Está en la página 1de 7

TUGAS

Mutiara Maulia ( 0611 4041 1552 )


Moch Bayu Prayitna ( 0611 4041 1550 )
OPTIMALISASI KONSEP SISTEM KOGENERASI DI PABRIK GULA
DENGAN MENGGANTI SISTEM BOILER-CEST DENGAN
SISTEM BOILER-GSTIG
Fathur Rahman Rifai, LPP Kampus Yogyakarta
Kita mengetahui bahwa produksi gula dari tebu (sugar cane) merupakan salah
satu sektor penting ekonomi suatu negara karena bila dikelola dengan baik maka
akan menjadi sistem yang efisien dan kompetitif. Produk yang dapat dihasilkan
dari produksi gula antara lain adalah :

Produk gula konsumsi & ekspor (Produk utama).


Produk alkohol. Produk hasil samping bila pabrik gula terintegrasi dengan
pabrik etanol berbahan baku tetes).

Listrik. Ampas tebu sebagai bahan baku pembangkit uap untuk proses dan
pembangkitan energi listrik bila dikelola dengan efisien maka akan surplus
energi. Surplus energi ini umumnya dikonversi kedalam bentuk energi
listrik yang kemudian dijual ke jaringan listrik negara (Sistem
Kogenerasi).

Dari salah satu produk yang dihasilkan tadi adalah kogenerasi, yaitu
pembangkitan dua bentuk energi yang berbeda secara bersama-sama dari satu
sumber energi utama.

Energi listrik dan energi panas.


Energi mekanik dan energi panas.

Di pabrik gula, energi yang dibangkitkan adalah energi panas dalam bentuk
steam untuk pemanas dalam proses sedangkan energi listrik untuk menggerakkan
peralatan proses berasal dari bagasse (ampas tebu) sebagai sumber energi utama.
Pembangkitan energi panas (uap) dan energi listrik di Pabrik Gula dilakukan
dengan Ketel (Boiler), namun kebanyakan Boiler yang digunakan adalah Boiler
konvensional yang masih boros energi atau belum dapat mengoptimalkan potensi
energi yang dikandung dalam ampas tebu sebagai bahan bakar terbarukan
(renewable), disamping sistem distribusi dan penggunaan energi yang masih perlu
dioptimalkan juga.
Penerapan sistem kogenerasi yang optimal dapat meningkatkan produktifitas
listrik di pabrik gula dari 20 kWh/tc (ton cane) menjadi 70 120 kWh/tc. Oleh

karena itu terdapat potensi 50 100 kWh/tc listrik yang dapat di suplai ke
jaringan listrik negara (PLN).
Nah, yang menjadi PR kita adalah bagaimana mengoptimalisasi sistem
kogenerasi di pabrik gula Indonesia. Hal utama yang kita telaah adalah boiler dari
kebanyakan pabrik gula, karena hal itu adalah nyawa utama dari sistem
kogenerasi ini berjalan. Kebanyakan saat ini sistem kogenerasi di pabrik gula di
Indonesia masih menggunakan boiler tekanan rendah menengah dengan bahan
bakar bagasse (ampas tebu).Dengan sistem yang ada saat ini yang bisa dikatakan
boros energi, tidak memungkinkan untuk mendapatkan kelebihan energi yang
cukup untuk dijual.
Dengan meng-upgrade sistem yang ada di pabrik gula saat ini, seperti mengganti
boiler dengan boiler tekanan tinggi yang efisien dan dengan meningkatkan
efisiensi penggunaan steam pemanas dalam proses maka pabrik gula dapat
menghasilkan kelebihan listrik yang cukup untuk dijual kejaringan listrik negara
(PLN).

SistemKogenerasi di PabrikGula
Salah satu cara untuk mengoptimalkan sistem kogenerasi yang ada saat ini di
Pabrik Gula adalah mengganti sistem Boiler-CEST (Condensing-Extraction
Steam Turbine) dengan sistem yang lebih efisien yaitu Boiler-GSTIG
(Gassifier/Steam Injected Gas Turbine).

Optimalisasi Sistem Kogenerasi dengan Mengganti sistem Boiler-CEST


menjadi Boiler-CSTIG

Sistem pembangkitan energi panas (steam) dan listrik di pabrik gula saat ini
adalah sistem Boiler- CEST (Condensing-Extraction Steam Turbine) dimana uap
dari boiler digunakan untuk membangkitkan listrik dengan turbin alternator
sistem CEST dan untuk menggerakkan turbin-turbin penggerak di stasiun
gilingan, kemudian sisa uap (steam) dari turbin-turbin tersebut digunakan untuk
mencukupi kebutuhan panas dalam proses. Skema Boiler-CEST dapat dilihat pada
gambar berikut :

Sistem Kogenerasi Boiler-CEST(saat ini)


Sistem Boiler-CEST yang saat ini sudah berjalan di pabrik gula dimana ampas
tebu sebagai bahan bakar utama, namun sistem ini belum maksimal untuk
memanfaatkan potensi kalor dari ampas tebu sebagai bahan bakar.
Untuk memaksimalkan potensi ampas tebu sebagai bahan bakar di pabrik gula,
salah satunya dengan mengganti sistem Boiler-CEST dengan sistem BoilerGSTIG. Dalam sistem Boiler-GSTIG, ampas tebu sebagai bahan bakar
digasifikasi terlebih dahulu kemudian setelah dibersihkan dari partikel padat gas
hasil gasifikasi (syngas) di campur dengan udara bertekanan dan uap (steam)
untuk diumpankan ke turbin GSTIG (GT) untuk menghasilkan listrik. Campuran
syngas, udara panas dan steam keluar dari turbin GSTIG digunakan untuk
membangkitkan uap untuk mencukupi kebutuhan proses maupun mencukupi
kebutuhan uap (steam) untuk sistem Boiler-GSTIG.

