Está en la página 1de 45
KONSEP DASAR _ KEPERAWATAN 7 cd Asmadi PENERBIT BUKU KEDOKTERAN | EGC ; | | EGC 1712 KONSEPDASAR KEPERAWATAN Oleh: Ns. Asmadi, .Kep Editor: Ns, Eka Anisa Mardella, S.Kep Copy editor: Tri Indah Marty Rahayu, A.Md.Pb Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Buku Kedokteran EGC © 2005 Penerbit Buku Kedokteran EGC P.O. Box 4276/Jakarta 10042 Telepon: 6530 6283 Anggota IKAPI Desain kulit muka: Teddy Kurniawan, $.Sn Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Cetakan I: 2008 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Asmadi Konsep dasar keperawatan / Asmadi ; editor, Eka Anisa Mardella. — Jakarta : EGC, 2008. x, 188him. ; 14x21 em. ISBN 978-979-448-9 14-7 1. Perawat dan perawatan. I. Judul. Il. Eka Anisa Mardella. 610.73 isi oiluar tanggung jawab percetakan DAFTAR ISI Bab! Falsafah Keperawatan_1 Pengertian 1 Bab 2_Paradigma Keperawatan 7 Pengertian 7 Keperawatan_8 ‘Konsepmanusia_11 ‘Manusia sebagai makhluk unik _12 Manusia sebagai sistem adaptif/terbuka _13 Manusia sebagai makhlukholistik 13 Kebutuhan fisiologis 19 ‘ 5 at Kebutuhan hargadiri__21 Rentang sehat-sakit 29 Faktor yang memengaruhi status kesehatan 29 Perkembangan penyakit _32 Perilaku sakit 35 vii Bahan dengan hal Daftar Isi Dampak hospitalisasi pada klien dan keluarga 36 Peran perawat dalam konteks sehat/sakit 39 Lingkungan 40 Bab 3 Konsep Profesi dalam Lingkup Keperawatan 43 Konsep dan karakteristik profesi 43 Perkembangan keperawatan sebagai profesi 55, Muarakeperawatan 55 Sejarah perkembangankeperawatan 57 Zaman purba 58 Zaman permulaan masehi 58 Zaman pertengahan 59 Zaman baru (renaisans) 59 Zaman modern 59 Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia 60 Zaman VOC (1602-1799) 61 Zaman penjajahan Belanda |(1799-1811) 61 Zaman penjajahan Inggris (1811-1816) 61 Zaman penjajahan Belanda Il (1816-1942) 61 Zaman penjajahan Jepang (1942-1945) 62 Zaman kemerdekaan sampai sekarang (1945-sekarang) 62 Dampak sejarah terhadap profil perawat Indonesia 70 Pertumbuhan profesionalisme keperawatan 73 Peran perawat 76 Bab 4 _Landasan Keilmuan Profesi Keperawatan 85 Pengertianilmu 85 Fungsiilmu_ 87 Sumber ilmu 88 Rasional 88 Empiris 89 Intuisifwahyu/ilham 90 Keperawatan sebagai ilmu 92 IImu keperawatan ditinjau dari sudut ontologi 94 llmu keperawatan ditinjau dari sudut epistemologi 95 Sifat/karakteristik ilmukeperawatan 95 Proses pembentukan ilmukeperawatan 98 Ilmu keperawatan ditinjau dari sudut aksiologi 99 Daftar Isi ix Bab 5 Teori dan Model Konseptual Keperawatan 107 Florence Nightingale 109 Teori Nightingale 109 Asumsi utamateori Nightingale 110 Pengaruh teori Nightingale terhadap keperawatan 112 VirginiaHHenderson 112 Definisi keperawatan menurutHenderson 113 Konsep utama teori Henderson 113 Keyakinan dan tata nilaiteori Henderson 116 Aplikasi teori Henderson dalam proses keperawatan 117 Imogene King 118 Kerangka konsep sistem terbuka 119 Teori goal attainment 122 Dorothea E. Orem 123 Teori self-care 124 Teori self-care deficit 125 Teori nursingsystem 126 JeanWatson 126 Teori human caring 128 Asumsi dasar tentang ilmu keperawatan Watson 129 Faktor Carative teori Watson 130 Hildegard E.Peplau 132 Keperawatan psikodinamik 132 Faseorientasi 133 Fase identifikasi 133 Fase eksploitasi. 133 Fase resolusifterminasi 134 Teori keperawatan Peplau dan komponen utama keperawatan 135 Martha. Rogers 137 Teori manusia sebagai satu kesatuan (unitary human beings) 137 Teori Rogers dankonsep utamaKeperawatan 138 Sister Calista Roy 139 Model adaptasi Roy dan konsep utama keperawatan 140 Leininger 142 Latarbelakang 142 Konsep teori keperawatan transkultural 143 x Daftar Isi Bab 6 Konsep Stres dan Adaptasi 147 Konsep stres dan stresor 148 Homecstasis 149 Konsep adaptasi_ 150 Adaptasi psikologis 152 Strategi pemecahan masalah 152 Mekanisme pertahanandiri 153 Adaptasi fisiologis 155 Sindrom adaptasi lokal (LAS) 156 Sindrom adaptasi unum (GAS) 158 Bab 7 Proses Keperawatan 161 Pengertian proses keperawatan 161 Fungsi proses keperawatan 162 Tujuan proses keperawatan 163 Sifat-sifat proses keperawatan 164 Manfaatproseskeperawatan 165 Komponen proseskeperawatan 167 Tahap I (pengkajian) 167 Wawancara 169 Observasi 170 Pemeriksaan 170 Tahap Il (diagnosis keperawatan) 172 Tahap Ill (perencanaan) 175 Membuat prioritas urutan diagnosis keperawatan 175 Merumuskantujuan 176 Merumuskan kriteria evaluasi_ 176 Merumuskan intervensikeperawatan 177 Tahap IV (implementasi) 177 Tahap V (evaluasi) 178 Dokumentasi proses keperawatan 180 Daftar Pustaka 183 Indeks 185 FALSAFAH KEPERAWATAN Pengertian Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pe- doman untuk mencapai suatu tujuan dan dipakai sebagai pan- dangan hidup. Falsafah menjadi ciri utama pada suatu komunitas, baik komunitas berskala besar maupun berskala kecil, salah satu- nya adalah profesi keperawatan. Berdasarkan pengertian falsafah tersebut, dapat dikatakan bahwa falsafah keperawatan adalah ke- yakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan, baik kepada individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat. Keyakinan ter- hadap nilai keperawatan harus menjadi pegangan setiap perawat. Falsafah keperawatan itu harus sudah tertanam dalam diri setiap perawat dan menjadi pedoman baginya untuk berperilaku, baik di tempat kerja maupun di lingkungan pergaulan sosial lain- nya. Falsafah keperawatan bukan suatu hal yang harus dihafal, melainkan sebuah “baju” yang melekat pada diri perawat. Dengan kata lain, falsafah keperawatan merupakan “roh” yang mendiami pribadi setiap perawat. Artinya, falsafah keperawatan menjadi landasan bagi perawat dalam menjalankan profesinya. Beberapa keyakinan yang harus dimiliki perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut. 1. Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio-psiko- sosio-spiritual yang unik. Keyakinan ini menjadi pedoman bagi Konsep Dasar Keperawatan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan: perawat ha- rus memenuhi kebutuhan klien secara holistik. Kebutuhan klien yang holistik dan unik menuntut kemampuan perawat yang tepat dalam menganalisis kebutuhan klien. Kemampuan ana- lisis yang rendah dapat menimbulkan salah interpretasi dalam pemenuhan kebutuhan klien akibat kekeliruan perawat dalam menetapkan masalah keperawatan yang dialami klien. Karena- nya, untuk mewujudkan semua ini, perawat harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang aspek manusia yang me- liputi aspek biologis, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural secara keseluruhan. Kelima aspek tersebut harus dipelajari oleh setiap perawat. Dengan menguasai kelima aspek tersebut, perawat akan mampu mengatasi berbagai hambatan dan kesulitan di dalam memberi- kan asuhan keperawatan kepada klien dan dapat membantu mereka mencapai derajat kesehatan yang optimal. Klien yang dirawat di rumah sakit tidak hanya mengalami gangguan pada aspek fisik/biologis saja, tetapi juga aspek lain seperti psikologis, sosial dan spiritual. Oleh sebab itu, dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat tidak hanya berfokus pada aspek biologisnya saja. Ada beberapa hal yang perlu diperhati- kan oleh perawat dalam memenuhi kebutuhan klien. Pertama, Kien yang dirawat di rumah sakit tidak hanya mengalami gangguan pada aspek fisik/biologisnya saja. Kedua, meskipun penyakit yang diderita oleh klien sama, namun respons yang mereka tunjukkan unik dan berbeda. Karenanya, dalam mem- berikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat tidak ha- nya berfokus pada aspek biologis saja. Selain itu, perawat juga harus arif dalam menyikapi keluhan klien. . _Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Keperawatan me- rupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang me- rupakan bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk layanan bio-psiko-sosio- spiritual komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit, yang men- cakup keseluruhan proses kehidupan manusia (Lokakarya Ke- Bab 1 Falsafah Keperawatan 3 perawatan Nasional, 1983). Pada definisi keperawatan tersebut tampak jelas bahwa profesi keperawatan mempunyai andil be- sar dalam meningkatkan derajat kesehatan, baik individu mau- pun masyarakat Kontribusi keperawatan dalam meningkatkan derajat ke- sehatan masyarakat didasarkan pada beberapa konsep kepe- rawatan. Pertama, asuhan yang diberikan perawat bersifat ho- listik—menyeluruh pada semua aspek “manusia” klien, bukan berfokus pada aspek biologis semata sebagaimana telah dijelas- kan di atas. Kedua, sasaran asuhan keperawatan adalah klien, mulai dari tingkat individu sampai tingkat masyarakat. Dalam konsep ini perawat meyakini bahwa jika individu sehat, ko- munitas atau masyarakat akan sehat pula. Dengan kata lain, derajat kesehatan masyarakat akan optimal jika derajat ke- sehatan setiap individunya optimal. Ketiga, lingkup layanan keperawatan bukan terbatas pada Klien yang sakit saja, tetapi juga klien yang sehat. Tujuan pe- rawatan terhadap klien yang sakit antara lain membantu klien mencapai kesembuhan dan menjalankan fungsinya sesuai de- ngan tingkat kemampuan masing-masing. Selain itu, tujuan perawatan terhadap klien yang sehat adalah membantu klien agar mampu mempertahankan kesehatannya. Keempat, eksis- tensi keperawatan berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Selama masih ada kehidupan manusia, selama itu pula kepe- tawatan akan tetap ada. Terlebih dengan adanya pergeseran perkembangan pola penyakit akibat perubahan pola hidup dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dulu, penyakit yang dominan di tanah air kita adalah penyakit infeksi dan menular. Akan tetapi, saat ini cakupannya telah meluas tidak hanya pada penyakit infeksi, tetapi juga pada perkem- bangan penyakit degeneratif akibat peningkatan usia harapan hidup masyarakat Indonesia. Kelima, intervensi keperawatan mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Semua intervensi keperawatan tersebut dilakukan dalam upa- ya meningkatkan, derajat kesehatan klien, mulai dari level indi- vidu hingga masyarakat, baik dalam kondisi sehat maupun sakit. 