Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
4.
5.
Tanda:
Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata
Gelisah, marah, perilaku menyerang
Fokus pada diri sendiri/nyeri.
Eliminasi:
Tanda:
Bunyi usus normal atau menurun
Makanan/cairan:
Gejala:
Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.
Tanda:
Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat
Muntah,
Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi, Penyakit Vaskuler Perifer
Riwayat penggunaan tembakau
DO
Hasil pemeriksaan fisik Ku
tampak kesakitan
Diaphoresis
Pucat
kesadaran CM
dyspnoe
penurunan tekanan darah
takikardi
peningkatan suhu
ansietas
gelisah
Hasil gambaran EKG di UGD:
C. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Diagnosa
Tujuan dan KH
Tujuan :selama
diberikan tindakan
keperawatan Nyeri
dada
berkurang/terkontrol
Intervensi
Rasional
Mandiri
1. Variasi pemampilan
1. Catat
dan perilaku pasien
karakteristik
karena nyeri terjadi
nyeri, lokasi,
sebagai temuan
intensitas,
pengkajian.
lamanya dan
Kriteria:
penyebaran.
2. Nyeri berat dapat
Klien
menyebabkan syok.
menyatakan nyeri
2. Anjurkan
dada hilang
kepada klien
/berkurang
bahu belakang
Mendemonstrasi
kan tehnik
penggunaan
relaksasi.
Klien terlihat
rileks.
untuk
melaporkan 3. Menurunkan rangsang
nyeri dengan
eksternal,
segera
3.
Berikan
lingkungan
yang tenang,
4. Meningkatkan jumlah
aktivitas
oksigen yang ada untuk
perlahan dan
pemakaian miokard
tindakan
sekaligus mengurangi
nyaman,
ketidaknyamanan s/d
dekati
iskemia.
pasien,
berikan
sentuhan.
4.
Bantu
melakukan
tehnik
relaksasi.
R/ Membant
u dalam
penurunan
persepsi
respon nyeri
Berikan
oksigen
tambahan
dengan
kanula nasal
atau masker
sesuai
dengan
indikasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
obat sesuai
indikasi:
- Antiangina
seperti
nitogliserin
(Nitro-Bid,
Nitrostat,
Nitro-Dur)
- BetaBloker
seperti
atenolol
(Tenormin),
pindolol
(Visken),
propanolol
(Inderal)
- Analgetik
seperti
morfin,
meperidin
(Demerol)
2.
- Penyekat
saluran
kalsium
seperti
verapamil
(Calan),
diltiazem
(Prokardia).
Mandiri
1. Pantau
perubahan
kesadaran/ke
adaan mental
yang tiba-tiba
seperti
bingung,
letargi,
gelisah, syok.
1. Perfusi serebral
sangat dipengaruhi
oleh curah jantung di
samping kadar
elektrolit dan variasi
asam basa, hipoksia
atau emboli sistemik.
2. Penurunan curah
jantung menyebabkan
vasokonstriksi
nyeri dada,
tidak
gambaran foto
menunjukan
toraks terdapat
perluasan infark 2. Pantau tandatanda
pembesaran
RR: 16sianosis, kulit
jantung dan
24x/menit
dingin/lemba
kongestif paru
Nadi 60b dan catat
(tidak selalu),
100x/menit
kekuatan nadi
HR .100x/menit, TD 120/80mmHg
perifer.
TD
>120/80mmHg,
AGD dengan :
PaO2 <80mmHg,
PaCO2
>42mmHg dan
saturasi
3. Pantau fungsi
<80mmHg, Nadi
pernapasan
>100x/menit,
(frekuensi,
kedalaman,
kerja otot
aksesori,
bunyi napas)
4. Pantau fungsi
gastrointestin
al (anorksia,
penurunan
bising usus,
mual-muntah,
distensi
abdomen dan
konstipasi)
5. Pantau
asupan
caiaran dan
haluaran
urine, catat
berat jenis.
sistemik yang
dibuktikan oleh
penurunan perfusi
perifer (kulit) dan
penurunan denyut
nadi.
3. Kegagalan pompa
jantung dapat
menimbulkan distres
pernapasan. Di
samping itu dispnea
tiba-tiba atau berlanjut
menunjukkan
komplokasi
tromboemboli paru.
4. Penurunan sirkulasi
ke mesentrium dapat
menimbulkan
disfungsi
gastrointestinal
Simetidin
(Tagamet),
Ranitidin
(Zantac),
Antasida.
Menurunkan/menetral
kan asam lambung,
mencegah
ketidaknyamanan
akibat iritasi gaster
khususnya karena
adanya penurunan
sirkulasi mukosa.
