Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Deskripsi
- Nama & Struktur
Kimia
- Sifat Fisikokimia
- Keterangan
17-hydroxy-17-(2-hydroxyacetyl)-10,13-dimethyl: 7,8,9,10,12,13,14,15,16,17-decahydro-6Hcyclopenta[a]phenanthrene-3,11-dione
Prednison adalah serbuk kristalin berwarna putih, tak berbau.
: Sangat sedikit larut dalam air, sedikit larut dalam etanol, methanol,
kloroform, dan dioksan. BM 358,428 g/mol
Prednison merupakan pro drug, yang di dalam hati akan segera
:
diubah menjadi prednisolon, senyawa aktif steroid.
Golongan/Kelas Terapi
Hormon, obat Endokrin Lain dan Kontraseptik
Nama Dagang
- Erlanison
- Sohoson
- Kokosone
- Trifacort
- Pehacort
- Dellacorta
- Predsil
Indikasi
Gangguan endokrin:
- Insufisiensi adrenokortikal primer atau sekunder (hidrokortison atau kortison merupakan
pilihan pertama, namun analog sintetisnya juga dapat digunakan)
- Hiperplasia adrenal congenital/bawaan
- Hiperkalsernia terkait kanker
- Tiroiditis nonsuppuratif
Penyakit Rheumatoid
Sebagai terapi tambahan untuk penggunaan jangka pendek pada terapi penyakit-penyakit:
- Psoriatic arthritis
- Rheumatoid arthritis, termasuk Rheumatoid arthritis pada anak
- Ankylosing spondylitis
- Bursitis akut dan subakut
- Tenosynovitis nonspesifik akut
(Stevens-Johnson syndrome)
- Exfoliative dermatitis
- Mycosis fungoides
- Psoriasis parah
- dermatitis seborrhea parah
Penyakit-penyakit Alergi
Mengendalikan kondisi alergi yang parah yang tidak memberikan hasil yang memadai pada
terapi konvensional:
- Rhinitis yang disebabkan alergi
- Asma bronkhial
- dermatitis kontak
- dermatitis atopik
- Serum sickness
- Reaksi-Reaksi hipersensitivitas terhadap obat
Penyakit-penyakit mata
Penyakit-penyakit mata akut atau kronis yang parah terkait proses alergi atau radang,
seperti:
- Allergic cornea marginal ulcers
- Herpes zoster ophthalmicus
- Radang segmen anterior
- Diffuse posterior uveitis and choroiditis
- Sympathetic ophthalmia
- Konjungtivitis alergik
- Keratitis
- Chorioretinitis
- Optic neuritis
- Iritis dan iridocyclitis
Penyakit-penyakit saluran pernafasan:
- Symptomatic sarcoidosis
- Loeffler's syndrome yang tidak dapat dikendalikan dengan cara lain
- Berylliosis
- Tuberkulosis yang parah, tetapi harus diberikan bersama dengan kemoterapi anti
tuberculosis yang sesuai
- Aspiration pneumonitis
Penyakit-penyakit Hematologis
- Trombositopenia purpura idiopatik pada orang dewasa
- Trombositopenia sekunder pada orang dewasa
Farmakologi
Efek utamanya sebagai glukokortikoid. Glukokortikoid alami (hidrokortison dan kortison),
umumnya digunakan dalam terapi pengganti (replacement therapy) dalam kondisi defisiensi
adrenokortikal. Sedangkan analog sintetiknya (prednison) terutama digunakan karena efek
imunosupresan dan anti radangnya yang kuat. Glukokortikoid menyebabkan berbagai efek
metabolik. Glukokortikoid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor spesifik
yang terdapat di dalam sitoplasma sel-sel jaringan atau organ sasaran, membentuk kompleks
hormon-reseptor. Kompleks hormon-reseptor ini kemudian akan memasuki nukleus dan
menstimulasi ekspresi gen-gen tertentu yang selanjutnya memodulasi sintesis protein
tertentu. Protein inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ sasaran, sehingga
diperoleh, misalnya efek glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak, redistribusi lipid,
meningkatnya reabsorpsi natrium, meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat
vasoaktif , dan efek anti radang. Apabila terapi prednison diberikan lebih dari 7 hari, dapat
terjadi penekanan fungsi adrenal, artinya tubuh tidak dapat mensintesis kortikosteroid alami
dan menjadi tergantung pada prednison yang diperoleh dari luar. Oleh sebab itu jika sudah
diberikan lebih dari 7 hari, penghentian terapi prednison tidak boleh dilakukan secara tibatiba, tetapi harus bertahap dan perlahan-lahan. Pengurangan dosis bertahap ini dapat
dilakukan selama beberapa hari, jika pemberian terapinya hanya beberapa hari, tetapi dapat
memerlukan berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan jika terapi yang sudah
diberikan merupakan terapi jangka panjang. Penghentian terapi secara tiba-tiba dapat
menyebabkan krisis Addisonian, yang dapat membawa kematian. Untuk pasien yang
mendapat terapi kronis, dosis berseling hari kemungkinan dapat mempertahankan fungsi
kelenjar adrenal, sehingga dapat mengurangi efek samping ini. Pemberian prednison per
oral diabsorpsi dengan baik. Prednison dimetabolisme di dalam hati menjadi prednisolon,
hormon kortikosteroid yang aktif.
Stabilitas Penyimpanan
Simpan pada suhu 15 - 30C
Kontraindikasi
Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau komponen-komponen
obat lainnya.
