BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gagal jantung merupakan sindroma klinis yang kompleks dengan gejala-gejala yang tipikal dari sesak nafas dan mudah lelah yang berhubungan dengan kerusakan fungsi maupun struktur dari jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk mengisi dan mengeluarkan darah ke sirkulasi. Gagal jantung yang umumnya didapatkan pada populasi usia tua, serta pada orang-orang yang selamat daru infark miocard dengan kerusakan otot jantung persisten. Entities gagal jantung mudah sekali diketahui oleh dokter yang berpengalaman, dapat ditemukan di komunitas masyarakat dan pengobatan yang tepat dapat mengurangi morbiditas dan mortalitasnya. Walaupun biomolekuler dan fisiologi yang terintegrasi dengan gagal jantung masih belum dapat dipahami, beberapa konsep dan prinsip patofisologi telah berkembang dalam satu decade terkahir ini. Prevalensi gagal jantung kronis diprediksi akan makin meningkat seiring dengan meningkatnya penyakit hipertensi, diabetes mellitus dan iskemi terutama pada populasi usia lanjut. Semakin tua dan berhasilnya pengobatan infark miokard akut suatu populasi maka prevalensi gagal jantung makin meningkat. Peristiwa penyakit gagal jatung makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Di Eropa, tiap tahun terjadi 1.3 kasus per 1000 penduduk yang berusia 25 tahun. Kasus ini meningkat 11.6 pada manula dengan usia 85 tahun ke atas. .
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 2
1.2 TUJUAN Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk membahas dan meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit yang berkaitan dengan penyakit gagal jantung kronis yang sangat mengancam jiwa. Selain itu, amat penting untuk bedakan penyakit ini dengan diagnosis banding yang lain karena mempunyai gejala yang hampir sama. Semakin dalam kita mengkaji mengenai penyakit ini, semakin banyakkan perbandingan yang spesifik yang kita bisa ketemu untuk memudahkan kita mengdiagnosis penyakit dari gagal jantung ini. Antara tujuan untuk melakukan penelitian terhadap penyakit ini adalah untuk; Mengetahui penyakit-penyakit dengan gejala sesak nafas. Mampu menjelaskan etiologi dari gagal jantung kronis. Mampu menjelaskan patofisiologi terjadinya gagal jantung kronis. Mampu menjelaskan penegakan diagnosis dari gagal jantung kronis. Mampu menjelaskan penatalaksanaan dari gagal jantung kronis.
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 3
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Skenario 2
Seorang laki-laki 55 tahun dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak 1 hari yang lalu. Sesak nafas awalnya timbul saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat, serta untuk mengurangi sesaknya pasien tidur dengan diganjal 4 bantal. Namum sejak 5 jam yang lalu sesak timbul secara terus-menerus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: TD 160/90 mm Hg, S:afebris, FP: 32x/mnt, FN: 120x/mnt, JVP: 5+2 cm H 2 O, paru-paru: ronki basah halus terutama di basal paru, jantung: gallop(+), Abdomen: hepatomegali teraba 2 jari bawah arcus costae. Pemeriksaan EKG: Q patologis pada V1,V2,T inverted pada V4,V5 dan V6 serta adanya gambaran LVH. Langkah 1- Identifikasi istilah yang tidak diketahui 1. Jugular Venous Pressure: tekanan sistem vena yang diamati secara tidak langsung, normal 6 to 8 cm H 2 O. Kurang dari 5 cm H2O pada hipovolemia dan lebih dari 9 cm H2O adalah impaired cardiac filling. 2. Left Ventricular Hipertrophy: pembesaran pada dinding ventricle jantung kiri karena kerja yang berlebihan dan tekanan darah yang tinggi di jantung kiri. Langkah 2- Rumusan masalah A. Laki-laki umur 55 tahun sejak 5 jam yang lalu sesak nafas timbul terus- menerus B. Sejak 1 hari yang lalu sesak nafas memberat terutama timbul saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 4
Langkah 3- Analisis masalah
Laki-laki,55 tahun sesak nafas yang timbul saat beraktivitas dan timbul terus-menerus Diagnosis Banding Epideomologi Etiologi Patofisiologi Patogenesis Pemeriksaan Penunjang Fisik Anamnesis Pengobatan Prognosis Diagnosis Kerja Pencegahan PPOK,gagal jantung akut, Penyakit Gagal Jantung Kronik Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 5
Langkah 4- Hipotesis Sesak nafas yang timbul saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat setalah itu timbul terus-menerus merupakan gejala gagal jantung kronik.