Pada infark luas atau
IM baru, trombolitik
merupakan pilihan
utama (dalam 6 jam
pertama serangan
IMA) untuk
memecahkan bekuan
dan memperbaiki
perfusi miokard.
Trombol
itik (t-PA,
Streptokin
ase)
3.
Intoleransi
aktivitas b/d
ketidakseimbang
an suplai oksigen
miokard dengan
kebutuhan
tubuh.
Tujuan
: Meningkatkan
toleransi aktiviitas
Kriteria ;
- Frekuensi
jantung, irama dan
tekanan darah
dalam batas normal
- Kulit hangat,
merah muda dan
kering.
1. Catat
frekuensi
jantung,
irama dan
perubahan
TD., selama
dan sesudah
aktivitas
1. Respon pasien
terhadap aktivitas dapat
mengindikasikan
penurunan oksigen
miokard.
2. Menurunkan kerja
miokard/konsumsi
oksigen
2. Tingkatkan
istirahat,
3. Dengan mengejan
batasi
dapat mengakibatkan
aktivitas ,
bradikardi,
dan berikan
menurunkan curah
aktivitas
jantung, dan
senggang
takhicardia serta
yang tidak
peningkatan TD
berat.
4. Aktivitas yang maju
3. Anjurkan
memberikan kontrol
menghindari
jantung, meningkatkan
peningkatan
regangan dan
tekanan
mencegah aktovitas
abdomen
berlebihan.
misal,
Rujuk ke program
mengejan
rehabilitasi jantung.
saat defekasi
4. Jelaskan pola
peningkatan
bertahap dari
tingkat
aktivitas ,
contoh
bangun dari
kursi, bila
tak ada
nyeri,
ambulasi,
dan istirahat
selama 1 jam
setelah
makan.
A.
DEFINISI
Infark miokard adalah kematian/nekrosis jaringan miokard akibat penurunan secara tiba-tiba
aliran darah arteri koronaria ke jantung atau terjadinya peningkatan kebutuhan oksigen
secara tiba-tiba tanpa perfusi arteri koronaria yang cukup.
B.
ETIOLOGI
Infark miokard dapat disebabkan oleh :
penyempitan kritis arteri koroner akibat ateriosklerosis atau oklusi arteri komplit akibat embolus
atau trombus.
Penurunan aliran darah koroner dapat juga disebabkan oleh syok dan hemoragi.
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard.
C.
g.
Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati
yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (menumpulkan pengalaman nyeri)
Laboratotium
Pemeriksaan Enzim jantung
CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24
jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali
normal dalam 3 atau 4 hari
EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris.
Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang terjadi kemudian ialah
adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
D.
0
1
2
E.
DIAGNOSTIK
` Diagnosis AMI dapat ditegakkan secara :
Anamnesis
Keluhan nyeri dada yang disebabkan oleh IMA ialah sebagai berikut :
Nyeri substernal, prekordial, epigastrium. Nyeri menjalar ke lengan kiri , leher dan rahang.
Nyeri dada lebih dari 30 menit
Kualitas nyeri dada seperti ditekan, diremas, terasa berat
Nyeri dada tidak hilang dengan istirahat atau pemberian nitrat sublingual
Dapat disertai palpitasi , sesak nafas, banyak keringat dan
pucat ( Schneider & Seckler, 1981 )
Skor nyeri menurut White
: Tak mengalami nyeri
: Nyeri pada satu sisi, tanpa mengganggu aktifitas
: Nyeri lebih pada satu tempat & mengakibatkan terganggunya aktifitas, misalnya
kesulitan bangun dari tempat tidur, sulit menekuk kepala dll.
Pemeriksaan EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan
simetris.Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang terjadi kemudian ialah
adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
Pemeriksaan Enzim jantung
CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24
jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam memuncak dalam 24 jam kembali
normal dalam 3 atau 4 hari
PENATALAKSANAAN
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Tetapkan penatalaksanaan dasar untuk mendapatkan informasi tentang status terakhir pasien
sehingga semua penyimpangan yang terjadi dapat segera diketahui.
1. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
q Penyakit pembuluh darah arteri.
q Serangan jantung sebelumnya.
q Riwayat keluarga atas penyakit jantung/serangan jantung positif.
q Kolesterol serum tinggi (diatas 200 mg/L).
q Perokok
q Diet tinggi garam dan tinggi lemak.
q Kegemukan.( BB idealTB 100 10 % )
q Wanita pasca menopause karena terapi estrogen.
2. Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian kardiovaskuler dapat menunjukan :
Nyeri dada berkurang dengan istirahat atau pemberian nitrat (temuan yang paling penting)
sering juga disertai :
Diaforesis.
