Está en la página 1de 11

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

PARIWISATA HIJAU DAN PENGEMBANGAN EKONOMI


GREEN TOURISM AND ECONOMIC DEVELOPMENT
PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KABUPATEN MALANG
Arfida Boedirachminarni1), Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto 2)
1)
2)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah, Malang


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah, Malang
e-mail: arfidaumm@gmail.com dan al.ayudie@gmail.com

Abstrak
Tujuan penulisan paper ini, yaitu untuk mendeskripsikan sistem pengelolaan ekowisata
yang profesional dan mendeskripsikan strategi pengembangan ekowisata agar mampu bersaing
dengan wisata konvesional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu daerah yang memiliki keunggulan alam yang potensial dengan didukung oleh
berbagai prasyarat untuk mengembangkan keparawisataannya khususnya dalam sektor
ekowisata adalah Kabupaten Malang, sehingga Malang mendapat julukan sebagai Paris van
East Java dikarenakan kondisi alamnya yang indah, iklimnya yang sejuk dan kotanya yang
bersih, bagaikan kota "Paris"-nya Jawa Timur. Namun demikian, dengan berbagai potensi
ekowisata yang besar tersebut, pengembangan ekowisata masih terkendala berbagai hal
diantaranya adalah sarana dan prasarana infrastruktur yang belum memadai, partisipasi
masayarakat lokal masih minim, kurangnya promosi, dan dukungan pemerintah yang belum
bersinergi secara optimal.
Berdasarkan hasil penelusuran lokasi wisata tersebut, maka lokasi wisata dapat
dipetakan menjadi 5 (lima) bagian yaitu Malang Barat, Timur, Selatan A, Selatan B, dan Utara.
Masing-masing wilayah memiliki karakteristik wisata sendiri. Malang Barat dan Timur
memiliki karakteristik wisata wilayah pegunungan, Malang selatan memiliki karakteristik
wisata wilayah kelautan, dan Malang Utara memiliki karakteristik wisata peninggalan sejarah.
Adapun untuk mengatasi berbagai permasalahan ekowisata. Maka pengembangannya perlu
diarahkan pada kualitas kelembagaan, pengelolaan dan pelayanan, serta kualitas pemasaran
mulai dalam negeri sampai luar negeri. Sehingga di era globalisasi, ekowisata siap
menghadapi persaingan dengan wisata konvesional dan mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat serta perekonomian daerah pada umumnya.
Kata Kunci : ekowisata, ekonomi dan kesejahteraan
Abstract
The purpose of writing this paper is to describe the management system and describe
professional ecotourism ecotourism development strategy in order to compete with conventional
tourist and improving social welfare. One area that has the potential natural advantage,
supported by various keparawisataannya prerequisite for developing ecotourism sector is
particularly in Malang regency, so Malang dubbed as Paris van East Java because of the
beautiful natural conditions, mild climate and a clean city, like cities "Paris" of the East Java.
However, with the great potential for ecotourism, tourism development is still hampered by a
variety of things such as infrastructure inadequate infrastructure, participation of local
communities still lack, lack of promotion, and government support has not been optimal
synergy.
To overcome the problems of ecotourism in Malang. Development will need to be directed
at institutional quality, management and service, and began marketing the quality of domestic
to foreign countries. So in the era of globalization, ecotourism ready to face competition from
conventional tourist and improve the welfare of the community and the local economy in
general.
Keywords: ecotourism, economic and welfare