Langkah 5- Sasaran pembelajaran Mengkaji penyakit yang mempunyai gejala klinis seperti sesak nafas yang memberat dan timbul terus menerus dengan menggunakan 10 perkara penting yaitu; Pemeriksaan Patogenesis Patofisiologis Etiologi Epideomologi Diagnosis Banding Diagnosis Kerja Pengobatan Prognosis Pencegahan
2.2 Pemeriksaan 2,3 Anamnesis Anamnesis merupakan wawancara antara dokter, penderita atau keluarga penderita yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien, mengenai semua data tentang penyakit. Dalam anamnesis, harus diketahui adalah identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan dulu, riwayat kesihatan keluarga, riwayat peribadi dan riwayat ekonomi. Dalam rekam medik, perlu ada anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis kerja, penatalaksanaan dan prognosis. 2
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 6
Keluhan utama yang menyebabkan pasien datang ke dokter adalah sesak nafas yang timbul secara terus-menerus 5 jam yang lalu. Sesak nafasnya telah memberat sejak 1 hari yang lalu. Keluhan timbul apabila beraktivitas dan berkurang saat istirahat serta untuk mengurangi sesaknya pasien tidur dengan diganjal 4 bantal.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien terdiri daripada empat bahagian iaitu; inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Inspeksi 2 Inspeksi merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan hanya melihat sama ada terdapat kelainan atau tidak pada badan pasien. Hal-hal yang dilihat adalah pernafasannya normal atau tidak, melihat bentuk toraknya pada bagia anterior dan melaporkan pergerakan toraks saat keadaan statis dan dinamis. Pastikan tiada bagian yang tertinggal sewaktu pasien bernafas. Kemudian laporkan juga keadaan sela iganya samada ada retraksi atau mencembung. Palpasi Palpasi adalah teknik perabaan untuk mengetahui sama ada terdapat kawasan yang nyeri atau kawasan yang mempunyai massa. Palpasi dilakukan secara acak dan tersturktur pada anterior dan posterior toraks. Kita juga akan meraba sela iga dan melakukan pemerikaan taktil fremitus dengan menyuruh pasien menyebut 77. Perkusi Perkusi dilakukan dengan cara mengetuk tempat-tempat tertentu untuk mengetahui kelainan bunyi pada setiap bagian toraks. Di paru-paru terdengar sonor, dibatasan organ terdengar redup dan di organ seperti jantung terdengar pekak. Carilah batas paru-hati,batas kanan jantung,batas atas,pinggang jantung,batas bawah dan kiri jantung.. Perkusi juga dilakukan secara acak dan terstruktur sesuai garis imaginer. 2
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 7
Auskultasi
Auskultasi adalah bertujuan untuk mendengar bunyi jantung patologis pada pasien gagal jantung kronik. Kita akan bisa mendengar bunyi gallop dan pada paru terdapat ronki basah halus terutama di basal paru.
Pemeriksaan Penunjang 3,5 Foto Toraks Pada foto toraks sering menunjukkan kardiomegali( rasio kardiotorasik(CTR)> 50 %), terutama bila gagal jantung sudah kronis. Kardiomegali bisa disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri atau kanan,LVH atau kadang oleh efusi pericard. Lihat juga jika terdapat edema paru dan efusi pleura pada pasien gagal jantung ini.
Elektrokardiografi 5,6 Ianya memperlihatkan abnormalitas pada sebagian besar pasien( 80-90%), termasuk gelombang Q, perubahan ST-T, hipertrofi LV, gangguan konduksi, aritmia. Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 8
Ekokardiografi Pemeriksaan ini harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis gagal jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi ventrikel( sistolik dan diastolic) dan abnormalitas gerakan dinding dapat dinilai dan penyakit katup jantung dapat disingkirkan. Tes darah Tes darah direkomendasikan untuk menyingkirkan anemia dan menilai fungsi ginjal sebelum terapi dimulai. Disfungsi tiroid dapat menyebabkan gagal jantung sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus dilakukan.