Dispneu.
Sindrom syok dalam berbagai tingkatan (pucat, dingin, kulit lembab atau basah, turunnya
tekanan darah, denyut nadi yang cepat, berkurangnya nadi perifer dan bunyi jantung).
Laktat dehidrogenase (LDH) mulai meningkat dalam 6 12 jam, memuncak dalam 3 4 hari
dan normal 6 12 hari.
Aspartat aminotransferase serum (AST) mulai meningkat dalam 8 12 jam dan bertambah
pekat dalam 1 2 hari. Enzim ini muncul dengan kerusakan yang hebat dari otot tubuh.
q Test tambahan termasuk pemeriksaan elektrolit serum, lipid serum, urinalisis, analisa gas darah
(AGD).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan
Dapat dihubungkan dengan : Iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan /
penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Daerah perifer dingin
EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
RR lebih dari 24 x/ menit
Kapiler refill Lebih dari 3 detik
Nyeri dada
Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru ( tidak selalu )
HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD dengan : pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg
dan Saturasi < 80 mmHg
Nadi lebih dari 100 x/ menit
Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan di
RS.
Kriteria :
Daerah perifer hangat, tak sianosis, gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark RR 16-24
x/ menit tak terdapat clubbing finger, kapiler refill 3-5 detik, nadi 60-100x / menit, TD 120/80
mmHg
Rencana Tindakan :
Monitor Frekuensi dan irama jantung
Observasi perubahan status mental
Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai indikasi
Pantau Pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium mis EKG, elektrolit , GDA( Pa O2, Pa
CO2 dan saturasi O2 ). Dan Pemberian oksigen
2. Nyeri
Dapat dihubungkan dengan: Iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri coroner.
Kemungkinan dibuktikan oleh : nyeri dada dengan atau tanpa penyebaran, wajah meringis,
gelisah, delirium perubahan nadi TD
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama
Kriteria :
Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1, ekpresi wajah rileks / tenang,
tak tegang , tidak gelisah nadi 60-100 x / menit, Td 120/ 80 mmHg
Rencana tindakan :
Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada tersebut.
Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat.
Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, mis nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi, atau
bimbingan imajinasi.
Pertahankan Olsigenasi dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/ menit )
Monitor tanda-tanda vital ( Nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.
Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.
3. Kemungkinan terhadap kelebihan volume cairan ekstravaskuler
Faktor resiko meliputi :
Penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium/ retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik
atau penurunan protein plasma ( menyerap cairan dalam area interstisial/ jaringan )
Kemunkinan dibuktikan oleh : tidak adanya tanda-tanda dan gejala gejala membuat diagnosa
actual.
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan
selama di RS
Kriteria :
Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh tekanan darah dalam batas
normal, tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen, paru bersih dan berat
badan ideal ( BB idealTB 100 10 %)
Perencanaan tindakan :
Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung
keseimbangan cairan
Observasi adanya oedema dependen
Timbang BB tiap hari
Pertahankan masukan total caiaran 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuetik.
4. Kerusakan pertukarann gas
Dapat dihubungkan oleh :
Gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolarkapiler ( atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan /
perdarahan aktif
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Dispnea berat, gelisah, sianosis, perubahan GDA, hipoksemia
Tujuan :
Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan
Saturasi < 80 mmHg ) setelah dilakukan tindakan keperawtan selama di RS.
Kriteria hasil :
Tidak sesak nafas, tidak gelisah, GDA dala batas Normal ( pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg
dan Saturasi < 80 mmHg )
Tindakan :
Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan
Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya bunyi nafas dan adanya bunyi
tambahan missal krakles, ronki dll.
Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas misalnya ,
batuk, penghisapan lendir dll.
Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama kerja atau tanda vital
berubah.
5.
A. DEFINISI
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadp oksigen dan nutrien. (Diane C.
Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000)
Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel
kiri (Braundwald )
B.
ETIOLOGI
Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
jantung. Meningkatnya laju metabolisme(mis : demam, tirotoksikosis ), hipoksia dan anemia
peperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolik dan abnormalita elekttronik dapat menurunkan kontraktilitas
jantung
o
o
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dominan :
Meningkatnya volume intravaskuler
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah
jantungManifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang
terjadi .
Gagal jantung kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri krn ventrikel kiri tak mampu memompa darah
yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
Dispnu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas.Dapat
terjadi ortopnu.Bebrapa pasien dapat mengalami ortopnu pda malam hari yang dinamakan
Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
Batuk
Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal
dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolismeJuga terjadi
karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi
karena distress pernafasan dan batuk.
Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
Gagal jantung kanan
1. Kongestif jaringan perifer dan viseral.
2. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat
badan,
3. Hepatomegali. Dan nyeri
tekan pada kuadran kanan atas
abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar
4. Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga
abdomen.
