Está en la página 1de 9

Penyebab Air Laut Terasa Asin

Posted by: Kalikautsar Mulyana on February 26, 2013 in Sekitar Kita

Mengapa ya air laut rasanya asin?


SainsMe - Kamu pernah ke pantai? Pastinya pernah kan? Terkadang ketika berenang di
pantai kita secara tidak sengaja meminum air laut atau setidaknya memasuki mulut kita
sehingga kita merasakan rasa asin dari air laut. Sebenarnya apa sih yang menyebabkan air
laut asin itu?
Air laut berasal dari air hujan yang turun yang mengalir melalui sungai-sungai dan pada
akhirnya bermuara di laut,
setelah itu akan mengalami menguap menjadi awan dan turun kembali menjadi hujan.
Sepanjang proses tersebut, air yang mengalir melalui sungai-sungai membawa garam-garam
mineral seperti kalium, kalsium, natrium dan lain-lain. Garam-garam mineral tersebut
didapatkan dari batu-batuan serta kerak bumi yang dilalui sepanjang air mengalir. Saat
sampai di laut, garam-garam mineral tersebut tetap tinggal sedangkan H2O menguap menjadi
awan. Garam-garam mineral yang tinggal inilah yang membuat air laut menjadi asin.
Tingkat keasinan air laut di setiap bagian dunia berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh
keadaan suhu yang berbeda-beda. Sebagai contoh Laut Mati di Israel, karena suhu yang
panas, penguapan yang dilakukan pun lebih besar sehingga tingkat keasinan air lautnya
semakin tinggi. Kadar garam Laut Mati sekitar 30% lebih tinggi dibandingkan air laut pada
umumnya sehingga airnya pun 9 kali lebih asin dibandingkan air laut biasa.
Jadi air laut asin itu bukan karena ikan berkeringat lho

Proses Terjadinya Ombak

Dalam bidang oseanografi, Ombak


dikenal sebagai gelombang dalam (internal wave). Fenomena ini juga ada dalam
bidang meteorologi, dimana gelombang menjalar pada lapisan antar muka
antara udara yang hangat dan dingin. Karena kedua bidang ilmu ini memang
memiliki banyak kesamaan yaitu sama-sama berkecimpung dengan fluida. Para
ahli meteorologi lebih banyak berkecimpung dengan fluida dalam bentuk gas
yaitu atmosfer, sedangkan para ahli oseanografi lebih banyak berkecimpung
dengan fluida dalam bentuk cair yaitu air laut.
Pembahasan mengenai gelombang dalam oseanografi secara umum dapat
dibagi menjadi 2 bagian yaitu gelombang permukaan dan gelombang internal.
Gelombang permukaan adalah fenomena yang akan kita temui ketika
mengamati permukaan air laut, dan biasa disebut sebagai ombak. Salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya ombak adalah hembusan angin, disamping
ada pula faktor lain seperti pasang surut laut yang terjadi akibat adanya gaya
tarik bulan dan matahari.
Ombak merupakan kuasa hakisan laut yang kuat sekali dan terjadi disebabkan
oleh tiupan angin di permukaan air yang membentuk satu siri alunan gelombang
yang bergerak ke hadapan. Hal ini menyebabkan gelombang-gelombang ini
menjadi lebih tinggi dan lebih deras.
Ombak biasa di lautan lepas mungkin berukuran setinggi 6 m (20 kaki) saja
(ukuran tegak di antara puncak dan lekung ombak) dan panjangnya 120 m (400
kaki), jarak gelombang atau jarak melintang di antara dua puncak ombak.
Ukuran-ukuran ini akan bertambah bila ribut berlaku. Ini bergantung pula kepada
kelajuan dan lamanya angin itu bertiup. Setibanya di perairan cetek dekat
pinggir laut kelajuannya berkurangan dan ombak akan melengkung atau
membias merentang jajaran pantai.
Di perairan cetek, bila dalamnya kurang daripada ketinggian ombak, akan
mengurangkan kemaraan ombak. Puncaknya akan bergulung dan memecah di
pantai seperti kumpulan buih sebagai ombak pecah. Air yang menyerbu ke
pantai dan menghempaskan puin-puin batu-batuan ke daratan dinamakan
damparan atau gedebur. Air itu akan turun semula ke laut sebagai ombak undur

atau basuhan balik.


