Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
I. Tujuan
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan analisis kadar CTM dalam
tablet CTM.
satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang
digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat
pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Anonim, 1979).
Salah satu jenis tablet yang kerap dijumpai dipasaran adalah Tablet CTM
digunakan sebagai antihistaminikum. Antihistaminikum adalah obat yang
menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna dalam
menekan alergi yang disebabkan oleh timbulnya simptom karena histamin
(Ansel, 1995). Chlorpheniramine Maleat (CTM) sebagai obat anti alergi, banyak
diberikan secara oral maupun intravena, bekerja di susunan saraf pusat, dapat
menimbulkan rasa kantuk yang kuat, maka tidak dianjurkan meminum obat ini
jika hendak bepergian. Obat ini juga termasuk obat keras, jadi pemakaiannya
harus hati-hati dan dianjurkan untuk menggunakannya hanya jika memang
diperlukan (Simbolon, 2008).
Meskipun obat dapat menyembuhkan tapi banyak kejadian bahwa
seseorang telah menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa obat dapat bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat
apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan
waktu yang tepat. Jadi bila digunakan salah dalam pengobatan atau dengan
kelewat dosis akan menimbulkan keracunan. Bila dosisnya lebih kecil kita tidak
memperoleh penyembuhan (Anief, 1997).
Kadar dari suatu obat yang dalam hal ini CTM perlu dilakukan uji
terhadap kadarnya agar kita mengetahui bahwa obat yang diproduksi oleh suatu
pabrik obat memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Obat yang dikonsumsi akan
memberikan efek terapi yang menyembuhkan di dalam tubuh jika kadarnya
berada di rentang persyaratan yang ditetapkan. Apabila kadar obat berada di atas
rentang persyaratan maka obat tersebut akan memberikan efek toksik terhadap
konsumen. Sedangkan bila berada di bawah rentang persyaratan, maka obat
tersebut tidak akan memberikan efek terapi. Oleh karena itu penetapan kadar dari
obat yang diproduksi setiap pabrik obat perlu dilakukan.
Pengawasan mutu adalah bagian yang penting dari cara pembuatan obat
yang baik untuk memastikan tiap obat yang di buat senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaanya.
Pipet tetes
Pipet volume
Propipet
Mikropipet + tip
Kertas Saring
Penyemprot
Corong kaca
Spektrofotometer + kuvet
Neraca analitik
Sendok plastik
Mortir + stamper
Pengaduk kaca
B. Bahan
Tablet CTM
H2SO4 98 %
Aquades
Gojog homogen
Gojog homogen
No
Volume
Kadar sampel
Pengambilan
(g/50 ml)
Larutan Baku
ad H2SO4 0,25M
(ml)
(l)
1
20
100
30
150
40
200
50
250
60
300
Gojog homogen
Masukkan dalam labu takar 50 ml, tambahkan H2SO4 0,25 M hingga batas
Gojog homogen
Replikasi 3 kali
: CTM
Nama produsen
: Kimia Farma
Kategori
: Generik
Bentuk sediaan
: Tablet
Komposisi
: Chlorpheniramine maleat 4 mg
2. Organoleptis
Warna
: kuning
Rasa
: pahit
Bau
: khas
3. Data Percobaan
a) Keseragaman bobot
Bobot masing-masing tablet :
1. 0,1952 g
6. 0,1751 g
2. 0,2022 g
7. 0,1664 g
3. 0,1711 g
8. 0,1830 g
4. 0,1760 g
9. 0,1893 g
5. 0,1744 g
10.0,1960 g
11. 0,1985 g
16.0,1833 g
12. 0,1771 g
17.0,1814 g
13. 0,1839 g
18.0,1890 g
14. 0,1661 g
19.0,1758 g
15. 0,1856 g
20.0,1888 g
Bobot total
= 3,6582 g
SD
= 0,0103
Mean
= 0,1829 g
CV
= 5,6315 %
Penyimpangan 7,5%
= + 0,013725 g
Rentang bobot
(7,5%) =
= + 0,02745 g
Rentang bobot
(15%) =
M1 x V1 = M2 x V2
18,0245 M x V1 = 0,25 M x 500 ml
V1= 6,9350 ml 7
c) Kurva Baku
1.
2.
3.
= 0,212
Kadar (g/ml)
Absorbansi teoritis
50
10
0,212
80
16
0,339
110
22
0,466
140
28
0,594
170
34
0,721
4.
Absorbansi baku
Larutan induk CTM 25 mg/25 ml (= 1 g/l). Dipipet x l larutan
induk, dimasukkan ke labu 5,0 ml. Ditambahkan H2SO4 0,25 M ad 5,0
ml.