5. Nokturia
6. Kelemahan.
D. EVALUASI DIAGNOSTIK
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8, 1997, EGC, Jakarta.
2. ETIOLOGI
Hal
hal
yang
dapat
menyebabkan
terjadinya
Myocard
infark
:
a. Aterosklerosis
Kolesterol dalam jumlah banyak berangsur menumpuk di bawah lapisan intima arteri.
Kemudian daerah ini dimasuki oleh jaringan fibrosa dan sering mengalami kalsifikasi. Selanjutnya
akan timbul plak aterosklerotik dan akan menonjol ke dalam pembuluh darah dan menghalangi
sebagian
atau
seluruh
aliran
darah.
b. Penyumbatan koroner akut
Plak aterosklerotik dapat menyebabkan suatu bekua darah setempat atau trombus dan akan
menyumbat arteria. Trombus dimulai pada tempat plak ateroklerotik yang telah tumbuh sedemikian
besar sehingga telah memecah lapisan intima, sehingga langsung bersentuhan dengan aliran darah.
Karena plak tersebut menimbulkan permukaan yang tidak halus bagi darah, trombosit mulai melekat,
fibrin mulai menumpuk dan sel-sel darah terjaring dan menyumbat pembuluh tersebut. Kadang bekuan
tersebut terlepas dari tempat melekatnya (pada plak ateroklerotik) dan mengalir ke cabang arteria
koronaria
yang
lebih
perifer
pada
arteri
yang
sama.
c. Sirkulasi kolateral di dalam jantung
MCI
3. PATOFISIOLOGI
Penurunan tekanan
arteria coroner
Kebutuhan akan oksigen yang melebihi kapasitas suplei oksigen oleh pembuluh darah yang
terserang penyakit menyebabkan iskemia miokardium lokal. Pada iskemia yang bersifat sementara
akan menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan, dan menekan fungsi
miokardium sehingga akan mengubah metabolisme yang bersifat aerob menjadi metabolisme
anaerob.Pembentukan fosfat berenergi tinggi akan menurun.Hasil akhir metabolisme anaerob yaitu
asam
laktat
akan
tertimbun
sehingga
pH
sel
menurun.
Efek hipoksia, berkurangnya energi serta asidosis dengan cepat menganggu fungsi ventrikel kiri,
kekuatan kontraksi berkurang, serabut-serabutnya memendek, daya dan kecepatannya berkurang.
Gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal, bagian tersebut akan menonjol
keluar setiap kali kontraksi. Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakkan jantung akan
mengubah hemodinamika. Perunahan ini bervariasi sesuai ukuran segmen yang mengalami iskemia
dan derajat respon refleks kompensasi sistem saraf otonom. Menurunya fungsi ventrikel kiri dapat
mengurangi curah jantung sehingga akan memperbesar volume ventrikel akibatnya tekanan jatung kiri
akan meningkat. Juga tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan dalam kapiler paru-paru akan
meningkat.
Manifestasi hemodinamika pada iskemia yang sering terjadi yaitu peningkatan tekanan darah yang
ringan dan denyut jantung sebelum timbulnya nyeri yang merupakan respon kompensasi simpatis
terhadap berkurangnya fungsi miokardium. Penurunan tekanan darah merupakan tanda bahwa
miokardium yang terserang iskemia cukup luas merupakan respon vagus.
Iskemia miokardium secara khas disertai perubahan kardiogram akibat perubahan
elektrofisiologi seluler yaitu gelombang Tterbalik dan depresi segmen ST. Serang iskemia biasanya
mereda dalam beberapa menit bila ketidakseimbangan atara suplai dan kebutuhan oksigen sudah
diperbaiki. Perubahan metabolik, fungsional, hemodinamik, dan elektrokardiografik bersifat reversibel.
INFARK
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 45 menit akan menyebabkan kerusakan seluler
yang irreversibel dan kematian otot atau nekrosis.Bagian miokardium yang mengalami infark akan
berhenti berkontraksi secara permanen. Jaringan yang mengalami infark dikelilingi oleh daerah
iskemia.
Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri, infark transmural mengenai seluruh
tebal dinding miokard, sedangkan infark subendokardial nekrosisnya hanya terjadi pada bagian dalam
dinding ventrikel. Letak infark berkaitan dengan penyakit pada daerah tertentu dalam sirkulasi koroner,
misalnya infark anterior dinding anterior disebabkan karena lesi pada ramus desendens anterior
arteria koronaria sinistra, infark dinding inferior biasanya disebsbkan oleh lesi pada arteria coronaria
kanan.