Efek Samping
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit :
- Retensi cairan tubuh
- Retensi natrium
- Kehilangan kalium
- Alkalosis hipokalemia
- Gangguan jantung kongestif
- Hipertensi
Gangguan Muskuloskeletal :
- Lemah otot
- Miopati steroid
- Hilangnya masa otot
- Osteoporosis
- Putus tendon, terutama tendon Achilles
- Fraktur vertebral
- Nekrosis aseptik pada ujung tulang paha dan tungkai
- Fraktur patologis dari tulang panjang
Gangguan Pencernaan :
- Borok lambung (peptic ulcer) kemungkinan disertai perforasi dan perdarahan
- Borok esophagus (Ulcerative esophagitis)
- Pankreatitis
- Kembung
- Peningkatan SGPT (glutamate piruvat transaminase serum), SGOT (glutamate
oksaloasetat transaminase serum), dan enzim fosfatase alkalin serum. Umumnya tidak tinggi
dan bersifat reversibel, akan turun kembali jika terapi dihentikan.
Gangguan Dermatologis :
- Gangguan penyembuhan luka
- Kulit menjadi tipis dan rapuh
- Petechiae dan ecchymoses
- Erythema pada wajah
- Keringat berlebuhan
Gangguan Metabolisme :
rifampisin dapat meningkatkan klirens kortikosteroid. Oleh sebab itu jika terapi
kortikosteroid diberikan bersama-sama obat-obat tersebut, maka dosis kortikosteroid harus
ditingkatkan untuk mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan.
2) Obat-obat seperti troleandomisin and ketokonazol dapat menghambat metabolisme
kortikosteroid, dan akibatnya akan menurunkan klirens atau ekskresi kortikosteroid. Oleh
sebab itu jika diberikan bersamaan, maka dosis kortikosteroid harus disesuaikan untuk
menghindari toksisitas steroid.
3) Kortikosteroid dapat meningkatkan klirens aspirin dosis tinggi yang diberikan secara
kronis. Hal ini dapat menurunkan kadar salisilat di dalam serum, dan apabila terapi
kortikosteroid dihentikan akan meningkatkan risiko toksisitas salisilat. Aspirin harus
digunakan secara berhati-hati apabila diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid pada
pasien yang menderita hipoprotrombinemia.
4) Efek kortikosteroid pada terapi antikoagulan oral bervariasi. Beberapa laporan
menunjukkan adanya peningkatan dan laporan lainnya menunjukkan adanya penurunan efek
antikoagulan apabila diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid. Oleh sebab itu indeks
koagulasi harus selalu dimonitor untuk mempertahankan efek antikoagulan sebagaimana
yang diharapkan.
- Dengan Makanan : -
Pengaruh
- Terhadap Ibu Menyusui : Tidak ada data mengenai penggunaan vaksin selama
menyusui. World Health Organization Rating menyebutkan kompatibel bagi ibu menyusui.
Thomson Lactation Rating menyebutkan risiko terhadap bayi kecil.2
- Terhadap Anak-anak : Dapat terjadi penghambatan pertumbuhan yang tak dapat pulih
kembali, oleh sebab itu tidak boleh diberikan jangka panjang.
Parameter Monitoring
Bentuk Sediaan
Tablet 5 mg, Kaptab 5 mg
Peringatan
Pasien yang sedang dalam terapi imunosupresan sangat rentan terhadap infeksi, antara lain
infeksi oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, dan lain-lain. Oleh sebab itu harus benar-benar
dijaga agar terhindar dari sumber infeksi. Kortikosteroid dapat menutupi gejala-gejala
infeksi atau penyakit lain, dan infeksi baru dapat saja terjadi dalam periode penggunaannya.
Terapi kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan katarak subkapsular posterior,
glaucoma, yang juga dapat merusak syaraf penglihatan, dan dapat memperkuat infeksi mata
sekunder yang disebabkan oleh virus ataupun jamur. Pemberian vaksin hidup ataupun
vaksin hidup yang dilemahkan, merupakan kontraindikasi untuk pasien yang sedang
mendapat terapi kortikosteroid dosis imunosupresan. Vaksin yang dibunuh atau diinaktifkan
dapat saja diberikan, tetapi responnya biasanya tidak memuaskan. Pemberian kortikosteroid
pada pasien hipotiroidism ataupun sirosis biasanya menunjukkan efek kortikosteroid yang
lebih kuat. Kortikosteroid harus diberikan secara sangat berhati-hati pada pasien dengan
herpes simpleks okular karena risiko terjadinya perforasi kornea.
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
Informasi Pasien
Pasien yang sedang mendapat terapi imunosupresan sedapat mungkin harus menghindari
sumber-sumber infeksi, sebab sistem imunnya sedang tidak berjalan baik. Apabila mendapat
infeksi, harus segera mendapat pertolongan medis tanpa tunda.
Mekanisme Aksi
Sebagai glukokortikoid, bersifat menekan sistem imun, anti radang.
Monitoring Penggunaan Obat
Daftar Pustaka
Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 2000
Suharti K Suherman. Adrenokortikotropin, Adrenokortikosteroid, Analog Sintetik dan
Antagonisnya. Dalam: Farmakologi dan Terapi edisi 4, 2004. Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Deltasone, Rx List, The Internet Drug Index @ http://www.rxlist.com/cgi/
generic/pred_od.htm
Prednisone, Medline Plus @ www.nlm.nih.gov/medlineplus/
druginfo/medmaster/a601102.html
Prednisone, Drugs.com @ www.drugs.com/prednisone.html