Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
: Rizky Perdana
NIM
: 030.07.225
Tanda tangan
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. MIP
Umur
: 2 tahun
Jenis Kelamin
: laki-laki
Pekerjaan
:-
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
Nama Ayah
: Tn. S
Umur
: 38 tahun
Pekerjaan
: Pedagang
Pendidikan
: SMA
Nama Ibu
: Ny. Y
Umur
: 37 tahun
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: SMA
Ruang
: Melati
Masuk RS
: 26 Februari 2013
DATA DASAR
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada Ayah, ibu pasien, dan perawat di
Ruang Melati pada tanggal 26 Februari 2013 pukul 13.00 WIB di dalam ruang Melati RSU
Kardinah Tegal
Keluhan Utama
: Kejang
Riwayat Lingkungan
Kepemilikan rumah
: Rumah Pribadi
Keadaan rumah :
Pasien tinggal bersama dengan 5 orang yaitu kedua orangtua, serta 2 saudara laki-laki.
Tempat tinggal pasien terdiri dari 2 kamar berukuran 7 x 8 m, beratap genteng, lantai
kramik, dinding tembok, 1 ruang tamu, ruang makan dan dapur. Terdapat 3-4 buah
jendela di masing-masing ruangan, selalu dibuka. Ventilasi udara dan cahaya matahari
baik. Kamar mandi dan toilet berada di dalam rumah. Sumber air berasal dari sumur,
jarak antara sumur dengan septik tank lebih dari 10 meter, penerangan dengan listrik.
Sistem pembuangan air limbah disalurkan melalui selokan di depan rumah. Selokan
dibersihkan 2-3 kali dalam sebulan dan aliran air di dalamnya lancar. Sampah di buang di
kumpulkan dalam satu wadah dan dibuang setiap hari ke tempat sampah atau di bakar
sendiri.
Kesan : rumah dan sanitasi lingkungan baik
RIWAYAT PASIEN
Pasien adalah anak ketiga dari 3 bersaudara.
A. Riwayat Antenatal Care
berlebihan, berat badan saat hamilpun dinyatakan tidak berlebihan, tekanan darah normal, ibu
rutin kontrol kehamilan kebidan, ibu hamil cukup bulan (40 minggu), tidak ada riwayat
trauma maupu infeksi, tidak pernah mengalami keguguran dan perkembangan bayipun
dinyatakan normal. Saat kontrol kehamilan selalu mendapatkan multivitamin dan selalu
dihabiskan.
B. Riwayat Persalinan
Kelahiran
Melahirkan anak kedua ditolong oleh bidan yang sering didatanginya saat kontrol
kehamilan, persalinan normal spontan pervaginam, kepala terlebih dahulu, bayi cukup bulan
dengan berat badan lahir 3400 gr dan 49 cm.
C. Riwayat Paska Lahir Pasien
Bayi laki-laki lahir langsung menangis, gerak aktif. BAB dan BAK kurang dari 24
jam, bayi menyusu saat hari pertama, bayi tidak kuning, tidak biru, dan tiap pagi di jemur di
bawah sinar matahari.
Kesan : riwayat ANC, kelahiran dan PNC baik
: ibu lupa
miring
: 2 bulan
tengkurap
: 4 bulan
duduk
: 9 bulan
gigi keluar
: ibu lupa
merangkak
: 9 bulan
berdiri
: 10 bulan
berjalan
: 13 bulan
Saat ini anak berusia 2 tahun. Tidak ada gangguan perkembangan dalam
mental dan emosi. Interaksi dengan orang sekitar baik.