4 Konsep Dasar Keperawatan 3. Tujuanasuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari semua anggota tim kesehatan dan pasien/keluarga. Asuhan keperawatan merupakan bentuk layanan keperawatan profe- sional kepada klien dengan menggunakan metodologi proses keperawatan. Asuhan keperawatan diberikan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar klien pada semua tingkatan usia dan tingkatan fokus. Sebagai suatu bentuk layanan profesional, asuhan kepera- watan tentunya tidak dilakukan berdasarkan intuisi atau ke- biasaan semata, melainkan dilandasi oleh pengetahuan ilmiah dan tetap memerhatikan aspek manusiawi yang dapat diper- tanggungjawabkan secara hukum. Oleh karena itu, dalam me- netapkan tujuan dan rencana asuhan keperawatan, perawat harus melibatkan klien dan keluarga. Upaya melibatkan klien dan keluarga dalam penetapan tu- juan asuhan keperawatan mempunyai beberapa manfaat. Per- tama, klien dan keluarga akan merasa memiliki tanggung jawab dalam pencapaian tujuan perawatan. Kedua, dapat terwujud dan terbina kerja sama yang baik antara perawat, klien, dan keluarga yang dilandasi oleh rasa Saling percaya. Perawat adalah tenaga kesehatan yang secara langsung ber- hubungan dengan manusia. Klien yang dirawat “menyerah- kan” kesehatan dan keselamatan hidupnya kepada petugas ke- sehatan, termasuk perawat. Oleh karena itu, perawat tidak boleh berbuat semena-mena. Wujud ketidaksemena-menaan perawat terhadap klien adalah dengan melibatkan klien dan keluarga secara aktif di dalam memberikan asuhan keperawat- an. 4. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat menggunakan proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan klien. Proses keperawatan merupakan metode ilmiah sistematik yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien guna mencapai dan mempertahankan keadaan bio-psiko-sosio- spiritual yang optimal. Dikatakan sebagai metode ilmiah karena proses keperawatan terdiri atas beberapa.tahap atau langkah yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup klien. Melalui proses keperawatan, perawat akan tethindar dari berbagai tindakan malefisien di dalam memberikan asuhan Bab1 Falsafah Keperawatan 5 keperawatan kepada klien. Selain itu, proses keperawatan juga merupakan wujud tanggung jawab dan tanggung gugat pera- wat, karena semua hal yang dilakukan oleh perawat terhadap klien terdokumentasi dengan baik dan benar. . Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki we- wenang dalam melakukan asuhan keperawatan secara utuh ber- dasarkan standar asuhan keperawatan. Sebagai tenaga kesehatan yang profesional, perawat harus siap bertanggung jawab ter- hadap apapun yang dilakukannya. Tanggung jawab perawat bukan hanya ditujukan kepada klien dan keluarga, tetapi juga kepada masyarakat, profesi perawat itu sendiri, dan terutama bertanggung jawab kepada Tuhan. Selain itu, perawat juga harus siap bertanggung gugat jika suatu saat klien atau pihak lain melakukan gugatan terkait asuhan keperawatan yang diberikan. Tanggung jawab dan tanggung gugat ini merupakan bukti bahwa keperawatan ada- lah profesi yang profesional. Oleh karena itu, asuhan keperawat- an yang diberikan oleh perawat harus didasarkan pada standar dan kode etik keperawatan. Standar keperawatan tersebut me- rupakan ketentuan baku yang telah ditetapkan dan disahkan sebagai prosedur tetap bagi perawat dalam menjalankan pro- fesinya. . Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus-menerus untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan staf dalam pela- yanan kesehatan. Keperawatan merupakan profesi sepanjang hayat; dengan demikian, perawat adalah pelajar sejati. Artinya, setiap perawat dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi dirinya, baik dari segi kognitif, psikomotor, maupun afektif. Sa- Jah satu cara untuk meningkatkan kompetensi diri perawat ada- lah melalui pendidikan formal dan informal. Oleh karena itu, dalam setiap diri perawat harus tertanam motivasi yang kuat untuk selalu meningkatkan pendidikannya. Pendidikan berpengaruh pada pola pikir seseorang, yang akhirnya berpengaruh pula pada perilaku profesional. Pendi- dikan keperawatan yang tinggi akan berdampak pada per- tumbuhan dan perkembangan kualitas asuhan keperawatan. Dengan demikian, peningkatan pendidikan bagi perawat me- rupakan suatu keharusan. 6 Konsep Dasar Keperawatan Peningkatan pendidikan keperawatan menjadi tanggung jawab bersama bagi semua unsur terkait, seperti organisasi profesi perawat (PPNI), instansi tempat perawat bekerja, dan pemerintah (dalam hal ini Departemen Kesehatan dan Depar- temen Pendidikan Nasional). Tentunya peningkatan pendidikan ini harus dibarengi dengan pengakuan terhadap eksistensi pro- fesi keperawatan. Akan tetapi, jangan sampai dengan tingkat pendidikan yang tinggi, perawat justru semakin jauh dari klien. Oleh karena itu, penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan harus berorientasi pada hakekat ke- perawatan yaitu care. PARADIGMA KEPERAWATAN Pengertian Paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memaknai, menyikapi, serta memilih tindak- an atas fenomena yang ada. Paradigma merupakan suatu diagram atau kerangka berpikir yang menjelaskan suatu fenomena. Para- digma mengandung berbagai konsep yang terkait dengan fokus keilmuannya. Paradigma keperawatan merupakan suatu pandangan global yang dianut oleh mayoritas kelompok ilmiah (keperawatan) atau hubungan berbagai teori yang membentuk suatu susunan yang mengatur hubungan di antara teori tersebut guna mengembang- kan model konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai ke- tangka kerja keperawatan. Paradigma keperawatan terdiri atas empat unsur, yaitu keperawatan, manusia, sehat-sakit, dan ling- kungan. Keempat unsur inilah yang membedakan paradigma ke- perawatan dengan teori lain. Teori keperawatan didasarkan pada keempat konsep tersebut, yakni konsep manusia, konsep sehat- sakit, konsep lingkungan, dan konsep keperawatan sebagai intinya. Hubungan keempat komponen tersebut dapat dilihat pada Gam- bar 2.1. 8 — Konsep Dasar Keperawatan a Klien/Manusia We Keperawatan Sehat-Sakit Lingkungan Gambar 2.1. Unsur paradigma keperawatan. Keperawatan ~ Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan pro- fesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif yang ditujukan bagi indivdu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan ma- nusia (Lokakarya Keperawatan Nasional, 1983). Berdasarkan kon- sep keperawatan di atas, dapat ditarik beberapa hal yang merupa- kan hakikat/prinsip dari keperawatan, antara lain: 1. Keperawatan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari profesi kesehatan lain di dalam memberikan layanan kesehatan kepada klien. Sebagai bagian integral dari layanan kesehatan keduduk- an perawat dengan profesi kesehatan lainnya (mis., dokter) ada- lah sama, yakni sebagai mitra. Ini tentunya juga harus diiringi dengan pengakuan dan penghormatan terhadap profesi pera- wat. Kita tahu bahwa profesi kesehatan yang terbanyak jum- lahnya dan terdepan dalam memberikan.layanan kesehatan adalah perawat. Karenanya, profesi keperawatan tidak bisa dipisahkan dari sistem kesehatan. 2. Keperawatan mempunyai beberapa tujuan, antara lain mem- beri bantuan yang paripurna dan efektif kepada klien serta memenuhi kebutuhan dasar manusia (KDM) klien. Bab 2 Paradigma Keperawatan 9 3. Fungsi utama perawat adalah membantu klien (dari level indi- vidu hingga masyarakat), baik dalam kondisi sakit maupun sehat, guna mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui Jayanan keperawatan. Layanan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik, mental, dan keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan untuk dapat melaksanakan kegiatan kehidupan sehari-hari secara mandiri. 