Está en la página 1de 36

WRAP UP SKENARIO 1

BLOK RESPIRASI
PILEK PAGI HARI

PBL B 18
KETUA
SEKRETARIS
ANGGOTA

:
:
:

REYNALDI
ZAKIRAH B F A
REDHAFINI AZIZAH
SELLY SPADYANI
SYAKURA FIDINA
WIDIA SATYA SURYA
QEIS RAMADHAN
YUNISA TRIVARSARY
ZAFIRA ALFANI
ZAMZAM ZAMILAH

(1102012240)
(1102012316)
(1102012233)
(1102012266)
(1102012288)
(1102012305)
(1102012220)
(1102012314)
(1102012315)
(1102012317)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21. 4244574

SKENARIO 1
PILEK PAGI HARI
Seorang pemuda usia 20 tahun, selalu bersin-bersin di pagi hari, keluar ingus encer, gatal di
hidung dan mata, terutama bila udara berdebu, diderita sejak usia 14 tahun. Tidak ada pada
keluarganya yang menderita seperti ini, tetapi ayahnya mempunyai riwayat penyakit asma.
Pemuda tersebut sangat rajin solat tahajud, sehingga dia bertanya adakah hubungannya
memasukkan air wudhu kedalam hidungnya di malam hari dengan penyakitnya? Kawannya
menyarankan untuk memeriksakan ke dokter, menanyakan mengapa bisa terjadi demikian,
dan apakah berbahaya apabila menderita seperti ini dalam waktu yang lama.

SASARAN BELAJAR

LI. 1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MENGENAI ANATOMI SALURAN


PERNAPASAN ATAS
LO.1.1 MAKROSKOPIS SALURAN PERNAPASAN ATAS
LO.1.2 MIKROSKOPIS SALURAN PERNAPASAN ATAS

LI.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MENGENAI MEKANISME PERTAHANAN


SALURAN NAPAS ATAS

LI.3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MENGENAI RHINITIS


LO.3.1 DEFINISI
LO.3.2 KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI

LI.4 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MENGENAI RHINITIS ALERGI


LO.4.1 DEFINISI
LO.4.2 KLASIFIKASI
LO.4.3 ETIOLOGI
LO.4.4 PATOFISIOLOGI
LO.4.5 MANIFESTASI
LO.4.6 DIAGNOSIS
LO.4.7 DIAGNOSIS BANDING
LO.4.8 TATALAKSANA
LO.4.9 KOMPLIKASI
LO.4.10 PROGNOSIS
1

LO.4.11 PENCEGAHAN
LO.4.12 EPIDEMIOLOGI

LI.5
MEMAHAMI
DAN
MENJELASKAN
MENGENAI
ISTINSYAK,ISTINSHAR, DAN ADAB BERSIN DALAM ISLAM

HUKUM

KATA SULIT
1. ASMA

2. INGUS

masuknya

Penyempitan saluran napas dan peradangan sementara akibat


hiperreaktivitas terhadap rangsangan tertentu.
Lender yang dikeluarkan oleh kelenjar hidung yang terdiri dari
air, antibody, dan protein yang berfungsi untuk membantu
menjaga saluran hidung tetap lembab serta mencegah
debu atau benda asing dari udara luar.

PERTANYAAN
1.
2.
3.
4.
5.

Mengapa pemuda tersebut mengeluarkan ingus encer serta gatal dihidung dan mata?
Mengapa ia selalu bersin di pagi hari terutama bila udara berdebu?
Mengapa gejalanya baru timbul ketika usianya 14 tahun?
Apa ada hubungannya antara gejala pasien dan penyakit asma? Mengapa?
Bagaimana hubungannya penyakit pasien dengan riwayat penyakit asma pada
ayahnya?
6. Bagaimana hubungannya memasukkan air ke hidung di malam hari dengan
penyakitnya?
7. Apakah berbahaya apabila menderita penyakit ini dalam waktu lama
JAWABAN
1. Ingus encer disebabkan oleh kerja histamine yang menyebabkan vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas kapiler yang berakibat pada peningkatan produksi mucus
di hidung. Sedangkan gatal dihidung dan mata disebabkan oleh kerja histamine di
daerah nasolacrimalis.
2. Karena suhu yang rendah di pagi hari menyebabkan kerja silia di hidung meningkat
dengan adanya allergen sebagai pemicu sehingga kotoran kotoran yang terdapat
didalamnya dikeluarkan melalui proses bersin
3. Sebab pada saat anak-anak imunitasnya belum sempurna sehingga gejalanya belum
terlihat sedangkan ketika ia berumur 14 tahun imunitasnya mulai berkembang dan
menunjukan gejala klinis berupa reaksi alergi.
4. Ada, sebab saluran pernapasan atas dan bawah sangat erat hubungannya sehingga
apabila terdapat kelainan pada saluran napas atas dapat memicu timbulnya kelainan
pada saluran napas bawah.
5. Penyakit asma pada ayahnya menunjukkan bahwa ia merupakan penderita alergi dan
alergi pada ayah dapat diturunkan secara genetic pada anaknya.
6. Memasukkan air kedalam hidung dapat memicu keluarnya ingus ditambah dengan
suhu yang dingin sehingga dapat memicu timbulnya gejala.
7. Cukup berbahaya, karena dapat menyebabkan sinusitis maxillaris, polip nasalis, dan
asma bronkial.
2

HIPOTESIS
Bersin di pagi hari serta gejala yang menyertainya disebabkan oleh aktivitas histamine oleh
karena paparan allergen yang berulang dan faktor pencetus lainnya seperti perubahan suhu.
Gejala yag dialami pasien dapat pula disebabkan dari adanya riwayat genetic dari ayahnya
yang asma. Hal ini baru dialaminya pada usia 14 tahun karena imunitasnya sudah sempurna.
Jika penyakitnya terus berulang dalam waktu lama dapat menyebabkan komplikasi seperti
sinusitis maxillaris, polip nasalis, dan asma bronkial

LI. 1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MENGENAI ANATOMI SALURAN


PERNAPASAN ATAS
LO.1.1 MAKROSKOPIS SALURAN PERNAPASAN ATAS

1. HIDUNG
Organ pertama yang berfungsi dalam saluran napas. Terdapat vestibulum nasi yang
terdapat cilia kasar yang berfungsi sebagai saringan udara. Bagian dalam rongga hidung ada
terbentuk terowongan yang disebut cavum nasi mulai dari nares anterior sampai ke nares
posterior lalu ke nasofaring.
Sekat antara kedua rongga
hidung dibatasi dinding yang
berasal dari tulang dan mucusa
yaitu septum nasi yang dibentuk
oleh :
a. Cartilago septi naso
b. Os vomer
c.Lamina
perpendicularis
os
ethmoidalis
Dinding superior rongga
hidung sempit, dibentuk lamina
cribroformis ethmoidalis yang
memisahkan rongga tengkorak
dengan rongga hidung. Dinding
inferior dibentuk os maxilla dan os
palatinum.
Ada 2 cara pemeriksaan hidung yaitu rhinoscopy anterior dan posterior. Pada anterior, di
cavum nasi di sisi lateral terdapat concha nasalis yang terbentuk dari tulang tipis dan ditutupi
mukosa yang mengeluarkan lendir dan di medial terlihat dinding septum nasi. Pada posterior,
dapat terlihat nasofaring, choanae, bagian ujung belakang conchae nasalis media dan inferior,
juga terlihat OPTA yang berhubungan dengan telinga.
Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami tiga hal :
Dihangatkan
Disaring
Dilembabkan
Ketiga hal di atas merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi, yang terdiri
atas Psedostrafied Ciliated Columnar Epitelium yang berfungsi menggerakkan partikelpartikel halus ke arah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu hidung,
sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang masuk, pembuluh
darah yang berfungsi menghangatkan udara. Ketiga hal tersebut dibantu dengan concha.
Terdapat 3 buah concha nasalis, yaitu :
a. Concha nasalis superior
b. Concha nasalis inferior
c. Concha nasalis media
4

Di antara concha nasalis superior dan media terdapat meatus nasalis superior. Antara
concha media dan inferior terdapat meatus nasalis media. Antara concha nasalis inferior dan
dinding atas maxilla terdapat meatus nasalis inferior. Sinus-sinus yang berhubungan dengan
cavum nasi disebut sinus paranasalis :
a. Sinus sphenoidalis mengeluarkan
sekresinya melalui meatus superior
b. Sinus frontalis ke meatus media
c. Sinus maxillaris ke meatus
media
d. Sinus ethmoidalis ke meatus
superior dan media.
Di sudut mata terdapat hubungan
antara hidung dan mata melalui
ductus
nasolacrimalis
tempat
keluarnya air mata ke hidung
melalui meatus inferior. Di
nasofaring terdapat hubungan antara hidung dan rongga telinga melalui OPTA (Osteum
Pharyngeum Tuba Auditiva) eustachii. Alurnya bernama torus tobarius.
Persarafan hidung
Persarafan sensorik dan sekremotorik hidung :
1. Depan dan atas cavum nasi mendapat persarafan sensoris dari cabang nervus opthalmicus
2. Bagian lainnya termasuk mucusa hidung cavum nasi dipersarafi ganglion sfenopalatinum.
Nasofaring dan concha nasalis mendapat persarafan sensorik dari cabang ganglion
pterygopalatinum.
Nervus olfactorius memberikan sel-sel reseptor untuk penciuman. Proses penciuman : pusat
penciuman pada gyrus frontalis, menembus lamina cribrosa ethmoidalis ke traktus
olfactorius, bulbus olfactorius, serabut n. olfactorius pada mucusa atas depan cavum nasi.
1. Arteri ethmoidalis dengan cabang-cabang : arteri nasalis externa dan lateralis, arteri
septalis anterior
2. Arteri ethmoidalis posterior dengan cabang-cabang : arteri nasalis posterior, lateralis dan
septal, arteri palatinus majus
3. Arteri sphenopalatinum cabang arteri maxillaris interna. Ketiga pembuluh tersebut
membentuk anyaman kapiler pembuluh darah yang dinamakan Plexus Kisselbach. Plexus ini
mudah pecah oleh trauma/infeksi sehingga sering menjadi sumber epistaxis pada anak. Bila
Plexus Kisselbach pecah, maka akan terjadi epistaxis.
Epistaksis ada 2 macam, yaitu :
a. Epistaksis anterior
Dapat berasal dari flexus Kisselbach, yang merupakan sumber perdarahan paling sering
dijumpai anak-anak. Dapat juga berasal dari arteri ethmoidalis anterior. Perdarahan dapat
berhenti sendiri atau spontan dan dapat dikendalikan dengan tindakan sederhana.
b. Epistaksis posterior
Berasal dari arteri sphenopalatina, dan a.ethmoidalis posterior. Perdarahan cenderung lebih
berat dan jarang berhenti sendiri, sehingga dapat menyebabkan anemia, hipovolemia, dan
syok. Sering ditemukan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular.

2. FARING

a.
b.
c.
udara dan aliran makanan.

