Está en la página 1de 15

Definisi POAC Dalam Manajemen

POSTED BY SHARE KLIPING ON SUNDAY, JUNE 3, 2012 / LABELS: MANAJEMEN



Mengenai fungsi-fungsi manajemen, banyak sekali pandangan-pandangan yang berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Dalam tulisan ini dipaparkan pandangan dari GR. Terry yang
merumuskan fungsi-fungsi manajemen yaitu disingkat menjadi POAC (planning, organizing,
actuating and controlling).

Planning
Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki.
Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara
terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum
mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat
digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari
semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan

Organizing
Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-
kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan
pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang
telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas
apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut
dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana
keputusan harus diambil

Actuating
Setelah rencana disusun dan diatur serta ditentukan tentang tupoksi masing-masing maka
rencana yang sudah disusun tersebut dilaksanakan sesuai dengan tupoksi masing-masing yang
sudah ada.

Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi
manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa
yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan
yang telah digariskan semula






Jumat, 14 Juni 2013
Fungsi-Fungsi Manajemen (POAC)

BAB 1
POAC
1.1 POAC Sebagai Proses Manajemen
Dalam bahasan kelompok kami terdapat dua sub bab, yaitu POAC dan POSDCORBE.
Hal yang perlu ditekankan dalam materi kali ini adalah, POAC merupakan sebuah proses.
SedangkanPOSDCORBE adalah sebuah fungsi. Karena POAC sebuah proses, maka di
dalam organisasi keberadaan POAC akan selalu berputar dan tidak akan pernah berhenti.
Pendekatan membantu untuk memahami apa yang manajer lakukan, yaitu
menganggap pekerjaan mereka sebagai suatu proses. Proses adalah serangkaian tindakan
untuk mencapai sesuatu. Misalnya, membuat keuntungan atau menyediakan layanan. Untuk
mencapai tujuan, manajer menggunakan sumber daya dan melaksanakan empat fungsi
manajerial utama, yaitu POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling).
POAC diterapkan dalam setiap organisasi di seluruh dunia guna mempertahankan
kelanjutan organisasi. POAC adalah dasar manajemen untuk organisasi manajerial. Terdapat
beberapa konsep proses manajemen, misalnya saja PDCE (Plan, Do, Check, Evaluate), dan
PDCA (Plan, Do, Check, Action). Namun, konsep POAC lebih banyak digunakan dan
diterapkan karena lebih sesuai untuk setiap tingkat manajemen.


1.2 Pengertian tiap Fungsi POAC
Fungsi POAC sendiri dalam suatu organisasi adalah untuk meningkatkan efektifitas
dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya. Berikut adalah pemaparan singkat
tentang tiap bagian dari POAC, yang mana akan dibahas lebih dalam di bab lain:
A. Planning
Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk
mencapai tujuan tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai fungsi utama manajemen
dan meliputi segala sesuatu yang manajer kerjakan. Di dalam planning, manajer
memperhatikan masa depan, mengatakan Ini adalah apa yang ingin kita capai dan
bagaimana kita akan melakukannya.
Membuat keputusan biasanya menjadi bagian dari perencanaan karena setiap pilihan
dibuat berdasarkan proses penyelesaian setiap rencana. Planning penting karena banyak
berperan dalam menggerakan fungsi manajemen yang lain. Contohnya, setiap manajer harus
membuat rencana pekerjaan yang efektif di dalam kepegawaian organisasi.
B. Organizing
Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik
setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang
berhubungan dengan organisasi. Organizing juga meliputi penugasan setiap aktifitas,
membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan menentukan siapa yang
memiliki hak untuk mengerjakan beberapa tugas.
Aspek utama lain dari organizing adalah pengelompokan kegiatan ke departemen atau
beberapa subdivisi lainnya. Misalnya kepegawaian, untuk memastikan bahwa sumber daya
manusia diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Memekerjakan orang untuk pekerjaan
merupakan aktifitas kepegawaian yang khas. Kepegawaian adalah suatu aktifitas utama yang
terkadang diklasifikasikan sebagai fungsi yang terpisah dari organizing.
C. Actuating
Actuating adalah peran manajer untuk mengarahkan pekerja yang sesuai
dengan tujuan organisasi. Actuating adalah implementasi rencana, berbeda
dari planningdan organizing. Actuating membuat urutan rencana menjadi tindakan dalam
dunia organisasi. Sehingga tanpa tindakan nyata, rencana akan menjadi imajinasi atau impian
yang tidak pernah menjadi kenyataan.
D. Controlling
Controlling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini
membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. Jika terjadi
perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang diharapkan, manajer harus
mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi. Misalnya meningkatkan periklanan untuk
meningkatkan penjualan.
Fungsi dari controlling adalah menentukan apakah rencana awal perlu direvisi,
melihat hasil dari kinerja selama ini. Jika dirasa butuh ada perubahan, maka seorang manajer
akan kembali pada proses planning. Di mana ia akan merencanakan sesuatu yang baru,
berdasarkan hasil dari controlling.