ISBN: 978-979-8911-79-8
426

PROSIDING SEMINAR NASIONAL


PARIWISATA HIJAU DAN PENGEMBANGAN EKONOMI
GREEN TOURISM AND ECONOMIC DEVELOPMENT
PENDAHULUAN
Pemberlakuan otonomi daerah pada tahun 2001 menuntut setiap pemerintah
daerah untuk mengoptimalkan setiap sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai
pembangunan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan. Pembangunan daerah yang
berkualitas dan berkelanjutan merupakan sebuah kolaborasi yang efektif antara
pemanfaatan sumber daya yang ada, masyarakat dan pemerintah. Dalam hal ini,
pemerintah sebagai regulator berperan strategis dalam mengupayakan pemberdayaan
masyarakat melalui optimalisasi sumber daya lokal.
Salah satu upaya pemanfaatan sumber daya lokal yang optimal adalah dengan
mengembangkan pariwisata dengan konsep Ekowisata. Dalam konteks ini wisata yang
dilakukan memiliki bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya-upaya konservasi,
pemberdayaan ekonomi lokal dan mendorong respek yang lebih tinggi terhadap
perbedaan kultur atau budaya. Hal inilah yang mendasari perbedaan antara konsep
ekowisata dengan model wisata konvensional yang telah ada sebelumnya.
Ekowisata yang didefenisikan oleh The Ecotourism Society (2002) sebagai
suatu bentuk perjalanan wisata yang bertanggung jawab ke kawasan alami yang
dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan
kesejahteraan penduduk setempat.
Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau
yang dikenal dengan Ekowisata, dimana saat ini ada kecenderungan semakin banyak
wisatawan yang mengunjungi objek berbasis alam dan budaya penduduk lokal (Fandeli,
2002), merupakan peluang besar bagi daerah dengan potensi alam yang luar biasa ini.
Berdasarkan pemahaman ini, maka pariwisata dipandang sebagai salah satu alternatif
untuk meningkatkan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Apalagi
pengoptimalan potensi ini di dasari bahwa pariwisata merupakan sektor yang lebih
menekankan pada penyediaan jasa dengan mengoptimalkan potensi kawasan wisata.
Salah satu daerah yang memiliki keunggulan alam yang potensial dengan
didukung oleh berbagai prasyarat untuk mengembangkan keparawisataannya khususnya
dalam sektor ekowisata adalah Kabupaten Malang, sehingga Malang mendapat julukan
sebagai Paris van East Java dikarenakan kondisi alamnya yang indah, iklimnya yang
sejuk dan kotanya yang bersih, bagaikan kota "Paris"-nya Jawa Timur. Namun
demikian, dengan berbagai potensi ekowisata yang besar tersebut, pengembangan
ekowisata masih terkendala berbagai hal diantaranya adalah sarana dan prasarana
infrastruktur yang belum memadai, partisipasi masayarakat lokal masih minim,
kurangnya promosi, dan dukungan pemerintah yang belum bersinergi secara optimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan kajian mengenai pengembangan
ekowisata di Kabupaten Malang yang implikasinya tidak hanya akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang secara umum, tetapi juga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar objek ekowisata. Sehingga, tujuan
dan fokus kajian ini adalah melihat potensi ekowisata di Kabupaten Malang dan
menyusun konsep pengembangan ekowisata di Kabupaten Malang
TINJAUAN TEORITIS
Apabila merujuk pada dua kata Eco dan Tourism, yang ketika di Indonesiakan
menjadi kata Eko dan Turisme atau Eko dan Wisata . Makna dasar dari 2 kata tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut, Eko yang dalam bahasa Greek (Yunani) berarti
Rumah, dan Tourism yang berarti wisata atau perjalanan. Pengertian selanjutnya oleh
beberapa ahli kata Eco dapat diartikan sebagai Ekologi atau Economi sehingga dari
ISBN: 978-979-8911-79-8
427