Pipa berotot yang berjalan dari dasar


tengkorak sampai persambungannya dengan
oesopagus pada ketinggian tulang rawan
Krikoid. Maka letaknya di belakang larinx
(larinx-faringeal). Faring terbagi menjadi 3,
yaitu
Nasofaring terdapat Pharyngeal Tonsil dan
Tuba Eustachius ,
Orofaring merupakan pertemuan rongga mulut
dengan faring, terdapat pangkal lidah,
gabungan sistem respirasi dan pencernaan
Laringofaring terjadi persilangan antara aliran

3. LARING
Daerah yang dimulai dari aditus laryngis
sampai batas bawah cartilago cricoid.
Rangka laring terbentuk dari tulang rawan
dan tulang. Laring adalah bagian terbawah
dari saluran napas atas.
1. Berbentuk tulang adalah os hyoid
2. Berbentuk tulang rawan adalah : tyroid 1
buah, arytenoid 2 buah, epiglotis 1 buah.
Pada arytenoid bagian ujung ada tulang
rawan kecil cartilago cornuculata dan
cuneiforme.
3. Tulang rawan dan ototnya berasal dari
mesenkim lengkung faring ke 4 dan ke
6. Mesenkin berproliferasi dengan cepat,
aditus laringis berubah bentuk dari celah
sagital menjadi lubang bentuk T. mesenkin
kedua lengkung faring menjadi kartilago
tiroidea, krikoidea serta antenoidea. Epitel
laring
berproliferasi
dengan
cepat.
Vakuolisasi dan rekanalisasi terbentuk
sepasang resesus lateral, berdiferensiasi
menjadi pita suara palsu dan sejati.
Os hyoid
Mempunyai 2 buah cornu, cornu majus dan minus. Berfungsi untuk perlekatan otot mulut dan
cartilago thyroid
Cartilago thyroid

Terletak di bagian depan dan dapat diraba tonjolan yang disebut prominess laryngis atau
lebih disebut jakun pada laki-laki. Jaringan ikatnya adalah membrana thyrohyoid.
Mempunyai cornu superior dan inferior. Pendarahan dari a. Thyroidea superior dan inferior.
Cartilago arytenoid
Mempunyai bentuk seperti burung penguin. Ada cartilago corniculata dan cuneiforme. Kedua
arytenoid dihubungkan m.arytenoideus transversus.
Epiglotis
Tulang rawan berbentuk sendok. Melekat di antara cartilago arytenoid. Berfungsi untuk
membuka dan menutup aditus laryngis. Saat menelan epiglotis menutup aditus laryngis
supaya makanan tidak masuk ke laring.
Cartilago cricoid
Batas bawah adalah cincin pertama trakea. Berhubungan dengan thyroid dengan ligamentum
cricothyroid dan m.cricothyroid medial lateral.
Otot-otot laring :
a. Otot extrinsik laring
M.cricothyroid
M. thyroepigloticus
b. Otot intrinsik laring
M.cricoarytenoid posterior yang membuka plica vocalis. Jika terdapat gangguan pada
otot ini maka bisa menyebabkan orang tercekik dan meninggal karena rima glottidis
tertutup. Otot ini disebut juga safety muscle of larynx.
M. cricoarytenoid lateralis yang menutup plica vocalis dan menutup rima glottdis
M. arytenoid transversus dan obliq
M.vocalis
M. aryepiglotica
M. thyroarytenoid
Dalam cavum laryngis terdapat :
Plica vocalis, yaitu pita suara asli sedangkan plica vestibularis adalah pita suara palsu. Antara
plica vocalis kiri dan kanan terdapat rima glottidis sedangkan antara plica vestibularis
terdapat rima vestibuli. Persyarafan daerah laring adalah serabut nervus vagus dengan cabang
ke laring sebagai n.laryngis superior dan n. recurrent.

LO.1.2 MIKROSKOPIS SALURAN PERNAPASAN ATAS


Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:
1. Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
dan bronkiolus terminalis
2. Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat silindris
bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5
macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush cells),
sel basal, dan sel granul kecil.

HIDUNG
Bagian dalam hidung dilapisi 4 epitel.
Pada bagian luar hidung akan ditutupi oleh kulit dengan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk banyak terdapat kelenjar sebasea yang akan meluas hingga bagian depan dari
vestibulum nasi.
Rambut kaku dan besar menonjol ke luar berfungsi sebagai penyaring. Beberapa mililiter ke
dalam vestibulum, epitel berlapis gepeng menjadi epitel kuboid tanpa cilia lalu menjadi epitel
bertingkat kolumna (torak) bercilia. Epitel hidung terdiri dari sel-sel kolumnar bercilia, sel
goblet dan sel-sel basofilik kecil pada dasar epitel yang dianggap sebagai sel-sel induk bagi
penggantian jenis sel yang lebih berkembang. Selain mukus, epitel juga mensekresi cairan
yang membentuk lapisan di antara bantalan mukus dan permukaan epitel. Di bawah epitel
terdapat lamina propria tebal mengandung kelenjar submukosa terdiri dari sel-sel mukosa dan
serosa. Di lamina propria juga terdapat sel plasma, sel mast, dan kelompok jaringan limfoid.
Di atas konka nasalis superior serta di bagian sekat hidung di dekatnya terdapat daerah
berwarna coklat kekuningan berbeda dengan daerah respirasi lain yang berwarna merah
jambu mengandung reseptor penghidu yaitu daerah olfaktoria atau mukosa olfaktoria.
Di bawah epitel chonca inferior terdapat swell bodies, merupakan fleksus vonosus untuk
menghangatkan udara inspirasi
Fungsi chonca :
Meningkatkan luas permukaan epitel respirasi
Turbulensi udara dimana udara lebih banyak kontak dengan permukaan mukosa
Epitel olfaktoria bertingkat silindris tanpa sel goblet, lamina basal tidak jelas. Epitel disusun
tiga jenis sel :
a. Sel penyokong, atau disebut juga sel sustenakular. Berbentuk silindris, tinggi ramping dan
realtif lebar di bagian puncaknya dan menyempit di bagian dasarnya. Inti sel lonjong di
tengah dan terletak lebih superficial dibandingkan inti sel sensorik. Di apical terlihat terminal
web yang tersusun dari bahan berbentuk filament yang berhubungan dengan junctional
complex di antara sel penyokong dan sel sensoris yang berdekatan.
b. Sel basal, berbentuk kerucut, kecil, inti lonjong, : gelap dan tonjolan sitoplasma bercabang.
c. Sel olfaktorius, atau sel olfaktoria. Tersebar di antara sel-sel penyokong dan modifikasi sel
bipolar dengan sebuah badan sel, sebuah dendrit yang menonjol ke permukaan dan akson
yang masuk lebih dalam ke lamina propria. Inti sel bulat, lebih ke basal dari inti sel
8

penyokong. Dendrit-dendrit di bagian apical langsing dan berjalan ke permukaan di antara


sel-sel penyokong dan akan berakhir sebagai bangunan mirip bola kecil disebut vesikula
olfaktoria. Masing-masing vesikula keluar enam sampai sepuluh helai rambut atau silia yang
disebut silia olfaktoria. Silia-silia ini berfungsi sebagai unsur penerima rangsang yang
sebenarnya.
Di lamina propria, serabut saraf olfaktoria yang berjalan ke atas melalui saluran halus
dari lamina kribrosa tulang etmoid masuk ke bulbus olfaktorius di otak. Dalam lamina
propria juga terdapat kelenjar serosa tubuloasinosa bercabang (kelenjar bowman) yang
mengeluarkan sekret berupa cairan yang dikeluarkan ke permukaan melalui saluran sempit.
Secret kelenjar bowman membasahi permukaan epitel olfaktoris dan berperan melarutkan
bahan-bahan berbau. Kelenjar ini berfungsi memperbarui lapisan cairan di permukaan yang
mencegah pengulangan rangsangan rambut-rambut olfaktoria oleh satu bau tunggal. Sel
goblet dan kelenjar campur di lamina propria mnghasilkan sekret, untuk menjaga kelembaban
hidung dan menangkap partikel debu halus.
Sinus Paranasalis
Ruangan dalam tulang : os frontal, os maxilla, os ethmoid, os sphenoid
Dilapisi epitel bertingkat torak dengan sedikit sel goblet
Lamina propria tipis, melekat erat pada periostium
Lendir yang dihasilkan dialirkan ke cavum nasi oleh silia
FARING
Faring terbagi menjadi tiga, yaitu :
a. Nasofaring yang terletak di bawah dasar tengkorak (epitel bertingkat torak bersilia, dengan
sel goblet).
b. Orofaring, belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah (epitel berlapis gepeng
dengan lapisan tanduk)
c. Laringofaring, belakang laring (epitel bervariasi)
Epitel yang membatasi nasofaring bisa merupakan epitel bertingkat silindris bersilia dengan
sel goblet atau epitel berlapis gepeng. Di dalam lamina propria terdapat kelenjar, terutama
kelenjar mukosa. Tapi dapat juga terdapat kelenjar serosa dan kelenjar campur.
LARING
Laring adalah saluran napas yang menghubungkan faring dengan trakea. Laring berfungsi
untuk bagian system konduksi pernapasan juga pita suara. Pita suara sejati dan pita suara
palsu masing-masing merupakan tepi bebas atas selaput krikovokal (krikotiroid) dan tepi
bebas bawah selaput kuadratus (aryepiglotica). Di antara pita suara palsu dan pita suara sejati
terdapat sinus dan kantung laring. Lipatan aryepiglotica dan pita suara mempunyai epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Laring juga mempunyai epitel bertingkat silindris
bersilia dengan sel goblet. Pada pita suara, lamina propria di bawah epitel berlapis gepeng
padat dan terikat erat dengan jaringan ikat ligamentum vokalis di bawahnya. Dalam laring
tidak ada submukosa tapi lamina propria dari membrane mukosanya tebal dan mengandung
banyak serat elastin.
Epiglottis
Menjulur keluar dari tepian larynx lalu meluas ke dalam faryng
Memiliki permukaan lingual dan laryngeal
Seluruh permukaan laringeal ditutupi oleh epitel berlapis gepeng, mendekati
basis epiglottis pada sisi laringeal, epitel ini mengalami peralihan menjadi epitel bertingkat
silindris bersilia
9

LI.2
MEMAHAMI
DAN
MENJELASKAN
PERTAHANAN SALURAN NAPAS ATAS

MENGENAI

MEKANISME

Pernafasan bagian atas, meliputi hidung, faring,dan laring. Saluran pernafasan dari hidung
sampai bronkiolus dilapisi oleh membrane mukosa bersilia.
Ketika masuk ronga hidung, udara disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini
merupakan fungsi utama mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia
dan bersel goblet. Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mucus yang disekresi oleh sel goblet
dan kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat
dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mucus.
Gerakan silia mendorong lapisan mucus ke posterior didalam rongga hidung, dan ke superior
didalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke faring. Dari sini partikel halus akan
tertelan atau dibatukkan keluar. Lapisan mucus memberikan air untuk kelembaban, dan
banyaknya jaringan pembuluh darah dibawahnya akan menyuplai panas ke udara inspirasi.
Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupa, sehingga udara yang mencapai faring
hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh dan kelembabannya mencapai 100%.
Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Laring terdiri dari satu tulang dan
rangkaian tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Ruang
berbentuk segitiga diantara pita suara (yaitu glotis) bermuara kedalam trachea dan
membentuk bagian antara saluran pernafasan atas dan bawah.