4. Intervensi keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, menyembuhkan, serta meme- lihara kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai wewenang, tanggung jawab, etika profesi keperawatan yang memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Prinsip-prinsip keperawatan tersebut menunjukkan bahwa profesi keperawatan memegang peranan yang penting dalam sis- tem kesehatan nasional. Lalu siapa saja yang bisa disebut perawat? Masyarakat awam menganggap perawat adalah orang yang be- kerja di rumah sakit dengan mengenakan seragam putih-putih. Ada pula yang mengatakan bahwa perawat adalah orang yang bekerja sebagai pembantu dokter. Penilaian tersebut terjadi karena ketidakpahaman mereka tentang hakikat perawat. Tidak semba- tang orang bisa disebut perawat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 647/Menkes/SK/IV/2000 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan, yang kemudian di- perbarui dengan Kepmenkes RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001, di- jelaskan bahwa perawat adalah orang yang telah lulus dari pen- didikan perawat, baik di dalam maupun di luar negeri, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Definisi perawat ini masih belum mempunyai batasan yang tegas karena hanya didasarkan pada telah lulusnya seseorang dari pendidikan keperawatan sesuai peraturan perundang-undangan yang ber- laku. Pendidikan keperawatan di Indonesia masih bervariasi, mulai dari setingkat SLTA, DIII, sarjana, bahkan sampai pascasarjana. Beragamnya pendidikan keperawatan menyebabkan beragam pula sebutan untuk perawat, kemampuan personel perawat, dan 10 — Konsep Dasar Keperawatan bahkan penilaian terhadap profesi perawat oleh profesi lain. Kare- nanya, perlu ada suatu aturan tentang pengakuan jenjang profesio- nalisme keperawatan. Saat ini, seseorang disebut sebagai perawat jika memiliki kualifikasi pendidikan minimal DIII Keperawatan dengan sebutan Ahli Madya Keperawatan. Keperawatan sebagai profesi mempunyai hak untuk mem- berikan layanan keperawatan mandiri, baik kelompok maupun perorangan. Tentunya pelaksanaan praktik keperawatan mandiri tersebut harus ditopang oleh kebijakan pemerintah terkait dengan perlindungan hukum agar praktik keperawatan mandiri menda- patkan legalitas. Pemerintah akhirnya membuat dan mengesahkan peraturan yang mengatur registrasi dan praktik perawat dalam bentuk Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 647/MENKES/SK/IV/2000 tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Kemudian, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, keputusan menteri kesehatan tersebut disempurnakan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001 yang meng- alihkan kewenangan rekomendasi, perizinan, pembinaan, dan pengawasan tenaga keperawatan kepada Dinas Kesehatan Pro- vinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dengan adanya le- galitas bagi profesi keperawatan untuk menyelenggarakan praktik mandiri, baik kelompok maupun perorangan, ini membuktikan adanya pengakuan pemerintah yang menyejajarkan profesi kepe- tawatan dengan profesi kesehatan lainnya. Perawat yang melaksanakan praktik mandiri, baik kelompok maupun perorangan, harus bertindak sesuai dengan kewenangan- nya. Jangan sampai karena praktik mandiri, perawat lantas me- laksanakan tugasnya melebihi kewenangan yang ada dan tidak sesuai dengan standar praktik keperawatan. Jika ini terjadi, pe- tawat dapat diajukan ke Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) untuk diproses sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Secara umum, keperawatan mempunyai beberapa tujuan. Per- tama, memberi bantuan yang paripurna dan efektif kepada klien. Adapun prinsip bantuan yang diberikan antara lain bantuan di- berikan sesuai dengan tingkat kemandirian klien dan jangan sam- pai bantuan yang diberikan itu menimbulkan ketergantungan yang dominan bagi klien. Kedua, memenuhi kebutuhan dasar ma- nusia (KDM) klien. Kebutuhan dasar manusia dapat didefinisikan Bab 2 Paradigma Keperawatan 11 sebagai sesuatu yang dibutuhkan manusia agar dapat memelihara homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Pengelompokan ke- butuhan dasar manusia bervariasi di antara para ahli. Dalam ke- perawatan, hierarki pengelompokan kebutuhan dasar manusia yang sering digunakan adalah hierarki Abraham Maslow yang terdiri atas lima tingkat kebutuhan. Pembahasan ini akan diurai- kan lebih lanjut nanti. Ketiga, memberi kesempatan kepada semua perawat untuk mengembangkan tingkat kemampuan profesional- nya. Maju/mundurnya profesi keperawatan bergantung pada ma- sing-masing pribadi perawat. Oleh karena itu, perlu ditanamkan rasa persatuan dan kebersamaan di antara perawat sejak dini, bahu-membahu memajukan dan mengembangkan profesi kepe- Tawatan. Keempat, mengembangkan standar keperawatan yang ada. Ke- lima, memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua ang- gota tim kesehatan. Penanganan kesehatan klien tidak bisa hanya mengandalkan salah satu profesi saja, melainkan memerlukan ker- ja sama interdisipliner dari profesi kesehatan lain sebagai satu kesatuan tim kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, perawat me- rupakan tenaga kesehatan terdepan dan paling lama berinteraksi dengan klien. Karenanya, perawat harus mampu memelihara kerja sama yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan, begitu pun sebaliknya. Keenam, menciptakan iklim yang menunjang kegiatan pendidikan bagi perkembangan tenaga keperawatan. Pendidikan keperawatan harus berimbang antara teori dan praktik, sebab keperawatan adalah ilmu yang langsung berkaitan dengan “hidup dan matinya” manusia. Oleh karena itu, pendidikan keperawatan harus terus ditingkatkan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Manusia Konsep Manusia Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibanding- kan dengan makhluk hidup yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah hewan yang berakal. Ada pula yang menyatakan manusia adalah 12 Konsep Dasar Keperawatan makhluk yang hina dan rendah karena diciptakan dari tanah. Ini semua menandakan bahwa manusia adalah makhluk misterius (masalah manusia yang multikompleks), dan manusia umumnya tidak mampu mengetahui hakikat manusia secara utuh. Konsep seseorang tentang “manusia” dipengaruhi oleh beberapa hal be- tikut. 1. Filsafat hidup individu/bangsa. Sebagai contoh, seorang komunis tentu mempunyai konsep yang dipengaruhi oleh falsafah ne- garanya—berasaskan komunis dan tidak meyakini adanya Tuhan. Hal ini tentunya berbeda dengan konsep bangsa Indo- nesia yang mempunyai asas Pancasila dan percaya terhadap Tuhan. 2. Pengalaman hidup seseorang. Seseorang yang hidup dan berinter- aksi dengan orang-orang yang ramah, baik, sopan akan berpen- dapat bahwa manusia ‘adalah makhluk yang baik, ramah, dan sopan. Sebaliknya, seseorang yang pernah memiliki pengalam- an yang tidak menyenangkan selama berinteraksi dengan orang lain dapat mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang kejam dan tidak punya perasaan. 3. Pengetahuan manusia tentang dirinya. Pengetahuan manusia ten- tang dirinya sangat terbatas, salah satunya karena manusia cenderung memikirkan hal-hal di luar dirinya (mis., alam se- mesta, harta, lingkungan, dll.). Walaupun konsep tentang manusia masih beragam dan be- lum tercapai kesamaan persepsi, profesi keperawatan mempunyai konsep tentang manusia yang memandang dan meyakini manusia sebagai makhluk yang unik, sebagai sistem adaptif, dan sebagai makhluk holistik. Manusia Sebagai Makhluk Unik Manusia sebagai makhluk unik mengandung pengertian bahwa manusia mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Begitu pula dengan responsnya terhadap stimulus. Se- bagai contoh, ada dua orang yang sama-sama merasa lapar karena sejak pagi belum mendapat makan. Orang pertama berespons de- ngan menahan/mengganjal perutnya dengan kedua tangannya, sedangkan orang kedua berteriak meminta makan. Contoh ini Bab 2 Paradigma Keperawatan 13 membuktikan bahwa dari stimulus yang sama dihasilkan respons yang berbeda. Ini menunjukkan adanya keunikan manusia. Dalam konteks keperawatan, keunikan manusia menjadi pertimbangan utama bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Manusia Sebagai Sistem Adaptit/Terbuka Manusia sebagai sistem adaptif/terbuka mamandang manusia se- bagai sistem terbuka yang dinamis yang memerlukan berbagai masukan dari subsistem maupun suprasistem. Subsistem terdiri atas komponen sel, organ, dan sistem organ (mis., sistem pernapas- an, sistem kardiovaskular, dan sistem lainnya). Suprasistem meli- puti keluarga, komunitas, masyarakat, dan sosial budaya di dalam mempertahankan suatu keadaan seimbang. Tujuan utama manu- sia sebagai sistem terbuka adalah sebagai berikut. 1. Tetap bertahan serta berusaha untuk mencapai kebahagiaan lahir/batin. 2. Dapat memelihara/menempatkan dirinya dalam situasi apapun agar tetap sehat. 3. Derajat kesehatan manusia ditentukan oleh kemampuannya beradaptasi dengan segala pengaruh, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri. Manusia Sebagai Makhluk Holistik Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi bio-psiko-sosio-spiritual-kultural. Ini menjadi prinsip keperawatan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan harus memerhatikan aspek tersebut. Klien yang dirawat di rumah sakit harus mendapatkan perhatian bukan hanya pada aspek biologis, tetapi juga aspek-aspek yang lain. Sebagai makhluk holistik, manusia utuh dilihat dari aspek jasmani dan rohani, unik, serta berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya, terus-meneurs menghadapi perubahan lingkungan, dan berusaha beradaptasi dengan lingkungan. 1. Manusia sebagai makhluk bio. Bio berasal dari kata bios yang artinya hidup. Manusia sebagai makhluk biologis memiliki ciri-ciri se- bagai berikut. 14 Konsep Dasar Keperawatan a. Terdiri atas sekumpulan organ tubuh yang semuanya mem- punyai fungsi yang terintegrasi. Dalam hal ini, setiap organ tubuh mempunyai tugas masing-masing, tetapi tetap ber- gantung pada organ lain dalam menjalankan tugasnya. b. Diturunkan/berkembang biak melalui jalan pembuahan sper- ma dari laki-laki dan ovum dari wanita sehingga wanita dapat hamil lalu melahirkan bayi yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi remaja, dewasa, menua, dan akhir- nya meninggal. c¢. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, manusia mem- punyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Kebutuhan. dasar yang paling utama adalah keyakinan kepada Tuhan, sedangkan kebutuhan dasar biologis adalah kebutuhan fisio- logis, seperti oksigen, air, makanan, eliminasi, dan lainnya. Manusia sebagai makhluk psiko. Psiko berasal dari kata psyche yang artinya jiwa. Menurut Aristoteles, jiwa berarti kekuatan hidup. Jadi, manusia sebagai makhluk psiko, artinya manusia adalah makhluk yang berjiwa. Sebagai makhluk psiko, manusia mem- punyai sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Ma- nusia mempunyai kemampuan berpikir, kesadaran pribadi, dan kata hati (perasaan). Selain itu, manusia juga merupakan makh- luk yang dinamis yang dapat berubah dari waktu ke waktu dan bertindak atas motif tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula. Menurut Sigmund Freud, sebagai makhluk psiko, manusia mempunyai kepribadian. Adapun struktur kepribadian ma- nusia yang dikemukakan Freud adalah sebagai berikut. a, ID. Id adalah bagian dari kepribadian yang paling dasar. Id merupakan pusat dari semua proses biologis atau jasmani. Sifat Id adalah impulsif, refleksi, atau bisa dikatakan sebagai bentuk ekspresi yang sangat alamiah. Nilai etika dan moral tidak dikenal oleh id. Sebab, id adalah penganut prinsip ke- senangan, artinya id adalah segala dorongan dasar atau naluri yang memerlukan pemuasan segera, tidak mengenal penundaan kesenangan, dan lebih merupakan pelampiasan dari ketegangan yang ada. b. EGO. Egomerupakan hasil pengembangan id lebih lanjut. Ego lebih terorganisasi dan tugasnya adalah menghindari keti- Bab 2 Paradigma Keperawatan 15 daksenangan dengan melawan atau mengatur pelepasan do- rongan naluri agar sesuai dengan tuntutan dunia luar. Per- bedaan utama antara id dan ego adalah ego bekerja sesuai dengan prinsip kenyataan dan mempunyai mekanisme pem- belaan, sedangkan id hanya mementingkan diri sendiri un- tuk memenuhi kesenangan. c. SUPER EGO. Super ego merupakan pengembangan Id dalam tingkatan yang lebih tinggi daripada ego. Jika ego masih dekat hubungannya dengan id dan lebih bersandarkan pada prinsip kenyataan, super ego tidak begitu dekat dengan Id bahkan dapat bertentangan dengan Id. Super ego berlandas- kan pada aspek etis atau tidak etis, pantas atau tidak pantas, salah atau benar. Pada prinsip super ego, pemenuhan ke; butuhan harus selalu disesuaikan dengan nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat, termasuk keluarga. Dengan kata lain, super ego mencerminkan norma masyarakat yang berada dalam diri seseorang, yakni keharusan yang dituntut oleh lingkungan terhadap dirinya melalui perkembangan sejak masa kanak-kanak. Super ego dibentuk melalui proses -internalisasi. Id, ego, dan super ego hendaknya jangan dilihat sebagai tiga aspek yang terpisah. Id, ego, dan super ego lebih diartikan se- bagai nama dari proses psikis yang tunduk pada sistem prinsip yang berbeda. Dalam diri seseorang yang jiwanya sehat, prinsip yang berbeda tersebut saling melengkapi. Ketiganya berfungsi sebagai suatu kesatuan komponen kepribadian manusia yang bersatu dan harmonis. Secara umum, sering disebutkan bahwa id merupakan komponen biologis dari kepribadian, ego sebagai komponen psikologis, dan super ego sebagai komponen sosio- logisnya. . Manusia sebagai makhluk sosial. Sejak lahir, manusia tumbuh dan berkembang memerlukan bantuan orang lain. Menurut Aris- toteles, manusia adalah makhluk zonpoliticon. Artinya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang lain dan selalu berinteraksi dengan mereka. Apalagi ketika sakit, ma- nusia sangat membutuhkan bantuan orang lain. Sifat atau ciri manusia sebagai makhluk sosial akan terbentuk selama ma- 16 Konsep Dasar Keperawatan nusia bergaul dengan manusia lain. Manusia akan belajar dari lingkungan tentang norma, ajaran, peraturan, kebiasaan, ting- kah laku yang etis maupun tidak etis, dan/atau ragam budaya manusia. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kepentingan dengan orang lain, mengabdi kepada kepentingan sosial, dan tidak dapat lepas dari lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Faktor lingkungan sosial dapat berpengaruh terhadap derajat kesehatan individu maupun masyarakat. Pada ling- kungan sosial yang rawan tindak kekerasan berisiko terjadi kasus trauma. Begitu.juga pada lingkungan yang kumuh, ber- bagai penyakit dapat menyerang penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Selain itu, mobilitas penduduk yang tinggi me- nyebabkan penularan penyakit berlangsung dengan cepat. Dari penjelasan di atas jelas terlihat bahwa kondisi sosial turut ber- pengaruh terhadap kesehatan. 4. Manusia sebagai makhluk spiritual. Manusia sebagai makhluk spi- ritual mempunyai hubungan dengan kekuatan di luar dirinya, hubungan dengan Tuhannya, dan mempunyai keyakinan dalam hidupnya. Keyakinan yang dimiliki seseorang akan berpenga- ruh terhadap perilakunya. Misalnya, pada individu yang me- yakini bahwa penyakit disebabkan oleh pengaruh “roh jahat”. Ketika seseorang sakit, upaya pertolongan pertama yang dilaku- kan adalah mendatangi dukun. Mengingat besarnya pengaruh keyakinan terhadap kehidupan seseorang, perawat harus me- motivasi klien untuk senantiasa memelihara kesehatannya. Sebagai sasaran asuhan keperawatan, lingkup klien dalam layanan keperawatan, yaitu individu, keluarga, atau masyarakat. 1. Individu sebagai klien. Individu adalah anggota keluarga yang unik, sebagai kesatuan utuh dari aspek bio-psiko-sosio-spiritual. Da- jam hal ini, perawat berperan memenuhi kebutuhan dasar indi- vidu karena: a. kelemahan fisik dan mental, b. keterbatasan pengetahuan, c. dan kurang kemauan menuju kemandirian. 2. Keluarga sebagai klien. Keluarga merupakan kelompok individu yang memiliki hubungan yang erat secara kontinu sehingga terjadi interaksi satu sama lain, baik dalam lingkungan sendiri Bab 2. Paradigma Keperawatan 17 maupun masyarakat secara umum. Adapun alasan keluarga sebagai fokus layanan kesehatan adalah sebagai berikut. a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupa- kan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat. b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, men- cegah, memperbaiki/mengabaikan masalah kesehatan di da- Jam kelompoknya. c. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Penya- kit pada salah satu anggota keluarga akan berpengaruh ter- hadap seluruh keluarga. d. Keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan da- lam perawatannya. e. Keluarga merupakan perantara yang efektif untuk berbagai usaha kesehatan masyarakat. 3. Masyarakat sebagai klien. Masyarakat adalah suatu pranata yang terbentuk karena interaksi antara manusia dan budaya di da- lam suatu lingkungan. Masyarakat bersifat dinamis dan terdiri atas individu, keluarga, kelompok, dan komunitas yang mem- punyai tujuan dan norma sebagai sistem nilai. Masyarakat da- pat memengaruhi kemampuan individu dalam memenuhi ke- butuhan hidupnya. Kebutuhan Manusia Walaupun setiap manusia mempunyai karakteristik yang unik, mereka tetap memiliki kebutuhan dasar yang sama. Kebutuhan dasar manusia, seperti yang telah disinggung di atas, mempunyai banyak ketegori. Pada dasarnya setiap manusia mempunyai dua macam kebutuhan pokok/dasar, yaitu kebutuhan materi dan ke- butuhan nonmateri. Untuk dapat mengetahui kebutuhan dasar manusia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh setiap perawat terkait dengan karakteristik kebutuhan dasar manusia. 1. Semua orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama, walau- pun masing-masing memiliki latar belakang sosial, budaya, per- sepsi, dan pengetahuan yang berbeda. 2. Umumnya, setiap manusia memenuhi kebutuhan dasarnya se- suai dengan tingkat prioritas masing-masing. Kebutuhan dasar 18 Konsep Dasar Keperawatan yang harus segera dipenuhi tentunya adalah kebutuhan dasar dengan tingkat prioritas yang paling tinggi/utama. 3. Walaupun kebutuhan dasar umumnya harus dipenuhi, seba- gian dari kebutuhan tersebut dapat ditunda. 4. Kegagalan dalam pemenuhan salah satu kebutuhan dasar dapat menimbulkan ketidakseimbangan yang dapat menyebabkan sakit. 5. Munculnya keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar dipe- ngaruhi oleh stimulus internal maupun eksternal, misalnya kebutuhan untuk minum. Seseorang bisa merasa haus karena berkurangnya cairan dalam tubuh atau akibat melihat minum- an yang segar di siang hari yang terik. 6. Kebutuhan dasar manusia saling berhubungan dan saling me- mengaruhi. Sebagai contoh, kebutuhan makan akan diikuti de- ngan kebutuhan minum. 