Kesimpulan pemeriksaan Bagi membandingkan diagnosis kerja dengan diagnosis banding, setiap penyakit tersebut perlulah diketahui gejala klinis yang khas pada penyakit tersebut seperti: 1.Gagal Jantung Kronis - Sesak nafas berat,udema pulmoner,sesak nafas saat tidur. 2.Gagal Jantung akut - Kongesti paru,penurunan cardiac output, hipeperfusi jaringan 3.Penyakit Paru Obstruktif kronis Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 9
- Sesak nafas, batuk kronik, produksi sputum, dengan riwayat pajanan gas , disertai dengan pemeriksaan faat paru 2.3 Diagnosis Kerja 4 Gagal Jantung Kronis
Definisi Gagal jantung kronik adalah suatu kondisi patofisiologi, di mana terdapat kegagalan jantung memompa darah yang sesuai dengan kebutuhan jaringan. Suatu definisi objektif yang sederhana untuk menentukan batas gagal jantung kronik hampir tidak mungkin dibuat karena tidak terdapat nilai batas yang tegas pada disfungsi ventrikel. Gune kepentingan praktis, gagal jantung kronik didefinisikan sebagai sindrom klinik yang kompleks yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik, baik dalam keadaan istirahat atau latihan, edema dan tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan istirahat. Gagal jantung adalah berhentinya sirkulasi normal darah disebabkan kegagalan dari ventrikel jantung untuk berkontaksi secara efektif pada saat sistol. Akibat kekurangan penyediaan darah, menyebabkan kematian sel karena kekurangan oksigen. Akibat selanjutnya adalah berkurangnya pasokan oksigen ke otak yang dapat menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernafas dengan tiba-tiba. Gagal jantung adalah gawat medis yang bila dibiarkan tidak terawatt akan menyebabkan kematian dalam beberapa minit saja. 4
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 10
2.4 Epidemiologi 7 Di eropah kejadian gagal jantung berkisar 0.4%- 2% dan meningkat pada usia yang lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun. Ramalan dari gagal jantung akan jelek bila dasar atau penyebabnya tidak dapat diperbaiki. Setengah dari populasi pasien gagal jantung akan meninggal dalam 4 tahun sejak diagnosis ditegakkan, dan pada keadaan gagal jantung berat lebih dari 50 % akan meninggal dalam tahun pertama. Gagal jantung kronik ini mempunyai prevalaensi yang ckup tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung umur. Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia 75-84 tahun. Dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup, akan didapat prevalensi dari CHF yang meningkat juga. Hal ini karena semakin banyaknya lansia yang mempunyai hipertensi akan mungkin akan berakhir dengan CHF. Selain itu semakin membaiknya angka keselamatan(survival) post-infark pada usia pertengahan, menyebabkan meningkatnya jumlah lansia dengan risiko mengalami CHF.
Saat ini diperkirakan 5 juta penduduk amerika syarikat menderita gagal jantung, dengan 550000 jumlah kasus baru terdiagnosis setiap tahunnya. Di samping itu gagal jantung kronis juga menjadi penyebab 330 000 kematian tiap tahunnya. Lebih dari 34 milyar USD dibutuhkan setiap tahunnya untuk perawatan medis penderita gagal jantung kronis. Bahkan di Eropa diperkirakan membutuhkan sekitar 1% dari seluruh anggaran belanje kesehatan masyarakat. Prevalensi penyakit ini meningkat sesuai dengan usia berkisar dari <1% pada Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 11
usia kurang dari 50 tahun sehingga 5% pada usia antara 50-70 tahun dan 10 % pada usia lebih 70 tahun. 2.5 Etiologi 4 Penyebab dari gagal jantung antara lain disfungsi miokard, endokard, pericardium, pembuluh darah besar,arithmia, kelainan katup dan gangguan irama. Di eropah dan Amerika disfungsi miokard paling sering terjadi akibat penyakit jantung koroner biasanya akibat infark miokard, yang merupakan penyebab paling sering pada usia kurang dari 75 tahun, disusul hipertensi dan diabetes. Sedangkan di Indonesia belum ada data yang pasti, sementara data rumah sakit di Palembang menunjukkan hipertensi sebagai penyebab terbanyak, disusul penyakit jantung koroner dan katup. Selain itu, terdapat juga faktor predisposisi lain yang dapat memicu terjadinya gagal jantung, iaitu: Kelebihan Na dalam makanan Kelebihan intake cairan Tidak patuh minum obat Latrogenic volume overload Aritmia: flutter,aritmia ventrikel Obat-obatan: alcohol, antagonis kalsium, beta bloker. Setiap penyakit yang mempengaruhi jantung dan sirkulasi darah dapat menyebabkan gagal jantung. Beberapa penyakit dapat mengenai otot jantung dan mempengaruhi kemampuannya untuk berkontraksi dan memompa darah. Penyebab paling sering adalah penyakit arteri koroner, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otot jantung dan bisa menyebabkan suatu serangan.