MEKANISME BATUK
Seluruh saluran nafas dari hidung sampai bronkiolus terminalis, dipertahankan agar tetap
lembab oleh selapis mukosa yang melapisi seluruh permukaan. Mukus ini disekresikan
sebagian oleh sel goblet dalam epitel saluran nafas, dan sebagian lagi oleh kelenjar
submukosa yang kecil. Batuk yang tidak efektif dapat menimbulkan penumpukan sekret yang
berlebihan, atelektasis, gangguan pertukaran gas dan lain-lain.
10

Mekanisme batuk dibagi menjadi 3 fase:

Fase 1 (Inspirasi)

Paru2 memasukan kurang lebih 2,5 liter udara, oesofagus dan pita suara menutup, sehingga
udara terjerat dalam paru2

Fase 2 (Kompresi)

Otot perut berkontraksi, diafragma naik dan menekan paru2, diikuti pula dengan kontraksi
intercosta internus. Pada akhirnya akan menyebabkan tekanan pada paru2 meningkat hingga
100mm/hg.

Fase 3 (Ekspirasi)

Spontan oesofagus dan pita suara terbuka dan udara meledak keluar dari paru

MEKANISME BERSIN
Reflek bersin mirip dengan reflek batuk kecuali bahwa refleks ini berlangsung pada saluran
hidung, bukan pada saluran pernapasan bagian bawah. Rangsangan awal menimbulkan
refleks bersin adalah iritasi dalam saluran hidung, impuls saraf aferen berjalan dalam nervus
ke lima menuju medulla tempat refleks ini dicetuskan. Terjadi serangkaian reaksi yang mirip
dengan refleks batuk tetapi uvula ditekan, sehingga sejumlah besar udara dengan cepat
melalui hidung, dengan demikian membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing.

LI.3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MENGENAI RHINITIS


LO.3.1 DEFINISI
Rhinitis secara luas didefinisikan sebagai peradangan mukosa hidung. Rhinitis merupakan
gangguan umum yang mempengaruhi hingga 40% dari populasi
Digolongkan rhinitis jika terdapat satu atau lebih dari gejala berikut : hidung tersumbat,
rhinorrhea anterior posterior, bersin, gatal. Rhinitis biasanya dikaitkan dengan inflamasi.
Rhinitis sering dibarangi dengan gejala yang berhubungan dengan mata, telinga, dan
tenggorokan.
(Peter, 2011)

LO.3.2 KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI


Rhinitis berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung
dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat
mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin
dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan
oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
11

Table 1. Klasifikasi Rhinitis berdasarkan etiologi


Jenis Rhinitis
Alergin (diperantarai oleh IgE)

Penjelasan
Inflamasi yang diperantarai oleh IgE
pada mukosa hidung, berakibat pada
infiltrasi dari sel eosinophil dan sel Th2

pada lapisan hidung


Diklasifikasikan sebagai intermiten atau
persistan

Autonomic

rhinitis medicamentosa
Hypothyroidism
Hormonal
Non-allergic rhinitis

with eosinophilia

syndrome (NARES)
Infectious

disebabkan

oleh

virus

(tersering),

bacterial, atau infeksi jamur


Idiopathic
(Peter,2011)

penyebab tidak jelas

Rhinitis Non Alergi


Disebabkan oleh infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial, masuknya
benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa,
penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti
hipertensif.
Berdasarkan penyebabnya, rhinitis non alergi di golongkan sebagai berikut:
1.

Rinitis Infeksiosa

Rinitis infeksiosa biasanya disebabkan oleh infeksi pada saluran pernafasan Bagian
atas, baik oleh bakteri maupun virus. Ciri khas dari rinitis infeksiosa adalah lendir hidung
yang bernanah, yang disertai dengan nyeri dan tekanan pada wajah, penurunan fungsi indera
penciuman serta batuk.
2.

Rinitis Non-Alergika Dengan Sindroma Eosinofilia

Penyakit ini diduga berhubungan dengan kelainan metabolisme prostaglandin. Pada


hasil pemeriksaan apus hidung penderitanya, ditemukan eosinofil sebanyak 10-20%.
Gejalanya berupa hidung tersumbat, bersin, hidung meler, hidung terasa gatal dan
penurunan fungsi indera penciuman (hiposmia).
12

3.

Rinitis Okupasional

Gejala-gejala rinitis hanya timbul di tempat penderita bekerja. Gejala-gejala rinitis


biasanya terjadi akibat menghirup bahan-bahan iritan (misalnya debu kayu, bahan kimia).
Penderita juga sering mengalami asma karena pekerjaan.
4.

Rinitis Hormonal

Beberapa penderita mengalami gejala rinitis pada saat terjadi gangguan keseimbangan
hormon (misalnya selama kehamilan, hipotiroid, pubertas, pemakaian pil KB). Estrogen
diduga menyebabkan peningkatan kadar asam hialuronat di selaput hidung. Gejala rinitis
pada kehamilan biasanya mulai timbul pada bulan kedua, terus berlangsung selama
kehamilan dan akan menghilang pada saat persalinan tiba. Gejala utamanya adalah
hidung tersumbat dan hidung berair.
5.

Rinitis Karena Obat-obatan (rinitis medikamentosa)

Rinitis Medikamentosa merupakan akibat pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes


hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan
sumbatan hidung yang menetap. Dapat dikatakan hal ini disebabkan oleh pemakaian obat
yang berlebihan (Drug Abuse).
Obat-obatan yang berhubungan dengan terjadinya rinitis adalah dekongestan topikal,
ACE
inhibitor,
reserpin,
guanetidin,
fentolamin,
metildopa,
beta-bloker,
klorpromazin,gabapentin, penisilamin, aspirin, NSAID, kokain, estrogen eksogen, pil KB.
6.

Rinitis Gustatorius

Rinitis gustatorius terjadi setelah mengkonsumsi makanan tertentu, terutama makanan yang
panas dan pedas.
7.

Rinitis Vasomotor

Rinitis vasomotor diyakini merupakan akibat dari terganggunya keseimbangan sistem


parasimpatis dan simpatis. Parasimpatis menjadi lebih dominan sehingga terjadi
pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah di hidung. Gejala yang timbul berupa
hidung tersumbat, bersin-bersin dan hidung berair. Gangguan vasomotor hidung adalah
terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh
bertambahnya aktivitas parasimpatis. Rinitis vasomotor adalah gangguan pada mukosa
hidung yang ditandai dengan adanya edema yang persisten dan hipersekresi kelenjar
pada mukosa hidung apabila terpapar oleh iritan spesifik. Etiologi yang pasti belum
diketahui, tetapi diduga sebagai akibat gangguan keseimbangan fungsi vasomotor
dimana sistem saraf parasimpatis relatif lebih dominan. Keseimbangan vasomotor ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlangsung temporer, seperti emosi, posisi tubuh,
kelembaban udara, perubahan suhu luar, latihan jasmani dan sebagainya, yang pada keadaan
normal faktor-faktor tadi tidak dirasakan sebagai gangguan oleh individu tersebut.
Merupakan respon non spesifik terhadap perubahan perubahan lingkungannya, berbeda
dengan rinitis alergi yang mana merupakan respon terhadap protein spesifik pada zat
allergennya. Faktor pemicunya antara lain alkohol, perubahan temperatur / kelembapan,
makanan yang panas dan pedas, bau bauan yang menyengat ( strong odor ), asap rokok atau

13

polusi udara lainnya, faktor faktor psikis seperti : stress, ansietas, penyakit penyakit
endokrin, obat-obatan seperti anti hipertensi, kontrasepsi oral.
8.

Rinitis Atrofi

Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh kuman
spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering Klebsiella ozanae, kemudian stafilokok,
sreptokok, Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik,
kelainan hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin berhubungan dengan trauma atau terapi
radiasi.

LI.4 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MENGENAI RHINITIS ALERGI


LO.4.1 DEFINISI
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi
yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu
mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von Pirquet,
1986).
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001, rinitis alergi
adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat
setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.

LO.4.2 KLASIFIKASI
Rhinitis alergi dikategorikan sebagai musiman ( terjadi selama musim tertentu ) atau
abadi(terjadi sepanjang tahun ) . Namun, tidak semua pasien masuk ke dalam skema
klasifikasi ini. Sebagai contoh, beberapa pemicu alergi , seperti serbuk sari , mungkin
musiman di iklim dingin , tapi abadi di iklim hangat , dan beberapa pasien dengan " alergi
musiman " mungkin memiliki gejala sepanjang sebagian besar tahun.
a. Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :

Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu
rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur

Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur,
coklat, ikan dan udang

Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau
sengatan lebah

Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,
misalnya bahan kosmetik atau perhiasan.

14

b. Berdasarkan dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi
tiga tahap besar :
1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral,
system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil
dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga
mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier
3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan

c. Sedangkan klasifikasi yang lebih baru menurut guideline dari ARIA, 2001 (Allergic
Rhinitis and its Impact on Asthma) disdasarkan pada waktu terjadinya gejala dan
keparahannya adalah:
1.

Rhinitis intermiten : ketika total durasi episode peradangan kurang dari 6 minggu

2.

Rhinitis persisten : bila gejala terus berlangsung sepanjang tahun .

3.
Rhinitis ringan : ketika pasien umumnya bisa tidur normal dan melakukan kegiatan
yang normal (termasuk kerja atau sekolah ) ; gejala ringan biasanya bersifat intermiten.
4.
Rhinitis moderat /parah : jika gejalanya secara signifikan mempengaruhi atau
mengganggu tidur dan kegiatan hidup sehari-hari
Penting untuk mengklasifikasikan tingkat keparahan dan durasi gejala karena hal ini akan
memandu manajemen pendekatan untuk setiap pasien.
(Harold, 2011)

LO.4.3 ETIOLOGI
Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang secara
genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan. Genetik secara jelas memiliki peran
penting. Pada 20 30 % semua populasi dan pada 10 15 % anak semuanya atopi. Apabila
kedua orang tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4 kali lebih besar atau mencapai 50 %.
Peran lingkungan dalam dalam rinitis alergi yaitu alergen, yang terdapat di seluruh
lingkungan, terpapar dan merangsang respon imun yang secara genetik telah memiliki
kecenderungan alergi.
Adapun alergen yang biasa dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk bersama udara
pernapasan yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu binatang, jamur, serbuk sari,
dan lain-lain.
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang
diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam
setelahnya Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat
jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.