Infark miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis., kehilangan
daya kontraksi, sedangkan otot yang iskemia disekitarnya juga mengalami gangguan kontraksi.
Secara fungsional infark miokardium akan menyebabkan perubahan-perubahan :
Daya
kontraksi
menurun
Gerakkan
dinding
abnormal
Perubahan
daya
kembang
dinding
ventrikel
Pengurangan
curah
sekuncup
Pengurangan
fraksi
efeksi
Peningkatan
volume
akhir
sistolik
dan
akhir
diastolik
ventrikel
kiri
Gangguan
fungsional
ini
tergantung
dari
berbagai
faktor;
seperti:
Ukuran
infark
:
40
%
berkaitan
dengan
syok
kardiogenik.
- Lokasi infark: dinding anterior lebih besar mengurangi fungsi mekanik dibandingkan dinding inferior.
- Fungsi miokardium yang terlibat: infark tua akan membahayakan fungsi miokardium sisanya.
- Sirkulasi kolateral: dapat berkembang sebagai respon iskemia yang kronik dan hipoperfusi regional
guna
memperbaiki
aliran
darah
yang
menuju
ke
miokardium
yang
terancam.
- Mekanisme kopensasi dari kardiovaskuler: bekerja untuk mepertahankan curah jantung dan perfusi
perifer.
Dengan menurunnya fungsi ventrikel, diperlukan tekanan pengisian diastolik dan volume
ventrikel akan meregangkan serabut miokardium sehingga meningkatkan kekuatan kontraksi (sesuai
hukum starling). Tekanan pengisian sirkulasi dapat ditingkatkan lewat retensi natrium dan air oleh
ginjal sehingga infark miokardium biasanya disertai pembesaran ventrikel kiri. Sementara, akibat
dilatasi kompensasi kordis jantung dapat terjadi hipertrofi kompensasi jantung sebagai usaha untuk
meningkatkan daya kontraksi dan pengosongan ventrikel.
4. TANDA DAN GEJALA
Nyeri
dada
restrofernal
seperti
diremas-remas
atau
tertekan.
a. Nyeri dapat menjalar ke langan (umumnya ke kiri), bauhu, leher, rahang bahkan ke punggung dan
epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris biasa dan tak responsif terhadap
nitrogliserin.
b.
Bunyi
jantung
kedua
yang
pecah
paradoksal,
irama
gallop.
c.
Krepitasi
basal
merupakan
tanda
bendungan
paru-paru.
d.
Takikardi
e.
Sesak
napas
f.
Kulit
yang
pucat
g.
Pingsan
h. Hipotensi
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Elektrokardiografi (EKG)
Adanya gelombang patologik disertai peninggian segmen ST yang konveks dan diikuti
gelombang T yang negatif dan simetrik. Yang terpenting ialah kelainan Q yaitu menjadi lebar (lebih
dari 0,04 sec) dan dalam (Q/R lebih dari 1/4).
Sadapan dimana gambaran infark terlihat tergantung pada lokasi. Berdasarkan gelombang Q
patologis dan elevasi ST pada sedapan EKG, MCI dapat dibagi menjadi :
Lokasi Infark
Q-wave / Elevasi ST
A. Koroner
Anteroseptal
Anterior
Lateral
Anterior ekstrinsif
High lateral
Posterior
Inferior
Right ventrikel
V1 dan V2
V3 dan V4
V5 dan V6
I, a VL, V1 V6
I, a VL, V5 dan V6
V7 V9 (V1, V2*)
II, III, dan a VF
V2R V4R
LAD
LAD
LCX
LAD / LCX
LCX
LCX, PL
PDA
RCA
* Gelombang R yang tinggi dan depresi ST di V1 V2 sebagi mirror image dari perubahan sedapan
V7 V9
LAD = Left Anterior Descending artery
LCX = Left Circumflex
RCA = Right Coronary Artery
PL
= PosteriorDescending Artery
b. Laboratorium
Creatin fosfakinase (CPK) . Iso enzim CKMB meningkat. Hal ini terjadi karena kerusakan otot,
maka enzim intra sel dikeluarkan ke dalam aliran darah. Normal 0-1 mU/ml. Kadar enzim ini sudah
naik pada hari pertama (kurang lebih 6 jam sesudah serangan) dan sudah kembali kenilai normal pada
hari ke 3.
SGOT (Serum Glutamic Oxalotransaminase Test) Normal kurang dari 12 mU/ml. Kadar enzim
ini biasanya baru naik pada 12-48 jam sesudah serangan dan akan kembali kenilai normal pada hari
ke 4 sampai 7.