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 12
2.6 Patogenesis dan Patofisiologi 8 Gagal jantung kronik terjadi ketika jantung tidak lagi kuat untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Fungsi sistolik jantung ditentukan oleh empat determinan utama iaitu, kontraktilitas miokardium, preload ventrikel( volume akhir diastolic dan resultan panjang serabut ventrikel sebelum berkontraksi), afterload kea rah ventrikel, dan frekuensi denyut jantung. Terdapat 4 perubahan yang berpengaruh langsung pada kapasitas curah jantung dalam menghadapi beban: 1. Menurunnya respons terhadap stimulasi beta adrenergic akibat bertambahnya usia. Etiologi belum diketahui pasti. Akibatnya adalah denyut jantung menurun dan kontrakstilitas terbatas saat menghadapi beban. 2. Dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku pada usia lanjut karena bertambahnya jaringan ikat kolagen pada tunika media dan adventisia arteri sedang dan besar. Akibatnya tahanan pembuluh darah( impedance) meningkat, yaitu afterload meningkat karena itu sering terjadi hipertensi sistolik terisolasi. 3. Selain itu terjadi kekuan pada jantung sehingga compliance jantung berkurang. Beberapa faktor penyebabnya: jaringan ikat interstitial meningkat, hipertrofi miosit kompensatoris karena banyak sel yang apoptosis9 mati) dan relaksasi miosit terlmabta karena gangguan pembebasan ion non-kalisum. 4. Metabolisme energy di mitokondria berubah pada usia lanjut.
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 13
Mekanisme Kompensasi 10,11 Tubuh memiliki beberapa mekanisme kompensasi untuk mengatasi gagal jantung, antaranya adalah: A. Mekanisme respon darurat yang pertama berlaku untuk jangka pendek( beberapa minit sampai beberapa jam), iaitu reaksi fight-or-flight. Reaksi ini terjadi sebagai akibar dari pelepasan adrenalin( epinefrin) dan noradrenaline(norepinefrin) dari kelenjar adrenal ke dalam aliran darah: noradrenalin juga dilepaskan dari saraf. Adrenalin dan noradrenalin adalah sistem pertahanan tubuh yang pertama muncul setiap kali terjadi stress mendadak. Pada gagal jantung, adrenalin dan noradrenalin menyebabkan jantung bekerja lebih keras, untuk membantu meningkatkan curah jantung dan mengatasi gangguan pompa jantung sampai derajat tertentu. Curah jantung bisa kembali normal, tetapi biasanya disertai dengan meningkatnya denyut jantung dan bertambah kuatnya denyut jantung. Pada seseorang yang tidak mempunyai kelainan jantung dan memerlukan peningkatan fungsi jantung jangka pendek, respon seperti ini sangat menguntungkan. Tetapi pada penderita gagal jantung kronis, respons ini bisa menyebabkan peningkatan kebutuhan jangka panjang terhadap sistem kardiovaskular yang sebelumnya sudah mengalami kerusakan. Lama-lama peningkatan kebutuhan ini bisa menyebabkan menurunnya fungsi jantung. B. Mekanisme perbaikan lainnya adalah penahanan garam( natrium) oleh ginjal. Untuk mempertahankan konsentrasi natrium yang tetap, tubuh secara bersamaan menahan air. Penambahan air ini menyebabkan bertambahnya volume darah dalam sirkulasi dan pada awalnya memperbaiki kerja jantung. Salah satu akibat dari penimbunan cairan ini adalah peregangan otot jantung karena bertambahnya volume darah. Otot yang teregang berkontraksi lebih kuat. Hal ini merupakan mekanisme jantung yang utama untuk meningkatkan kinerjanya dalam gagal jantung. Tetapi sejalan dengan memburuknya gagal jantung, kelebihan cairan akan dilepaskan dari sirkulasi dan berkumpul di berbagai bagian tubuh, menyebabkan pembengkakan(edema). Lokasi penimbunan cairan ini tergantung kepada banyaknya cairan di dalam tubuh dan pengaruh gaya gravitasi. Jika penderita berdiri, cairan akan terkumpul ditungkai dan kaki. Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 14
Jika penderita berbaring, cairan akan berkumpul di punggung dan perut. Sering terjadi penambahan berat badan sebagai akibat dari penimbunan air dan garam. C. Mekanisme utama lainnya adalah pembersaran otot jantung(hipertrofi). Otot jantung yang membesar akan memiliki kekuatan yang lebih besar, tetapi pada akhirnya bisa terjadi kelainan fungsi dan menyebabkan semakin memburuknya gagal jantung. Gambaran Klinis 10,11 Penderita gagal jantung tidak terkompensasi akan merasakan lelah dan lemah jika melakukan aktivitas fisik karena otot-ototnya tidak mendapatkan jumlah darah yang cukup. Pembengkakan juga menyebabkan berbagai gejala. Selain dipengaruhi oleh gaya gravitasi, lokasi dan efek pembengkakan juga dipengaruhi oleh sisi jantung yang mengalami gangguan. Gagal jantung kanan cenderung menyebabkan pengumpulan darah yang mengalir di bagian kanan jantung. Hal ini mengakibatkan pembengkakan di kaki,pergelangan kaki, tungkai, hati dan perut.