15

LO.4.4 PATOFISIOLOGI
Pada rhinitis alergi , banyak sel inflamasi , termasuk sel mast , sel T CD4 - positif , sel B ,
makrofag ,dan eosinofil , melakukan infiltrasi ke lapisan hidung pada paparan terhadap
allergen. Mayoritas Alergen yang terlibat dalam rhinitis alergi adalah protein yang berasal
dari partikel udara termasuk serbuk sari , tungau debu partikel kotoran , residu kecoa , dan
bulu binatang .Setelah menghirup partikel alergi , alergen dielusi dalam lendir hidung dan
kemudian menyebar ke jaringan hidung .
. Sel-sel T infiltrasi mukosa hidung sebagian besar adalah T helper ( Th 2) melepaskan
sitokin ( misalnya interleukin IL -3 , IL - 4 , IL - 5 , dan IL - 13 ) yang menstimulasi produksi
immunoglobulin E ( IgE ) oleh sel plasma . Produksi IgE , pada gilirannya , memicu
pelepasan mediator , seperti histamin dan leukotrien , yang bertanggung jawab untuk
pelebaran arteriol , peningkatan permeabilitas pembuluh darah , gatal-gatal , rhinorrhea
( hidung meler ) , sekresi mukosa , dan kontraksi otot polos.
(Peter dan Harold,2011) .
Para mediator dan sitokin dilepaskan selama fase awal dari suatu respon kekebalan tubuh
terhadap paparan alergen selanjutnya memicu respon inflamasi seluler selama 4 sampai 8 jam
berikutnya ( respon inflamasi fase lambat) menyebabkan gejala berulang (biasanya hidung
tersumbat). (Peter,2011)

16

(Sin dan Togias, 2011)


17

GAMBAR 1. Proses sensitisasi dan reaksi alergi pada mukosa hidung yang mengarah ke
perkembangan gejala dan perubahan fungsional seperti hiperresponsif hidung. CGRP :
calcitonin gene-related peptide; ECP : eosinophil cationic protein; EPO : eosinophil
peroxidase; FceR1 : high-affinity Fc receptor for IgE; GMCSF: granulocyte-macrophage
colony-stimulating factor; ICAM-1 : intercellular adhesion molecule-1; LFA-1 : lymphocyte
functionassociated
antigen-1; MBP : major basic protein; MCP-1, -3, -4 : monocyte chemotactic protein-1, -3,
-4, respectively; MHC : major histocompatibility complex; MIP-1a : macrophage
inflammatory protein-1a; NKA : neurokinin A; PAF : platelet-activating factor; RANTES :
regulated on activation, normal T-cell expressed and secreted; sLT : sulfidoleukotriene;
TARC : thymus and activation-regulated chemokine; TGF-b : transforming growth factor-b;
Th1, Th2 : helper T type 1 and type 2 cells, respectively; TNF-a : tumor necrosis factor-a;
Treg : regulatory T cell; TxA2 : thromboxane A2; VCAM-1 : vascular cell adhesion
molecule-1; VLA-4 : very late antigen-4.
Proses sensitisasi
Dimulai di jaringan hidung saat antigen-presenting sel ( APC ) , yang terutama sel dendritik ,
menelan alergen , kemudian allergen tersebut diubah menjadi antigen peptide , kemudian
makrofag bermigrasi ke kelenjar getah bening , di mana makrofrag menyajikan antigen
peptide ini melalui MHC class II kepada sel Limfosit T CD41 ( sel T ) naif. Keduanya
berhubungan melalui reseptor sel T spesifik (TCR). Kemudian sel T naif ini berdiffferensiasi
menjadi sel Th1 dan sel Th2, namun dalam kasus alergi sel Th2 yang memainkan peranan
penting yang dalam perkembangannya IL-4 merupakan stimulus bagi perubahan sel T naif
menjadi sel Th2.
Sel dendritik ( DC ) terlokalisir dalam epitel dan submukosa dari seluruh mukosa pernafasan,
termasuk mukosa hidung. Jumlah DC dan sel T pada permukaan epitel hidung meningkat
pada pasien rhinitis. Selain mengekspresikan antigen , DC dapat mempolarisasi sel T naif
menjadi sel Th1 atau Th2 sesuai dengan fenotip mereka sendiri dan dengan sinyal yang
diterima dari antigen serta dari lingkungan mikro jaringan selama presentasi antigen.
IgE , seperti semua immunoglobulin , disintesis oleh limfosit B ( Sel B ) di bawah regulasi
sitokin yang berasal dari Limfosit Th2 . Dua sinyal yang diperlukan (IL - 4 atau IL 13)
menyediakan sinyal penting pertama yang mendorong sel-sel B memproduksi IgE. Dalam
kasus IgE -sel memori B , sitokin ini menyebabkan klonal ekspansi . Sinyal yang kedua
adalah interaksi costimulatory antara ligan CD40 pada permukaan sel T dan Permukaan sel
-B . Sinyal ini mendorong aktivasi sel - B dan beralih rekombinasi untuk produksi IgE.
Setelah diproduksi oleh sel B , antibodi IgE menempel pada permukaan sel mast dan basofil ,
membuat mereka ''tersensitisasi ''.
Reaksi alergi dan inflamasi di Hidung
Reaksi alergi pada hidung memiliki komponen awal dan akhir ( fase awal dan fase akhir ) ,
yang keduanya berkontribusi pada presentasi klinis rhinitis alergi . Tahap awal melibatkan
aktivasi akut sel efektor alergi melalui interaksi IgE -alergen dan menghasilkan seluruh
spektrum gejala rhinitis alergi . Tahap akhir ini ditandai dengan perekrutan dan aktivasi selsel inflamasi dan pengembangan dari hyperresponsiveness hidung dengan gejala yang lebih
indolen .

18

Dalam beberapa menit dari kontak individu peka dengan alergen , interaksi IgE - alergen
berlangsung , menyebabkan sel mast dan basofil degranulasi dan melepas mediator
preformed seperti histamine, tryptase, leukotrien sisteinil ( LTC4 , LTD4 , LTE4 ) dan
prostaglandin ( primarilyPGD2 ). Sasaran dari mediator ini bervariasi , misalnya ,
1.
Histamin mengaktifkan reseptor H1 pada sensorik ujung saraf dan menyebabkan
bersin , gatal-gatal , dan sekresi reflex tanggapan , tetapi juga berinteraksi dengan reseptoH1
dan H2 pada pembuluh darah mukosa, yang menyebabkan pembengkakan pembuluh darah
( hidung tersumbat) dan kebocoran plasma.
2.
Sulfidopeptide leukotrienes , di sisi lain , bertindak langsung pada reseptor CysLT1
dan CysLT2 pada pembuluh darah dan kelenjar , dan dapat menyebabkan hidung tersumbat
dan , pada tingkat lebih rendah , sekresi lendir.
3.
Zat seperti protease ( tryptase ) dan sitokin ( tumor necrosis factor - a) yang dirilis
pada tahap awal dari reaksi alergi , tetapi peran mereka dalam generasi akut gejala tidak
jelas . Mediator lain yang dihasilkan melalui jalur tidak langsung , misalnya ,
4.
Bradikinin dihasilkan ketika terjadi kebocoran kininogen ke dalam jaringan dari
sirkulasi perifer dan dibelah oleh kallikrein jaringan yang dihasilkan oleh kelenja serosa.

Paparan alergen juga menghasilkan peradangan mukosa hidung ditandai dengan masuknya
dan aktivasi berbagai inflamasi sel serta perubahan dalam fisiologi hidung , yaitu priming dan
hiperresponsif . Sel yang bermigrasi ke mukosa hidung termasuk sel T , eosinofil , basofil ,
neutrofil , dan monosit juga , sel mast meningkat dalam submukosa dan menyusup ke epitel
setelah paparan alergen atau selama musim serbuk sari.
Setelah hidung terprovokasi alergen pada individu dengan rhinitis alergi pada biopsy
diperoleh sel T mendominasi untuk menyusup ke jaringan . Dalam sekret hidung , jumlah
leukosit meningkat beberapa kali lipat selama beberapa jam dan mayoritas leukosit adalah
neutrofil dan eosinophil. Sangat mungkin bahwa migrasi sel ini disebabkan oleh kemokin dan
sitokin yang dikeluarkan oleh sel efektor primer, sel mast , dan basofil , akut dan selama
beberapa jam setelah terpapar allergen.
Sitokin Th2 mungkin memainkan peran sentral dalam pengembangan peradangan mukosa
setelah terpapar alergen . Sebagai contoh, IL - 5 adalah sentral dalam perekrutan eosinofil dan
IL - 4 adalah penting dalam perekrutan eosinofil dan basofil. IL - 13 (berasal dari basophil) ,
sel mast , dan sel Th2 , menginduksi ekspresi beberapa kemokin yang diperkirakan selektif
merekrut sel Th2 , yaitu TARC dan monosit yang diturunkan kemokin. IL - 13 juga dapat
merekrut sel dendritic ke situs paparan alergen melalui induksi matriks metaloproteinase - 9
dan TARC. Sitokin Th2 yang berasal dari sel-sel T dan sel lainnya mengabadikan alergi
dengan mempromosikan produksi IgE terus menerus oleh sel B.
Eosinofil tiba dengan cepat di mukosa hidung setelah terpapar alergen . Eosinofil
menghasilkan beberapa sitokin penting seperti IL - 5 , yang memiliki sifat kemoatraktan yang
kuat dan bertindak dalam mode autokrin untuk mempromosikan kelangsungan hidup
eosinofil danaktivasinya. Yang paling penting , eosinofil berfungsi sebagai sumber utama
mediator lipid seperti LTC4 , tromboksan A2 , dan plateletactivating Faktor. Masuknya
eosinofil adalah diaktifkannya granul beracun : protein ( MBP ) , protein kationik eosinofil
( ECP ) , dan eosinophil peroksidase ( EPO ) , yang dapat merusak sel-sel epitel hidung.
Bahkan pada konsentrasi rendah , MBP dapat mengurangi ciliary beat frekuensi in vitro .
MBP juga telah ditunjukkan pada hewan untuk mengubah fungsi saraf dengan mengganggu
19

muscarinic ( M2 ) reseptor , memungkinkan peningkatan pelepasan asetilkolin pada saraf


persimpatik atau. Efek ini dapat berkontribusi pada fitur inflamasi respon fase akhir dan
hyperresponsiveness hidung.
Pada asma , diyakini bahwa peradangan kronis menyebabkan remodeling saluran napas.
Faktor pertumbuhan yang telah terlibat di saluran napas juga telah terdeteksi di mukosa
hidung individu dengan rhinitis alergi . Orang mungkin bisa berspekulasi bahwa mukosa
hidung memiliki kapasitas yang jauh lebih tinggi untuk regenerasi epitel dan perbaikan ,
mungkin karena embrio yang berbeda asal, namun kenyataannya bahwa perubahan elemen
struktur mukosa jauh lebih sedikit di mukosa hidung dibandingkan dengan saluran napas
bawah, meskipun mukosa hidung lebih terkena alergen dan racun lingkungan .
(Sin dan Togias, 2011)

LO.4.5 MANIFESTASI
1) Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin
lebih dari 6 kali).
2)
Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan atas golongan yang obstruksi dan
rinorea. Pemeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan gambaran klasik berupa edema mukosa
hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua, dapat pula pucat. Permukaanya dapat
licin atau berbenjol. Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit, namun
pada golongan rinorea, sekret yang ditemukan biasanya serosa dan dalam jumlah banyak.
3)
Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya
bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika
berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
4)

Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.

5)

Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.