BAB 2
PLANNING
2.1 Pengertian Planning
Kesuksesan organisasi adalah mencapai tujuan yang telah disusun oleh manajer pada
periode awal membentuk organisasi. Planning adalah sebuah proses di mana seorang manajer
memutuskan tujuan, menetapkan aksi untuk mencapai tujuan (strategi) itu, mengalokasikan
tanggung jawab unutk menjalankan strategi kepada orang tertentu, dan mengukur
keberhasilan dengan membandingkan tujuan.
Sebelum mengetahui lebih lanjut tentang perencanaan terlebih dahulu mengenal
perbedaan visi, misi, nilai dasar, dan tujuan. Misi, visi, nilai dasar dan tujuan adalah titik awal
dari perencanaan strategi. Keempat hal ini mengatur konteks landasan dari suatu proses dan
untuk menjalankan sesuatu serta unit perencana yang tertanam dalam suatu organisasi.
Perbedaan misi menggambarkan tujuan dari suatu organisasi sedangkan visi menggambarkan
keinginan untuk masa depan, seringkali digambarkan dengan jelas, menggugah, singkat oleh
manajemer suatu organisasi.
Nilai dasar menyatakan secara filosofis komitmen yang diprioritaskan oleh manajer,
sedangkan tujuan adalah keinginan masa depan dari suatu organisasi yang di usahakan untuk
di wujudkan. Empat karakteristik tujuan :
1. Tepat dan terukur. Tujuan yang terukur dapat memberikan seorang manajer standar
pembanding terhadap hasil yang telah dilaksanakan.
2. Menyebutkan issue yang penting. Untuk membangun manajer harus memilih beberapa tujuan
major untuk menaksir kinerja organisasi.
3. Menantang tetapi realis. Memberikan sebuah tantangan tersendiri bagi semua karyawan,
anggota organisasi untuk mengiprovisasi kinerja dalam organisasi. jika tujuan tidak realis
atau terlalu mudah akan membuat putus asa dan bosan pada diri karyawan atau anggota
organisasi.
4. Menetapkan dalam periode waktu tertentu yang seharusnya dapat dicapai. Tenggat
waktu dapat menyuntikkan rasa urgensi dalam pencapaian tujuan dan bertindak sebagai
motivator. Namun, tidaksemua tujuan memerlukan kendala waktu.
2.2 Prinsip Perencanaan
Berikut ini adalah prinsip dari perencanaan:
A. Prinsip Kontribusi
Tujuan perencanaan adalah untuk memastikan pencapaian efektif dan efisien tujuan
organisasi, dalam kenyataannya, kriteria dasar untuk perumusan rencana untuk mencapai
Tujuan utama perusahaan. Pencapaian tujuan selalu tergantung pada rencana dan jumlah
kontribusi organisasi terhadap perencanaan.
B. Prinsip Suara dan Konsisten Premising
Bangunan adalah asumsi mengenai kekuatan lingkungan seperti kondisi ekonomi dan pasar,
sosial, politik, aspek hukum dan budaya, tindakan pesaing, dll Ini adalah lazim selama
periode pelaksanaan rencana. Oleh karena itu, Rencana yang dibuat atas dasar tempat sesuai,
dan masa depan perusahaan tergantung pada tingkat kesehatan rencana yang mereka buat
sehingga untuk menghadapi keadaan tempat.
2.3 Metode Pengambilan keputusan
A. Elementary Methods (Metode dasar)
Metode pendekatan ini sangat simpel, dan membutuhkan perhitungan untuk mendukung
analisis. Metode ini sesuai untuk keadaan di mana masalah hanya diselesaikan oleh satu
orang saja, alternatif yang terbatas dan ada karakter yang unik di lingkungan pembuatan
keputusan.
B. MAUT (Multi-Attribute Utility Theory)
Metode ini menggunakan skala prioritas antara 0-1 untuk membantu dalam pembuatan
keputusan di organisasi. Hasil dari prioritas itu dapat digunakan sebagai pembuat keputusan.
C. SMART ( Simple Multi Attribute Rating Technique)
Metode pengambilan keputusan ini menggunakan fungsi nilai yang dihitung secara
matematis. Adanya skala penilaian yang telah diketahui oleh banyak orang.
D. Basic Multi-Criteria Decision Analysis (MCDA)
MCDA umumnya mempunyai masalah yang memiliki salah satu dari sejumlah alternatif.
Alternatif tersebut didasarkan pada seberapa baik dalam penilaian hal yang
dipilih. Kriteria dan nilai atau skornya dibuat oleh si pembuat keputusan. Setelah memberikan
penilaian terhadap alternatif dijumlahkan sesuai masing-masing kriteria dan kemudian
diurutkan sesuai jumlah skor. Urutan hasil yang telah didapatkan oleh pembuat keputusan
adalah hasil keputusan.
E. NGT (Nominal Group Technic)
NGT adalah suatu metode untuk mencapai konsensus dalam suatu kelompok dalam membuat
keputusan. Teknik ini mengumpulkan ide-ide dari tiap peserta atau anggota organisasi
kemudian memberikan voting dan rangking terhadap ide-ide yang mereka pilih. Ide yang
dipilih adalah ide yang paling banyak skornya, yang berarti merupakan konsensus bersama.