Volume pengambilan (l)
Kadar (g/ml)
Absorbansi nyata
20
100
0,259
30
150
0,366
40
200
0,464
50
250
0,587
60
300
0,636
= 0,0724
= 1,95 x 10 -3
r = 0,9934
y = 1,95 x 10 -3 x + 0,0724
0.6
Absorbansi
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
50
100
150
200
250
300
350
d) Data sampel
Pengambilan sampel
: 0,1829 g
Sampel
Absorbansi (A)
(pengenceran 5x)
0,582
0,638
0,568
x=
x faktor pengenceran
x = 3,9999 mg
Persentase CTM dalam sampel =
=
= 32,69 %
Sampel 2 :
y = 0,638
=
10
x = 3,9999 mg
Persentase CTM dalam sampel =
=
= 36,28 %
Sampel 3:
y = 0,568
=
x = 3,9999 mg
Persentase CTM dalam sampel =
=
= 31,79 %
No
Absorbansi
Kadar
Jumlah
(pengenceran 5x)
(g/50ml)
(mg)
0,582
261,5385
1,3077
CTM dalam
sampel
mg
1,3077
36,28
CTM tiap
tablet (mg)
3.9999
11
0,638
290,2565
1,4513
1,4513
32,69
3,9999
0,568
254,3590
1,2717
1,2717
31,79
3,9999
Rata-rata
268,7180
1,3436
1,3436
33,59
3,9999
VI. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan menguji kadar CTM (klofeniramin maleat) dalam
tablet tunggal CTM secara analisis kuantitatif, dengan menggunakan metode
spektrofotometri visibel. Metode yang dipilih ini berdasarkan oleh standar yang
telah ditetapkan di dalam British Pharmacopoeia 2009. CTM bisa dianalisis
dengan spektrofotometer visibel karena kemampuan molekul CTM menyerap
sinar visibel oleh gugus kromofor yang ditunjukkan oleh rumus bangunnya
sebagai berikut:
H3C
N
CH3
Cl
12
cenderung bersifat basa dapat terlarut di dalam suatu asam membentuk ion
sebagai berikut:
H3C
HN
NH+
CH3
Cl
Dengan adanya muatan positif pada atom N di suasana asam inilah akan
menyebabkan CTM memiliki absorbansi lebih besar dibandingkan molekul
netralnya. Lebih jelasnya dapat dituangkan dalam persamaan sebagai berikut:
= 0,87 x 1020 x P x a
A = bc
Dimana
= koefisien ekstinsi molar
A = absorbansi
P = probabilitas transisi electron
a = panjang kromofor
b = tebal kuvet
c = konsentrasi sampel
(Gandjar, 1997)
Semakin
besar
perbedaan
muatan
timbul,
maka
semakin
besar
kemungkinan transisi electron (P) karena muatan yang lebih positif lebih mudah
menarik elektron dari atom lain untuk berpindah. Karena nilai P yang lebih
tinggi, nilai (koefisien ekstinsi molar)nya juga lebih tinggi. Nilai yang lebih
tinggi ini menyebabkan absorbansi (A) semakin besar karena nilai A berbanding
lurus dengan .
Pada analisis ini digunakan model multi-point calibration, meskipun pada
literature acuan menggunakan one-point calibration. Hal ini dipilih karena
13
14
15
Sedangkan
untuk
preparasi
sampel
dilakukan
dengan
mula-mula
melarutkan CTM yang bersifat basa, sehingga dapat larut dalam suatu larutan
asam dan membentuk garamnya. Kemudian dilakukan penyaringan dengan
menggunakan kertas saring untuk menyaring residu padatan yang tidak ikut larut
dalam pelarut yang digunakan tersebut. Ketika disaring ditampung dalam gelas
ukur, untuk diukur volume setelah penyaringan. Setelah itu dilakukan orientasi
dengan mengukur absorbansinya. Ternyata absorbansi yang didapat masih terlalu
tinggi, sehingga diputuskan untuk dilakukan pengenceran sebanyak 3 kali.
Kemudian dilakukan orientasi kembali, dan hasil absorbansi cukup bagus,
sehingga pembacaan absorbansi dilanjutkan dan direplikasi sehingga didapat
minimal 3 data.
Setelah didapat data absorbansi pada sampel, kemudian dilakukan
perhitungan dengan memasukkan data absorbansi ke dalam kurva baku yang
udah dibuat pada awal percobaan tadi untuk memperoleh kadar CTM pada
sampel. Absorbansi yang diperoleh masih berada di dalam range yang
diperkirakan (0,2-0,8), sehingga perhitungan kadar dapat segera dilakukan tanpa
harus melakukan ekstrapolasi garis kurva baku. Adapun kadar rata-rata dari
ketiga sampel diperoleh sebesar 71,8121 g/ml. Dari nilai kadar CTM yang
diukur absorbansinya ini dapat dibuat perhitungan dengan perbandingan
sedemikian rupa untuk memperoleh persen kadar CTM pada tablet tersebut.
16
VII.KESIMPULAN
1. Analisis kadar CTM dalam tablet CTM dapat dilakukan menggunakan
spektrofotometri visibel.
2. Panjang gelombang maksimum dari CTM adalah 623 nm.
3. Tablet memenuhi persyaratan keseragaman bobot.
4. Rata-rata kadar CTM tiap tablet adalah 4,2923 mg.
Ibnu Gholib,
1997,
Perkembangan Analisis
Farmasi
dalam
17
Ardea Mahananda
(FA/08516)
Agustina A. B.
(FA/08519)
Marvin
(FA/08522)
Nur Hidayat
(FA/08525)
18