6)
Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur karena perubahan suhu yang
ekstrim, udara lembab, juga karena asap rokok dan sebagainya.
7)
Keluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya napas berbau
(sementara pasien sendiri menderita anosmia), ingus kental hijau, krusta hijau, gangguan
penciuman, sakit kepala, dan hidung tersumbat.
8)
Pada penderita THT ditemukan ronnga hidung sangat lapang, kinka inferiordan media
hipotrofi atau atrofi, sekret purulen hijau, dan krusta berwarna hijau
Gejala klinis yang khas adalah bersin yang berulang. Bersin biasanya pada pagi hari dan
karena debu. Bersin lebih dari lima kali sudah dianggap patologik dan perlu dicurigai adanya
rinitis alergi dan ini menandakan reaksi alergi fase cepat.Gejala lain berupa keluarnya ingus
yang encer dan banyak, hidung tersumbat, mata gatal dan banyak air mata. Pada anak-anak
sering gejala tidak khas dan yang sering dikeluhkan adalah hidung tersumbat.
Pada anak-anak, akan ditemukan tanda yang khas seperti:
1.Allergic salute: adalah gerakan pasien menggosok hidung dengan tangannya karenagatal.
2.Allergic crease: adalah alur yang melintang di sepertiga bawah dorsum nasiakibat sering
menggosok hidung
20

3.Allergic shiner: adalah bayangan gelap di bawahmata yang terjadi akibat stasis vena
sekunder akibat obstruksi hidung.
4."Bunny rabbit" sound: adalah suara yang dihasilkan karena lidah menggosok palatum yang
gatal dangerakannya seperti kelinci mengunyah.
LO.4.6 DIAGNOSIS
Pasien yang menderita gangguan ini sering gagal untuk mengenali dampak gangguan
terhadap kualitas hidup selain itu, selama kunjungan rutin dokter gagal untuk secara teratur
bertanya tentang gangguan pasien. Oleh karena itu , skrining untuk rhinitis dianjurkan,
terutama pada pasien asma karena studi telah menunjukkan bahwa rhinitis hadir pada sampai
dengan 95 % dari pasien dengan asma.
anamnesi menyeluruh dan pemeriksaan fisik adalah pilar penegakan diagnosis rinitis alergi.
Tes alergi juga penting untuk mengkonfirmasikan bahwa alergi yang mendasari menyebabkan
rhinitis. Rujukan ke seorang ahli alergi harus dipertimbangkan jika diagnosis rinitis alergi
dipertanyakan .
Anamnesis
Selama anamnesis, pasien sering akan menjelaskan hal berikut

gejala klasik rhinitis alergi : hidung tersumbat ,gatal hidung , rhinorrhea dan bersin .
alergik konjungtivitis ( peradangan selaput yang menutupi bagian putih mata ) juga sering
dikaitkan dengan rhinitis alergi dan gejala umumnya termasuk kemerahan dan gatal pada
mata
Evaluasi rumah pasien dan pekerjaan / sekolah
lingkungan yang berpotensi potensimemicu rhinitis alergi . Sejarah lingkungan harus
fokus pada alergen umum dan berpotensi relevan termasuk serbuk sari , hewan
berbulu , lantai tekstil /jok , asap tembakau , tingkat kelembaban di rumah ,serta
potensi zat berbahaya lain yang pasien mungkin terkena di tempat kerja atau di rumah
.

Penggunaan obat tertentu ( misalnya , beta - blocker , asetilsalisilat acid [ ASA ] , non
steroid anti-inflammatory drugs[ NSAID ] , angiotensin-converting enzyme [ ACE ]
inhibitor , dan terapi hormon ) serta penggunaan kokain berlebihan dapat menyebabkan
gejala rhinitis . Oleh karena itu , pasien harus ditanya tentang saat ini atau obat baru dan
penggunaan narkoba.
riwayat penyakit keluarga (atopik)
dampak gejala terhadap kualitas hidup
dan adanya komorbiditas seperti asma , pernapasan mulut , mendengkur , sleep apnea ,
keterlibatan sinus , otitis media (radang polip telinga tengah atau hidung) . pasien
mungkin
mendokumentasikan frekuensi dan durasi " pilek "
Sebelum mencari perhatian medis , pasien sering mencoba menggunakan over-the -counter
atau obat lain untuk mengelola gejala mereka . Menilai respon pasien terhadap Perawatan
tersebut dapat memberikan informasi yang dapat membantu dalam diagnosis dan manajemen
rhinitis alergi berikutnya. Misalnya, adanya perbaikan gejala antihistamin generasi kedua (

21

misalnya , desloratadine[ AERIUS ] , fexofenadine [ Allegra ] , loratadine [ Claritin ] )sangat


sugestif dari etiologi alergi .
Namun , penting untuk dicatat bahwa respon terhadap antihistamin generasi pertama
( misalnya , brompheniramine maleat[ Dimetane ] , chlorpheniramine maleate [ Chlor Tripolon ] ,clemastine [ Tavist - 1 ] ) tidak menyiratkan etiologi alergi karena sifat
antikolinergik dan obat penenang agen ini mengurangi rhinorrhea dan dapat meningkatkan
kualitas tidur terlepas dari apakah rhinitis pasien merupakan peradangan alergi .
Respon terhadap kortikosteroid intranasal sebelumnya mungkin juga sugestif dari etiologi
alergi , dan kemungkinan menunjukkan bahwa pengobatan tersebut akan terus
menguntungkan di masa yang akan dating.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan dugaan rhinitis alergi harus mencakup penilaian tanda-tanda
luar, hidung , telinga , sinus , posterior orofaring( daerah tenggorokan yang berada di bagian
belakang mulut ) , dada dan kulit.
Tanda-tanda lahiriah yang mungkin sugestif dari rhinitis alergi meliputi: Sering
bernapas melalui mulut , menggosok-gosok hidung atau terlihat jelas lipatan nasal
melintang , sering pilek atau kliring tenggorokan , dan alergi shiners ( lingkaran hitam
di bawah mata yang disebabkan oleh hidung tersumbat ) .
pemeriksaan hidung : biasanya mengungkapkan pembengkakan mukosa hidung dan
pucat , sekresi tipis. Pemeriksaan hidung dengan endoskopi internal juga harus
dipertimbangkan untuk menilai kelainan struktural dan polip hidung.
Telinga umumnya tampak normal pada pasien dengan rhinitis alergi , namun ,
penilaian untuk disfungsi tuba Eustachian menggunakan otoscope pneumatik harus
dipertimbangkan. Manuver Valsava itu ( meningkatkan tekanan dalam rongga hidung
dengan mencoba untuk meniup melalui hidung sambil menutup telinga dan mulut )
juga dapat digunakan untuk menilain cairan di belakang gendang telinga.
Pemeriksaan sinus harus mencakup palpasi sinus bukti kelembutan atau penyadapan
dari gigi rahang atas dengan lidah depressor untuk bukti sensitivitas . Posterior
orofaring juga harus diperiksa untuk tanda-tanda pasca nasal drip ( akumulasi lender
di belakang hidung dan tenggorokan ) , dan dada serta kulit harus diperiksa dengan
hati-hati untuk tanda-tanda asma ( misalnya , mengi ) atau dermatitis.
Pemeriksaan Penunjang
Meskipun anamnesis menyeluruh dan pemeriksaan fisik diperlukan untuk menegakkan
diagnosis klinis rhinitis , tes diagnostik lebih lanjut biasanya diperlukan untuk
mengkonfirmasi bahwa alergi yang mendasari menyebabkan rhinitis tersebut .

Skin prict test dianggap sebagai metode utama untuk mengidentifikasi pemicu rhinitis
alergi tertentu . Pengujian skin prick melibatkan setetes ekstrak komersial spesifik
allergen pada kulit lengan bawah atau punggung , kemudian menusuk kulit untuk
memperkenalkan ekstrak ke dalam epidermis . Dalam 15-20 menit , sebuah respon
wheal - dan - suar ( sebuah wheal pucat tidak teratur dikelilingi oleh daerah
kemerahan) akan terjadi jika tes positif . Pengujian biasanya dilakukan dengan
menggunakan allergen relevan dengan lingkungan pasien ( misalnya , serbuk sari ,
bulu binatang , jamur dan tungau debu rumah ) .
22

Pengujian skin prick menggunakan alergen - tes IgE spesifik ( misalnya , tes
radioallergosorbent) yang memberikan ukuran in vitro dari kadar IgE spesifik pasien
terhadap alergen tertentu . Namun, Tes tusuk kulit umumnya dianggap lebih sensitif
dan hemat biaya daripada tes IgE spesifik alergen tertentu , dan memiliki keuntungan
lebih lanjut.

(Harold,2011)
LO.4.7 DIAGNOSIS BANDING
1) Rhinitis vasomotor : suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi,
alergi, eosinofilia, perubahan hormonal dan pajanan obat.
2) Rhinitis medikamentosa : suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal
vasomotor yang diakibatkan oleh pemakaian vasokontriktor topikal dalam waktu lama
dan berlebihan sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap.
3) Rhinitis simpleks : penyakit yang diakibatkan oleh virus. Biasanya adalah rhinovirus.
Sangat menular dan gejala dapat timbul sebagai akibat tidak adanya kekebalan atau
menurunnya daya tahan tubuh.
4) Rhinitis hipertrofi : hipertrofi chonca karena proses inflamasi kronis yang disebabkan
oleh bakteri primer atau sekunder.
5) Rhinitis atrofi : infeksi hidung kronik yang ditandai adanya atrofi progresif pada mukosa
dan tulang chonca.
LO.4.8 TATALAKSANA
Tujuan pengobatan untuk rhinitis alergi adalah menghilangkan gejala . Pilihan terapi yang
tersedia untuk mencapai tujuan ini mencakup 2 langkah , yang pertama terapi non
farmakologi dan kedua terapi farmakologi (antihistamin oral, intranasal kortikosteroid ,
antagonis reseptor leukotrien ,dan imunoterapi alergen. Terapi lain yang mungkin berguna
pada pasien tertentu termasuk dekongestan dan kortikosteroid oral) . Jika gejala pasien terus
berlangsung meskipun pengobatan telah tepat ,pertimbangkan adanya reaksi alergi. Rhinitis
alergi dan asma mewakili penyakit kombinasikan radang saluran napas dan , oleh karena itu,
pengobatan asma juga merupakan pertimbangan penting pada pasien dengan rhinitis alergi .
I. Non Farmakologis
1. menghindari alergen
Pengobatan lini pertama rinitis alergi melibatkan menghindari alergen yang relevan
( misalnya, tungau debu rumah, hewan peliharaan , serbuk sari ) dan iritan ( misalnya ,
tembakau rokok ) . Pasien alergi terhadap tungau debu rumah harus diinstruksikan untuk
menggunakan penutup alergen - kedap untuk tempat tidur dan untuk menjaga kelembaban
relatif di rumah di bawah 50 % ( untuk menghambat pertumbuhan tungau ) . Eksposur Pollen
dapat dikurangi dengan menjaga jendela tertutup , menggunakan udara conditioner , dan
membatasi jumlah waktu yang dihabiskan di luar rumah selama musim serbuk sari puncak .
Untuk pasien alergi bulu binatang, dianjurkan untuk berhenti memeliharanya dan biasanya
menghasilkan pengurangan gejala signifikan dalam waktu 4-6 bulan .
Langkah-langkah untuk mengurangi eksposur terhadap alergen termasuk membersihkan
dengan fungisida, dehumidification, dan filtrasi HEPA.