LDH (Lactic De-hydroginase). Normal kurang dari 195 mU/ml. Kadar enzim baru naik
biasanya sesudah 48 jam, akan kembali ke nilai normal antara hari ke 7 dan 12
c. Pemeriksaan lainnya adalah ditemukannya peninggian LED, lekositosis ringan dan kadangkadang hiperglikemia ringan.
d. Kateterisasi
Angiografi koroner untuk mengetahui derajat obstruksi.
e. Radiologi.
Hasil radiologi tidak menunjukkan secara spesifik adanya infark miokardium, hanya
menunjukkan adanya pembesaran dari jantung.
Prognosis
Beberapa indeks prognosis telah diajukan, secara praktis dapat diambil pegangan 3 faktor
penting
yaitu:
1.
Potensial
terjadinya
aritmia
yang
gawat
(aritmia
ventrikel
dll)
2.
Potensial
serangan
iskemia
lebih
lanjut.
3. Potensial pemburukan gangguan hemodinamik lebih lanjut (bergantung terutama pada luas daerah
infark).
6. KOMPLIKASI
a. Gagal ginjal kongestif
Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium. Infark miokardium mengganggu
fungsi miokardium karena menyebabkan pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding
yang abnormal dan mengubah daya kembang ruang jantung tersebut. Dengan berkurangnya
kemampuan ventrikel kiri untukmengosongkan diri, maka besar curah sekuncup berkurang sehingga
volume sisa ventrikel meningkat. Akibatnya tekanan jantung sebelah kiri meningkat. Kenaikkan
tekanan ini disalurkan ke belakang ke vena pulmonalis. Bila tekanan hidrostatik dalam kapiler paruparu melebihi tekanan onkotik vaskuler maka terjadi proses transudasi ke dalam ruang interstitial. Bila
tekanan ini masih meningkat lagi, terjadi udema paru-paru akibat perembesan cairan ke dalam alveolis
sampai terjadi gagal jantung kiri. Gagal jantung kiri dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan
akibat meningkatnya tekanan vaskuler paru-paru sehingga membebani ventrikel kanan.
b. Syok kardiogenik
Diakibatkan karena disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang masif,
biasanya mengenai lebif dari 40% ventrikel kiri. Timbul lingkaran setan hemodinamik progresif hebat
yang irreversibel, yaitu :
h. Sindrom Dressler
Sindrom pasca infark miokardium ini merupakan respon peradangan jinak yang disertai nyeri
pada pleuroperikardial. Diperkirakan sindrom ini merupakan suatu reaksi hipersensitivitas terhadap
miokardium yang mengalami nekrosis.
i. Aritmia
Aritmia timbul aibat perubahan elektrofisiologis sel-sel miokardium. Perubahan elektrofiiologis
ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
7. PENATALAKSANAAN
Tindakan pengobatan yang paling penting pada arterosklerosis adalah pencegahan primer.
Pencegahan tersebut karena berbagai alasan, antara lain :
a. Pada penyakit arterosklerosis secara klinis baru dapat terlihat setelah masa laten yang
lama. Perkembangan penyakit ini bergejala pada awal masa dewasa. Lesi yang dianggap sebagai
prekuser penyakit arterosklerosis ditemukan pada dinding arteri koronaria anak-anak dan dewasa
muda.
b. Tidak ada pengobatan kuratif untuk penyakit arteriosklerosis koroner. Begitu diketahui
secara klinis terapi hanya diberikan bersifat paliatif untuk mengurangi atau memperlambat
perkembangan penyakit.
c. Akibat penyakit arterioklerosis koroner dapat sangat berbahaya , infark miokardium sering
terjadi
tanpa
tanda
perigatan
lebih
dahulu.
Insiden
kematian
mendadak
tinggi.
Karena patogenesis yang tepat belum diketahui, maka pengendalian faktor resiko dari penyakit
arterosklerosis adalah pencegahan.
Faktor-faktor
resiko
yang
dapat
diubah
Hiper
lipidemi
Diet
Tinggi
kalori,
lemak
total,
lemak
jenuh,
Hipertensi
Kolesterol
dan
garam
Merokok
Diabetis
Militus
Obesitas
Gaya
hidup
yang
kurang
gerak
- Stres psikososial
Pada orang dewasa yang cenderung menderita penyakit koroner adalah mereka yang
memiliki faktor resiko dan yang jelas menderita penyakit. Tetapi pengendalian faktor resiko sedini
mungkin agaknya dapat mencegah aterogenesis atau memperlambat perkembangan penyakit
sedemikian rupa sehingga jumlah mortalitas atau morbiditas dapat dikurangi. Dalam hal ini yang
penting adalah pendidikan kesehatan sedini mungkin, serta pengendalian faktor resiko, bukan
pengobatan klinis pada penyakit yang sudah terjadi.