PROSIDING SEMINAR NASIONAL


PARIWISATA HIJAU DAN PENGEMBANGAN EKONOMI
GREEN TOURISM AND ECONOMIC DEVELOPMENT
kedua kata tersebut akan memunculkan makna Wisata ekologis (Ecological Tourism)
atau Wisata Ekonomi (Economic Tourism) dan hal ini masih terus diperdebatkan oleh
para ahli mengenai makna dari kata dasar tersebut. Untuk lebih jelas mengenai beberapa
pendapat para ahli ecotourisme.
Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau
yang dikenal dengan Ekowisata, dimana saat ini ada kecenderungan semakin banyak
wisatawan yang mengunjungi objek berbasis alam dan budaya penduduk lokal (Fandeli,
2002), merupakan peluang besar bagi negara kita dengan potensi alam yang luar biasa
ini.
Ekowisata yang didefenisikan oleh The Ecotourism Society (2002) sebagai
suatu bentuk perjalanan wisata yang bertanggung jawab ke kawasan alami yang
dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan
kesejahteraan penduduk setempat. memperlihatkan kesatuan konsep yang terintegratif
secara konseptual tentang keseimbangan antara menikmati keindahan alam dan upaya
mempertahankannya. Sehingga pengertian ekowisata dapat dilihat sebagai suatu konsep
pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya
pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaannya.
Hector Ceballos (dalam Lascuarin, 1997) menyatakan bahwa ekowisata sebagai
suatu bagian logis dari pembangunan yang berkelanjutan, memerlukan pendekatan
berbagai disiplin dan perencanaan yang hati hati (baik secara fisik maupun
pengelolaannya). Selanjutnya I Gede Ardika menyatakan : Sebaiknya, perkembangan
wisata menerapkan konsep ekowisata. Hal ini disebabkan karena ekowisata dapat
dikatakan bukan hanya sebagai salah satu corak kegiatan pariwisata khusus, melainkan
suatu konsep wisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan mengikuti kaidahkaidah keseimbangan dan kelestarian. Oleh karena itu pengembangan ekowisata harus
dapat meningkatkan kualitas hubungan antar manusia, meningkatkan kualitas hidup
masyarakat setempat dan menjaga kualitas lingkungan.
Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang
alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan partisipatif
yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya. Ekowisata
menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu; keberlangsungan alam atau ekologi,
memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan
sosial masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara langsung memberi akses kepada
semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman alam, intelektual
dan budaya masyarakat lokal.
Secara konseptul ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep
pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya
pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat
setempat. Sementara ditinjau dari segi pengelolaanya, ekowisata dapat didifinisikan
sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat
alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi
berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya)
dan meningkatnkan kesejahtraan masyarakat setempat.
Ekowisata merupakan sebuah istilah baru yang masih sangat sering dibicarakan
diberbagai negara saat ini karena melihat potensi untuk mengembangakan pariwisata
ISBN: 978-979-8911-79-8
428

PROSIDING SEMINAR NASIONAL


PARIWISATA HIJAU DAN PENGEMBANGAN EKONOMI
GREEN TOURISM AND ECONOMIC DEVELOPMENT
baru dan mempromosikan konservasi alam disamping dapat memberikan keuntungan
pada masyarakat lokal.
Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan ecotour adalah daerah alami.
Kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata, dan Taman Buru.
Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki
obyek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan
ekowisata. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau
muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata
Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan.
Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi (UNEP, 1980)
sebagai berikut:
1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem
kehidupan.
2. Melindungi keanekaragaman hayati.
3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.
Pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan bagi wisata pesisir di
dasarkan pada beberapa unsur utama, yaitu: Pertama, Ekowisata sangat bergantung pada
kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya. Kedua, melibatkan
Masyarakat. Ketiga, Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam,
nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. Keempat, tumbuhnya pasar ekowisata di
tingkat internasional dan nasional. Kelima, Ekowisata sebagai sarana mewujudkan
ekonomi berkelanjutan. Dengan kata lain, ekowisata (bahari) menawarkan konsep low
invest-high value bagi sumberdaya dan lingkungan kelautan sekaligus menjadikannya
sarana cukup ampuh bagi partisipasi masyarakat, karena seluruh aset produksi
menggunakan dan merupakan milik masyarakat lokal.
Dari beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ekowisata sangat
memperhatikan prinsip-prinsip yang mengedepankan kelesatrian lingkungan dan
keterjagaan lingkungan serta sangat menghormati nilai-nilai budaya setempat. Hal ini
mengindikasikan bahwa masyarakat terlibat dan berpartisipasi aktif dalam menjaga
keberlanjutan dan keberlangsungan kehidupan alam. Sehingga dapat dikatakan bahwa
ekowisata tidak hanya merupakan wisata edukasi lingkungan namun juga wisata budaya
masyarakat disekitarnya.
Selanjutnya menurut The Ecotourism Society (Eplerwood/1999) menyebutkan
ada delapan prinsip, yaitu:
1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam
dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan
karakter alam dan budaya setempat.
2. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat
setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan
langsung di alam.
3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan
untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima
langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat
dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan
kualitas kawasan pelestarian alam.