Kesan: pertumbuhan anak dan perkembangan anak sesuai umur
E. Riwayat Makanan
-
Usia 1 tahun 2 tahun: susu formula + biskuit + nasi putih lauk sayur, ayam,
daging, telur 3 x sehari
F. Riwayat Imunisasi
VAKSIN
DASAR (umur)
ULANGAN (umur)
BCG
1 bulan
DPT/ DT
2 bulan
4 bulan 6 bulan
POLIO
0 bulan
2 bulan 4 bulan 6 bulan
CAMPAK
10 bulan
HEPATITIS B
0 bulan
1 bulan 4 bulan 6 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap dan selalu mengikuti jadwal imunisasi yang tertera pada
KMS
F. Riwayat Keluarga
Corak Reproduksi
No
usia
Jenis
Hidup
Kelamin
Abortus
Mati
Keterangan
sehat
Mati
10 th
Laki-Laki
hidup
6 th
Laki-Laki
Hidup
4 th
Laki-Laki
Lahir
Hidup
Sehat
-
G. Silsilah Keluarga
Silsilah atau Ikhtisar Keturunan
sakit
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: pasien
Kesan : tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 26 Februari 2013, pukul 13.00 WIB di ruang
Melati. anak laki-laki, usia 2 tahun, berat badan sekarang 11,6 kg, panjang badan 87 cm,
lingkar kepala 50 cm.
Kesan umum :
Compos mentis, kejang, tampak sakit sedang, tampak lemas, sesak(-), sianosis (-),
anemis (-)
Tanda vital
Tekanan darah
Laju jantung
Pernapasan
Suhu
Status Generalis
Kepala
Normochepali, ukuran lingkar kepala 50 cm, ubun-ubun besar sudah menutup,
rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada
kelainan.
Mata
Mata cekung (-/-), pupil isokor, diameter 3mm kanan kiri, RCL (+/+), RCTL (+/
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
mammae (+/+).
: Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan
: suara nafas dasar vesikuler, suara nafas tambahan (-/-), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-), hantaran (-/-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
:distensi (-), venektasi (-), darm contour (-), darm stifung (-), massa
Auskultasi
Palpasi
(-)
:bising usus (+) normal
:Turgor kulit normal, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
membesar.
:Thympani, shifting dullnes (-)
Tulang Belakang
Tidak ada spina bifida, tidak ada meningocele
Genitalia
Laki-laki, penis normal, skrotum normal, testis (+/+)
Anorektal
Anus (+)
Anggota gerak
Keempat anggota gerak lengkap sempurna,
Ekstremitas
Superior
Inferior
Deformitas
- /-
- /-
Akral dingin
- /-
-/-
Akral sianosis
- /-
- /-
Ikterik
- /-
- /-
CRT
< 2 detik
< 2 detik
Tonus
Normotoni
Normotoni
oedem
-/-
-/-
Kulit
Sianotik (-), ikterik (-), anemis (-), turgor kulit abdomen kembali < 2 detik.
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk
(-)
Brudzinsky I
(-)
Brudzinsky II
(-)
Kernig Sign
(-)
: 2 tahun
Berat badan
: 11,6 kg
Panjang badan
: 87 cm
Hasil
Rujukan
CBC + Diff
Lekosit
L 5.5x103/ul
6,0-17,0x103/ul
Eritrosit
4.1x106/ul
3,9-5,9x106/ul
Hemoglobin
L 10.4 g/dL
11,5-13,5 g/dL
Hematokrit
L 30.7 %
34-40 %
MCV
L 74.2 U
76-96 U
MCH
L 25.1 pcg
27-31 pcg
MCHC
33.9 g/dL
33.0-37.0 g/dL
Trombosit
207x103/ul
150 400x103/ul
Netrofil
H 76.1%
50-70%
Limfosit
L 17.6%
25-40%
Monosit
5.9%
2-8%
Eosinofil
L 0%
2-8%
Basofil
0.2%
0-1%
8 mm/jam
0-15 mm/jam
LED 2 jam
20 mm/jam
0-25 mm/jam
Sero Imunologi
Widal
St-O
Negatif
Negatif
St-H
Negatif
Negatif
S pt - AH
Negatif
Negatif
27 Februari 2013
S: kejang (-), Demam (+), BAB Cair 1x, Muntah (-)
O: KU: compos mentis, tampak sakit sedang, tampak lemah, tanda dehidrasi (-), sianosis (-),
Kejang (-), Sesak (-).
TD: Tidak dilakukan pemeriksaan
HR: 128 x/mnt
S : 36,50C
RR : 28x/ menit
Mata : Ca-/-, SI-/-, Cekung -/Hidung : nafas cuping hidung (-/-)
Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo/ SN vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/-, Retraksi (-)
Abdomen : datar, supel, Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, thympani, Bising
usus (+) normal.
