Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Disusun Oleh :
1. Diana Haga Regina (10)
2. Gilang Ramadhan
(17)
3. Suamah Nur
(35)
PENGERTIAN DASAR
Miastenia Gravis adalah :
- Suatu penyakit autoimun dimana persambungan otot dan saraf
(neuromucular junction) berfungsi secara tidak normal dan menyebabkan
kelemahan otot menahun.
- Penyakit neuromuscular yang merupakan gabungan antara cepatnya
terjadi kelelahan otot-otot voluntar dan lambatnya pemulihan (dapat
memakan waktu 10 hingga 20 kali lebih lama dari normal)
Tingkat kematian pada waktu lampau dapat sampai 90%. Jumlah kematian
telah berhasil dikurangi secara drastis sejak tersedia obat-obatan serta unitunit perawatan pernapasan. Kematian biasanya disebabkan oleh insulfisiensi
pernapasan dan lebih sering terjadi pada wanita dan biasanya mulai timbul
pada usia 20-40 tahun.
II. ETIOLOGI
- Gangguan otoimun
- Gangguan neuromuscular
- Kurangnya aktivitas (imobilitas)
- Kelemahan otot
III. PATOFISIOLOGI
Impuls Saraf
Sinaps Neuromuskular
Unsur presinaps
Unsur postsinaps
(depolarisasi)
(memiliki)
Asetilkolin
Reseptor-reseptor Asetilkolin
(dilepaskan)
Celah sinaps
(bergabung)
Perubahan Permeabilitas
Influks
Pengeluaran
Ion Na
Ion Kalium
Depolarisasi
Lempeng akhir
Terbentuk potensial
Aksi dalam membran otot
Disalurkan
sepanjang
sarkolema
Kontraksi serabut otot
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Uji tensilon (enderofonium klorida) :
Alat
diagnostik
klasik
untuk
gangguan
ini,
suatu
penghambat
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN MIASTENIA GRAVIS
A. PENGKAJIAN
1) Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, ras, agama, alamat, dan lain-lain.
2) Keluhan Utama
Lemah otot setelah peraktivitas
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien pada umumnya merasakan kelelahan dan kelemahan pada anggota
tubuh tertentu :
P :Apa penyebab atau faktor pencetus
Q : Seberapa sering pasien merasakan sakitnya
R : Pada daerah mana pasien meeasakan sakitnya
S : Seberapa paeah sakit yang dieasakan pasien
T : Kapan atau sejauh mana terjadinya keluhan
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien dulunya pernah menderita penyakit gagal pernafasan.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama
dengan klien.
6) Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Makan dan minum
Makan : klien pada umumnya mengalami disfagia dan anorexia
Minum : frekuensi, jenis, jumlah
b) Istirahat tidur
Berapa jam perhari, klien tidur dan apakah ada gangguan.
c) Eliminasi BAK dan BAB
BAK : pada umumnya mengalami inkotinensia
BAB : pada umumnya klien mengalami konstipasi
d) Aktifitas
Kelelahan dan kelemahan meningkat setelah beraktifitas dan membaik
atau menurun pada saat istirahat.
7) Pemeriksaan Fisik
1. - Keadaan umum
- Tingkat kesadaran :
- GCS
- TTV
TD
: mmHg
: x/menit
: oC
RR
: x/menit
2. Pengkajian persistem
Sistem integumen
Kaji warna kulit, turgor kulit, kelembaban kulit, akral, kebersihan
rambut dan kuku.
Sistem penginderaan
Kaji bentuk mata, hidung, telinga, mukosa bibir, ada atau tidaknya lesi.
Sistem pernafasan
Kaji bentuk dada, irama dan frekuensi nafas.
Sistem cardiovaskuler
Kaji irama dan frekuensi denyut nadi
Sistem pencernaan
Biasanya klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan
Sistem perkemihan
Biasanya mengalami inkontinensia urine
Sistem muskuluskeletal
Biasanya klien mengalami kelemahan otot pada bagian tertentu.
Pemeriksaan
1. Test Anti kolinestensi (uji tensilon)
2. X-Ray Thorax
3. CT Scan
4. Elektromiografi
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terjadinya gagal nafas b/d kelemahan otot-otot pernafasan
2. Gangguan mobilitas fisik b/d menurunnya otot-otot neuromuskular
: - Nafas lancar
- Tidak terjadi kelainan nafas (bunyi nafas : ronchi, wheezing)
Intervensi :
1. Kaji status pernafasan dengan sering
R/ : untuk mendeteksi masalah-masalah sebelum timbul perubahan dalam kadar
gas darah arterial
2. Berikan terapi fisik dada termasuk drainase posturan, memobilisasi lendir dan
penghisapan
R/ : untuk membuang dan membersihkan lendir
3. Auskultasi bunyi nafas, catat ada atau tidaknya bunyi, suara tambahan seperti
ronkhi, wheezing
R/ : peningkatan resistensi jalan nafas dan atau akumulasi sekret akan
menganggu proses difusi gas dan akan mengarah pada komplikasi
pernafasan
4. Tinggikan kepada tempat tidur letakkan pasien pada posisi duduk
R/ : meningkatkan ekspansi paru dan usaha batuk menurunkan kerja pernafasan
Diagnosa Keperawatan II : Gangguan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
Intervensi :
1. Kaji kekuatan motorik / kemampuan secara fungsional dengan menggunakan
skala 0-5
R/ : menentukan perkembangan / munculnya kembali tanda yang menghambat
tercapainya rasa nyaman
2. Beri posisi yang memberikan rasa nyaman
R/ : menurunkan kelelahan dan meningkatkan relaksasi
3. Sokong ekstremitas dan persendian dengan bantal
R/ : mempertahankan ekstremitas dalam posisi fisiologis, mencegah kehilangan
fungsi sendi
4. Lakukan latihan tentang gerak grafis
R/ : menstimulasi sirkulasi, meningkatkan tonus otot dan meningkatkan
mobilisasi sendi
Diagnosa Keperawatan III : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
b/d kesukaran mengunyah dan menelan.
Tujuan : - Klien tidak kekurangan nutrisi
- Klien dapat mengunyah dan menular
Kriteria
: - BB tidak turun
- 1 porsi habis dalam sekali makan dalam 3x sehari
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi
R/ : menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga klien harus
terlindungi dari aspirasi
2. Timbang berat badan sesuai indikasi
R/ : mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi
3. Tinggikan kepala tempat tidur selama makan atau selama pemberian makan lewat
selang NG
R/ : menurunkan resiko regurgitasi dan waktu terjadinya aspirasi
4. Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering (3x sehari, 1
porsi) dengan teratur
R/ : meningkatkan proses pencernaan dan toleransi klien terhadap nutrisi yang
diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan
: - BB tidak menurun
paralitik
yang
berarti
hilangnya
mobilitas
usus
dan/atau
ketidakseimbangan elektrolit
4. Catat adanya distensi abdomen, yaitu tekan (otot abdomen yang lemas) ukur
lingkar perut sesuai kebutuhan
R/ : Dapat mencerminkan perkembangan ileus paralitik atau adanya infeksi fekal
Diagnosa Keperawatan V : Resiko terhadap ketakutan dan ansietas
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
penyakit
untuk
kritis,
yang
paralysis
berkomunikasi
dan
: - Kx tidak cemas
- Dapat istirahat
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Jua LL. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine Mc Carty Wilson. 1995. Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit Jilid 2. Jakarta : EGC.
., Medicastore.com 15 September 2006. 19 : 37 : 58.