ISBN: 978-979-8911-79-8
429

PROSIDING SEMINAR NASIONAL


PARIWISATA HIJAU DAN PENGEMBANGAN EKONOMI
GREEN TOURISM AND ECONOMIC DEVELOPMENT
4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam
merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan,
peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.
5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat
dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan
alam.
6. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk
pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan
alam.Apabila ada upaya disharmonisasi dengan alam akan merusak produk
wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak,
mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat.
7. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya
dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun
mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi.
8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu
kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja
wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian
atau pemerintah daerah setempat.
Secara umum ada dua aspek yang perlu dipikirkan dalam upaya pengembangan
ekowisata. Pertama, aspek destinasi, kemudian kedua adalah aspek market. Untuk
pengembangan ekowisata dilaksanakan dengan konsep product driven. Meskipun aspek
market perlu dipertimbangkan namun macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik
wisata alam dan budaya diusahakan untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya.
Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya
masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan.
Dalam upaya terciptanya pengembangan dan pembinaan ekowisata integratif,
dibutuhkan beberapa pendekatan, antara lain: 1) Pendekatan lingkungan; 2) Pendekatan
partisipasi dan pemberdayaan; 3) Pendekatan sektor publik; 4) Pendekatan
pengembangan infrastruktur; 5) Pendekatan pengendalian dampak ekologi pariwisata;
6) Pendekatan zonasi kawasan ekowisata; 7) Pendekatan pengelolaan ekowisata; 8)
Pendekatan perencanaan kawasan ekowisata; 9) Pendekatan pendidikan ekowisata; 10)
Pendekatan pemasaran; serta 11) Pendekatan organisasi.
METODOLOGI PENELITIAN
Data yang digunakan adalah data sekunder, dimana data diperoleh dari
dokumentasi yang diambil dari berbagai situs instansi tekait, buku, maupun artikel yang
dipublikasikan yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji. Adapun penulisan
artikel ini diawali dengan mengumpulkan data-data dan informasi yang terkait dengan
masalah yang akan dikaji. Data-data dan informasi yang telah terkumpul kemudian
dievaluasi guna memberikan keakuratan informasi dan analisis yang akan ditulis.
Tahapan selanjutnya adalah menganalisis data-data dan informasi yang telah terkumpul.
Metode analisis yang digunakan adalah analisa deskriptif, yaitu serangkaian prosedur
yang digunakan sebagai upaya pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek yang akan diteliti (seseorang,
masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya Setelah
menganalisa data, langkah selanjutnya adalah
memberikan alternatif solusi untuk menyelesaikan permasalah yang ada, kemudian
ISBN: 978-979-8911-79-8
430

PROSIDING SEMINAR NASIONAL


PARIWISATA HIJAU DAN PENGEMBANGAN EKONOMI
GREEN TOURISM AND ECONOMIC DEVELOPMENT
dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu membuat kesimpulan dan saran yang didasarkan
pada hasil analisis yang telah dilakukan.
HASIL
Kabupaten Malang merupakan daerah yang memiliki banyak tempat wisata
(ekowisata) yang memiliki potensi dan terkenal sebagai tempat berwisata di Jawa
Timur. Berikut adalah tempat wisata (ekowisata) yang ada di Kabupaten Malang.
Pertama, Wisata Budaya. Kekayaan etnis dan budaya yang dimiliki Malang berpengaruh
terhadap kesenian tradisional yang ada. Salah satunya yang terkenal adalah Wayang
Topeng Malangan (Topeng Malang). Gaya kesenian ini adalah wujud pertemuan tiga
budaya (Jawa Tengahan, Madura, dan Tengger).
Saat ini bertambah kesenian baru yang kian berkembang pesat di kota Malang
yaitu kesenian "BANTENGAN" kesenian ini merupakan hasil dari kreatifitas
masyarakat asli malang, sejak dahulu sebenarnya kesenian ini sudah dikenal oleh
masyarakat malang namun baru sekaranglah "BANTENGAN" lebih dikenal oleh
masyarakat tidak hanya masyarakat lokal namun juga luar daerah bahkan mancanegara.
Kedua, Wisata Petik Buah. Terdapat banyak perkebunan perkebunan apel, stroberi,
jeruk, dan jambu yang memiliki nilai artistik dan memikat untuk didatangi. Pengunjung
tak hanya bisa memuaskan mata melihat bebuahan di pohonnya, tapi juga bisa belajar
bagaimana memetik buah tanpa merusak pohon. Adapun lokasi untuk Petik Jeruk di
Kecamatan Dau; Petik Jambu di Selorejo; dan juga terdapat di Kota Batu.
Ketiga, Wisata Candi. Terdapat banyak candi yang bernilai sejarah yang terletak di
Malang. Candi tersebut yaitu Candi Singosari, Jago dan Kidal. Adapun lokasinya berada di
Singosari (candi singosari) dan Tumpang (candi jago dan kidal). Keempat, Wisata Perkebunan.