2.4 Metode Menentukan Prioritas
A. Metode USG (Urgent, Seriousness, and Growth)
1) Urgent
Tingkat kegawatan suatu masalah, artinya apabila masalah tidak segera ditanggulangi akan
semakin gawat.
2) Seriousness
Tingkat keseriusan sebuah masalah, apabila masalah tidak diselesaikan akan berakibat serius
pada masalah lainnya.
3) Growth
Besar atau luasnya masalah berdasarkan pertumbuhan atau perkembangan, artinya apabila
masalah tersebut tidak segera diatasi pertumbuhannya akan berjalan terus.

B. Metode MCUA (Multi Criteria Utility Assesment)
MCUA adalah metode kuantitatif untuk memilih intervensi terbaik di antara banyak pilihan
kandidat yang berbeda.
C. Metode CARL (Capability, Accessability, Readiness, and Leverage)
Metode CARL merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menentukan prioritas
masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif. Metode ini dilakukan dengan
menentukan skor atas criteria tertentu, seperti kemampuan (capability), kemudahan
(accessibility), kesiapan (readiness), serta pengungkit (leverage). Semakin besar skor
semakin besar masalahnya, sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas.
Penggunaan metode CARL untuk menetapkan prioritas masalah dilakukan apabila pengelola
program menghadapi hambatan keterbatasan dalam menyelesaikan maslah. Penggunaan
metode ini menekankan pada kemampuan pengelola program.
D. Metode Hanlon
Metode Hanlon merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menentukan
prioritas masalah dengan menggunakan empat kelompok kriteria, yaitu besarnya masalah
(magnitude), kegawatan masalah (emergency), kemudahan penanggulangan masalah
(causability), dan faktor yang menentukan dapat tidaknya program dilaksanakan
(PEARL factor). Tujuan Metode Hanlon adalah meningkatkan pemahaman dan keterampilan
peserta dalam meningkatakan penentuan masalah.

2.5 Implementasi (Koontz & Weihrich, 1990, p. 55)
A. Menyadari kesempatan.
Penting sekali bagi seorang manajer untuk mengetahui kesempatan atau peluang di
lingkungan eksternal dengan sangat baik dalam organisasi sebagai awal perencanaan.
Menjadi bagian penting melihat terhadap kesempatan masa depan.
Manajer harus tahu di mana kondisi pasar, kompetisi antar organisasi, permintaan konsumen
atau pelanggan, kekuatan mereka sendiri, dan kelemahan.
B. Menentukan tujuan.
Langkah kedua adalah menetukan tujuan untuk seluruh organisasi dan setiap sub unit di
dalamnya. Tujuan memberikan arahan terhadap setiap departemen atau sub unit di dalamnya.
C. Mengembangkan dasar pikiran.
Dasar pikiran di sini adalah sebuah asumsi yang ada dalam pikiran organisasi. Mengenal dan
memahami dengan baik rencana akan berjalan di lingkungan yang sesuai, eksternal maupun
internal.
D. Menentukan tindakan alternatif.
Memikirkan tindakan alternatif jika dalam pelaksanaan perencanaan terdapat permasalahan
hambatan.
E. Mengevaluasi tindakan alternatif.
Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi tindakan alternatif dengan menimbang dengan
cermat, tindakan alternatif yang memberikan peluang yang paling bagus tentang pencapaian
tujuan, biaya yang paling murah dan keuntungan yang paling tinggi.
F. Memilih tindakan alternatif yang telah ditentukan atau dirumuskan dan dievaluasi.
G. Merumuskan pendukung tujuan. Saat keputusan telah dibuat, perencanaan telah selesai, dan
tujuah langkah telah dilakanakan, maka memerlukan daftar atau hal yang diperlukan untuk
mendukung tujuan. Contoh pendukung tujuan adalah alat, bahan, memperkerjakan dan
melatih pegawai, dan mengembangkan sebuah produk baru.
H. Penghitungan anggaran dana perencanaan, seperti volum dan harga penjualan, biaya operasi
perencanaan, pengeluaran untuk peralatan dan lainnya.