23

Strategi penghindaran ini dapat secara efektif mengurangi gejala rhinitis alergi, dan pasien
harus disarankan untuk menggunakan kombinasi dari langkah-langkah tersebut untuk hasil
yang optimal.
2. olah raga pagi untuk meninggatkan kondisi tubuh
3. makan makanan yang bergizi

II.

Farmakologi
1. Antihistamin

Antihistamin generasi kedua (non sedative) ( mis. , desloratadine, fexofenadine, dan


loratadine) merupakan lini pertama pengobatan farmakologis yang direkomendasikan untuk
semua pasien dengan rhinitis alergi. Agen ini telah ditemukan untuk secara efektif
mengurangi bersin , gatal dan rhinorrhea jika diminum secara teratur pada saat gejala
maksimal atau sebelum paparan alergen .
Meskipun antihistamin generasi pertama (sedatif)
( misalnya, diphenhydramine ,
chlorpheniramine ) juga efektif dalam mengurangi gejala , mereka telah terbukti berdampak
negatif terhadap kesadaran dan fungsional tubuh oleh karena itu mereka tidak secara rutin
dianjurkan untuk pengobatan rhinitis alergi.
2. kortikosteroid intranasal
Kortikosteroid intranasal juga lini pertama terapi pilihan untuk pasien dengan gejala persisten
ringan atau sedang /parah dan mereka dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan
antihistamin oral. Bila digunakan secara teratur dan benar , kortikosteroid intranasal efektif
mengurangi peradangan dari mukosa hidung dan meningkatkan patologi mukosa . Studi dan
meta -analisis menunjukkan bahwa kortikosteroid intranasal lebih unggul dari pada
antihistamin dan antagonis reseptor leukotrien dalam mengendalikan gejala rhinitis alergi ,
termasuk hidung tersumbat , dan rhinorrhea. Kortikosteroid intranasal juga telah terbukti
dapat memperbaiki gejala okular dan mengurangi gejala saluran napas bagian bawah pada
pasien rhinitis alergi bersamaan dengan asma.
Kortikosteroid intranasal yang biasa dipakai adalah beklometason, flutikason, mometason,
dan triamisolon. Karena aplikasi yang tepat obat dari semprot hidung diperlukan untuk
respon klinis yang optimal , pasien harus diberi konseling pada penggunaan yang tepat
perangkat intranasal ini . Idealnya , kortikosteroid intranasal dimulai sesaat sebelum paparan
relevan alergen dan , karena efek puncak mereka mungkin memakan waktu beberapa hari
untuk beraksi , sehingga obat-obat ini harus digunakan secara teratur.
Efek samping yang paling umum dari kortikosteroid intranasal adalah iritasi hidung dan
menyengat . Namun, efek samping ini biasanya dapat dicegah dengan membidik semprot
sedikit menjauh dari septum hidung. Bukti menunjukkan bahwa intranasal beklometason
dapat memperlambat pertumbuhan pada anak-anak dibandingkan dengan placebo.
3. Antagonis reseptor leukotrien
Antagonis reseptor leukotrien ( LTRAs ) montelukast dan zafirlukast juga efektif dalam
pengobatan rhinitis alergi , namun, mereka tidak tampak seefektif kortikosteroid intranasal.
meskipun satu studi jangka pendek menemukan kombinasi LTRAs dan antihistamin dapat
seefektif intranasal kortikosteroid namun studi jangka panjang menunjukan kortikosteroid
24

intranasal lebih efektif daripada kombinasi tersebut dalam mengurangi gejala di hidung pada
malam hari.
Penting untuk dicatat bahwa di Kanada , montelukast ( Singulair ) adalah satu-satunya LTRA
diindikasikan untuk pengobatan rhinitis alergi pada orang dewasa . LTRAs harus
dipertimbangkan ketika antihistamin oral dan / atau kortikosteroid intranasal tidak ditoleransi
dengan baik atau tidak efektif dalam mengendalikan gejala rhinitis alergi. Jika kombinasi
terapi farmakologi dengan antihistamin oral, kortikosteroid intranasal dan LTRAs tidak
efektif atau tidak ditoleransi , maka allergen Imunoterapi harus dipertimbangkan.
4. Nasal dekongestan
agonis banyak digunakan sebagai dekongestan nasal pada pasien rinitis alergika atau rinitis
vasomotor dan pada pasien ispa dengan rinitis akut. Obat ini menyebabkan venokontriksi
dalam mukosa hidung melalui reseptor 1 sehingga mengurangi volume mukosa dan dengan
demikian mengurangi penyumbatan hidung.
Dalam praktek, dekongestan dapat digunakan secara sistemik (oral), yakni efedrin, fenil
propanolamin dan pseudo-efedrin atau secara topikal dalam betuk tetes hidung maupun
semprot hidung yakni fenileprin, efedrin dan semua derivat imidazolin. Dekongestan topikal
terutama berguna untuk rinitis akut karena tempat kerjanya yang lebih selektif. Penggunaan
dekongestan jenis ini hanya sedikit atau sama sekali tidak diabsorbsi secara sistemik.
Penggunaan secara topikal lebih cepat dalam mengatasi penyumbatan hidung dibandingkan
dengan penggunaan sistemik. Indikasinya per oral atau secara topikal. Eferdin oral sering
menimbulkan efek sentral.
Selain itu efek samping yang dapat ditimbulkan topical dekongestan antara lain rasa terbakar,
bersin, dan kering pada mukosa hidung. Untuk itu penggunaan obat ini memerlukan
konseling bagi pasien. Fenilpropanolamin obat ini harus digunakan secara hati2 pada pasien
hipertensi dan pria dengan hipertrofi prostat . Pemberian dekongestan oral tidak dianjurkan
untuk jangka panjang, terutama karena memepunyai efek samping stimulan SSP sehingga
menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Obat ini tidak boleh diberikan
kepada penderita hipertensi, penyakit jantung, koroner, hipertiroid, dan hipertropi prostat.
Dekongestan oral pada umumnya terdapat dalam bentuk kombinasi dengan antihistamin atau
dengan obat lain seperti antipiretik dan antitusif yang dijual sebagai obat bebas.
5. Imunoterapi allergen
Imunoterapi alergen melibatkan administrasi subkutan yang secara bertahap meningkatkan
jumlah dari alergen yang relevan pada pasien sampai dosis tercapai yaitu efektif dalam
mendorong toleransi imunologi terhadap alergen .
Bentuk terapi telah terbukti efektif untuk pengobatan rhinitis alergi yang disebabkan oleh
serbuk sari dan tungau debu rumah , namun memiliki keterbatasan kegunaan dalam
mengobati alergi bulu hewan.
Biasanya , imunoterapi alergen diberikan dengan peningkatan bertahap dalam dosis
mingguan selama 6-8 bulan , diikuti oleh suntikan pemeliharaan dosis toleransi maksimum
setiap 3 sampai 4 minggu selama 3 sampai 5 tahun. Namun pemberian nya telah dilarang
karena memiliki efek samping yang tidak diinginkan. Persiapan pra - musim yang dikelola
secara tahunan juga tersedia. Sediaan sublingual juga diharapkan akan disetujui di Kanada
dalam waktu dekat . Ini akan memberikan pasien pilihan terapi yang efektif .
25

Imunoterapi alergen harus disediakan bagi pasien yang telah menjalankan non farmakoterapi
dan farmakoterapi namun tidak cukup untuk mengontrol gejala atau tidak ditoleransi dengan
baik . Karena bentuk terapi ini membawa risiko reaksi anafilaksis , obatnya hanya boleh
diresepkan oleh dokter yang cukup terlatih dalam pengobatan alergi dan yang dapat
mengelola kemungkinan terjadinya reaksi anafilaksis yang mengancam jiwa.
Perhatikan bahwa , rhinitis alergi intermiten ringan secara umum dapat dikelola efektif
dengan langkah-langkah non farmakoterapi dan antihistamin oral. Namun, seperti yang
disebutkan sebelumnya , sebagian besar pasien dengan rhinitis alergi memiliki gejala sedang
sampai berat dan , karena itu , akan memerlukan percobaan intranasal kortikosteroid.
6. Pilihan terapi lain
Dekongestan oral dan intranasal ( misalnya pseudoefedrin, fenilefrin ) berguna untuk
menghilangkan hidung tersumbat pada pasien dengan rhinitis alergi . Namun, profil efek
samping yang berhubungan dengan dekongestan oral ( i.e . , agitasi , insomnia , sakit kepala ,
palpitasi ) dapat membatasi penggunaan jangka panjang mereka. Selain itu , agen ini
dikontraindikasikan pada pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol dan penyakit arteri
koroner yang berat . Penggunaan jangka panjang dekongestan intranasal membawa risiko
rhinitis medicamentosa (hidung tersumbat yang kambuhan ) dan , oleh karena itu, agen ini
tidak boleh digunakan untuk lebih dari 5 sampai 10 hari . Kortikosteroid oral juga telah
terbukti efektif pada pasien dengan rhinitis alergi yang parah dan bagi pasien yang refrakter
terhadap pengobatan dengan antihistamin oral dan kortikosteroid intranasal.
Meskipun tidak seefektif kortikosteroid intranasal , natrium kromoglikat ( Cromolyn ) telah
terbukti mengurangi bersin , rhinorrhea dan gatal-gatal hidung sehingga obat ini merupakan
pilihan terapi yang wajar untuk beberapa pasien . antibodi anti IgE, omalizumab, juga telah
telah terbukti efektif dalam rinitis alergi musiman dan asma.
Terapi bedah dapat membantu pasien rhinitis , poliposis , atau penyakit sinus kronis yang
refrakter terhadap perawatan medis . Sebagian besar intervensi bedah dapat dilakukan dengan
anestesi lokal dalam kantor atau pengaturan rawat jalan.
Penting untuk dicatat bahwa rhinitis alergi dapat memburuk selama kehamilan dan , sebagai
hasilnya , mungkin memerlukan pengobatan farmakologis . Manfaat dan resiko agen
farmakologis untuk rhinitis alergi perlu dipertimbangkan sebelum merekomendasikan terapi
medis untuk wanita hamil . Intranasal natrium kromoglikat dapat digunakan sebagai terapi
lini pertama untuk rhinitis alergi pada kehamilan karena tidak ada efek teratogenik telah
dicatat dengan cromones pada manusia atau hewan . Generasi pertama antihistamin juga
dapat dipertimbangkan untuk alergi rinitis pada kehamilan dan , jika diperlukan ,
chlorpheniramine dan diphenhydramine harus dianjurkan mengingat catatan keamanan
jangka panjang mereka. Namun, pasien harus memperingatkan risiko sedasi dengan obat
tersebut . Jika kortikosteroid intranasal diperlukan selama kehamilan , beclomethasone atau
budesonide semprot hidung harus dipertimbangkan sebagai lini pertama terapi karena catatan
keamanan yang lebih lama . mulai atau meningkatkan imunoterapi alergen selama kehamilan
tidak dianjurkan karena risiko anafilaksis ke janin . Namun, dosis pemeliharaan dianggap
aman dan efektif selama kehamilan.
(Peter dan harold, 2011)
LO.4.9 KOMPLIKASI