Agrowisata Wonosari Singosari menampilkan keindahan alam berupa perkebunan teh


yang hijau. Sejauh mata memandang terhampar hijau pucuk-pucuk daun teh yang segar.
Disini pangunjung dapat mengikuti proses pembuatan teh, mulai dari pemetikan daun
hingga siap diminum.
Kelima, Wisata Bendungan. Keindahan danau buatan sambil berperahu dan
memancing dapat dinikmati di Bendungan Karangkates Kecamatan Sumberpucung.
Keenam, Wisata Pantai yang meliputi: Pantai Sendang Biru, Pantai sendang biru adalah
sebuah pantai dengan ombak yang tenang karena dilindungi dari samudera indonesia
oleh pulau sempu. Jarak pulau sempu dari pantai sekitar 300 meter. Anda bisa naik
perahu yang tersedia dengan awak untuk menyeberang ke pulau sempu dan menikmati
keindahan pantai. Pantai Sendang Biru ini belokasi di Sumber Manjing Wetan.
Pantai Ngliyep, Pantai ini memiliki gelombang laut yang besar beradu dengan
gugusan karang sehingga menghasilkan ombak besar yang indah. Ditambah dengan
hamparan hutan bakau yang hijau menjadikan pemandangan di pantai ini tambah
eksotis. Pantai ini berlokasi di Donomulyo.
Pantai Balekambang, Di pantai Balekambang akan ditemukan tiga pulau kecil
yang terpisah dari pantai. Dua diantaranya telah dihubungkan dengan jembatan kayu
yang memungkinkan anda untuk menyeberang dan menikmati keindahan ombak di
lepas pantai. Di salah satu pulau yang diberi nama ismoyo terdapat candi hindu yang
dibangun oleh umat hindu. Pantai ini berlokasi di Bantur.

ISBN: 978-979-8911-79-8
431

PROSIDING SEMINAR NASIONAL


PARIWISATA HIJAU DAN PENGEMBANGAN EKONOMI
GREEN TOURISM AND ECONOMIC DEVELOPMENT

Gambar 1. Peta Wisata Kabupaten Malang Wilayah Barat, Timur, Selatan dan Utara

Selain lokasi wisata yang teleh disebutkan tersebut, Kabupaten Malang juga
masih memiliki jenis wisata alam lainnya seperti coban rondo, coban rais, dan
sebagainya. Berdasarkan hasil penelusuran lokasi wisata tersebut, maka lokasi wisata
dapat dipetakan menjadi 5 (lima) bagian yaitu Malang Barat, Timur, Selatan A, Selatan
B, dan Utara. Masing-masing wilayah memiliki karakteristik wisata sendiri. Malang
Barat dan Timur memiliki karakteristik wisata wilayah pegunungan, Malang selatan
memiliki karakteristik wisata wilayah kelautan, dan Malang Utara memiliki
karakteristik wisata peninggalan sejarah.
Keberhasilan ekowisata juga sangat ditentukan dari manajemen pengelolaan dan
ISBN: 978-979-8911-79-8
432