Pengobatan iskemia dan infark
Pengobatan iskemia miokardium ditujukan kepada perbaikan keseimbangan oksigen
(kebutuhan miokardial akan oksigen) dan suplai oksigen.Untuk pemulihan dilakukukan dengan
mekanisme:
a.
Pengurangan
kebutuhan
oksigen.
b. Peningkatan suplai oksigen
Ada tiga penentu utama untuk pengurangan kebutuhan oksigen, yang dapat diatasi dengan
terapi
adalah
:
a.
Kecepatan
denyut
nadi
b.
Daya
kontraksi
c.
Beban
akhir
(tekanan
arteria
dan
ukuran
ventrikel
)
d. Beban kebutuhan jantung dan kebutuhan akan oksigen dapat dikurangi dengan menurunkan
kecepatan denyut jantung, kekuatan kontraksi, tekanan arteria dan ukuran ventrikel.
Nitrogliserin
Terutama untuk dilatasi arteria dan vena perifer dengan memperlancar distribusi aliran darah
koroner menuju daerah yang mengalami iskemia meliputi; vasodilatasi pembuluh darah kolateralis.
Dilatasi vena akan meningkatkan kapasitas penambahan darah oleh vena diperifer, akibatnya aliran
balik vena ke jantung menurun sehingga memperkecil volume dan ukuran ventrikel. Dengan demikian
vasodilatasi perifer akan mengurangi beban awal akibatnya kebutuhan oksigen pun akan berkurang.
Propranol (inderal)
Suatu penghambat beta adrenergik, menghambat perkembangan iskemia dengan
menghambat secara selektif pengaruh susunan saraf simpatis terhadap jantung. Pengaruh ini
disalurkan melalui reseptor beta. Rangsangan beta meningkatkan kecepatan denyut dan daya kotraksi
jantung . Proprenol menghambat pengaruh-pengarug ini, dengan demikian dapat mengurangi
kebutuhan miokardium akan oksigen.
Digitalis
Digitalis dapat meredakan angina yang menyertai gagal jantung dengan meningkatkan daya
kontraksi dan akibatnya akan meningkatnya curah sekuncup. Dengan meningkatnya pengosongan
ventrikel, maka ukuran ventrikel berkurang. Meskipun kebutuhan akan oksigen meningkat akibat
meningkatnya daya kontraksi, hasil akhir dari pengaruh digitalis terhadap gagal jantung adalah
menurunkan kebutuhan miokardium akan oksigen.
Diuretika
Mengurangi volume darah dan aliran balik vena ke jantung, dan dengan demikian mengurangi
ukuran dan volume ventrikel.
Obat vasodilator dan antihipertensi dapat mengurangi tekanan dan resistensi arteria terhadap
ejeksi
ventrikel,
akibatnya
beban
akhir
menurun/berkurang.
Sedativ dan antidepresan juga dapat mengurangi angina yang ditimbulkan oleh stres atau depressi.
Pengobatan untuk mencegah komplikasi
Deteksi dini dan pencegahan sangat penting pada penderita infark. Dua kategori komplikasi
yang perlu diantisipasi yaitu; ketidakstabilan listrik atau aritmia dan gangguan mekanis jantung atau
kegagalan pompa. Segera dilakukan pemantauan elektrokardiografi.
Prinsip-prisip
penanganan
aritmia
:
a. Mengurangi takikardi dengan perangsangan parasimpatis. Diperlukan abat-abat anti aritmia. antara
lain
;
isoproterenal
(isuprel)
b. Escopa beats, akibat kegagalan nodus sinus, obat-obat yang diperlukan untuk mempercepat
pulihnya pacu jantung normal, yaitu nodus sinus, seperti : lidokain(xylocaine) dan prokainamid.
c. Terapi dari blok jantung ditujukan untuk memulihkan atau merangsang hantaran normal. Diperlukan
obat-obat yang mempercepat hantaran dan denyut jantung, antara lain : atropin, atau isoproterenal
(isuprel) atau dengan pacu listrik (pace maker).
Pengobatan dengan alat pacu.
Alat
pemacu
dapat
dibagi
dalam
dua
pola
respon.
a. Menghambat, alat pacu akan berhenti jika menangkap impuls dari jantung sendiri.
b. Memicu, alat pacu menyala selama periode refrakter dari denyut yang ditangkap, tanpa
menghasilkan denyut pacuan.
Kontra indikasi
Kelemahan
Kelelahan
Tidak dapat tidur
Pola hidup menetap
Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
Takikardi
Dispnea pada istirahat atau aaktifitas.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah, diabetes
mellitus.