7. Jika seseorang merasa perlu terhadap kebutuhannya, ia akan berusaha memenuhinya dengan segera. Menurut Abraham Maslow (1908-1970), kebutuhan manusia dapat digolongkan menjadi lima tingkat kebutuhan (five hierarchy of needs), yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan ke- amanan, kebutuhan cinta dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Akan tetapi, menjelang akhir hayatnya Maslow menambahkan hierarki kebutuhan manusia yang keenam, yaitu kebutuhan transendensi diri (Armahedi Mahzar, 2004). Ke- butuhan transendensi diri merupakan kebutuhan yang utama dan tertinggi setelah seseorang mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan di atas akan senantiasa muncul, meskipun mung- kin tidak secara berurutan. Artinya, ada sebagian orang—karena suatu keyakinan tertentu—memiliki hierarki kebutuhan yang ber- beda dibandingkan yang lain. Dengan melihat pemenuhan kebu- tuhan dasar manusia, kita dapat menyimpulkan kualitas perkem- bangan kepribadian seseorang. Semakin tinggi hierarki kebutuhan yang terpuaskan, semakin mudah seseorang mencapai derajat ke- mandirian yang optimal. Lima tingkat kebutuhan Maslow dapat digambarkan ke dalam bentuk piramida seperti pada Gambar 2.2. Pemenuhan kebutuhan tersebut, menurut Abraham Maslow, didorong oleh dua kekuatan (motivasi), yakni motivasi kekurangan Bab 2 Paradigma Keperawatan 19 ————_ Kebutuhan aktualisasi diri —— > Kebutuhan harga diri ——_ Kebutuhan cinta dan dicintai —— Kebutuhan keselamatan dan keamanan —> Kebutuhan fisiologis Gambar 2.2. Hierarki kebutuhan dasar Maslow. (deficiency motivation) dan motivasi pertumbuhan/perkembangan (growth motivation) (Hasyim Muhammad, 2002). Motivasi kekurang- an ditujukan untuk mengatasi permasalahan, yaitu ketegangan organistik berupa kekurangan. Sebagai contoh, lapar adalah pe- tunjuk untuk memenuhi kekurangan nutrisi, haus adalah petunjuk untuk memenuhi kekurangan cairan dan elektrolit tubuh, sesak napas adalah petunjuk untuk memenuhi kekurangan oksigen tu- buh, takut/cemas adalah petunjuk untuk memenuhi kekurangan rasa aman, dan sebagainya. Motivasi pertumbuhan/perkembangan didasarkan atas kapa- sitas setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang. Kapasitas ini merupakan pembawaan setiap manusia dan dapat mendorong manusia mencapai tingkat hierarki kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu aktualisasi diri. Kebufuhan Fisiologis Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer yang menjadi syarat dasar bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostasis tubuh. Sebagai syarat dasar, kebutuhan fisiologis ini mutlak terpenuhi. Jika tidak, ini dapat berpengaruh terhadap ke- butuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen dapat mengalami ketidaknyamanan atau bahkan kematian. Peran perawat di sini adalah membantu klien memenuhi kebutuhan fisiologis mereka. Kebutuhan fisiologis tersebut meliputi oksigen, air, makanan, eliminasi, istirahat dan 20 Konsep Dasar Keperawatan tidur, penanganan nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual, dan lain- lain. Kebutuhan tersebut sifatnya lebih mendesak untuk dipenuhi dibandingkan kebutuhan yang lain. Jika kebutuhan fisiologis ini sudah dipenuhi, seseorang akan menuntut pemenuhan kebutuhan lain yang lebih tinggi, begitu seterusnya. Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan Kebutuhan akan keselamatan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, termal, dan bakteriologis. Klien terkadang kurang menyadari adanya an- caman cedera di rumah sakit atau di tempat layanan kesehatan. Karenanya, perawat perlu menyadari situasi yang mungkin dapat membuat klien cedera. Perlindungan bukan hanya ditujukan untuk mencegah kecelakaan tetapi juga memelihara kebersihan dan ke- sejajaran tubuh (body alignment). Kebutuhan akan keamanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan de- ngan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (mis., penyakit, nyeri, cemas, dan sebagainya.). Dalam konteks hubungan interpersonal, seseorang juga membutuhkan rasa aman. Keamanan interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan berkomuni- kasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan memahami, tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya. Ketidak- tahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman. Misalnya, seseorang yang menjalani operasi apendiktomi dapat berpikir bahwa hal ini akan membahayakan keamanannya. Kebutuhan Cinta dan Memiliki Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi seseorang. Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan saat seseorang berkeinginan menjalin hubungan yang efektif atau hu- bungan emosional dengan orang lain. Dorongan ini akan terus menekan seseorang sedemikian rupa sehingga ia akan berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan perasaan saling men- cintai dan memiliki tersebut. Cinta sulit untuk didefinisikan. Cinta Bab 2. Paradigma Keperawatan 21 berhubungan dengan emosi, bukan dengan intelektual. Perasaan lebih berperan dalam cinta daripada proses intelektual. Meski de- mikian, cinta dapat diartikan sebagai keadaan saling mengerti yang mendalam dan penerimaan sepenuh hati. Beberapa karak- teristik cinta menurut Ashley Montagu (1975) adalah sebagai be- tikut. 1. Cinta bukan hanya perasaan yang subjektif, tapi juga tindakan serius saat seseorang menyampaikan perasaannya kepada yang lain. 2. Cinta tidak bersyarat, tidak ada tawar-menawar, tapi disam- paikan oleh seseorang yang menaruh minat kepada orang lain. Dalam hal ini, seseorang memberi dukungan dan memengaruhi perkembangan orang lain. 3. Cinta adalah dukungan. Seseorang akan selalu ada bila orang lain membutuhkannya. Dalam cinta ada simpati dan penger- tian. Kebutuhan untuk dicintai/dimiliki adalah keinginan untuk berteman, bersahabat, atau bersama-sama beraktivitas. Ini me- tupakan identitas dan prestise untuk seseorang. Kebutuhan di- miliki sangat penting artinya bagi seseorang yang ingin men- dapatkan pengakuan. Kebutuhan dicintai dan mencintai meliputi kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta serta kasih sayang, menjalani peran yang memuaskan, serta diperlakukan dengan baik. Kebutuhan Harga Diri Penghargaan terhadap diri sering merujuk pada penghormatan diri, dan pengakuan diri. Untuk mencapai penghargaan diri, se- seorang harus menghargai apa yang telah dilakukannya dan apa yang akan dilakukannya serta meyakini bahwa dirinya benar- benar dibutuhkan dan berguna. Harga diri seseorang bergantung pada kebutuhan dasar lain yang, harus dipenuhi. Sebagai contoh, jika kebutuhan akan cinta atau keamanan tidak terpenuhi secara memuaskan, kebutuhan akan harga diri juga terancam. Selain itu, harga diri juga dipengaruhi oleh perasaan bergantung (dependence) dan mandiri (independence) Orang yang sakit mempunyai ketergantungan yang besar terha- 22 Konsep Dasar Keperawatan dap orang lain. Kondisi ini dapat menyebabkan harga diri orang yang bersangkutan menurun. Sebaliknya, jika tingkat kemandirian seseorang besar, harga dirinya pun ikut meningkat. Perlu diingat bahwa seseorang yang memiliki harga diri yang baik akan memiliki kepercayaan diri yang baik pula. Dengan de- mikian, ia akan lebih produktif. Harga diri yang sehat dan stabil tumbuh dari penghargaan yang wajar/sehat dari orang lain, bukan karena keturunan, ketenaran, atau sanjungan yang hampa. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perawat da- lam memenuhi kebutuhan harga diri klien. Pertama, setiap klien membutuhkan pengakuan dari orang lain. Karenanya, setiap tin- dakan yang akan dilakukan perawat harus dikomunikasikan ter- lebih dahulu kepada klien. Selain itu, perawat juga perlu mem- berikan penghargaan atas kemajuan dan kerja sama klien, sekecil apapun hasilnya. Kedua, dalam berinteraksi bersama klien, pera- wat harus menunjukkan profesionalisme dan menempatkan klien sebagai guru sebab perawat banyak belajar dari setiap kasus dan karakteristik Klien. Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkatan kebutuhan yang pa- ling tinggi menurut Maslow dan Kalish. Aktualisasi diri adalah kemampuan seseorang untuk mengatur diri dan otonominya sen- diri serta bebas dari tekanan luar. Lebih dari itu, aktualisasi diri merupakan hasil dari kematangan diri. Tidak semua orang dapat mencapai aktualisasi diri secara utuh. Hal ini dikarenakan dalam diri manusia terdapat dua kekuatan yang saling tarik. Kekuatan pertama mengarah pada pertahanan diri individu, yang kemudian memunculkan perasaan takut salah, takut menghadapi risiko, meng- agungkan masa lalu dengan mengabaikan masa sekarang dan masa datang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan/bertindak, dan sebagainya. Sementara kekuatan kedua mengarah pada keutuhan diri dan terwujudnya seluruh potensi diri yang dimiliki sehingga memunculkan rasa percaya diri dan penerimaan diri secara utuh. Sekali lagi, kedua kekuatan ini akan selalu saling memengaruhi dan saling tarik sepanjang perjalanan hidup manusia sampai akhir hidupnya. Bab 2 Paradigma Keperawatan 23 Dalam hidupnya, banyak hambatan dan rintangan yang di- temui seseorang dalam mencapai tingkat kebutuhan aktualisasi diri ini. Secara umum, hambatan tersebut terbagi menjadi dua. Pertama adalah hambatan internal. Hambatan ini berasal dari dalam diri individu sendiri, seperti ketidaktahuan akan potensi diri, ke- raguan, dan perasaan takut untuk mengungkapkan potensinya. Pada akhirnya, hal tersebut justru membuat potensi diri individu terus terpendam dan tidak tergali. Kedua, yaitu hambatan eksternal. Berbeda dengan hambatan internal, hambatan eksternal, justru berasal dari luar diri individu. Contohnya adalah budaya ma- syarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi potensi diri seseorang, misalnya karena perbedaan karakter. Dengan kata lain, faktor lingkungan di masyarakat turut berpengaruh terhadap upa- ya perwujudan aktualisasi diri. Artinya, aktualisasi diri dapat dilakukan jika lingkungan mengizinkannya. Akan tetapi, pada ke- nyataannya, lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya menun- jang upaya aktualisasi diri yang dilakukan oleh anggotanya. Abraham Maslow mendasarkan teorinya mengenai aktuali- sasi diri ini pada asumsi dasar bahwa manusia pada hakikatnya memiliki nilai intrinsik berupa kebaikan. Dari sinilah manusia me- miliki peluang untuk mengembangkan dirinya. Selain itu, peme- nuhan kebutuhan aktualisasi diri didasarkan pada growth motivation seperti yang telah dijelaskan’ sebelumnya. Dalam proses pertum- buhannya, manusia dihadapkan pada dua pilihan bebas, yakni pilihan untuk maju (progressive choice) atau pilihan untuk mundur (regressive choice). Pilihan-pilihan ini akan menentukan arah per- jalanan hidup manusia, apakah mendekati atau menjauhi kesuk- sesan mencapai aktualisasi diri. Jika progressive choice lebih men- dominasi, individu akan semakin dekat dengan aktualisasi diri. Sebaliknya, jika regressive choice lebih mendominasi, individu akan semakin jauh dari aktualisasi diri. Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri akan memiliki kepribadian yang berbeda dengan orang lain pada umumnya. Menurut Abraham Maslow, ada be- berapa karakteristik yang menunjukkan seseorang mencapai ak- tualisasi diri. 1. Mampu melihat realitas secara lebih efisien. Karakteristik/kapasitas ini memungkinkan seseorang untuk mengenali kebohongan, ke- curangan, dan kepalsuan orang lain. Selain itu, ia akan mampu 24 Konsep Dasar Keperawatan menganalisis berbagai persoalan kehidupan manusia secara kritis dan mendalam. Kemampuan melihat realitas kehidupan apa adanya akan menumbuhkan sikap tidak emosional dan le- bih objektif. Individu akan mendengar apa yang seharusnya ia dengar, bukan mendengar apa yang diinginkan atau ditakuti oleh orang lain. Pengamatan yang tajam terhadap realitas hidup akan menghasilkan pola pikir yang cemerlang, menerawang jauh ke depan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau ke- untungan sesaat. 2. Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya. Individu yang telah mencapai aktualisasi diri akan mampu menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya. Ia akan melihat orang lain seperti melihat dirinya sendiri, yang penuh dengan keku- rangan dan kelebihan. Sifat ini akan menumbuhkan sikap tole- ransi terhadap orang lain dan juga kesabaran yang tinggi di dalam menerima diri sendiri dan orang lain. Individu akan me- nerima dengan lapang dada terhadap kritik, saran, ataupun nasi- hat dari orang lain terhadap dirinya. 3. Spontantitas, kesederhanaan, dan kewajaran. Individu yang mengak- tualisasikan dirinya dengan benar akan memanifestasikannya di segala tindakan, perilaku, dan gagasan yang ia tunjukkan— spontan, wajar, dan tidak dibuat-buat. Sifat ini akan melahirkan sikap lapang dada terhadap apa yang menjadi kebiasaan ma- syarakat selama hal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip utamanya. Akan tetapi, jika kebiasaan lingkungan/masyarakat sudah bertentangan dengan prinsip yang diyakininya, ia tidak segan-segan menentangnya (mis., adat-istiadat yang amoral, kebohongan, kehidupan sosial yang tidak manusiawi) 4. Terpusat pada persoalan. Bagi individu yang telah mencapai ak- tualisasi diri, seluruh perilaku, pikiran, dan gagasannya tidak lagi ditujukan untuk kebaikan dirinya, melainkan untuk ke- baikan dan kepentingan umat manusia. Dengan kata lain, se- . luruh pikiran, perilaku, dan gagasan individu berpusat pada persoalan yang tengah dihadapi umat manusia, bukan pada perosalan yang sifanya egoistis. 5. Memisahkan diri: kebutuhan akan kesendirian. Pada umumnya, indi- vidu yang telah mencapai aktualisasi diri cenderung memisah- Bab 2. Paradigma Keperawatan 25 kan diri dari lingkungan. Sikap ini didasarkan atas persepsinya mengenai sesuatu yang ia anggap benar tanpa perlu menunjuk- kan sikap egois. Ia merasa tidak bergantung atas pikiran orang lain. Sikap yang demikian membuatnya tenang dan tenteram dalam menghadapi hujatan dari orang lain. Ia senantiasa men- jaga martabat dan harga dirinya meski berada di lingkungan yang kurang terhormat. Sifat memisahkan diri ini terwujud dalam otonomi pengambilan keputusan. Keputusan yang ia am- bil tidak dipengaruhi orang lain, dan ia akan bertanggung jawab atas segala keputusan/kebijakan yang diambilnya. 6. Otonomti: kemandirian terhadap budayadan lingkungan. individu yang, telah mencapai aktualisasi diri tidak akan menggantungkan dirinya pada lingkungan. Ia dapat melakukan apa saja, kapan saja, di mana saja, tanpa dipengaruhi oleh lingkungan (situasi dan kondisi) di sekitarnya. Kemandirian ini menunjukkan per- tahanan diri individu terhadap segala persoalan yang meng- guncang, tanpa harus merasa putus asa apalagi sampai bunuh diri. Kebutuhan individu terhadap orang lain sebaiknya tidak menimbulkan ketergantungan sehingga pertumbuhan dan per- kembangan dirinya menjadi lebih optimal. 7. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan. Pada individu yang mampu mengaktualisasikan dirinya, ini merupakan manifes- tasi rasa syukur atas segala potensi yang dimiliki. Individu akan diliputi perasaan senang, kagum, dan tidak bosan terhadap apa yang ia miliki meskipun hal tersebut biasa saja. Implikasinya, individu akan mampu mengapresiasikan segala yang ia miliki. Kegagalan seseorang dalam mengapresiasikan dirinya dapat membuatnya menjadi manusia yang serakah dan berperilaku melanggar hak asasi orang lain. 8. Kesadaran sosial. Pada orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya, jiwanya cenderung diliputi perasaan simpati, iba, kasih sayang, dan ingin membantu orang lain walaupun orang ter- sebut berperilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan ini akan memunculkan kesadaran sosial yang membuat individu memi- liki rasa bermasyarakat. 9. Hubungan interpersonal. Orang yang mampu mengaktualisasikan diri cenderung memiliki hubungan yang baik dengan orang lain 26 10. 11. 12. 13. 14. Konsep Dasar Keperawatan meskipun ia tidak cocok dengan perilaku masyarakat di sekitar- nya. Ia pun akrab dan penuh rasa cinta serta kasih sayang dengan anak-anak. Hubungan interpersonal ini tidak didasari oleh tendensi pribadi sesaat, namun dilandasi oleh perasaan cinta, kasih sayang, dan kesabaaran. Demokratis. Orang yang mampu mengaktualisasikan diri me- miliki sifat demokratis. Sifat ini dimanifestasikan dengan peri- laku yang tidak membedakan orang lain berdasarkan golongan, etnis, agama, suku, ras, status sosial-ekonomi, partai, dan lain- nya. Sikap demokratis ini lahir karena individu yang mampu mengaktualisasikan diri tidak memiliki perasaan risih bergaul dengan orang lain. Selain itu, dengan sikap rendah hati yang ia miliki, individu senantiasa menghormati orang lain tanpa ke- cuali. Rasa humor yang bermakna dan etis. Rasa humor yang dimiliki individu yang mampu mengaktualisasikan dirinya berbeda dengan rasa humor kebanyakan orang. Ia tidak akan tertawa terhadap humor yang menghina, merendahkan, atau bahkan menjelekkan orang lain. Humor yang ia tunjukkan tidak hanya memancing tawa, tetapi juga sarat dengan makna dan nilai pendidikan. Humornya benar-benar mencerminkan hakikat manusiawi—menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Kreativitas. Kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh individu yang mampu mengaktualisasikan dirinya. Krea- tivitas ini tanpa tendensi atau pengaruh dari pihak manapun dan diwujudkan dalam kemampuan individu melakukan ino- vasi spontan, asli, dan tidak dibatasi oleh lingkungan ataupun orang lain. Kemandirian. Individu yang telah mencapai aktualisasi diri akan mampu mempertahankan pendirian dan keputusan yang ia ambil dan tidak akan goyah atau terpengaruh oleh berbagai guncangan atau kepentingan. Pengalaman puncak. Individu yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan yang menyatu dengan alam (Hasyim, 2002). Ia merasa tidak ada batas atau sekat antara Bab 2 Paradigma Keperawatan 27 dirinya dan alam semesta. Artinya, individu yang mampu mengaktualisasikan dirinya akan terbebas dari sekat-sekat, seperti suku, bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat- sekat lainnya. Dengan demikian, individu akan memiliki sifat jujur, ikhlas, bersahaja, tulus hati, alami, sederhana, dan ter- buka. Karakter-karakter ini merupakan cerminan orang yang berada pada pengalaman puncak (peak experience). Konsekuensi- nya, ia akan merasa bersyukur kepada Tuhan, orang tua, orang lain, alam semesta, dan segala sesuatu yang membuatnya memperoleh keberuntungan tersebut. Sehat-Sakit Konsep sehat-sakit adalah konsep yang kompleks dan multiinter- pretasi. Banyak faktor yang memengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Pengertian sehat-sakit juga beragam. Setiap individu, ke- luarga, masyarakat, maupun profesi kesehatan mengartikan se- hat/sakit secara berbeda, bergantung pada paradigmanya. Definisi Sehat Berabad-abad lalu, sehat diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami. Karenanya, segala sesuatu yang tidak normal dan ber- tentangan dengan alam dianggap sebagai kondisi tidak sehat yang harus dicegah. Sehat sendiri bersifat dinamis yang statusnya terus- menerus berubah. Kesehatan memengaruhi tingkat fungsi sese- orang, baik dari segi fisiologis, psikologis, dan dimensi sosiokul- tural. Keadaan sehat/normal sendiri merupakan hal yang sulit di- definisikan. Setiap orang atau kelompok memiliki pemahaman yang berbeda mengenai hal tersebut. Meski rumit dan bervariasi, suatu keadaan bisa dikatakan normal/sehat setelah memenuhi parameter tertentu. Selanjutnya, konsep umum tentang keadaan normal/se- hat akan menggunakan nilai rata-rata parameter tersebut sebagai acuannya. Nilai rata-rata tersebut dikenal dengan istilah nilai nor- mal. Sebagai contoh, kadar natrium normal pada orang dewasa . adalah 136-145 mmol/l. Secara umum, ada beberapa definisi sehat yang dapat dijadikan sebagai acuan. 