Genitalia: laki-laki, penis normal, skrotum normal, testis (+/+)
Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem +/+, CRT <2detik
Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem +/+, CRT <2detik
A: Kejang demam Kompleks
P: Dirawat, IVFD RL 15 tpm, Inj. Cefotaxime 3 x 300mg, Luminal (fenobarbital) 3x10mg,
diazepam 3x3,5 mg, Paracetamol syrp 3 x 1 Cth, Interzinc 2 x Cth, L-Bio 1x1 sachet,
Observasi tanda-tanda vital dan KU.
28 Februari 2013
S: kejang (-), Demam (+), BAB Cair (-), Muntah (-)
O: KU: compos mentis, tampak sakit sedang, tampak lemah, tanda dehidrasi (-), sianosis (-),
Kejang (-), Sesak (-).
TD: Tidak dilakukan pemeriksaan
HR: 100 x/mnt
S : 36,00C
RR : 24x/ menit
Mata : Ca-/-, SI-/-, Cekung -/Hidung : nafas cuping hidung (-/-)
Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo/ SN vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/-, Retraksi (-)
Abdomen : datar, supel, Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, thympani, Bising
usus (+) normal.
Genitalia: laki-laki, penis normal, skrotum normal, testis (+/+)
Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem +/+, CRT <2detik
Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem +/+, CRT <2detik
A: Kejang demam Kompleks
P: Dirawat, IVFD RL 15 tpm, Inj. Cefotaxime 3 x 300mg, Luminal (fenobarbital) 3x10mg,
diazepam 3x3,5 mg, Paracetamol syrp 3 x 1 Cth, Interzinc 2 x Cth, L-Bio 1x1 sachet, ACC
pulang
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Observasi Kejang
Infeksi Ekstrakranial
a.
b.
Infeksi Intrakranial
a.
Meningiti Enseoalitis
Metabolik
SOL
Trauma Kepala
2. Status Gizi Baik
- Faktor Asupan
- Faktor Individu
- Faktor Penyakit
VIII. DIAGNOSIS KERJA
1. Kejang demam kompleks
2. Status Gizi Baik
IX. PENATALAKSANAAN
A. Terapi Awal
Non-Medikamentosa
o Rawat ruang anak
o Observasi TTV dan KU
Medikamentosa
IVFD RL 15 Tpm
Inj. Cefotaxime 3 x 300mg IV
Luminal (fenobarbital)3x10mg PO (pulv)
Diazepam 3x3,5mg PO (pulv)
Paracetamol syrp (120mg/5mL) 3 x 1Cth PO
Interzinc 2 x Cth PO
L-Bio 1x1 sachet PO
B. Terapi Sekarang
Non-Medikamentosa
o Rawat ruang anak
o Observasi TTV dan KU
Medikamentosa
IVFD RL 15 Tpm
Inj. Cefotaxime 3 x 300mg IV
Luminal 3x10mg PO (pulv)
Diazepam 3x3,5mg PO (pulv)
Paracetamol syrp (120mg/5mL) 3 x 1Cth PO
Interzinc 2 x Cth PO
L-Bio 1x1 sachet PO
X. PROGRAM
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
XII. SARAN
Pemeriksaan EEG
ANALISA KASUS
Diagnosa pada pasien ini adalah kejang demam kompleks. Diagnosa ini berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Kejang ke 2 kali, durasi kejang sekitar 15 menit, kejang kaku seluruh tubuh, kedua
mata mendelik ke atas. Kejang pertama dirasakan pada pukul 2.30 WIB tanggal 27 Februari
2013 dengan durasi 30 menit, kejang kaku seluruh tubuh, mata mendelik ke atas, dan tidak
terdapat busa yang tampak keluar dari mulut pasien. Sebelum kejang os demam tinggi dan
keringat dingin. Setelah kejang pasein sadar kemudian tertidur. Pasien mengalami demam
tinggi sejak lebih kurang 8 jam sebelum pasien mengalami kejang. Demam dirasakan
semakin tinggi.
