Está en la página 1de 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM SYARAT


(MIASTENIA GRAVIS)

Disusun Oleh :
1. Diana Haga Regina (10)
2. Gilang Ramadhan

(17)

3. Suamah Nur

(35)

4. Wewen Kristiawan (39)

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA
AKADEMI KEPERAWATAN SUTOPO
SURABAYA
2006 2007

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN GANGGUAN SISTEM SARAF
(MIASTENIA GRAVIS)
A. KONSEP DASAR
I.

PENGERTIAN DASAR
Miastenia Gravis adalah :
- Suatu penyakit autoimun dimana persambungan otot dan saraf
(neuromucular junction) berfungsi secara tidak normal dan menyebabkan
kelemahan otot menahun.
- Penyakit neuromuscular yang merupakan gabungan antara cepatnya
terjadi kelelahan otot-otot voluntar dan lambatnya pemulihan (dapat
memakan waktu 10 hingga 20 kali lebih lama dari normal)
Tingkat kematian pada waktu lampau dapat sampai 90%. Jumlah kematian
telah berhasil dikurangi secara drastis sejak tersedia obat-obatan serta unitunit perawatan pernapasan. Kematian biasanya disebabkan oleh insulfisiensi
pernapasan dan lebih sering terjadi pada wanita dan biasanya mulai timbul
pada usia 20-40 tahun.

II. ETIOLOGI
- Gangguan otoimun
- Gangguan neuromuscular
- Kurangnya aktivitas (imobilitas)
- Kelemahan otot

III. PATOFISIOLOGI
Impuls Saraf
Sinaps Neuromuskular
Unsur presinaps

Unsur postsinaps

(depolarisasi)

(memiliki)

Asetilkolin

Reseptor-reseptor Asetilkolin

(dilepaskan)
Celah sinaps

(bergabung)

Perubahan Permeabilitas
Influks

Pengeluaran

Ion Na

Ion Kalium

Depolarisasi
Lempeng akhir
Terbentuk potensial
Aksi dalam membran otot
Disalurkan
sepanjang
sarkolema
Kontraksi serabut otot

IV. MANIFESTASI KLINIS (TANDA DAN GEJALA)


- Kelemahan pada kelopak mata (kelopak mata jatuh)
- Kelemahan pada otot mata sehingga terjadi penglihatan ganda
- Kelelahan otot yang berlebihan setelah melakukan olah raga
- Kesulitan berbicara dan menelan
- Kelemahan pada lengan dan tungkai
- Terserangnya otot-otot pernapasan (dispnea)
V.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Uji tensilon (enderofonium klorida) :
Alat

diagnostik

klasik

untuk

gangguan

ini,

suatu

penghambat

kolinesterase, diberikan secara intravena


- Elektromiografi
Menunjukkan penurunan amplitudo potensial unit motorik apabila otot
dipergunakan terus-menerus
- Pemeriksaan imunologi
- Pemeriksaan tiroid
VI. PENATALAKSANAAN
Terapi Obat
- Neostigmin (prostigmin) :
Dapat menginaktifkan atau menghancurkan kolinesterase sehingga
asetilkolin tak segera dihancurkan.
- Piridostigmin (mestinon) dan ambenonium (mutelase) :
Merupakan obat-obat analog sintetik lain dari fisostigmin (Eserine)
efek samping berupa diare (gangguan pada saluran cerna dinamakan
efek samping muskarinik) dan kram
- Azatioprin :
Suatu obat imunosupresif, juga memberikan hasil yang baik efek
sampingnya sedikit jika dibandingkan dengan kortikosteroid dan
terutama berupa gangguan saluran cerna, peningkatan enzim hati dan
leukopenia.
VII. KOMPLIKASI
Gagal Pernafasan
Melemahnya otot pernafasan membuat pasien dengan gangguan ini
beresiko lebih tinggi terhadap hipoventilasi dan infeksi pernafasan
berulang. Disfagia juga dapat timbul, mengarah pada aspirasi