28 — Konsep Dasar Keperawatan 1, Menurut WHO. Sehat adalah-keadaan keseimbangan yang sem- purna, baik fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. 2. Menurut Parson. Sehat adalah kemampuan optimal individu un- tuk menjalankan peran dan tugasnya secara efektif. 3. Menurut Undang-Undang Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992. Sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial yang memungkin- kan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan eko- nomis. Definisi Sakit Sakit adalah keadaan tidak normal/sehat. Secara sederhana, sakit— atau dapat pula disebut penyakit—merupakan suatu bentuk ke- hidupan atau keadaan di luar batas normal. Tolak ukur yang paling mudah untuk menentukan kondisi sakit/penyakit adalah jika ter- jadi perubahan dari nilai rata-rata normal yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, bunyi paru dalam keadaan normal biasanya ada- lah bronko vesikular. Jika terdengar bunyi mengi, bisa dikatakan bahwa individu tersebut menderita sakit. Keadaan sakit/penyakit sendiri merupakan hal yang sulit untuk didefiniskan secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa definisi mengenai sakit/penyakit yang dapat dijadikan acuan. 1. Menurut Parson. Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian. 2. Menurut Bauman. Bauman mengemukakan ada tiga kriteria ke- adaan sakit, yaitu adanya gejala, persepsi tentang keadaan sakit yang dirasakan, dan kemampuan beraktivitas sehari-hari yang menurun. 3. Menurut batasan medis. Batasan medis mengemukakan dua bukti adanya sakit, yaitu tanda dan gejala 4, Menurut Perkins. Sakit adalah suatu keadaan tidak menyenang- kan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani maupun sosial. Penyakit berbeda dengan rasa sakit. Penyakit sifatnya objektif karena masing-masing memiliki parameter tertentu, sedangkan rasa sakit sifatnya subjektif karena merupakan keluhan yang di- Bab 2. Paradigma Keperawatan 29 rasakan seseorang. Perbedaan ini mempunyai implikasi yang ber- beda. Seseorang yang menderita penyakit belum tentu merasakan sakit. Sebaliknya, seseorang yang mengeluh sakit belum tentu men- derita penyakit. Rentang Sehat-Sakit Rentang sehat-sakit adalah suatu skala ukur hipotesis untuk meng- ukur keadaan sehat/kesehatan seseorang. Kedudukan seseorang pada skala tersebut bersifat dinamis dan individual karena di- pengaruhi oleh faktor pribadi dan lingkungan. Pada skala ini, se- waktu-waktu seseorang bisa berada dalam keadaan sehat, namun di Jain waktu bisa bergeser ke keadaan sakit. Lingkungan fy N Keturunan mam | STATUS KESEHATAN | <(amm Perilaku Nt 7 Layanan Kesehatan Gambar 2.3. Faktor yang memengaruhi status kesehatan. Faktor yang Memengatuhi Status Kesehatan Menurut Hendrik Bloom, ada empat faktor yang memengaruhi status kesehatan seseorang, yaitu herediter (keturunan), layanan kesehatan, lingkungan, dan perilaku. Keempat faktor tersebut da- pat digambarkan dalam bagan di bawah ini. Dari keempat faktor tersebut, yang mempunyai andil besar dalam derajat kesehatan adalah faktor lingkungan (45%) dan faktor perilaku (30%). Kedua faktor tersebut sangat berkaitan erat. Ling- kungan bisa sehat jika perilaku masyarakatnya sehat. Kerusakan lingkungan salah satunya dapat terjadi akibat faktor perilaku ma- nusia. Berbagai penyakit yang saat ini menimpa bangsa Indonesia, . seperti demam berdarah, polio, dan flu burung juga terjadi akibat faktor lingkungan dan perilaku manusia. 30 Konsep Dasar Keperawatan 1. Keturunan. Secara sederhana, penyakit manusia dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, salah satunya adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor gen. Penyakit ini disebut juga sebagai penyakit herediter atau keturunan. Contoh penyakit ini antara lain diabetes melitus, albino, dan penyakit Wilson. Layanan Kesehatan. Layanan kesehatan dapat memengaruhi sta- tus kesehatan individu (khususnya) dan masyarakat (umumnya). . Beberapa aspek layanan kesehatan yang dapat memengaruhi status kesehatan adalah sebagai berikut. a. Tempat layanan kesehatan. Letak geografis tempat layanan ke- sehatan dapat memengaruhi keterjangkauan masyarakat terhadap layanan kesehatan dan keterjangkauan petugas kesehatan dalam memberikan layanan kepada masyarakat, terutama petugas puskesmas. Jika letak tempat layanan kesehatan jauh dari permukiman penduduk, kemungkinan masyarakat akan sulit menjangkaunya. Terlebih jika sarana transportasi di daerah tersebut tidak memadai. Kondisi ini tentunya akan menghambat upaya pertolongan-segera saat seseorang menderita sakit. Akibatnya, kondisi orang terse- but dapat bertambah parah atau bahkan berujung pada ke- matian. . Kualitas petugas kesehatan. Klien merupakan individu yang ber- ada dalam posisi ketergantungan karena sangat membutuh- kan pertolongan dari petugas kesehatan bagi kesembuhan dirinya. Dalam kondisi sakit ini, klien “pasrah” terhadap apapun tindakan yang akan dilakukan oleh petugas kese- hatan. Jika petugas kesehatan tidak memiliki kompetensi yang berkualitas, alih-alih kesembuhan yang akan klien per- oleh, melainkan ‘penderitaan atau bahkan kematian yang mungkin klien dapatkan. Dengan demikian, kualitas petugas kesehatan sangat berpangaruh terhadap status kesehatan individu maupun masyarakat. . Biaya kesehatan. Tingginya biaya pengobatan menyebabkan tidak semua orang mampu memanfaatkan layanan kesehat- an. Keluarga yang tergolong miskin mutlak tentunya tidak mungkin mampu menjangkau layanan tersebut. Kasarnya, Bab 2. Paradigma Keperawatan 31 boro-boro untuk biaya kesehatan, untuk makan sehari-hari saja sulit. Indonesia yang belum pulih benar dari keter+ purukan akibat krisis mengakibat semakin banyaknya pen- duduk yang miskin. Kondisi ini tentunya semakin mem- perkecil peluang masyarakat miskin untuk mendapatkan Jayanan kesehatan. Oleh sebab itu, perlu suatu program khu- sus untuk membantu masyarakat miskin mendapatkan la- yanan kesehatan. Beberapa di antara program tersebut ada- lah Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) dan asuransi kesehatan keluarga miskin (askeskin): Sayangnya, program ini sering kali disalahgunakan oleh pihak tertentu Akibatnya, program yang ditujukan untuk rakyat miskin justru lebih banyak dimanfaatkan oleh orang kaya. d. Sistem layanan kesehatan. Sistem layanan kesehatan juga sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan individu dan ma- syarakat. Layanan kesehatan terdepan bukan semata ber- fokus pada pengobatan, tetapi juga pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Dalam sistem ini, kita tidak lagi me- nekankan upaya kuratif, melainkan upaya promotif dan pre- ventif. Di Indonesia sendiri, kecenderungan perkembangan penyakit ditandai dengan meningkatnya penyakit degene- ratif akibat peningkatan usia harapan hidup. Menyikapi hal tersebut, sistem layanan kesehatan juga harus berorientasi pada peningkatan kualitas hidup lansia. 3. Lingkungan. Lingkungan memberi pengaruh besar terhadap sta- tus kesehatan individu. Faktor lingkungan ini akan dibahas pada uraian mengenai konsep lingkungan yang memengaruhi kesehatan. 4, Perilaku. Perilaku merupakan faktor berikutnya yang memenga- ruhi status kesehatan. Sehat/sakitnya individu, keluarga, atau masyarakat dipengaruhi oleh perilakunya. Jika perilaku indi- vidu, keluarga, dan masyarakat sehat, dapat dipastikan akan sehat pula hasilnya. Begitu juga sebaliknya. Perilaku manusia bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti pendidikan, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan, sosial ekonomi, dan sebagainya. 32. Konsep Dasar Keperawatan Perkembangan Penyakit Berbicara tentang perjalanan penyakit secara umum, ada beberapa faktor yang berperan dalam perkembangan penyakit.- Faktor ter- sebut terdiri atas etiologi, patogenesis, dan manifestasi klinis. Ke- tiga faktor ini saling berkaitan dan merupakan rangkaian dari pro- ses perjalanan penyakit. 1. Etiologi. Etiologi secara sederhana dapat diartikan sebagai pe- nyebab—sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit. Etiologi dikenal pula dengan istilah agens. Etiologi (agens) penyakit da- pat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu golongan bio- logis dan non-biologis. a. Golongan biologis. Penyebab penyakit yang termasuk go- longan biologis adalah mikrorganisme (mis., bakteri dan vi- Tus). Selain itu, ada pula penyebab penyakit yang berasal dari hewan dan tumbuhan (mis., metazoan, protozoa, dan jamur). b. Golongan non-biologis. Penyebab penyakit dari golongan non-biologis terbagi atas beberapa jenis, yaitu kimia, fisik, dan nutrien. = Kimia. Zat kimia terbagi atas-zat kimia yang terdapat di luar tubuh manusia (exogenous chemical substance) dan zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh (endogenous chemical sub- stance). Contohnya adalah barbiturat, merkuri, karbon monoksida, dll. = Fisik. Penyebab penyakit berupa faktor fisik, antara lain suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara yang terlalu bising, perubahan tekanan atmosfir, dsb. Faktor fisik ini dapat menimbulkan penyakit jika berada pada intensitas yang luar biasa, baik secara kuantitatif mau- pun kualitatif. Selain contoh di atas, faktor fisik lain yang dapat menyebabkan penyakit adalah faktor mekanis atau trauma, baik yang disengaja maupun tidak (mis., kece- lakaan, perkelahian, dsb.). = Nutrien. Nutrien sebenarnya merupakan golongan zat kimia. Akan tetapi, untuk memudahkan pemahaman kita tentang kaitan nutrien dengan penyakit, bagian ini di- Bab 2 Paradigma Keperawatan 33 pisahkan. Seseorang dapat menderita penyakit jika ke- kurangan/kelebihan nutrien tertentu dalam tubuh (mis., penderita obesitas, maramus, kwashiorkor, dll.). 