SistemKogenerasi Boiler-GSTIG (baru)


Dengan sistem Kogenerasi Boiler-GSTIG dari hasil penelitian dapat
memaksimalkan potensi energi ampas tebu dengan lebih efisien sehingga pada
akhirnya dapat lebih banyak menghasilkan kelebihan energi yang dikonversi
menjadi energi listrik untuk dijual ke jaringan listrik negara (PLN). Perkiraan
jumlah energi listrik yang dapat dihasilkan dengan sistem Boiler-GSTIG ini dapat
dilihat pada gambar berikut :

Grafik Perkiraan Produksi Uap (Steam) dan Listrik dalam Sistem Kogenerasi di
PabrikGula dengan Bahan Bakar AmpasTebu selama Musim Giling.
Tahapan Optimalisasi Sistem Kogenerasi di Pabrik Gula
Setiap pabrik gula memiliki karakteristik masing-masing. Konfigurasi yang
optimal di satu pabrik belum tentu dapat serta merta di implementasikan di pabrik
lain dengan hasil optimal bahkan bisa sebaliknya, untuk itu diperlukan tahapantahapans bb:
1. Audit kapasitas semua peralatan baik proses maupun utilitas.
2. Audit energi, dari pembangkitan, distribusi hingga penggunaan.
3. Desain sistem peralatan dan konfigurasi baru yang lebih efisien sesuai
dengan budget tersedia.

4. Evaluasi desain sistem baru sebelum di implementasikan.


5. Penyiapan sumberdaya manusia untuk penerapan sistem baru.
6. Implementasi perubahan ke sistem yang baru.
7. Continuous improvement.

PedomanKonsepOptimalisasiSistemKogenerasi

Material
Method
efisien

: Ampas tebu sebagai sumber energi terbarukan


: Mengganti sistem lama dengan sistem baru yang lebih

Machine

: Pembangkit Energi Sistem Boiler-GSTIG

Man

: TenagaTerlatih yang Paham Koservasi Energi

Management : Kebijakan Efisiensi & Konservasi Energi

Money

: Dana Investasi

Market

: PLN / Masyarakat Sekitar

Manfaat yang diperoleh dari optimalisasi sistem kogenerasi di PabrikGula :

Tidak tergantung pada pasokan listrik dari luar (PLN), sehingga pabrik
gula seharusnya dapat dibangun dilokasi kebun, dengan demikian juga
dapat menghemat biaya transportasi tebu.
Sistem kogenerasi yang efisien adalah sistem yang sustainable. Dengan
membangkitkan listrik sendiri maka terhindar dari gangguan naikturunnya tegangan listrik.

Pembangkit listrik dengan bahan bakar ampas tebu adalah ramah


lingkungan, karena ampas tebu menghasilkan sedikit fly ash dan tidak
mengandung belerang.

Biaya perawatan relatif lebih rendah dibandingkan pembangkit berbahan


bakar fosil.

Sistem kogenerasi di pabrik gula 100% menggunakan sumber energi


terbarukan. Menghemat SDA tak terbarukan.

Dengan penerapan sistem kogenerasi dan menjual listrik maka semua


ampas dapat segera dimanfaatkan sehingga tidak memerlukan tempat
penyimpanan ampas yang besar.

Kelebihan listrik dari pabrik gula idealnya cocok untuk mengaliri listrik
masyarakat di pedalaman kebun, serta untuk mencukupi listrik untuk
pompa irigasi dan kegiatan produktif lain yang membutuhkan listrik.

Sehingga sebenarnya dapat disimpulkan bahwa potensi kogenerasi di pabrik gula


untuk menghasilkan listrik dari ampas tebu yang merupakan sumber daya alam
terbarukan sangat besar.Penggantian sistem Boiler-CESTdengan sistem BoilerGSTIG untuk mengoptimalkan sistem kogenerasi di Pabrik Gula sangat
memungkinkan untuk dapat dilakukan. Karena konfigurasi peralatan tiap pabrik
gula di satu tempat dengan tempat yang lain berbeda-beda maka perhitungan
ekonomisnya juga akan berbeda disesuaikan dengan hasil audit kapasitas
peralatan, neraca massa dan neraca energinya. Secara teoritis penggantian sistem
pembangkit ini akan menguntungkan bila dilihat dari energi yang dapat dihemat
maupun dijual (ekspor) dalam bentuk energi listrik kejaringan listrik negara
(PLN) dengan sistem yang lebih efisien ini. Dari Grafik Perkiraan Produksi Uap
(Steam) dan Listrik dalam Sistem Kogenerasi di Pabrik Gula dengan Bahan
Bakar Ampas Tebu selama Musim Giling dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan
jumlah listrik yang dapat dibangkitkan pada produksi uap per ton tebu yang sama
dari 27 MW untuk sistem Boiler-CEST menjadi 53 MW untuk sistem BoilerGSTIG atau kenaikan hampir 100% atau hampir 2 kali lipat.
Referensi :

Ogden, Joan M., Simone Hochgreb, and Michael Hylton. Steam economy
and cogeneration in cane sugar factories. International Sugar Journal
92.1099 (1990): 131-143.
Saptyaji Hernowo. Cogeneration Di Industri Gula. LPP Yogyakarta
2010

También podría gustarte