Satu lagi unsur hanyutan ke pinggir pantai ialah arus seret yang mengalir di
bagian dasar dari pinggir pantai ke laut. Arus ini mempunyai kuasa tarikan yang
boleh membahayakan orang-orang yang mandi di tepi laut.
Gelombang laut terbesar yang pernah terukur
Tim riset dari Inggris baru-baru ini telah menemui gelombang laut terbesar yang
pernah terukur. Serangkaian ombak raksasa menghantam kapal mereka, yang
menurut ukuran standar komputer pengukur gelombang, seharusnya ombak ini
tidak pernah ada. Para awak kapal mengira ombak ini terjadi karena cuaca badai.
Tetapi yang terjadi ternyata jauh dari perkiraan.
Ombak terbesar yang pernah terukur instrumen sains ini terjadi di dekat pulau
Rockall, sejauh 250 km sebelah barat Skotlandia. Ombak setinggi 29,1 m ini
telah memecahkan rekor ombak tertinggi sebelumnya, yaitu 18,5 m. Tinggi
ombak yang sisnifikan adalah tinggi bagian tengah tengah ombak ketiga dari
serangkaian ombak yang datang. Ombak ini terjadi pada cuaca normal, dan
dapat diamati oleh para pelaut hanya dengan matra telanjang. Yang
mengherankan lagi, ombak ini tidak datang secara tunggal, tetapi datang dalam
serangkaian gelombang. Sebelumnya, ombak-ombak yang besar biasanya
datang secara tunggal.
Para peneliti mulai mengira-ngira penyebab datangnya ombak besar yang cukup
mengherankan ini. Salah satu dugaan adalah serangkaian ombak ini terjadi
karena efek resonansi yang disebabkan oleh ombak dan arah angin yang
bergerak melawan arus samudera Atlantik pada kecepatan yang sama. Adanya
badai atau angin akan memasukkan energi ke dalam ombak dalam waktu yang
lama, sehingga ukuran ombak menjadi sangat besar. Ombak yang tidak dapat
terukur oleh instrumen kapal ini tentu menjadi masalah baru bagi para pelaut
yang pembangun kapal, seperti yang dipercayai oleh para peneliti dari Inggris.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ombak raksasa akan menjadi lebih sering
terjadi daripada yang pernah dipercayai sebelumnya.
(sumber)
pasang surut air laut

PASANG SURUT AIR LAUT


Laut
adalah kumpulan air asin yang luas dan berhubungan dengan samudra. Air di
laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya
seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikelpartikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air
murni.

Sejarah terbentuknya laut


Laut, menurut sejarahnya, terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya
bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100C)
karena panasnya Bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu
atmosfer Bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang
menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan garamgaraman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat
itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam
Bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu juga bertipe mamut atau
tinggi/besar sekali tingginya karena jarak Bulan yang begitu dekat dengan Bumi.
Menurut para ahli, awal mula laut terdiri dari berbagai versi; salah satu versi
yang cukup terkenal adalah bahwa pada saat itu Bumi mulai mendingin akibat
mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada saat
itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar
Matahari untuk masuk ke Bumi. Akibatnya, uap air di atmosfer mulai
terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah (yang mungkin berupa hujan
tipe mamut juga) yang mengisi cekungan-cekungan di Bumi hingga terbentuklah
lautan.
Secara perlahan-lahan, jumlah karbon dioksida yang ada diatmosfer mulai
berkurang akibat terlarut dalam air laut dan bereaksi dengan ion karbonat
membentuk kalsium karbonat. Akibatnya, langit mulai menjadi cerah sehingga
sinar Matahari dapat kembali masuk menyinari Bumi dan mengakibatkan
terjadinya proses penguapan sehingga volume air laut di Bumi juga mengalami
pengurangan dan bagian-bagian di Bumi yang awalnya terendam air mulai
kering. Proses pelapukan batuan terus berlanjut akibat hujan yang terjadi dan
terbawa ke lautan, menyebabkan air laut semakin asin.
Pada 3,8 milyar tahun yang lalu, planet Bumi mulai terlihat biru karena laut yang
sudah terbentuk tersebut. Suhu bumi semakin dingin karena air di laut berperan
dalam menyerap energi panas yang ada, namun pada saat itu diperkirakan
belum ada bentuk kehidupan di bumi.
Kenapa laut bergerak?
Bumi kita dikelilingi oleh dua lautan yang sangat luas: lautan udara dan lautan
air. Keduanya berada dalam keadaan bergerak yang tetap, dibangkitkan oleh
energi dari matahari dan gaya gravitasi Bumi. Gerakan-gerakan mereka saling
berhubungan: angin memberikan energinya ke permukaan laut sehingga
menghasilkan arus laut, dan arus laut membawa energi panas dari satu lokasi ke
lokasi lainnya, mengubah pola temperatur permukaan Bumi dan juga mengubah
sifat-sifat fisis udara di atasnya.
Di laut terbuka, air laut digerakan oleh dua sistem angin. Di dekat khatulistiwa,
angin pasat (trade wind) menggerakkan permukaan air ke arah barat. Sementara
itu, di daerah lintang sedang (temperate), angin baratan (westerlies wind)
menggerakkan kembali permukaan air ke timur. Akibatnya di samuderasamudera akan ditemukan sebuah gerakan permukaan air yang "membundar".
Di belahan bumi utara, angin ini membangkitkan arus yang bergerak searah
jarum jam, sementara itu di belahan bumi selatan dia bergerak berlawanan arah