PROSIDING SEMINAR NASIONAL


PARIWISATA HIJAU DAN PENGEMBANGAN EKONOMI
GREEN TOURISM AND ECONOMIC DEVELOPMENT
kebijakan pemerintah. Selama ini pengembangan ekowisata masih berjalan stagnan
dibandingkan tempat wisata konvesional yang menunjukkan perkembangan signifikan.
Beberapa permasalahan yang terjadi di ekowisata Malang adalah sebagai berikut:
Pertama, Terbatasnya transportasi umum yang dapat digunakan untuk menuju lokasi
ekowisata, hal ini tentu menjadikan keterbatasan akses wisatawan (masyarakat) untuk
mengunjunginya. Kedua, Minimnya tempat penginapan disekitar obyek wisata yang
dikelola secara profesional juga menjadi pertimbangan wisatawan untuk mengunjugi
lokasi ekowisata tersebut, selama ini yang banyak hanyalah rumah-rumah masyarakat
yang terbuka untuk ditinggali sementara .
Ketiga, Menu masakan yang tersedia didekat lokasi wisata masih terbatas dan
belum tersedia menu masakan internasional kepada para wisatawan, masyarakat lebih
banyak menyuguhkan masakan tradisional dengan standar kebersihan yang masuh
rendah. Keempat, Pengelolaan ekowisata masih kurang profesional dibandingkan
dengan wisata konvesional, hal ini penting untuk menjamin kepuasan pengunjung.
Kelima, Tidak berani improvisasi dalam pengembangan. Keberanian dalam
improvisasi sangat dibutuhkan agar ekowisata tidak berada dalam posisi stagnan.
Kebanyakan pengelola berdalih begini saja cukup, hal ini yang akan mematikan
kreativitas dan inovasi. Keenam, Masih lemahnya pemasaran, padahal pemasaran
merupakan hal yang sangat penting untuk membuat persepsi yang baik terhadap
ekowisata. Namun, kali ini masih kurang diperhatikan oleh pengelola. Berdasar uraian
diatas, maka dapat dibuat konsep pengembangan ekowisata sebagai berikut:

Daya Dukung:
Kondisi Alam
Kondisi Budaya
Aksesibilitas
Infrastruktur

PEMERINTAH:
Kebijakan
Penggalangan
Investasi
EKOWISATA
PASAR/PELAKU
EKOWISATA

Daya Saing:
Kualitas
Pengelolaan
Kualitas
Pelayanan
Pemasaran

Gambar 2. Model Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Malang


Di era globalisasi tentu menuntut sebuah usaha untuk mengembangkan
pemasaran di luar negeri. Untuk itu ekowisata Malang juga harus mampu
memanfaatkan kecanggihan teknologi, salah satunya yaitu dengan memanfaatkan
internet. Internet akan memudahkan promosi tanpa batas ruang, area, dan waktu.
Dengan demikian ekowisata dapat membuat website mengenai jenis-jenis wisata, agar
memudahkan pengunjung dalam mengenal lokasi ekowisata karena tersedianya
ekowisata yang ditawarkan, layanan terkait, kemudahan dalam transaksi.
Pembuatan Website tentunya tidak semua usaha ekowisata mampu melakukan hal
itu dikarenakan membebani cashflow dari pengelola sendiri. Disinilah diperlukan peran
dari pemerintah, khususnya pemerintah kabupaten untuk menyediakan fasilitas website
yang khusus dibuat untuk ekowisata di Kabupaten Malang. Dengan demikian
diharapkan fasilitas ini bisa menjadi terobosan bagi ekowisata di Kabupaten Malang.
ISBN: 978-979-8911-79-8
433