26

Komplikasi rinitis alergi yang sering ialah:


a. Polip hidung yang memiliki tanda patognomonis:
inspisited mucous glands,akumulasi sel-sel inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih
eosinofil dan limfosit TCD4+), hiperplasia epitel, hiperplasia goblet, dan metaplasia
skuamosa. Poliphidung, terdapat tumbuhan benigna yang lembut terjadi pada lapisan hidung
atausinus disebabkan radangan kronik. Polyps yang kecil tidak menyebabkan masalahtetapi
yang besar akan menyekat peredaran udara melalui hidung dan susah untukbernafas
b.Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.
c. Sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus para nasal.Terjadi
akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa yangmenyebabkan sumbatan ostia
sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekananudara rongga sinus. Hal tersebut
akan menyuburkan pertumbuhan bakteri terutamabakteri anaerob dan akan menyebabkan
rusaknya fungsi barier epitel antara lainakibat dekstruksi mukosa oleh mediator protein
basa yang dilepas sel eosinofil (MBP)dengan akibat sinusitis akan semakin parah (Durham,
2006).
d. Disfungsi tuba, dalam derajat yang bervariasi merupakan komplikasi yang
tersering.Disfungsi tuba pada rhinitis alergi disebabkan oleh terjadinya sumbatan
tuba.Sumbatan inilah yang menyebabkan proteksi, drainase dan ventilasi/aeresi telingatengah
(kavum timpani) terganggu. Gangguan ini akan menimbulkan berbagaibentuk kelainan
telinga tengah, baik anatomis maupun fisiologig, dari ringan hinggayang berat, tergantung
dari waktu/lama dan beratnya rhinitis alergi serta factor-faktor lain.
(http://eprints.undip.ac.id/29135/1/Halaman_Judul.pdf )

LO.4.10 PROGNOSIS
Secara umum,pasien dengan rinitis alergi tanpa komplikasi yang respon
dengan pengobatan memiliki prognosis baik. Pada pasien yang diketahui alergi terhadap
serbuk sari, maka kemungkinan rinitis pasien ini dapat terjadi musiman. Prognosis sulit
diprediksi pada anak-anak dengan penyakit sinusitis dan telinga yang berulang. Prognosis
yang terjadi dapat dipengaruhi banyak faktor termasuk status kekebalan tubuh maupun
anomali anatomi. Perjalanan penyakit rinitis alergi dapat bertambah berat pada usia dewasa
muda dan tetap bertahan hingga dekade lima dan enam. Setelah masa tersebut, gejala klinik
akan jarang ditemukan karena menurunnya sistem kekebalan tubuh.
LO.4.11 PENCEGAHAN
Pada dasarnya penyakit alergi dapat dicegah dan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
a. Pencegahan primer
Untuk mencegah sensitisasi atau proses pengenalan dini terhadap alergen. Tindakan pertama
adalah mengidentifikasi bayi yang mempunyai risiko atopi. Pada ibu hamil diberikan diet
restriksi (tanpa susu, ikan laut, dan kacang) mulai trimester 3 dan selama menyusui, dan bayi
mendapat ASI eksklusif selama 5-6 bulan. Selain itu kontrol lingkungan dilakukan untuk
mencegah pajanan terhadap alergen dan polutan.
b. Pencegahan sekunder

27

Untuk mencegah manifestasi klinis alergi pada anak berupa asma dan pilek alergi yang sudah
tersensitisasi dengan gejala alergi tahap awal berupaalergi makanan dan kulit. Tindakan yang
dilakukan dengan penghindaran terhadap pajanan alergen inhalan dan makanan yang dapat
diketahui dengan uji kulit.
c. Pencegahan tersier
Untuk mengurangi gejala klinis dan derajat beratnya penyakitalergi dengan penghindaran
alergen dan pengobatan.

LO.4.12 EPIDEMIOLOGI
Rinitis tersebar di seluruh dunia, baik bersifat endemis maupun muncul sebagai KLB. Di
daerah beriklim sedang, insidensi penyakit ini meningkat di musim gugur, musim dingin, dan
musim semi. Di daerah tropis, insidensi penyakit tinggi pada musim hujan. Sebagian besar
orang, kecuali mereka yang tinggal di daerah dengan jumlah penduduk sedikit dan terisolasi,
bisa terserang satu hingga 6 kali setiap tahunnya. Insidensi penyakit tinggi pada anak-anak di
bawah 5 tahun dan akan menurun secara bertahap sesuai dengan bertambahnya umur.
Rinitis merupakan salah satu penyakit paling umum yang terdapat di amerika Serikat,
mempengaruhi lebih dari 50 juta orang. Keadaan ini sering berhubungan dengan kelainan
pernapasan lainnya, seperti asma. Rhinitis memberikan pengaruh yang signifikan pada
kualitas hidup. Pada beberapa kasus, dapat menyebabkan kondisi lainnya seperti masalah
pada sinus, masalah pada telinga, gangguan tidur, dan gangguan untuk belajar. Pada pasien
dengan asma, rinitis yg tidak terkontrol dapat memperburuk kondisi asmanya.
Karena rinitis alergik ditimbulkan oleh tepung sari atau kapang (mold) yang terbawa angin,
keadaan ini dditandai oleh insiden musiman di Negara empat musim :

Awal musim semi- teung sari ( pollen) pohon (oak, elm,poplar)

Awal musim panas (rose fever) tepung sari rerumputan(Timothy, red-top)

Awal musim gugur tepung sari gulma (ragweed)

Setiap tahunya, serangan dimulai dan berakhir pada waktu yang kurang-lebih sama.

Spora kapang yang hangat dan lembab. Meskipun pola musiman yang kaku tidak terdapat,
spora ini muncul pada awal musim semi, bertambah banyak selama musim panas dan
berkurang serta menghilang menjelang turunnya salju yang pertama.

LI.5
MEMAHAMI
DAN
MENJELASKAN
MENGENAI
ISTINSYAK,ISTINSHAR, DAN ADAB BERSIN DALAM ISLAM

HUKUM

I. HUKUM ISTINSYAK DAN ISTINSHAR DALAM ISLAM


Wudhu Sebagai Syarat Sah Shalat
Wudhu adalah syarat sahnya shalat yang dilakukan oleh orang berhadats. Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda:

28

"Tidak akan diterima shalat salah seorang dari kalian apabila ia berhadats, hingga ia
berwudhu." (Muttafaq 'alaih dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)
Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata, sesungguhnya aku
mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:




"Tidak diterima shalat (seorang hamba) tanpa bersuci dan tidak pula diterima shadaqah
yang dari hasil ghulul (menilep/mencuri ghanimah)." (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda: "Sesungguhnya aku diperintahkan berwudhu apabila akan mengerjakan
shalat." (HR. al-Tirmidzi, Abu Dawud, dan al-Nasai. Lihat Shahih al-Jami' no. 2333)
Diriwayatkan dari Abu Sa'id, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Kunci shalat
adalah bersuci, pembukanya adalah takbir, dan penutupnya adalah salam." (Dishahihkan oleh
Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami': 5761)
Juga didapatkan ijma' para ulama, mereka telah sepakat bahwa tidak sah shalat tanpa bersuci.
Yaitu jika ia mampu mengerjakannya. (Lihat: Al-Ausath, Ibnul Mundzir: 1/107)
Membasuh wajah
Satu-satunya ayat yang menerangkan tentang tata cara wudhu terdapat dalam QS. Al-Maidah:
6. Darinya para ulama menyimpulkan rukun-rukun wudhu. Yaitu hal-hal yang menjadi
susunan wudhu, yang mana apabila salah satu darinya ditinggalkan, maka batallah wudhunya
dan tidak sah menurut syariah. Dan di antara rukun wudhu yang disebutkan dalam ayat
tersebut- adalah membasuh muka (wajah).
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,


"Wahai orang-orang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu." (QS. Al-Maidah: 6)
Mengenai membasuh wajah, semua ulama yang meriwayatkan sifat wudhu Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam menetapkan tentang membasuh wajah dan bahkan semua ulama telah
bersepakat tentang hal ini. (Lihat: Shahih Fiqih Sunnah edisi Indonesia-, Abu Malik Kamal:
1/149)
Wajibnya Berkumur-kumur dan Istinsyaq
Berkumur-kumur yang dalam bahasa arabnya Madhmadhah, adalah memasukkan air ke
dalam mulut lalu menggerak-gerakkannya di dalam.
Sedangkan istinsyaq adalah memasukkan air ke dalam lubang hidung dan menghirupnya
hingga ke pangkal hidung. Sementara istinsyar, adalah mengeluarkan air dari dalam hidung
setelah beristinsyar.
Berkumur-kumur dan beristinsyar adalah bagian dari membasuk wajah yang diperintahkan
dalam ayat di atas. Sedangkan membasuh wajah adalah wajib, maka berkumur-kumur dan
beristinsyaq juga wajib menurut pendapat yang lebih shahih. (Shahih Fiqih Sunnah: 1/150)
Syaikh Abdurahman bin Nashir al-Sa'di dalam tafsirnya, Taisir al-Kariim al-Rahmaan fii
Tafsiir Kalaam al-Mannaan, mengeluarkan dari ayat di atas beberapa faidah hukum yang
29

banyak. Pada urutan ke tujuh, beliau mengatakan: Perintah membasuh wajah. Yaitu yang
didapatkan dari bagian muka, dimulai secara memanjang (meninggi) dari tempat tumbuhnya
rambut normal hingga tulang rahang dan dagu, melebarnya dari telinga satu sampai telinga
yang lain. Masuk di dalamnya, berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam
hidung lalu mengeluarkannya) yang dijelaskan oleh sunnah. Juga masuk dalam bagiannya,
rambut-rambut yang tumbuh padanya. Tapi jika tipis harus menyampaikan air ke kulit, dan
jika lebat maka cukup yang nampak saja.
Lebih jelasnya, kami uraikan empat alasan yang mewajibkannya dalam rincian sebagai
berikut:
1. Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan untuk mencuci wajah, sedangkan mulut dan
hidung adalah bagian dari wajah yang bagian dalam. Tidak ada alasan menghususkan wajah
bagian luarnya saja, tidak bagian dalamnya. Padahal semua bagian tersebut termasuk wajah,
sebagaimana mata, alis, pipi, jidad dan lainnya.
2. Allah memerintah untuk mencuci wajah secara mutlak, sementara Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam menjelaskan dengan perbuatan dan penyampaian. Beliau berkumur-kumur
dan memasukkan air ke dalam hidung setiap kali berwudhu. Tidak pernah didapatkan
nukilan, beliau meninggalkannya walau pada saat beliau membasuh bagian yang pentingpenting saja. Jika perbuatan tersebut untuk melaksanakan suatu perintah, maka hukumnya
sama dengan hukum perintah tersebut, yaitu menunjukkan wajibnya. (Lihat: Syarah alUmdah, Ibnu Taimiyah: 1/178; dan al-Tamhid, Ibnu Abdil Barr: 4/36).
3. Perintah berkumur-kumur disebutkan dalam sejumlah hadits, di antaranya dalam hadits
Luqaith bin Shabrah:


"Apabila kamu berwudhu, maka berkumur-kumurlah." (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Nasai,
dan Ibnu Majah. Dinukil dari Shahih Fiqih Sunnah: 1/151. Hadits ini dishahihkan oleh
Syaikh Al-Albani.)
4. Tentang istinsyaq dan istintsar telah diriwayatkan secara shahih dari sabda
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:


"Siapa yang berwudhu hendaknya ia beristintsar." (HR. Bukhari, Muslim, dan selain
keduanya)


"Dan apabila salah seorang kamu berwudhu, maka hendaknya ia memasukkan air ke dalam
hidungnya lalu ia keluarkan kembali." (HR. al-Bukhari, Muslim, dan selain keduanya)


"Apabila seorang kamu berwudhu hendaknya dia beristinsyaq." (HR. Muslim)


"Sempurnakan wudhu dan sela-sela di antara jari-jemari serta bersungguh-sungguhlah


dalam memasukkan air ke hidung (istinsyaq) kecuali saat engkau sedang berpuasa." (HR.
Ashabus Sunan dan dishahihkan Syaikh Al-Albani)

30

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Nabi Shallallahu 'Alaihi


Wasallam menghususkan istinsyaq dengan perintah, bukan karena hidung lebih penting untuk
dibersihkan daripada mulut. Bagaimana mungkin, padahal mulut lebih mulia karena
digunakan untuk berdzikir dan membaca Al-Qur'an, serta mulut lebih sering berubah baunya?
Namun wallahu a'lam- karena syariat telah memerintahkan untuk membersihkan mulut
dengan siwak dan menegaskan perihalnya. Mencuci mulut sesudah dan sebelum makan
disyariatkan menurut sebuah pendapat. Telah diketahui perhatian syariat untuk membersihkan
mulut, berbeda dengan hidung. Jadi, membersihkan hidung di sini untuk menjelaskan
hukumnya, karena dikhawatirkan perkara ini akan diabaikan." (Syarh al-'Umdah: 1/179-180)
Catatan:
Perlu sama-sama diperhatikan dan disadari, masalah ini sudah dibicarakan ulama sejak
dahulu dan terdapat perbedaan tentang status berkumur-kumur dan beristinsyaq saat
berwudhu. Ada yang menyatakannya mandub/sunnah, berargumen dengan hadits Rifa'ah bin
Rafi' tentang kisah orang yang buruk shalatnya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda kepadanya:
"Sesungguhnya tidak akan sempurna shalat salah seorang kalian hingga ia berwudhu
dengan sempurna sebagaimana diperintahkan Allah, yaitu ia membasuh wajahnya, kedua
tangannya hingga siku,mengusap kepalanya dan mencuci kedua kakinya hingga mata
kaki . . ." (HR. Ashabus Sunan dan selain mereka)
Pada hadits tersebut, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak menyebutkan tentang
berkumur-kumur dan istinsyaq mengenai apa yang diperintahkan Allah. Hal ini selaras
dengan QS. Al-Maidah: 6 di atas. Penyebutan wajah di sini bukan perkara mujmal (global)
yang membutuhkan perinciannya dari sunnah. Ini juga merupakan pendapat yang tidak bisa
dibatilkan. Wallahu Ta'ala a'lam.
Hanya saja menjaga kumur-kumur dan istinsyaq serta intintsar dalam wudhu adalah jelas
dilaksanakan dan diperintahkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai bagian
pelaksanaan bersuci untuk shalat. Bahkan bagian dari pelaksanaan perintah Allah dalam
membasuh wajah saat berwudhu. Dan sebaik-baik keputusan dalam ibadah adalah ittiba'
kepada sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

"Maka sampaikanlah kabar gembira kepada hamba-hamba-Ku. Yaitu mereka yang
mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya." (QS. AlZumar: 17-18)

(Badrul Tamam)

II. ADAP BERSIN DALAM ISLAM


Bersin adalah sesuatu yang disukai Allah Taala, dan bahkan bersin itu adalah pemberian dari
Allah.
Sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

31



:


Bersin itu dari Allah dan menguap itu dari syaithon. Jika salah seorang diantara kalian
menguap, hendaknya dia menutup dengan tangannya. Jika ia mengatakan, aah berarti
syaithon sedang tertawa di dalam perutnya. Sesungguhnya Allah menyukai perbuatan bersin
dan membenci menguap. (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2746; al-Hakim, IV/264; Ibnu
Khuzaimah, no. 921 dan Ibnu Sunni dalam kitab Amalul Yaum wal Lailah, no. 2666. Hadits
ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shohiih al-Jaami, no. 4009).
Agar bersin yang kita lakukan bisa mendatang pahala di sisi Allah Taala, maka hendaklah
kita memperhatikan adab-adab yang diajarkan oleh Nabi kita, Muhammad shallallahu alaihi
wa sallam, tatkala kita sedang bersin.Berikut ini adalah adab-adab yang harus kita perhatikan
ketika bersin. Semoga Allah Taala memberikan pertolongan kepada kita untuk
mengamalkannya.
Pertama : Meletakkan Tangan Atau Baju ke Mulut Ketika Bersin
Salah satu akhlaq mulia yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika
bersin adalah menutup mulut dengan tangan atau baju. Hal ini sebagaimana yang biasa
dilakukan oleh Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam tatkala beliau bersin.
Abu Hurairah radhiyallahu anhu menceritakan,





Tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersin, beliau meletakkan tangan atau
bajunya ke mulut dan mengecilkan suaranya. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 5029; atTirmidzi, no. 2745 dan beliau menshohihkannya. Diriwayatkan pula oleh al-Hakim, IV/293,
beliau menshohikannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi).
Di antara hikmahnya, kadangkala ketika seseorang itu bersin, keluarlah air liur dari mulutnya
sehingga dapat menggangu orang yang ada disebelahnya, atau menjadi sebab tersebarnya
penyakit dengan ijin Allah Taala. Maka tidak layak bagi seorang muslim menyakiti
saudaranya atau membuat mereka lari. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Kedua : Mengecilkan Suara Ketika Bersin
Hal ini sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits
di atas.
Dalam redaksi yang lainnya disebutkan,



Apabila salah seorang dari kalian bersin hendaklah ia meletakkan tangannya ke wajahnya
dan mengecilkan suaranya. (Diriwayatkan oleh al-Hakim, IV/264 dan beliau
menshohihkannya. Disepakati pula oleh adz-Dzahabi, dan al-Baihaqi dalam asy-Syuab, no.
9353. Hadits ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shohiih al-Jaami, no. 685)

32

Betapa banyaknya orang yang terganggu atau terkejut dengan kerasnya suara bersin. Maka
sudah selayaknya setiap muslim mengecilkan suaranya ketika bersin sehingga tidak
mengganggu atau mengejutkan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Ketiga : Memuji Allah Taala Ketika Bersin
Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk mengucapkan tahmid
tatkala bersin. Beliaushallallahu alaihi wa sallam bersabda:

:



:
Jika salah seorang di antara kalian bersin, hendaklah ia mengucapkan Alhamdulillah, jika
ia mengatakannya maka hendaklah saudaranya atau temannya membalas: yarhamukalloh
(semoga Allah merahmatimu). Dan jika temannya berkata yarhamukallah, maka
ucapkanlah: yahdikumulloh wa yushlihu baalakum (semoga Allah memberimu petunjuk dan
memperbaiki keadaanmu). (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhori, no. 6224 dari Abu
Hurairah radhiyallahu anhu)
Dalam redaksi lainnya disebutkan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:



Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Jika salah seorang dari
kalian bersin dan memuji Allah, maka wajib atas setiap muslim yang mendengarnya untuk
mengucapkan tasymit (yarhamukalloh) (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari,
no. 6226 dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu)
Keempat : Mengingatkan Orang Yang Bersin Agar Mengcapkan Tahmid Jika Ia Lupa
Jika kita mendapati orang yang bersin namun tidak memuji Allah Taala, hendaklah kita
mengingatkannya. Ini termasuk bagian dari nasihat.
Abdullah
bin
al-Mubarak
melihat
orang
lain
bersin
tapi
tidak
mengucapkan Alhamdulillah, maka beliau berkata kepadanya, Apa yang seharusnya
diucapkan seseorang jika ia bersin? Orang itu mengatakan, Alhamdulillah. Maka Ibnul
Mubarak menjawab, Yarhamukalloh.
Kelima : Tidak Perlu Mendoakan Orang Yang Sudah Bersin Tiga Kali Berturut-Turut
Demikianlah sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alihi wa sallam. Beliau
bersabda:


Jika salah seorang dari kalian bersin, hendaklah orang yang ada di dekatnya
mendoakannya. Dan jika (ia bersin) lebih dari tiga kali berarti ia sakit. Janganlah kalian
men-tasymit bersinnya setelah tiga kali. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 5034; Ibnus
Sunni, no. 251; dan Ibnu Asakir, 8/257. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani
dalamShohiih al-Jaami, no. 684)
33

Dalam redaksi lainnya disebutkan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:




Doakanlah saudaramu yang bersin tiga kali dan bila lebih dari itu berarti ia sedang
sakit. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 5034 dan al-Baihaqi dalam Syuabul Iiman, 7/32.
Hadits ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam al-Misykah, no. 4743)
Ada seorang laki-laki bersin di hadapan Nabi shallallahu alaihi wa salla. Maka
Nabi shallallahu alaihi wa sallamberkata, Yarhamukalloh. Kemudian ia bersin lagi, maka
Rasulullah shallallahu alihi wa sallam bersabda:

Laki-laki ini sedang sakit. (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2993)
Keenam : Tidak Mengucapkan Tasymit Terhadap Orang Kafir Yang Bersin Meskipun
Ia MengucapkanAlhamdulillah
Diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu anhu, ia mengatakan,

-

:
Dahulu orang Yahudi sengaja bersin di dekat Nabi shallallahu alaihi wa sallam dengan
harapan Nabi mengatakan, yarhamukumulloh (semoga Allah merahmatimu) tetapi Nabi
shallallahu alaihi wa sallam mengatakan: Yahdikumulloh wa yushlihu baalakum (semoga
Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).(Diriwayatkan oleh Abu Dawud,
no. 5038 dan At-Tirmidzi, no. 2739. Imam at-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan
shohih).

34

DAFTAR PUSTAKA
Al-Atsary, Abu Ihsan. dan Chairiyah, Ummu Ihsan . Panduan Amal Sehari Semalam .
cetakan ke-3, hal. 277 280. Dari : http://remajaislam.com/islam-dasar/amalan/192-adabketika-bersin.html.
Betu,Sin . and Alkis, Togias (2011). Pathophysiology of Allergic and Nonallergic Rhinitis.
Journal of Am Thorac Soc. Vol 8. pp 106114, DOI: 10.1513/pats.201008 057RN. from:
www.atsjournals.org
Dr.H.Inmar Raden, Ms,PA. 2013. Anatomi Kedokteran.

(http://eprints.undip.ac.id/29135/1/Halaman_Judul.pdf )

http://biologilma.blogspot.com/2011/02/mekanisme-pernapasan-manusia.html

Pearce, Evelyn C.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama
Small, Peter. dan Kim ,Harold (2011). Allergy, Asthma & Clinical Immunology, 7(Suppl
1):S3. From : http://www.aacijournal.com/content/7/S1/S3
Tamam, Badrul . dari: http://www.voa-islam.com/read/ibadah/2011/04/19/14231/wajibnyaberkumurkumur-dan-istinsyaq-dalam-wudhu/#sthash.7b4LCNxT.dpuf

35

También podría gustarte