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN MIASTENIA GRAVIS
A. PENGKAJIAN
1) Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, ras, agama, alamat, dan lain-lain.
2) Keluhan Utama
Lemah otot setelah peraktivitas
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien pada umumnya merasakan kelelahan dan kelemahan pada anggota
tubuh tertentu :
P :Apa penyebab atau faktor pencetus
Q : Seberapa sering pasien merasakan sakitnya
R : Pada daerah mana pasien meeasakan sakitnya
S : Seberapa paeah sakit yang dieasakan pasien
T : Kapan atau sejauh mana terjadinya keluhan
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien dulunya pernah menderita penyakit gagal pernafasan.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama
dengan klien.
6) Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Makan dan minum
Makan : klien pada umumnya mengalami disfagia dan anorexia
Minum : frekuensi, jenis, jumlah
b) Istirahat tidur
Berapa jam perhari, klien tidur dan apakah ada gangguan.
c) Eliminasi BAK dan BAB
BAK : pada umumnya mengalami inkotinensia
BAB : pada umumnya klien mengalami konstipasi
d) Aktifitas
Kelelahan dan kelemahan meningkat setelah beraktifitas dan membaik
atau menurun pada saat istirahat.

7) Pemeriksaan Fisik
1. - Keadaan umum

- Tingkat kesadaran :
- GCS

- TTV

TD

: mmHg

: x/menit

: oC

RR

: x/menit

2. Pengkajian persistem
Sistem integumen
Kaji warna kulit, turgor kulit, kelembaban kulit, akral, kebersihan
rambut dan kuku.
Sistem penginderaan
Kaji bentuk mata, hidung, telinga, mukosa bibir, ada atau tidaknya lesi.
Sistem pernafasan
Kaji bentuk dada, irama dan frekuensi nafas.
Sistem cardiovaskuler
Kaji irama dan frekuensi denyut nadi
Sistem pencernaan
Biasanya klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan
Sistem perkemihan
Biasanya mengalami inkontinensia urine
Sistem muskuluskeletal
Biasanya klien mengalami kelemahan otot pada bagian tertentu.
Pemeriksaan
1. Test Anti kolinestensi (uji tensilon)
2. X-Ray Thorax
3. CT Scan
4. Elektromiografi
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terjadinya gagal nafas b/d kelemahan otot-otot pernafasan
2. Gangguan mobilitas fisik b/d menurunnya otot-otot neuromuskular

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kesukaran mengunyah


dan menelan
4. Resiko terhadap konstipasi yang berhubungan dengan imobilitas gizi tidak
adekuat
5. Resiko terhadap ketakutan dan ansietas yang berhubungan dengan penyakit kritis,
paralysis ketidak mampuan untuk berkomunikasi dan ketidakpastian di masa
depan.
INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan I : Resiko tinggi terjadinya gagal nafas berhubungan
dengan kelemahan otot-otot pernafasan
Tujuan : Klien mudah untuk bernafas
Kriteria

: - Nafas lancar
- Tidak terjadi kelainan nafas (bunyi nafas : ronchi, wheezing)

Intervensi :
1. Kaji status pernafasan dengan sering
R/ : untuk mendeteksi masalah-masalah sebelum timbul perubahan dalam kadar
gas darah arterial
2. Berikan terapi fisik dada termasuk drainase posturan, memobilisasi lendir dan
penghisapan
R/ : untuk membuang dan membersihkan lendir
3. Auskultasi bunyi nafas, catat ada atau tidaknya bunyi, suara tambahan seperti
ronkhi, wheezing
R/ : peningkatan resistensi jalan nafas dan atau akumulasi sekret akan
menganggu proses difusi gas dan akan mengarah pada komplikasi
pernafasan
4. Tinggikan kepada tempat tidur letakkan pasien pada posisi duduk
R/ : meningkatkan ekspansi paru dan usaha batuk menurunkan kerja pernafasan
Diagnosa Keperawatan II : Gangguan