Tanda :
Tekanan darah
Dapat normal / naik / turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri.
Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler
lambat, tidak teratur (disritmia).
Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau penurunan
kontraktilits atau komplain ventrikel.
Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
Friksi ; dicurigai Perikarditis
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles mungkin ada dengan
gagal jantung atau ventrikel.
Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah
dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan
6. Higiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ),
tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang,
wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
Kualitas :
Crushing , menyempit, berat, menetap, tertekan.
Intensitas :
Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi,
lansia
9. Pernafasan:
Gejala :
dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
dispnea nokturnal
batuk dengan atau tanpa produksi sputum
riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
peningkatan frekuensi pernafasan
nafas sesak / kuat
pucat, sianosis
bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10. Interaksi sosial
Gejala :
Stress
Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit, perawatan di RS
Tanda :
Kesulitan istirahat dengan tenang
Menarik diri
Intervensi :
Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada.
Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat.
Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, misalnya nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi, atau
bimbingan imajinasi.
Pertahankan oksigenasi dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/ menit )
Monitor tanda-tanda vital ( nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.
Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor-faktor listrik, penurunan
karakteristik miokard.
Tujuan :
Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS.
Kriteria Hasil :
Tidak ada edema
Tidak ada disritmia
Haluaran urin normal
TTV dalam batas normal
Intervensi :
Pertahankan tirah baring selama fase akut
Kaji dan laporkan adanya tanda tanda penurunan COP, TD
Monitor haluaran urin
Kaji dan pantau TTV tiap jam
Kaji dan pantau EKG tiap hari
Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi
Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis
Berikan makanan sesuai diitnya
Hindari valsava manuver, mengejan ( gunakan laxan )
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan /
penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria ditandai dengan :
Daerah perifer dingin
EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
RR lebih dari 24 x/ menit
Kapiler refill lebih dari 3 detik
Nyeri dada
Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru ( tidak selalu )
HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80 AGD dengan : pa O2 < 80 mmHg, pa CO2 > 45
mmHg dan Saturasi < 80 mmHg
Nadi lebih dari 100 x/ menit
Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan di
RS.
Kriteria Hasil:
Daerah perifer hangat
Tidak sianosis
Gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark
RR 16-24 x/ menit
Tidak terdapat clubbing finger
Kapiler refill 3-5 detik
Nadi 60-100x / menit
TD 120/80 mmHg
Intervensi :
Monitor Frekuensi dan irama jantung
Observasi perubahan status mental
Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai indikasi
Pantau pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium misal EKG, elektrolit , GDA (Pa O 2, Pa
CO2 dan saturasi O2 ). Dan pemberian oksigen
4. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal,
peningkatan natrium / retensi air , peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan di
RS
Kriteria Hasil :
Tekanan darah dalam batas normal
Tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen
Paru bersih
Berat badan ideal ( BB ideal TB -100 - 10 %)
Intervensi :
Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung
keseimbangan cairan
Observasi adanya oedema dependen
Timbang BB tiap hari
Pertahankan masukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuretik.
5. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan
utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler ( atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar edema
paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif ) ditandai dengan :
Dispnea berat
Gelisah
Sianosis
Perubahan GDA
Hipoksemia
Tujuan :
Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (Pa O2 < 80 mmHg, Pa CO2 > 45 mmHg dan
Saturasi < 80 mmHg ) setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS.
Kriteria hasil :
Tidak sesak nafas
Tidak gelisah
GDA dalam batas Normal ( Pa O2 < 80 mmHg, Pa CO2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80
mmHg )
Intervensi :
Pengetahuan klien tentang kondisi penyakitnya menguat setelah diberi pendidikan kesehatan
selama di RS
Kriteria Hasil :
Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung , rencana pengobatan, tujuan
pengobatan & efek samping / reaksi merugikan
Menyebutkan gangguan yang memerlukan perhatian cepat.
Intervensi :
Berikan informasi dalam bentuk belajar yang bervariasi, contoh buku, program audio/ visual,
tanya jawab dll.
Beri penjelasan faktor resiko, diet ( rendah lemak dan rendah garam ) dan aktifitas yang
berlebihan,
Peringatan untuk menghindari aktifitas manuver valsava
Latih pasien sehubungan dengan aktifitas yang bertahap contoh : jalan, kerja, rekreasi
aktifitas seksual.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
1. Mendemonstrasikan hilangnya nyeri dada
2. Mendemonstrasikan perbaikan toleransi aktivitas
3. Mendemonstrasikan cara mengatasi kecemasan
4. Fungsi jantung kembali normal, denyut dan irama jantung teratur
5. Mendemonstrasikan keinginan dalam menentukan rencana perawatan di rumah.