Berdasarkan anamesis yang dicocokan dengan kriteria kejang demam kompleks
berulang dalam 24 jam, durasi lebih dari 15 menit.
Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisik, KU compos mentis, tampak sakir sedang, tampak lemas. HR :
120x/mnt, RR : 28x/mnt, S: 38,00C. pada pemeriksaan fisik, tidak didapatkan tanda rangsang
meningeal.
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini antara lain pemeriksaan darah
rutin.
Didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Lekositopenia, dengan hasil 5.5x103/ul. Yang menunjukan kemungkinana pasien
mengalami infeksi virus
Kejang demam
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38 0 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Biasanya terjadi pada
anak umur 6 bulan 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian
kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari
6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan
lain misalnya infeksi SSP, epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.
Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2 % - 4 % dari populasi anak 6 bulan - 5 tahun. 80 %
merupakan kejang demam sederhana, sedangkan 20% kasus
kompleks. 8 % berlangsung lama (lebih dari 15 menit). 16 % berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang pertama terbanyak di antara umur 17 - 23 bulan. Anak laki-laki lebih sering
mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang pertama terjadi pada umur
kurang dari 12 bulan, maka risiko kejang demam ke dua 50 %, dan bila kejang demam
sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan, risiko kejang demam ke dua turun menjadi
30%. Setelah kejang demam pertama, 2 4 % anak akan berkembang menjadi epilepsi dan
ini 4 kali risikonya dibandingkan populasi umum.
Etiologi
Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum diketahui dengan pasti, demam
sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu tinbul pada suhu yang tinggi.
Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia (penurunan oksigen
dalam darah) berat, hipoglikemia, asodemia, alkalemia, dehidrasi, intoksikasi air, atau demam
tinggi. Kejang yang disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus
pencetusnya dihilangkan.
Klasifikasi
Kejang demam dibagi dalam dua kelompok, kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks:
Klinis
Durasi
< 15 menit
15 menit
Tipe Kejang
umum
Umum/fokal
1 Kali
> 1 Kali
Defisit Neurologis
demam
tanpa demam
Abnormalitas neurologis
sebelumnya
Sebagian besar (63%) kejangdemama berupa kejang demama sederhana dan 35%
berupa kejang demam kompleks.
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang fokal
adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang
berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari , diantara 2 bangkitan kejang anak
sadar.
Patofisiologi
Kejang merupakan manifestasi klinik akibat terjadinya pelepasan listrik yang
berlebihan di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron tersebut baik berupa
fisologi, biokimiawi, maupun anatomi.
Sel saraf seperti juga sel hidup lainya mempunyai potensial potensialmembran.
Potensial membran yaitu selisih potensial antara intrasel dan ekstrasel. Potensial intersel lebih
negatif dibandingkan dengan ekstrasel. Dalam keadaan istirahat potensial membran berkisar
antara 30-100 mV, selisih potensial membran ini akan tetap sama selama sel tidak
mendapatkan rangsangan. Potensial membran ini terjadi akibat perbedaan letak dan jumlah
ion-ion terutama ion Na, K dan Ca. bila sel saraf mengalami stimulasi, misalnya stimulasi
listrik akan mengakibatkan menurunnya potensial membran. Penurunan potensial membran
ini akan menyababkan permeabilitas membran terhadap ion Na akan meningkat, sehingga Na
akan lebih banyak masuk ke dalam sel. Selama serangan ini lemah, perubahan potensial
membran masih dapat dikompensasi oleh transport aktif ion Na dan ion K, sehingga selisih
potensial kembali ke keadaan istirahat. Perubahan potensial yang demikian sifatnya tidak
menjalar, yang disebut respon lokal. Bila rangsangan cukup kuat perubahan potensial dapat
mencapai ambang tetap (firing level), maka permeabilitas membran terhadap Na akan
meningkat secara besar-besarab pula, sehingga timbul spike potensial atau potensial aksi.
