Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Urolithiasis
Oleh SGD 2
Made A. Perama Pradnyani
1002105009
1002105017
1002105018
1002105033
1002105051
1002105055
1002105057
1002105060
I Putu Septiawan
1002105068
1002105085
1002105087
Jelaskan Konsep Dasar Penyakit yang dialami oleh klien dengan kasus diatas
(Definisi, Epidemiologi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Fisik
dan Diagnostik, Penatalaksanaan, Komplikasi, Prognosis)
Susunlah Asuhan Keperawatan untuk kasus klien diatas (Pengkajian, Analisa Data,
Rumusan Diagnosa Keperawatan, Perencanaan)
Buatlah SAP untuk pendidikan kesehatan pada klien dengan kasus diatas
UROLITHIASIS
1. Konsep dasar penyakit
a. Definisi
- Urolithiasis adalah batu ginjal (kalkulus) bentuk deposit mineral, paling umum
oksalat Ca2+ dan fosfat Ca2+, namun asam urat dan kristal lain juga membentuk batu,
meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan, batu
ini paling sering ditemukana pada pelvis dan kalik ginjal (Marilynn E, Doengoes
2002)
- Urolithiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urine (kalsium oksalat, asam urat, kalsiumfosfat,
struvit dan sistin) (Sandra M Nettina 2002)
- Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkulus) ditraktus urinarius. Batu terbentuk
didalam traktus ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium
fosfat dann asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat
defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi
dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH
urine dan status cairan klien (Brunner & Suddarth 2001)
- Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat
terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat
(60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu
tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace
& Neil R. Borley 2006, ILMU BEDAH, hal. 171).
b. Epidemiologi
Penelitian epidemiologi memberikan kesan seakan-akan batu ginjal mempunyai
hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai dengan
perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan pembandingan data penyakit batu
saluran kemih di berbagai negara, dapat disimpulkan bahwa di negara yang mulai
berkembang terdapat banyak batu saluran kemih bagian bawah, terutama terdapat di
kalangan anak
Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran kemih relatif rendah,
baik
dari batu saluran kemih bagian bawah maupun batu saluran kemih bagian atas. Di
negara yang telah berkembang, terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas,
terutama di kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu, penyakit batu saluran
kemih sangat jarang, misalnya suku bangsa Bantu di Afrika Selatan.
Satu dari 20 orang menderita batu ginjal. Pria:wanita = 3:1. Puncak kejadian di usia 3060 tahun atau 20-49 tahun. Prevalensi di USA sekitar 12% untuk pria dan 7% untuk
wanita. Batu struvite lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria.1
c. Etiologi
Secara epidemiologis terdapat dua faktor yang mempermudah/mempengaruhi
terjadinya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor ini adalah faktor
intrinsik, yang merupakan keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor
ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan disekitarnya. Menurut Ragil
(2009) faktor-faktor tersebut adalah:
Faktor intrinsik:
a. Umur
Penyakit batu saluran kemih paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
b. Herediter (keturunan)
Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya. Dilaporkan bahwa pada orang
yang secara genetika berbakat terkena penyakit batu saluran kemih, konsumsi
vitamin C yang mana dalam vitamin C tersebut banyak mengandung kalsium
oksalat yang tinggi akan memudahkan terbentuknya batu saluran kemih, begitu
pula dengan konsumsi vitamin D dosis tinggi, karena vitamin D menyebabkan
absorpsi kalsium dalam usus meningkat.
c. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibanding dengan pasien
perempuan
Faktor Ektrinsik :
a. Asupan air
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan
kadar substansi dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah
pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai dengan kadar mineralnya
terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi terbentuknya batu saluran kencing.
b. Diet
Obat sitostatik untuk penderita kanker juga memudahkan terbentuknya batu
saluran kemih, karena obat ini bersifat meningkatkan asam uratdalam tubuh. Diet
banyak purin, oksalat dan kalsium juga mempermudah terjadinya batu saluran
kemih.
antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang
dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin
menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung
pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam
urin
yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan
semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan
batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa
nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu
yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi
struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul
hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organorgan dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu
melakukan fungsinya secara normal, maka dapat terjadi penyakit GGK yang dapat
menyebabkan kematian
e. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.
Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria)
dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan
sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
- Perkusi
Ditemukan suara tympani
b. Pemeriksaan diagnostik
Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan
adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium
oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan
sistin dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat
amonium, atau batu kalsium fosfat.
Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,
proteus,klebsiela,pseudomonas).
Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat,
protein dan elektrolit.
BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada
urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan
kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan
infeksi/septicemia.
Sel darah merah : biasanya normal.
Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (
mendorong presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).
Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan
kalsium urine).
Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik (
distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat
membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut.
Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang memiliki batu
fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium hidroksida dapat diresepkan
karena agens ini bercampur dengan fosfor, dan mengeksikannyamelalui saluran
intensial bukan ke system urinarius.
Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah purin, untuk
mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.
Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan pemasukan oksalat.
Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun banyak,
kacang,seledri, coklat,the, kopi.
Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi, modaritas
penanganan mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal, pengankatan batu
perkutan, atau uteroroskopi.
d) Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur noninvasive yang
digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu pecah menjadi
bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan
e) Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi menggabungkan
keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengankat batu renal tanpa
pembedahan mayor.
f) Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan suatu alat
ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan menggunakan laser,
lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.
g) Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat dilakukan
sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain,
dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut
(struvit).
h) Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal secara
bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan
dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau
nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di piala
ginjal diangat dengan pielolitotomi, sedangkan batu yang diangkat dengan
ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di kandung kemih., batu kemudian
dihancur dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi.
h. Komplikasi
Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan infeksi
saluran kemih, pyelonefritis, yang akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul gagal
ginjal dengan segala akibatnya yang jauh lebih parah. (Abdul Haris Awie, 2009)
i. Prognosis
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu dan adanya
infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk prognosisnya.
Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi.
Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat
menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan bebas
dari
batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih ada sisa fragmen batu
dalam saluran kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan PNL, 80% dinyatakan
bebas dari batu, namun hasil yang baik ditentukan pula oleh pengalaman operator.2
2. Pathway (terlampir)
3. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Wawancara
a.
b.
c.
d.
e.
2) Pemeriksaan Fisik
a.
b.
c.
d.
Sistem genitourinaria: Kaji adanya nyeri saat berkemih, kaji warna dan
jumlah urine. Biasanya ada rasa nyeri saar berkemih, dan urine berwarna
kuning tanpa disertai partikel darah atau lainnya.
e.
Sistem muskoskeletal: Kaji adanya kaku otot, kaji tonus otot, kaji adanya
nyeri tekan, kaji adanya udema dan adanya kelemahan. Biasanya tidak
terdapat kaku otot, tonus otot sedang, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada
edema.
f.
Sistem gastrointestinal: Kaji adanya kelainan seperti mual muntah, kaji selera
makan, kaji adanya nyeri tekan. Biasanya tidak ditemukan kelainan, selera
makan baik, dan tidak ada nyeri tekan.
g.
h.
Sistem
endokrin:
Kaji
adanya
riwayat
penyakit
akibat
gangguan
metabolisme.
Adapun yang harus dikaji pada klien urolitiasis adalah :
1.
Aktivitas istirahat
Gejala
Sirkulasi
Tanda
Eliminasi
Gejala
Makanan/cairan
Gejala
oksalat, dan atau fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air
dengan cukup.
Tanda
muntah.
5.
Nyeri/ kenyamanan
Gejala
: episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung dari lokasi
palpasi.
6.
Keamanan
Gejala
7.
Penyuluhan pembelajaran
Gejala
kronis.
penyakit
usus
halus,
bedah
abdomen
sebelumnya,
hiperparatiroidisme
b. Analisis data
No
1
Analisis Data
DS : Px mengatakan
nyeri pinggang
Diagnosa
UROLITHIASIS
seperti terbakar
hilang timbul,
menjalar ke
perut, daerah
kemaluan, dan
paha sebelah
Nyeri mendadak
dan menyebar
Nyeri Akut
dalam
DO : Skala nyeri 8
Episode kolik renal
NYERI AKUT
DS : Px mengatakan
kencing sering
UROLITHIASIS
namun sedikitsedikit
Obstruksi saluran kemih
DO : VU teraba penuh,
ditemukan kristal
batu yang kecil
pada pemeriksaan
Gangguan
urin mikroskopik
Eliminasi Urin
Retens urin
GANGGUAN
ELIMINASI
URIN
DS : Px mengatakan
panas serta
menggigil sejak
tadi malam
UROLITHIASIS
Hipertermia
DO : Tax : 38,5 C
Mengiritasi endotel
dan PD pada ureter
Pelepasan mediator
inflamasi (Pirogen)
Aktivasi asam
Arachidonat
Merangsang
thermostat di
Hipotalamus
suhu tubuh
HIPERTERMIA
Diagnosa
Intervensi
Evaluasi
Hasil
1.