Gagal jantung kiri pula menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru( edema pulmoner) yang menyebabkan sesak nafas yang hebat. Pada awalnya sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas: tetapi sejalan dengan memburuknya penyakit, sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita tidak melakukan aktivitas. 10 Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 15
Kadang-kadang sesak nafas terjadi pada malam hari ketika penderita sedang berbaring, karena cairan bergerak ke dalam paru-paru. Penderita sering terbangun dan bangkit untuk menarik nafas atau mengeluarkan bunyi mengi. Duduk menyebabkan cairan mengalir dari paru-paru sehingga penderita lebih mudah lemas. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya penderita gagal jantung tidur dengan posisi setengah duduk. Pengumpulan cairan dalam paru-paru yang berat(edema pumoner akut) merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan pertolongan segera dan bisa berakibat fatal. Diagnosis Untuk menentukan diagnose dari CHF sangatlah sulit. Gejala yang ada tidaklah khas. Gejala-gejala seperti sesak nafas saat beraktivitas atau cepat lelah seringkali dianggap sebagai salah satu akibat proses menua atau dianggap sebagai akibat dari penyakit penyerta lainnya seperti penyakit paru, kelainan fungsi tiroid,anemia dan depresi. Gejala yang sering ditemukan adalah sesak nfas, orthopnea, paroksismal nocturnal dispnea, dema perifer, fatique, penurunan kemampuan beraktivitas serta batuk dengan sputum jernih. Sering juga didapatkan kelemahan fisik,anorexia, jatuh dan konfusi. 4 Pada pemeriksaan fisik yang didapatkan nilai JVP(Jugularis Venous Pressure) meninggi. Sering juga terdapat bunyi jantung 3, pitting udema, fibrilasi atrial, bising sistolik akibat regurgitasi mitral serta ronkhi paru. Menurut New York Heart Assosiation dibagi menjadi:
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 16
Kriteria NYHA( New York Heart Assosiation) 14 1. Grade 1: penurunan fungsi ventrikel kiri tanpa gejala 2. Grade 2: sesak nafas saat aktivitas berat 3. Grade 3: sesak nafas saat aktivitas sehari-hari 4. Grade 4: sesak nafas saat sedang istirahat. Terdapat juga criteria yang dipanggil sebagai Kriteria Framingham yang dipakai untuk diagnose gagal jantung kongestif. Diagnosis ini ditegakkan apabila minimal ada 1 kriteria major dan 2 kriteria minor. Kriteria Framingham 4 Kriteria Major Kriteria Minor Paroksismal nocturnal dispnea Distensi vena leher Ronki paru Kardiomegali Edema paru akut Gallop S3 Peninggian JVP Refluks hepatojugular Edema ekstrimitas Batuk malam hari Dispnea d effort Hepatomegali Efusi pleura Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal Takikardia(>120/menit)
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 17
2.7 Diagnosis Banding
1) Gagal Jantung Akut 4 Definisi Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat/rapid/onset atau adanya perubahan pada gejala-gejala atau tanda-tanda dari gagal jantung yang berakibat diperlukannya tindakan atau terapi secara urgent. GJA dapat berupa serangan pertama gagal jantung atau perburukan dari gagal jantung kronik sebelumnya. Pasien dapat memperlihatkan kedaruratan medic seperti edema paru akut. Etiologi Penyakit kardiovaskular dan non kardiovaskular dapat mencetuskan GJA. Contoh yang paling sering antara lain adalah: I. Peninggian afterload pada penderita hipertensi sistemik atau pada penderita hipertensi pulmonal. II. Peninggian preload karena volume overload atau retensi air. III. Gagal sirkulasi seperti pada keadaan high output states antara lain pada infeksi,anemia atau thyrotoxicosis. Kondisi lain yang dapat menyebabkan GJA adalah ketidakpatuhan makan ubat gagal jantung, atau nasehat-nasehat medis, pemakaian obat seperti NSAID. Symptom gagal jantung bisa juga dicetuskan oleh faktor-faktor non kardiovaskular seperti penyakit paru obstruktif atau adanya penyakit organ lanjut terutama disfungsi renal. Klasifikasi Klinis. 