jarum jam. Arus laut, baik yang di permukaan maupun di kedalaman, berperan
dalam iklim di Bumi dengan cara menggerakkan air dingin dari kutub ke daerah
tropis dan sebaliknya. Sistem arus global yang mempengaruhi iklim di Bumi ini
biasa disebut sebagai "Great Ocean Conveyor Belt" atau dalam bahasa Indonesia
saya biasa menyebut sebagai "Sabuk Arus Laut Dunia".

Pasang surut (Tide)

Definisi
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik
turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda
angkasa (astronomi) terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi.

Sedangkan menurut Dron


kers (1964)
pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya
permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi yang
mempengaruhi pasut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah
bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan. Puncak gelombang disebut
pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal
antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal
range). Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah
gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode
pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Teori pasang surut air laut
Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory). pertama kali diperkenalkan oleh
Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara
kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh
air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa
naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut
(King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan

memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem


bumi-bulan dan sistem bumi matahari.
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan
densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya
pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante
gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan
antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut
ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi
(Gross, 1987).
Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory). Pond dan Pickard (1978)
menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan
menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik
periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan
konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP,
kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan
dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini
melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui
secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan
gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya
pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain
yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor
tersebut adalah :
Kedalaman perairan dan luas perairan
Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan
berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan,
sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak
terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan
mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung
pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
Faktor penyebab terjadinya pasang surut
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori
kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap
matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori
dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya
coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang
dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar
selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri
pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.
Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi
secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak.
Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua
kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang

surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya
tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan
dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan
pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi
dan bidang orbital bulan dan matahari (Priyana,1994).
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi
yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik
menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar
dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil
dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini
mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung
pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi
bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang
mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir
secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama
namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua
kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam
(Priyana,1994).
Tipe pasang surut air laut.
Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada
dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat
tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi
pada saat bulan baru dan bulan purnama.
Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang
rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi

pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.

Gambar. Spring Tide dan Neap Tide


Ada 3 (tiga) pasut yang perlu diketahui, yakni:
1.Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu kali pasang dan satu
kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2.Pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan
dua kali surut yang hampir sama tingginya.
3.pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan
melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika
deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.

Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4


yaitu :
1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam
satu hari, ini terdapat di Selat Karimata
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya
hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing
Diurnal). Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu
kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang
sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan
Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi
Diurnal). Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam

sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan
memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan
Indonesia Bagian Timur.
Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal
ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit
pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut
dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal
(diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam
sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides). Tipe
pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut
dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua
bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi
tunggal.
Diposkan oleh herugio-->blog di 12.29

También podría gustarte