Nyeri
akut Setelah
S: pasien mengatakan
...x24
ditandai
secara
perilaku
menjalin
NOC Label:
nyeri normal
saling lagi.
untuk
pasien sebagian
teknik relaksasi.
wajah
Distraction
Mengungkapkan
rasa
A: Intervensi tercapai
Instruksikan
Pasien melaporkan
Ekspresi
rasa
percaya
gelisah, waspada)
nyeri berkurang
mengekspresikan
sudah
melaporkan
nyerinya
nyeri
bila
dengan
tingkat
timbul.
energi,
kemampuan,
Penggunaan
tingkat
perkembangan
analgesic
jika
diperlukan
kefektifannya.
Sarankan pasien untuk
melakukan
teknik
distraksi
Pain management
Ajarkan
pasien
seperti
relaksasi, distraksi,dll.
Kontrol
faktor
lingkungan
yang
mungkin mempengaruhi
respon ketidaknyamanan
klien
ruangan,
(mis.
Suhu
cahaya,
dan
kebisingan).
Implementasikan
penggunaan
analgesik
jika diperlukan.
2
Hipertermi
Setelah diberikan
S : Klien mengatakan
Monitoring
tekanan darah,
pernafasan.
atas normal
37,50C
NOC :
A : Tujuan tercapai
Thermoregulasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Vital Signs
1. Suhu tubuh 36
0
panas.
37 C.
2. Tekanan darah,
memakaikan pakaian
nadi dan RR
dalam rentang
normal
TD : 100-120/60-
89 mmHg
membran mukosa)
N : 60-100
5. Kolaborasi dengan
x/menit
RR : 12-
20x/menit
3. Tidak ada
Temperatur Regulation
perubahan warna
1. Anjurkan penggunaan
kulit dan
membran mukosa
menyesuaikan
lembap
4. Tidak adanya
dehidrasi
mendapatkan intake
nutrisi dan cairan yang
adekuat
berhubungan asuhan
dengan
anatomik
dengan
obstruksi selam
keperawatan Urinary
...x24
S : pasien mengatakan
Elimination pola
jam Management
berkemihnya
sudah lancar
(anyang-anyangan)
berkurang
dengan
kriteria hasil:
normal,
berkemih
klien normal
Tujuan
tercapai
sebagian
retensi urine
normal
untuk analisis
cairan NIC Label :
normal
Mampu
Pasangkan kateter
mengosongkan
kandung
klien
Urinary Elimination
Intake
frekuensi, cairan
NOC Label :
Pola
meliputi
kemih
secara komplit
untuk
Hesitancy
saat
berkemih normal
Frekuensi
berkemih normal
Retensi urine pada
klien normal
Monitor
intake
dan
output cairan
Monitor derajat distensi
abdomen melalui palpasi
dan perkusi
Daftar Pustaka
1. Tiselius HG, Ackermann D, Alken P,dkk. Guidelines on urolithiasis. Dalam :
EAUguidelines. Edition presented at the 16th EAU Congress, Geneva, Switzerland
2001
2. Perhimpunan
Dokter Spesialis
Penyakit
Dalam
Indonesia.
Buku
Ajar Ilmu PenyakitDalam. Jilid I. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.Jakarta. 2006.
3. Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8.Jakarta : EGC
4. Smith, Kelly. 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta: Digna Pustaka.
5. Dochterman, Joanne Mccloskey. 2000. Nursing Intervention Classification. America :
Mosby.
6. Swanson, Elizabeth. 2004. Nursing Outcome Classification. America: Mosby
Pokok Bahasan
: Urolithiasis
Sasaran
Target
Hari/tanggal
Waktu
: 20 menit
Tempat
Penyuluh
I. Latar Belakang
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa
keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air
kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih
kekurangan materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi
air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi, 2007). Lokasi batu saluran
kemih dijumpai khas di kaliks atau pelvis (nefrolitiasis) dan bila akan keluar akan terhenti di
ureter atau di kandung kemih (vesikolitiasis) (Robbins, 2007).
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-wanita
4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di
Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia
rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini
merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan
yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu
diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat dari
lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat.
Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan dari
rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan
sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang,
dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang (Anonim, 2005). Pada penelitian di RS dr.
Kariadi ternyata jumlah penderita batu naik dari 32,8% (2003) menjadi 39,1% (2005) di
banding seluruh kasus urologi dan sebagian besar batu saluran kemih bagian atas (batu ginjal
dan ureter) (Muslim, 2007).