11 Pasien dengan GJA biasanya akan memperlihatkan salah satu dari enam bentuk gejala GJA. Edema paru tidak selalu menyertai semua ke enam bentuk GJA. 1. Perburukan atau gagal jantung kronik(GJK) dekompensasi, adanya riwayat perburukan yang progresif pada penderita yang sudah diketahui dan mendapat terapi sebelumnya sebagai penderita GJK dan dijumpai adanya kongesti sistemik dan kongesti paru. Tekanan darah yang rendah pada saat masuk RS, merupakan petanda prognosis buruk. Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 18
2. Edema paru. Pasien dengan respiratory distress yang berat, pernafasan yang cepat dan orthopnea dan ronchi pada seluruh lapangan paru. Saturasi O2 arterial biasanya < 90 % pada suhu ruangan, sebelum mendapat terapi oksigen. 3. Gagal jantung hipertensif, terdapat gejala dan tanda-tanda gagal jantung yang disertai dengan tekanan darah tinggi dan biasanya fungsi sistolik jantung masih relative cukup baik, juga terdapat tanda-tanda peninggian tonus simpatitik dengan takikardia dan vasokonstriksi. Pasien mungkin masih eu volemia atau hanya hipervolemia yang ringan. Umumnya memperlihatkan kongesti paru tanpa tanda-tanda kongesti sistemik. 4. Syok kardiogenik, didefinisikan sebagai adanya bukti tanda-tanda hipoperfusi jaringan yang disebabkan oleh gagal jantung, walau sesudah preload dan aritmia berat sudah dikoreksi secara adekuat. Tidak ada parameter hemodinamik diagnostic yang pasti. Akan tetapi cirri khas dari syok kardiogenik adalah tekanan darah sistolik yang rendah( tekanan darah sistolik < 90 mm Hg atau penurunan dari tekanan arteriol rata- rata( mean arterial pressure >30 mm Hg) dan tidak adanya produksi urin atau berkurang(<0.5/kg/jam). Gangguan irama jantung yang sering ditemukan. Tanda- tanda hipoperfusi organ dan kongesti paru timbul dalam waktu cepat. 5. Gagal jantung kanan terisolasi, ditandai dengan adanya sindroma low out put tanpa disertai oleh kongesti paru dengan peninggian tekanan vena jugularis dengan atau tanpa hepatomegali dan tekanan pengisian ventrikel kiri yang rendah. 6. Sindroma koroner akut dan gagal jantung. Banyak penderita GJA timbula bersamaan dengan sindroma koroner akut yang dibuktikan dari gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang. Kira-kira 15 % penderita memperlihatkan gejala dan tanda-tanda GJ. Episode GJA biasanya disertai atau dipresipitasi oleh aritmia
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 19
Disamping itu ada juga beberapa klasifikasi GJA yang biasa dipakai di ICCU antara lain: A. Klasifikasi Killip, berdasarkan tanda-tanda klinis sesudah infark jantung akut. B. Klasifikasi Forester yang juga berdasarkan tanda-tanda klinis dan karakteristik hemodinamik pada infark akut.
2) PPOK(Penyakit Paru Obstruktif Kronik) 4 Definisi PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial dan biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat dicegah dan dapat diobati.PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis kronik - Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema - Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK.
Gambar 1. Bronkitis kronik dan emfisema
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 20
Gambar 2. Perbedaan keadaan paru pada keadaan normal dan PPOK Gejala klinis 11 Gejala klinis dan tanda PPOK diantaranya adalah sesak nafas, batuk kronik, produksi sputum, dengan riwayat pajanan gas , disertai dengan pemeriksaan faat paru. Indicator diagnosis PPOK adalah penderita di atas usia 40 tahun, dengan sesak nafas yang progresif, memburuk denga aktivitas, persisten, batuk kronik, produksi sputum kronik, riwayat pajanan rokok, asap atau gas berbahaya di dalam lingkungan kerja atau rumah.
