tidak akan memecahkan permasalahan ekonomi. Yang penting hanyalah
ditegakkannya pemerataan dalam system masyarakat berdasarkan hukum Islam.
-Faktor-Faktor Produksi dan Konsep Pemilikan
Faktor produksi pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya tidak pernah terpisah dari kehidupan moral
dan sosial. Tanah tidak dianggap hak kuno istimewa dari negara dan kekuasaan, tetapi dianggap sebagai
sarana untuk meningkatkan produksi yang digunakan demi kesejahteraan individu dan masyarakat.
Konsep hak milik pribadi dalam Islam adalah unik, yaitu pemilik mutlak segala sesuatu yang ada di bumi dan
langit adalah Allah. (al-Imron : 189), dan manusia hanyalah kholifah Allah di muka bumi.
-Islam tidak membenarkan praktek dalam menyewakan tanah berdasarkan jumlah hasil yang ditetapkan suatu
mitra berdasarkan bunga dari lahan pertanian.
-Distribusi Pendapatan dan Kekayaan dalam Islam
Dasar distribusi pendapatan diantara berbagai faktor produksi; pembayaran sewa tidak bertentangan dengan
jiwa Islam, dijelaskan bahwa sewa dan bunga sangatlah berbeda. Perbedaan upah akibat perbedaan bakat dan
kesanggupan di akui oleh Islam. Syarat-syarat pokoknya ialah para majikan tidak akan mengisap para pekerja
dan dia harus membayar hak mereka. (al-haq yuthlab wala yutho). Islam memperkenankan laba biasa bukan
laba monopoli atau laba yang timbul dari spekulasi.
4. Mahbub Ul Haq
Pertumbuhan GNP seringkali tak sampai ke bawah: yg dibutuhkan serangan langsung atas kemiskinan;
Mekanisme pasar seringkali senjang akibat pembagian pendapatan dan kekayaan yang berlaku; pasar
bukan petunjuk yang dapat diandalkan untuk menentukan tujuan-tujuan nasional;
Gaya pembangunan harus sedemikian rupa, sehingga bukan manusia yang dikerahkan di sekitar
pembangunan tetapi pembangunan yang dikerahkan di sekitar manusia;
Umumnya perubahan lembaga lebih menentukan daripada perubahan harga untuk menyusun siasat
pembangunan;
Siasat baru pembangunan harus berpijak pada tujuan memuaskan kebutuhan pokok manusia dan bukan
permintaan di pasar;
Kebijakan mengenai pembagian dan lapangan kerja harus dijadikan bagian tidak terpisahkan setiap
rencana produksi; umumnya, tidak mungkin memproduksi dahulu dan membagi kemudian;

Menaikkan produktivitas kaum miskin dengan cara mengarahkan penanaman modal ke sektor-sektor
miskin dalam masyarakat, unsur penting kebijaksanaan dalam pembagian;
Hubungan kekuasaan politik dan ekonomi umumnya harus dirombak dan disusun kembali agar
pembangunan dapat tersebar luas di kalangan rakyat banyak.

5. Metwally. Menurut Metwally, prinsip-prinsip ekonomi Islam dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Sumber daya dipandang sebagai amanah Allah kepada manusia, sehingga pemanfaatannya haruslah
bisa dipertanggungjawabkan diakhirat kelak. Implikasinya adalah manusia harus menggunakannya
dalam kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
b. Kepemilikan pribadi diakui dalam batas-batas tertentu yang berhubungan dengan kepentingan
masyarakat dan tidak mengakui pendapatan yang diperoleh secara tidak sah.
c. Bekerja adalah kekuatan penggerak utama kegiatan ekonomi Islam (QS 4:29). Islam mendorong
manusia untuk bekerja dan berjuang untuk mendapatkan materi/harta dengan berbagai cara, asalkan
mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Dan hal ini dijamin oleh Allah bahwa Allah telah menetapkan
rizki setiap makhluk yang diciptakan-Nya.
d. Kepemilikan kekayaan tidak boleh hanya dimiliki oleh segelintir orang-orang kaya, dan harus berperan
sebagai kapital produktif yang akan meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
e. Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya dialokasikan untuk kepentingan orang
banyak Prinsip ini didasari oleh sunnah Rasulullah yang menyatakan bahwa masyarakat mempunyai
hak yang sama atas air, padang rumput dan api.
f. Seorang muslim harus tunduk pada Allah dan hari pertanggungjawaban di akhirat (QS 2:281). Kondisi
ini akan mendorong seorang muslim menjauhkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan maisir,
gharar, tadlis, dan berusaha dengan cara yang batil, melampui batas dan sebagainya.
g. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab). Zakat ini merupakan alat
distribusi sebagian kekayaan orang kaya yang ditujukan untuk orang miskin dan mereka yang
membutuhkan. Menurut pendapat para ulama, zakat dikenakan 2,5 % untuk semua kekayaan yang tidak
produktif, termasuk didalamnya adalah uang kas, deposito, emas, perak dan permata, dan 10 % dari
pendapatan bersih investasi.
h. Islam melarang riba dalam segala bentuknya. Secara tegas dan jelas hal ini tercantum dalam QS 30:39,
4:160-161, 3:130 dan 2:278-279
Untuk Hal Akademis Apapun Jangan lupakan kaidah pengutipan yang benar menurut EYD
Maan Najah
@ahmed_boy
ahmedboyo.blogspot.com

También podría gustarte