PROSIDING SEMINAR NASIONAL


PARIWISATA HIJAU DAN PENGEMBANGAN EKONOMI
GREEN TOURISM AND ECONOMIC DEVELOPMENT
Paling tidak, pemasaran yang selama ini terbentur masalah pemasaran pada pasar lokal
bisa memanfaatkan internet dalam meraih pasar yang lebih luas, bahkan pasar dunia
sekalipun.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelusuran lokasi wisata tersebut, maka lokasi wisata dapat
dipetakan menjadi 5 (lima) bagian yaitu Malang Barat, Timur, Selatan A, Selatan B, dan
Utara. Masing-masing wilayah memiliki karakteristik wisata sendiri. Malang Barat dan
Timur memiliki karakteristik wisata wilayah pegunungan, Malang selatan memiliki
karakteristik wisata wilayah kelautan, dan Malang Utara memiliki karakteristik wisata
peninggalan sejarah. Dengan demikian, Kabupaten Malang memiliki banyak ekowisata
yang tersebar dan memiliki potensi untuk berkembang lebih baik lagi, Akan tetapi,
terdapat permasalahan yang terjadi di ekowisata Malang adalah sebagai berikut: (1)
Terbatasnya transportasi umum yang dapat digunakan untuk menuju lokasi ekowisata,
(2) Minimnya tempat penginapan disekitar obyek wisata yang dikelola secara
profesional, (3) Menu masakan yang tersedia didekat lokasi wisata masih terbatas, (4)
Pengelolaan ekowisata masih kurang profesional, (5) Tidak berani improvisasi dalam
pengembangan, (6) Masih lemahnya pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Chafid Fandeli, 1997. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam, Yogyakarta:
Liberti.
Connel, Joan at al., 1979. Migration From Rural Areas, The Evidance from Villages
Studies, Delhi: Oxford University Press.
Damanik, Janianton dan Helmut F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori
ke Aplikasi. PUSPAR UGM dan Penerbit Andi. Yogyakarta.
David, F.R. 2004. Manajemen Strategis : Konsep. Edisi ketujuh. PT. Prenhallindo,
Jakarta.
Hadinoto, 1997. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata, Jakarta: PT.
Gramedia.
Hagues Paul dan Haris, 1985. Sampling dan Statistik (Penterjemah Yulianto), Jakarta:
LPPM dan PT Pustaka Binaman Pressindo.
Hari Karyono, 1997. Kepariwisataan, Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Widisauna
Indonesia.
Kusmayadi, Sugiarto E, 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Liem Bik Gwat, J. G., 1997. Bertandang Memandang Kehidupan dan Kematian Dalam
Kepariwis-taan Toraja (Kajian tentang Kahidupan Masyarakat Toraja
Menghadapi Pariwisata Budaya di Tanah Toraja, Salatiga: Tesis UKSW
Marpaung Happy, 2000. Pengetahuan Kepariwistaan, Bandung: Alfabeta.
Mchintos, Robert W and Charles R Goeldner, 1990. Tourism: Principles, Practice,
Philosophies, New York: Jogn Wiley and Sons Inc.
ISBN: 978-979-8911-79-8
434

PROSIDING SEMINAR NASIONAL


PARIWISATA HIJAU DAN PENGEMBANGAN EKONOMI
GREEN TOURISM AND ECONOMIC DEVELOPMENT
Mira P. Gunawan, 1999. Pariwisata Indonesia, Berbagai Aspek dan Gagasan
Pembangunan, Bandung: Penerbit Lembaga Penelitian ITB.
Moeljarto Tjokrowinoto.2002. Pembangunan Dilema dan Tantangan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Soekadijo, R.G, 1996. Memahami Pariwisata Sebagai Sistemic Linkage, Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Pustaka.
Spillane James J., 1998. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya, Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Sugandhy Aca, 1993. Pembangunan Pariwisata Berwawasan Lingkungan , Makalah
Seminar, Halaman 10-11, Jakarta.
Umar Husein. 2008. Evaluasi Kinerja Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama
Jakarta.
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah.
Jakarta: Departemen Dalam Negeri.
Prajogo, Uke. 2010. Model Kewirausahaan Berbasisi Ekowisata Sebagai Upaya
Pengentasan Kemiskinan Bagi Masyarakat Pinggir Hutan di Wilayah Rawan
Illegal Logging. Makalah disajikan dalam rangka Dies Natalis XXXIX, Wisuda
Sarjana (SI) dan Pascasarjana (S2) semester gasal 2009/2010 STIE
Malangkucecwara Malang.
Yakin, Addinul. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Jakarta: Akademika
Prestindo.
Zubaedi. 2007. Wacana Pembangunan Alternatif: Ragam Perpektif Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.

ISBN: 978-979-8911-79-8
435

También podría gustarte