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 21
1.8 Penatalaksanaan 13
Non medika mentosa Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab dan bagaimana mengenal serta upaya bila timbul keluhan, dan dasar pengobatan. Istirahat,olahraga, aktivitas sehari-hari, edukasi, aktivitas seksual serta rehabilitasi. Edukasi pola diet, control asupan garam,air dan kebiasaan alcohol. Monitor berat badan, hati-hati dengan kenaikan berat badan yang tiba-tiba. Mengurangi berat badan pada pasien dengan obesitas. Hentikan merokok. Pada perjalanan jauh dengan pesawat, ketinggian, udara panas, dan humiditas memerlukan perhatian khusus. Konseling mengenai obat, baik efek samping dan menghindari obat-obat tertentu seperti NSAID, antiaritmia clas 1, verapamil, diltiazem, dihidropiridin efek cepat, antidepresan trisiklik, steroid. Medika mentosa 9 Penggunaan obatan sangat penting untuk membantu pasien yang menghidapi gagal jantung. Pembatasan asupan garam dilakukan untuk mengurangi penimbunan cairan. Jika pembatasan ini tidak berjaya, maka pasien akan diberikan obat diuretic untuk menambah pembentukan air kemih dan membuang natrium dan air dari tubuh melalui ginjal. Mengurangi cairan akan menurunkan jumlah darah yang masuk ke jantung sehingga mengurangi beban kerja jantung. Untuk pemakaian jangka panjang, diuretic diberikan dalam bentuk sediaan per-oral(telan) sedangkan dalam keadaan darurat akan sangat efektif jika diberikan secara intravena( melalui pembuluh darah). Pemberian diuretic sering disertai dengan pemberian kalium, karena diuretic tertentu menyebabkan hilangnya kalium dari tubuh atau bisa digunakan diuretic hemat kalium. Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 22
Seterusnya, digosin digunakan untuk meningkatkan kekuatan setiap denyut jantung dan memperlambat denyut jantung yang terlalu cepat. Ketidakteraturan irama jantung(aritmia, dimana denyut jantung terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur), bisa diatasi dengan obat atau dengan alat pacu jantung buatan. Selain itu, sering digunakan obat yang melebarkan pembuluh darah(vasodilator), yang bisa melebarkan arteri, vena atau keduanya. Pelebaran arteri akan melebarkan arteri dan menurunkan tekanan darah, yang selanjutnya akan mengurangi beban kerja jantung. Pelebaran vena akan melebarkan vena dan menyediakan ruang yang lebih untuk darah yang telah terkumpul dan tidak mampu memasuki bagian kanan jantung. Hal ini mengurangi penyumbatan dan mengurangi beban jantung. 9 Vasodilator yang paling banyak digunakan adalah ACE-inhibitor( angiotensin converting enzyme inhibitor). Obat ini tidak hanya meringankan gejala tetapi juga memperpanjangkan harapan hidup penderita. ACE-inhibitor melebarkan arteri dan vena sedangkan obat yang terdahulu melebarkan vena saja atau arteri saja( misalnya nitrogliserin hanya melebarkan vena, hydralazine hanya melebarkan arteri). Dibawah ini merupakan golongan-golongan obat yang digunakan pada pasien gagal jantung kronis. 15 Angiotensin-converting enzyme inhibitor/penyekat enzim konversi angiotensin. Diuretic Makalah Mandiri D8
Pemakaian alat dan tindakan bedah 10 Revaskularisasi(perkutan, bedah) Operasi katup mitral Aneurismektomi Kardiomiopati External cardiac support Pacu jantung,konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular. Transplantasi jantung Pencangkokan jantung dianjurkan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pemberian obat. Kardiomioplasti pula merupakan pembedahan sejumlah besar otot yang diambil dari punggung penderita dan dibungkuskan di sekeliling jantung, kemudian dirangsang dengan alat pacu jantung buatan supaya berkontraksi secara teratur. Transplantasi jantung dilakukan pada pasien yang bila tanpa operasi akan meninggal dalam waktu beberapa minggu. Umumnya dilakukan pada pasien lansia yang kurang dari 65 tahun, yang tidak memiliki masalah kesehatan yang serius lainnya. Lebih dari 75% pasien transplnatasi jantung hidup lebih lama dari 2 tahun sesudah operasinya. Sebagian bahkan dapat hidup sampai lebih dari 12 tahun. Walaupun begitu, operasi ini merupakan suatu operasi besar yang sangat sulit dan banyak pensyaratannya, mengingat: 16 Perlunya organ donor yang sesuai. Prosedur operasinya sendiri yang sangat rumit dan traumatic Perlu adanya pusat spesialis. Perlunya obat-obatan imunosupressan setelah operasi untuk mengurangi risiko penolakan organ oleh tubuh. Beberapa kasus timbul antibodi yang menyerang bagian dalam dari artri koronaria dalam waktu kira-kira setahun setelah operasi. Ianya berakhir dengan fatal.
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 25
2.9 Pencegahan dan Pengendalian 14 Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi objektif primer terutama pada kelompok dengan risiko tinggi. Antara tindakan pencegahan adalah: Obati penyakit potential dari kerusakan miokard, faktor risiko jantung koroner. Pengobatan infark jantung segera di triase, serta pencegahan infark ulangan. Pengobatan hipertensi yang agresif. Koreksi kelainan congenital serta penyakit jantung katup. Memerlukan pembahasan khusus. Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang mendasari, selain modulasi progresi dari disfungsi asimtomatik menjadi gagal jantung.