mobilitas

fisik

berhubungan

menurunnya otot-otot neuromuskular


Tujuan : Tidak adanya keterbatasan ruang gerak
Kriteria

: - Klien mudah mobilisasi


- Otot-otot tidak kaku
- Mempertahankan integritas kulit

dengan

Intervensi :
1. Kaji kekuatan motorik / kemampuan secara fungsional dengan menggunakan
skala 0-5
R/ : menentukan perkembangan / munculnya kembali tanda yang menghambat
tercapainya rasa nyaman
2. Beri posisi yang memberikan rasa nyaman
R/ : menurunkan kelelahan dan meningkatkan relaksasi
3. Sokong ekstremitas dan persendian dengan bantal
R/ : mempertahankan ekstremitas dalam posisi fisiologis, mencegah kehilangan
fungsi sendi
4. Lakukan latihan tentang gerak grafis
R/ : menstimulasi sirkulasi, meningkatkan tonus otot dan meningkatkan
mobilisasi sendi
Diagnosa Keperawatan III : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
b/d kesukaran mengunyah dan menelan.
Tujuan : - Klien tidak kekurangan nutrisi
- Klien dapat mengunyah dan menular
Kriteria

: - BB tidak turun
- 1 porsi habis dalam sekali makan dalam 3x sehari

Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi
R/ : menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga klien harus
terlindungi dari aspirasi
2. Timbang berat badan sesuai indikasi
R/ : mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi
3. Tinggikan kepala tempat tidur selama makan atau selama pemberian makan lewat
selang NG
R/ : menurunkan resiko regurgitasi dan waktu terjadinya aspirasi
4. Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering (3x sehari, 1
porsi) dengan teratur
R/ : meningkatkan proses pencernaan dan toleransi klien terhadap nutrisi yang
diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan

Diagnosa Keperawatan IV : Resiko terhadap konstipasi yang berhubungan dengan


mobilitas gizi tidak adekuat
Tujuan : Mencegah konstipasi
Kriteria

: - BB tidak menurun

- Klien makan banyak

- Klien tidak anoreksia


Intervensi :
1. Anjurkan pasien untuk minum paling sedikit 2000 ml/hari (tentunya jika pasien
dapat menelan)
R/ : Dapat melembekkan feses dan memfasilitasi eliminasi
2. Berikan privasi dan posisi fowler pada tempat tidur (jika memungkinkan) dengan
jadwal waktu secara teratur
R/ : Meningkatkan usaha evakuasi feses
3. Auskultasi bising usus, catat adanya atau tidak adanya atau perubahan bising usus
R/ : Penurunan atau hilangnya bising usus dapat merupakan indikasi adanya
ileus

paralitik

yang

berarti

hilangnya

mobilitas

usus

dan/atau

ketidakseimbangan elektrolit
4. Catat adanya distensi abdomen, yaitu tekan (otot abdomen yang lemas) ukur
lingkar perut sesuai kebutuhan
R/ : Dapat mencerminkan perkembangan ileus paralitik atau adanya infeksi fekal
Diagnosa Keperawatan V : Resiko terhadap ketakutan dan ansietas
berhubungan

dengan

ketidakmampuan

penyakit

untuk

kritis,

yang
paralysis

berkomunikasi

dan

ketidakpastian di masa depan


Tujuan : Memberikan rasa tenang akan penyakitnya
Kriteria

: - Kx tidak cemas

- Dapat istirahat

- Kx mampu mengendalikan diri


Intervensi :
1. Tempatkan klien dekat ruang perawat, periksa klien secara teratur, kaji kembali
kemampuan klien untuk menggunakan alat panggil lampu secara reguler
R/ : Memberikan keyakinan bahwa bantuan segera dapat diberikan jika klien
secara tiba-tiba menjadi tidak memiliki kemampuan

2. Berikan perawatan primer/hubungan staf perawat yang konsisten


R/ : Meningkatkan saling percaya pasien dan membantu untuk menurunkan
kecemasan
3. Berikan bentuk komunikasi alternatif jika diperlukan
R/ : Menurunkan perasaan tidak berdaya dan perasaan terisolasi
Evaluasi
1. Apakah klien dapat bernafas dengan baik ?
2. Apakah klien beraktifitas tanpa harus merasa lelah ?
3. Apakah klien dapat menelan dan mengunyah ?
4. Apakah klien dapat bereliminasi dengan lancar ?
5. Apakah klien dapat berkomunikasi dan tidak merasa cemas lagi ?

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Jua LL. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine Mc Carty Wilson. 1995. Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit Jilid 2. Jakarta : EGC.
., Medicastore.com 15 September 2006. 19 : 37 : 58.

También podría gustarte