Potensial aksi ini akan dihantarkan ke sel saraf berikutnya melalui sinap dengan perantara zat
kimia yang dikenal neurotransmiter. Bila perangsangan telah selesai, maka permeabilitas
membran kembali ke keadaan istirahat, dengan cara Na akan kembali ke luar sel dan K
masuk ke dalama sel melalui mekanisme pompa Na-K yang membutuhkan ATP dari sintesa
glikosa dan oksigen. Mekanisme terjadinya kejang ada beberapa teori:
a. Gangguan pembentukan ATP dengan akibat kegagaglan pompa Na-K, misalnya
hipoksemia, iskemia, dan hipoglikemia. Sedangakan pada kejang sendiri dapat
terjadi pengurangan ATP dan terjadi hipoksemia.
b. Perubahan permeabilitas membran sel saraf, misalnya hipoksemia dan
hipomgnesemia.
c. Perubahan relatif neurotransmiter yang bersifat eksitasi dibandingkan dengan
neurotransmiter inhibisi dapat menyebabkan depolarisasi yang berlebihan.
Misalnya ketidak seimbangan antara GABA atau Glutamat akan menimbulkan
kejang
Patofisiologi kejang demam belum diketahui, diperkirakan bahwa pada keadaan
demam terjadi penigkatan reaksi kimia tubuh. Dengan demikian reaksi-reaksi oksidasi terjadi
lebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis, sehingga terjadilah keadaan
hipoksia. Transport aktif yang memerlukan ATP ternganggu, sehingga Na intrasel dan K
ektrasel yang akan menyebabkan potensial membran cendrung turun atau kepekaan sel saraf
meningkat.
Pada saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energi di otak, jantung, otot
dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu. Demam akan menyebabkan kejang bertambah
lama, sehingga kerusakan otak makin bertambah. Pada kejang yang lama akan terjadi
perubahan sistemik berupa hipotensi arterial, hiperpiraksia sekunder akibat aktifitas motorik
dan hiperglikemia. Semua hal ini akan mengakibatkan iskemi neuron kegagalan metabolisme
di otak.
Demam dapat menimbulkan kejang melalui mekanismesebagai berikut:
a. Demam dapat menurunkan nilai ambang kejnag pada sel-sel yang belum
matang/immatur
b. Timbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang menyebabkan
gangguan permeabillitas membran sel
c. Metabolisme basal meningkat, sehingga terjadi timbunan asam laktat dan CO2
yang akan merusak neuron.
d. Demam meningkatkan cerebral blood flow (CBF) serta meningkatkan kebutuhan
oksigen dan glukosa, sehingga menyebabkan gangguan pengaliran ion-ion keluar
masuk sel.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umunya tidaka akan meninggalkan
gejala sisa. Pada kejang demam yang kama (lebih dari 15 menit) biasanya diikuti dengan
apneu, hipoksemia (disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet), asidosis laktat (disebabkan oleh metabolisme anaerobik), hiperkapnea,
hipoksi arterial, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian
kejadian di atas menyebabkan gengguan peredaran darah di otak, sehingga terjadi hipoksemia
dan edema otak, pada akhirnya terjadi kerusakan sel neuron.
Tanda dan Gejala
Secara teoritis pada pasien dengan Kejang Demam akan didapatkan data-data antara
lain pasien kurang selera makan (anoreksia), tampak gelisah, badan panas dan berkeringat,
mukosa bibir kering
Pemeriksaan penunjang
Setelah penanganan akut kejang demam, sumber demam perlu diteliti. Dalam sebuah
penelitian, sumber demam pada kejang demam antara lain infeksi virus (tersering), otitis
media, tonsilitis, ISK, gastroenteritis, infeksi paru2 (saluran napas bagian bawah), meningitis,
dan pasca imunisasi.
Beberapa pemeriksaan lanjutan hanya diperlukan jika didapatkan karakteristik khusus
pada anak.
(1) Pungsi lumbar
Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan
kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan
setelah kejang demam pertama pada bayi :
* Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher)
* Mengalami complex partial seizure
* Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam
sebelumnya)
epilepsi, dan golongan epilepsy yang diprovokasi oleh demam ternyata 97% menjadi
epilepsy.
Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam
tergantung dari factor:
1. riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
2. kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam
3. kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut diatas, maka dikemudian hari akan
mengalami serangan kejang demam tanpa demam sekitar 13%, disbanding bila hanya
terdapat 1 atau tidak sama sekali factor tersebut diatas, serangan kejang tanpa demam hanya
2-3% saja.
Hemiparesis biasannya terjadi pada pasien yang mengalami kejang lama (berlangsung
lebih dari 30 menit) baik bersifat umum atau fokal. Kelumpuhannya sesuai kejang fokal yang
terjadi. Mula-mula kelumpuhan bersifat flaksid, tetapi setelah 2 minggu timbul spasitas. Dari
suatu penelitian terdapat 431 pasien dengan kejang demam sederhana, tidak terdapat kelainan
pada IQ. tetapi pada pasien kejang demam yang sebelumnya telah terdapat gangguan
perkembangan atau kelaianan neurologist akan didapat IQ yang lebih rendah disbanding
dengan saudaranya. Jika kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam,
retardasi mental akan terjadi 5 kali lebih besar.
Kejang demam bersifat benigna. Angka kematian hanya 0,64%-0,75%. Sebagian
besar penderita kejang sembuh sempurna, sebagian kecil berkembang menjadi epilepsy
sebnyak 2-7%. Empat pasien penderita kejang demam secara bermakna mengalami gangguan
tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi.
Penatalaksanaan
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang
kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam
intravena adalah 0,3 - 0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1 - 2 mg/menit atau dalam
waktu 3 - 5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam
rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam rektal adalah 0,5 - 0,75 mg/kg
atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk
berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah
usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. Kejang yang belum berhenti
dengan diazepam rektal dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval
waktu 5 menit. Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
dan disini dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 - 0,5 mg/kg.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis
awal 10 - 20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg /kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit.
Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4 - 8 mg/kg/hari, yaitu 12 jam setelah dosis
awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat
intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang
demam dan faktor risikonya, apakah kejang demam sederhana atau kompleks.
Pemberian obat pada saat demam
Antipiretik
Antipiretik pada saat demam dianjurkan, walaupun tidak ditemukan bukti bahwa
penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam (level I, rekomendasi E).
Dosis asetaminofen yang digunakan berkisar 10 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan
tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali ,3 - 4 kali sehari. Asetaminofen dapat
menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, meskipun jarang.
Antipiretik pilihan adalah parasetamol 10 mg/kg yang sama efektifnya dengan ibuprofen 5
mg/kg dalam menurunkan suhu tubuh.
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan
risiko berulangnya kejang (1/3 - 2/3 kasus), begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5
mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C (level I, rekomendasi E).
Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat
pada 25 39 % kasus. Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak
berguna untuk mencegah kejang demam.
Pemberian obat rumat
Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut
(salah satu):
1. Kejang lama > 15 menit
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, palsi serebral, retardasi mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
. kejang demam > 4 kali per tahun
Penjelasan:
Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan indikasi
pengobatan rumat
Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus
organik
III.
Kualitas rekomendasi
A.
Terdapat fakta yang bagus kualitasnya (good) untuk mendukung rekomendasi bahwa intervensi tersebut dapat diterapkan.
B.
Terdapat fakta yang cukup berkualitas (fair) untuk mendukung rekomen dasi bahwa intervensi tersebut dapat diterapkan.
C.
Terdapat fakta yang tidak berkualitas (poor) dalam hal nilai atau harm
dari intervensi, rekomendasi dapat dilakukan pada bidang lain.
D.
E.
Terdapat fakta yang bagus kualitasnya (good) untuk mendukung rekomendasi bahwa intervensi tersebut tidak dapat diterapkan.
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi
hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula mula
kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas. Kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsy.
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang demam :
* Pneumonia aspirasi
* Asfiksia
* Retardasi mental
Daftar Pustaka
1.
2.
Ismael S. KPPIK-XI 1983, Soetomenggolo TS. Buku Ajar neurologi Anak 1999.
AAP, Provisional Committee on Quality Improvement. Pediatrics 1996; 97:769-74
3.
4.
5.