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 26
BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Secara keseluruhannya, dengan adanya pengetahuan mengenai penyakit jantung kronis ini kita akan dapat mendignosis penyakit jantung dengan lebih mudah. Dengan hanya melalukan anamnesis dan pemeriksaan fisik,kita sudah bisa mengatakan bahawa pasien itu menghidap penyakit gagal jantung karena telah ada patukan criteria yang dibuat oleh persatuan jantung didunia ini. kriteria- criteria ini bisa digunakan untuk memudahkan kita menolak sebarang diagnosis banding yang lain dan menjimatkan masa untuk mendiagnosis pasien. Penyakit jantung kronis ini bisa dicegah sejak dari awal lagi jika pemakanan yang diambil adalah benar dan tidak melakukan aktivitas yang boleh membahayakan kondisi jantung anda.
3.2 Saran Dengan mempelajari etiologi dan epidemiologi penyebab gagal jantung kronis ini kita bisa mengelakkan banyak kematian disebabkan gagal jantung. Pengambilan garam yang mencukupi adalah amat penting agar tidak berlaku kelebihan garam didalam diet kita. Pengambilan makanan yang mengandungi lemak dan kolesterol yang tinggi juga perlu dihindari agar kita dapat menjaga kondisi jantung dengan lebih baik. Kita hendaklah melakukan olahraga yang teratur agar denyut jantung kita sentiasa normal dan tidak berlaku sumbatan di dalam pembuluh darah jantung.
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 27
DAFTAR PUSTAKA 1. Dorland, Kamus Kedokteran,W.B Saunders Company, Philadelphia, Pennsylvanis, edisi 29, 2009,-diunduh pada 25 Spetember 2011. 2. Lynn S. Bickley, Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates, edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran ECG, 2003, - diunduh pada 25 September 2011.
3. Jane Dacre, Peter Kopelman, Keterampilan Klinis, Anamnesis dan pemeriksaan, Manson Publishing. Ltd, 2005, - diunduh pada 25 September 2011.
4. Aru W.Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati etc, Ilmu Penyakit Dalam, Pneumonia, edisi 5, Balai penerbit Interna Publishing,2009,pg 1583-1604,- diunduh pada 25 September 2011.
5. Semijurnal Farmasi dan Kedokteran,Ethical Digest, Penyakit Paru Terbanyak, No 74, April 2010- diunduh pada 25 September 2011.
6. John R.Hampton, The ECG in Practice, Chronic Lung Disease,edisi 5, Elsevier Limited,2008, pg 250,- diunduh pada 25 September 2011. 7. Philip I.Aaronson, Jeremy P.T.Ward, The Cardiovascular System at a Glance, Chronic Heart Failure,edisi 3,Blackwell Publishing Ltd,2007,pg 100-3, - diunduh pada 25 September 2011.
8. Thomas C.King, Elseviers Intergrated Pathology, Heart, Mosby Elsevier, 2007,- diunduh pada 25 September 2011.
9. Sulista Gan Gunawan, Rianto Setiabudy, Nafriandi, Elysabeth, Obat Gagal Jantung , edisi 5, Balai Penerbitan FKUI, Jakarta, 2009, pg 299-313, diunduh pada 25 September 2011.
10. Didi Kurniadhi, Yanto Sandy, Ridwan Sri Rochani, Marina, Yasavati Kurnia, Wiwi Kertadjaya, etc, Blok 19 Sistem kardiovaskular 2, Ilmu Penyakit Dalam, Gagal jantung, Penerbit UKRIDA, 2011, -diunduh pada 25 September 2011.
Makalah Mandiri D8
Universitas Kristen krida Wacana Page 28
11. Robbins,Cotran,Kumar, Dasar Patologi Penyakit,Jantung, edisi 7, Penerbit Buku Kedokteran ECG, 2003,pg 326-60- diunduh pada 25 September 2011.
12. http://id.wikipedia.org/wiki/Patofisiologi_gagal_jantung_kronik - diunduh pada 25 September 2011.
13. http://www.naturindonesia.com/penyakit-jantung/gagal-jantung.html - diunduh pada 25 September 2011.
14. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2218/ - diunduh pada 25 September 2011.
15. http://www.medicalook.com/Heart_diseases/Congestive_heart_failure.html - diunduh pada 25 September 2011.
16. http://www.medscape.com/viewarticle/471332- diunduh pada 25 September 2011.