2. Patogenesis. Patogenesis adalah asal mula dan perkembangan keadaan patologis atau penyakit. Jadi, patogenesis suatu pe- nyakit menjelaskan tentang perkembangan atau evolusi penya- kit. Patogenesis ini mencakup etiologi, proses masuknya penya- kit ke dalam tubuh, perkembangan penyakit, hingga manifestasi klinis yang ditunjukkan. Proses perjalanan penyakit umumnya dapat dibagi ke dalam lima fase, yaitu prapatogenesis, inkubasi, penyakit dini, penyakit lanjut, dan akhir penyakit (Azrul Azwar, 1988). a. Fase prapatogenesis. Pada fase ini sebenarnya telah terjadi in- teraksi antara pejamu (manusia) dengan agens. Seperti kita ketahui, agens/bibit penyakit berada dekat dengan manusia. Tanpa disadari, setiap saat manusia berinterksi dengan agens tersebut. Akan tetapi, jika daya tahan tubuh manusia pada fase ini masih kuat, penyakit tidak akan muncul. b. Fase inkubasi. Jika agens telah masuk ke dalam tubuh manusia, tetapi belum terlihat adanya gejala, keadaan ini disebut dengan fase inkubasi. Masa inkubasi suatu penyakit berbeda dengan masa inkubasi penyakit lain sebab agens penyebab/ bibit penyakitnya berbeda. Setiap bibit penyakit. memiliki karakteristik, sifat, dan kemampuan yang berbeda dalam proses patologis. Selain dipengaruhi oleh bibit penyakit, masa inkubasi juga dipengaruhi oleh daya tahan tubuh. Jika daya tahan tubuh tidak kuat atau menurun, bibit penyakit akan lebih leluasa berkembang dalam tubuh manusia dan menimbulkan berbagai gangguan pada bentuk maupun fungsi tubuh manusia. Sebaliknya, jika daya tahan tubuh kuat, laju perkembangan bibit penyakit dapat dihambat atau bahkan dihentikan. ¢. Fase penyakit dini. Fase ini dimulai sejak munculnya gejala penyakit. Umumnya, gejala yang muncul pada fase ini masih relatif ringan sehingga manusia sering kali tidak menghirau- kannya. Pada fase ini, daya tahan tubuh masih ada, namun cenderung lemah. Jika daya tahan tubuh ini diperkuat, baik Bab 3 Konsep Profesi dalam Lingkup Keperawatan 81 lain, di samping memahami psikologis situasi. Untuk itu, perawat harus meningkatkan sensitivitas dan kepedulian- nya. Saat berbicara dengan orang lain, perawat harus me- lakukannya dengan “hati”. Artinya, apa yang perawat sam- paikan harus mampu menyentuh hati orang lain. Dengan demikian, setiap pemikiran dan ide perawat dapat langsung diterima oleh klien sehingga tujuan pendidikan kesehatan dapat tercapai. d. Menjadi model/contoh. Betapapun bagusnya gaya komuni- kasi perawat dan luasnya wawasan ilmu pengetahuan me- reka, orang lain perlu melihat bukti atas apa yang disampai- kannya. Jika terdapat kesesuaian antara perkataan dan perbuatan perawat, citra dan penilaian orang lain terhadap profesi perawat akan meningkat. Upaya untuk mengubah dan meningkatkan profesionalisme perawat paling baik di- lakukan melalui pembuktian secara langsung melalui peran sebagai model. Perawat harus mampu menjadi model yang baik dalam menjalankan profesinya. 4. Peneliti dan pengembang ilmu keperawatan. Sebagai sebuah profesi dan cabang ilmu pengetahuan, keperawatan harus terus melakukan upaya untuk mengembangkan dirinya. Berbagai tantangan, persoalan, dan pertanyaan seputar keperawatan harus mampu dijawab dan diselesaikan dengan baik. Salah sa- tunya adalah melalui upaya riset, Riset keperawatan akan’ me- nambah dasar pengetahuan ilmiah keperawatan dan mening- katkan praktik keperawatan bagi klien. Praktik berdasarkan riset merupakan hal yang harus dipenuhi (esensial) jika profesi keperawatan ingin menjalankan kewajibannya pada masya- takat dalam memberikan perawatan yang efektif dan efisien (Patricia dan Arthur, 2002). Oleh karena itu, setiap perawat harus mampu melakukan riset keperawatan. Ada beberapa hal yang harus dijadikan prinsip oleh perawat dalam melaksana- kan peran dan fungsinya dengan baik dan benar. Prinsip ter- sebut harus menjiwai setiap perawat ketika memberi layanan keperawatan kepada klien. a. Nursing is caring, Artinya, perawat harus memiliki kepedulian terhadap klien. Kepedulian ini ditunjukkan dengan tindakan yang segera dan tepat dalam menanggapi keluhan klien. 82 Konsep Dasar Keperawatan . Nursing is laughing. Artinya, perawat harus mempunyai ke- yakinan bahwa senyum merupakan suatu kiat dalam mem- berikan asuhan keperawatan guna meningkatkan rasa nya- man klien. . Nursing is touching. Artinya, sentuhan perawat sangat berarti dalam menenangkan dan meningkatkan kenyamanan klien sehingga dapat mempercepat penyembuhannya. Sentuhan yang dilakukan tentunya bersifat terapeutik dan dilakukan pada saat yang tepat. Nursing is helping. Artinya, perawat berkeyakinan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan adalah untuk menolong, klien. Ini dilakukan dengan sepenuh hati, ikhlas/tulus, tanpa ada tendensi tertentu yang sifatnya pribadi. ._ Nursing is believing in orther. Artinya, perawat meyakinibahwa orang lain memiliki hasrat/kemauan.serta kemampuan un- tuk meningkatkan status keschatannya. Nursing is trusting. Artinya, perawat dalam melaksanakan pekerjaannya harus menjaga dan memelihara kepercayaan klien dengan cara terus-menerus meningkatkan kualitas pe- layanan keperawatan. , Nursing is believing in self. Artinya, perawat harus memiliki kepercayaan diri dalam menjalankan profesinya. Perawat harus meyakini bahwa keperawatan merupakan profesi yang luhur dan memiliki peran strategis dalam meningkat- kan derajat kesehatan masyarakat. Nursing is learning. Artinya, perawat harus selalu belajar dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan keperawat- an profesional melalui asuhan keperawatan yang diberikan. Nursing is respecting. Artinya, perawat harus memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan kepada orang lain (kien dan keluarganya) dengan menjaga kepercayaan dan rahasia klien. Nursing is listening. Artinya, perawat harus mau menjadi pen- dengar yang baik ketika klien berbicara atau mengeluh. Nursing is doing. Artinya, perawat melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan dengan didasarkan atas pengetahu- an yang ia miliki. Tujuannya adalah untuk memberikan rasa Bab 3 Konsep Profesi dalam Lingkup Keperawatan 83 aman dan nyaman pada klien serta memberikan asuhan ke- perawatan yang komprehensif pada mereka. Nursing is feeling. Artinya, perawat dapat menerima, merasa- kan, dan memahami perasaan klien—baik perasaan duka, senang, frustasi, maupun perasaan puas klien. . Nursing is accepting. Artinya, perawat harus menerima diri sendiri sebelum dapat menerima orang lain. . Nursing is communicating. Artinya, perawat meyakini bahwa komunikasi yang baik (terapeutik) dapat membuat klien me- rasa nyaman sehingga akan membantu penyembuhan. Bahan dengan hak cipta LANDASAN KEILMUAN PROFESI KEPERAWATAN Iimu merupakan fenomena yang menarik dalam hidup dan kehi- dupan manusia. Dengan ilmu, manusia mampu mencapai derajat yang lebih tinggi dari makhluk yang lain sebab ilmu dapat menjadi pembuka realitas kehidupan. Ilmu juga dapat.menciptakan tek- nologi sehingga tidak heran jika penyebutan ilmu selalu diikuti dengan kata teknologi. Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia semakin berkem- bang dengan pesat. Ini ditandai dengan munculnya banyak disiplin ilmu. Kondisi ini juga didukung oleh berbagai fenomena kehidupan yang turut memunculkan disiplin ilmu baru. Dari disiplin ilmu ini akan muncul berbagai bidang pekerjaan (profesi). Sebagai.contoh, ilmu yang mempelajari mengenai penyakit manusia dan peng- obatannya memunculkan profesi kedokteran, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang hukum yang mengatur hidup dan kehidupan manusia memunculkan profesi hukum. Lantas, bagaimana dengan profesi keperawatan? Apakah profesi keperawatan juga memiliki disiplin ilmu? Pengertian Ilmu Iimu merupakan kumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali 85 eva CM Ulm MU Le LUC R eal Ly SY AMes CCM USS eMC ue ae Atas Negeri 1 Indramayu pada tahun 1994, |: aM CU uN cue LCM eau CW ClCM slime am sClaele lac dan lulus pada tahun 1997. Penulis | oC UMMC CL Lec a Seles MMC unc - Parner et Universitas Padjadjaran (PSIK FK UNPAD). Ca eetaer ie ilaeconn cid ie haa ae ae) eC aCh Cue ana c PME Ek: aout ae lar ela elle Aaa Ea ee a cece ae MU CMC pendidikan pascasarjana (S2) Keperawatan Komunitas di Universitas Indonesia. Sa CALI AO roma Ul Mn 1a) Te Lest a Col SAY Wilayah IV Jawa Barat-Banten yang bertugas di Akper foe a el Rel eee YN Re RSTLCOLATe Kesehatan Indonesia (STKINDO) Wirautama, Bandung. Pec e ec Maleate cle y= (eM -1e)-1e-) eB L ela LL eur CaM) K Ole eo COLA AOL LEC) URE eae | Ea are ume tel

También podría gustarte