2. Media
V. Proses Pelaksanaan
No. Kegiatan
Waktu
Penyuluh
Peserta
1.
3 menit
Salam pembuka
Menjawab salam
Memperkenalkan diri
Menyimak
Menyampaikan tujuan
Menyimak
Pendahuluan
penyuluhan
Apersepsi
Mendengarkan,
menjawab pertanyaan
2.
Kerja
15 menit
Penyampaian
besar
garis
materi
Mendengarkan dengan
penuh perhatian
urolithiasis
Memberi kesempatan
Menanyakan
Menjawab pertanyaan
Memperhatikan
jawaban
3.
Penutup
2 menit
Menjawab pertanyaan
Menyimpulkan
Mendengarkan
Salam penutup
Menjawab salam
1
3
Keterangan :
1. Perawat
2. Pasien
3. Keluarga Pasien
VII. Pengorganisasian:
Perawat
Pasien
dari
penceramah
Evaluasi
hal-hal
Evaluasi Hasil
1. Para Pasien mampu menjelaskan pengertian urolithiasis
2. Para Pasien mengetahui penyebab atau etiologi urolithiasis
3. Para Pasien mengetahui tanda dan gejala urolithiasis
4. Para Pasien mengerti dan mengetahui pencegahan urolithiasis
IX. Referensi
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI.Jakarta. 2006.
Lampiran Materi
Pengertian :
Urolithiasis adalah adanya batu atau kulkulus dalam sistem urinarius atau saluran
perkemihan (Barbara M. Nettina, 2002).
Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and Suddarth,
2002, hal. 1460).
Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu ginjal.
Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal. 1595).
Penyebab :
Penyebab secara pasti belum diketahui (idiopatik), namun ada beberapa faktor presipitasi
terbentuknya batu, yaitu (R. Sjamsuhidajat, 2004) :
1. Makanan yang banyak mengandung purin
2. Dehidrasi
3. Hiperparatiroidisme
4. Immobilisasi
5. Obstruksi kronik oleh benda asing didalam traktus urinarius
Menurut Soeparman, 2000 penyebab urolithiasis dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Faktor intrinsik
a. Herediter
b. Usia : 30 50 tahun
c. Pria tiga kali lebih banyak dibandingkan wanita
2. Faktor ekstrinsik
a. Faktor geografis : daerah berkapur
b. Pemasukan cairan kurang dan peningkatan kalsium, terutama berasal dari fastfood
c. Diet purin, oksalat, dan kalsium
Manifestasi Klinis :
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi,
infeksi dan edema.
a. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi
dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala namun
secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke
bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal, dan
muncul Mual dan muntah.
Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat
dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan
usus besar.
Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke
paha dan genitalia.
Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.
Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine.
Pencegahan :
Untuk membantu pemulihan pasca bedah atau tindakan
a. Anjurkan untuk banyak minum untuk mempercepat pengeluaran partikel-partikel batu
b. Jelaskan bahwa mungkin akan ada darah yang terdapat dalam urine selama beberapa
minggu
c. Anjurkan pasien untuk sering berjalan demi membantu keluarnya pecahan-pecahan batu
d. Ajarkan tentang penggunaan obat analgetik yang masih diperlukan untuk mengurangi
nyeri kolik yang menyertai keluarnya pecahan batu
Untuk mencegah terbentuknya kembali batu tersebut
a. Anjurkan untuk diet yang berhubungan dengan jenis batu :
Diet rendah purin, seperti membatasi mengonsumsi daging berlemak, kalkun,
tumbuhan polong, gandum dan alkohol
Diet rendah kalsium, sebaiknya mengurangi untuk mengonsumsi susu, keju, sayur,
berdaun hijau, yogurt
Diet rendah oksalat, contohnya membatasi makan coklat, minuman mengandung
kafein, bit, bayam
Diet rendah kalsium/ fosfat dengan jeli karbonat aluminium 30-40 ml, 30 menit/jam
b. Anjurkan patuh terhadap terapi sesuai instruksi dokter, seperti diuretik untuk menurunkan
ekresi kalsium dalam urine. Alopurinol untuk menurunkan pembentukan asam urat dpenisilamin untuk menurunkan konsentrasi sistin dan natrium bikarbonat untuk
membasakan urine
c. Anjurkan aktivitas yang menahan beban dan hindari tirah baring yang terlalu lama, yang
akan mengubah metabolisme kalsium
d. Beritahukan semua pasien dengan penyakit batu untuk minum cukup banyak air agar
volume urinnya mencapai 2000-3000 cc atau lebih setiap 24 jam