Bab 3
Organizing

3.1 Pengertian
Organizing, atau dalam bahasa Indonesia pengorganisasian merupakan proses
menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan
didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan
organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat
bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
Definisi sederhana dari pengorganisasian ialah seluruh proses pengelompokan orang,
alat, tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengorganisasian adalah penentuan pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan
tugas dan membagi pekerjaan kepada setiap karyawan, penetapan berbagai departemen serta
penentuan hubungan. Tujuan pengorganisasian ini adalah untuk menetapkan peran serta
struktur dimana karyawan dapat mengetahui apa tugas dan tujuan mereka.
3.2 Prinsip Pengorganisasian
Proses pengorganisasian dapat dilakukan secara efisien jika manajer memiliki pedoman
tertentu sehingga mereka dapat mengambil keputusan dan dapat bertindak. Untuk mengatur
secara efektif, prinsip-prinsip organisasi berikut dapat digunakan oleh seorang manajer.
A. Prinsip Spesialisasi
Menurut prinsip, pekerjaan seluruh perhatian harus dibagi di antara bawahan atas dasar
kualifikasi, kemampuan dan keterampilan. Ini adalah melalui pembagian kerja dapat dicapai
yang menghasilkan organisasi yang efektif. Pembagian kerja adalah pemecahan tugas
kompleks menjadi komponen-komponennya sehingga setiap orang bertanggung jawab untuk
beberapa aktivitas terbatas bukannya tugas secara keseluruhan.
Tidak semua orang secara fisik dan psikologi mampu melaksanakan semua operasi yang
menyusun kebanyakan tugas kompleks, bahkan dengan anggapan seseorang dapat
memperoleh semua keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas tadi.
Sebaliknya, pembagian pekerjaan menciptakan tugas yang lebih sederhana yang dapat
dipelajari dan diselesaikan dengan relatif cepat.
Jadi hal ini memperkuat spesialisasi, ketika setiap orang menjadi pakar dalam pekerjaan
tertentu. Karena tindakan ini menciptakan variasi pekerjaan, orang dapat memilih atau
ditugaskan pada suatu posisi yang sesuai dengan bakat dan minat mereka.
B. Prinsip Definisi Fungsional
Menurut prinsip ini, semua fungsi dalam kekhawatiran harus benar dan jelas kepada manajer dan
bawahan. Hal ini dapat dilakukan dengan jelas mendefinisikan tugas-tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hubungan orang terhadap satu sama lain. Klarifikasi dalam otoritas-tanggung
jawab membantu dalam mencapai hubungan koordinasi dan dengan demikian organisasi
dapat berlangsung efektif. Sebagai contoh, fungsi utama dari produksi, pemasaran dan
keuangan dan hubungan tanggung jawab wewenang dalam departemen ini harus jelas
didefinisikan untuk setiap orang agar melekat dalam pemikiran karyawan. Klarifikasi dalam
hubungan otoritas- tangggung jawab membantu dalam organisasi yang efisien.
C. Prinsip Rentang Pengendalian atau Pengawasan
Menurut prinsip ini, rentang kendali adalah rentang pengawasan yang menggambarkan
jumlah karyawan yang dapat ditangani dan dikontrol secara efektif oleh seorang manajer
tunggal. Menurut prinsip ini, seorang manajer harus dapat menangani jumlah karyawan yang
dibawahinya. Keputusan ini dapat diambil dengan memilih baik rentang lebar atau sempit
froma. Ada dua jenis rentang kendali: -
1) Rentang kendali yang luas adalah salah satu di mana seorang manajer dapat mengawasi
dan mengendalikan secara efektif sebuah kelompok besar orang pada satu waktu.
2) Rentang kendali yang sempit rentang ini, pekerjaan dan wewenang dibagi antara banyak
bawahan dan manajer tidak mengawasi dan mengendalikan kelompok yang sangat besar dari
orang di bawah dia. Manajer sesuai dengan rentang yang sempit mengawasi sejumlah
karyawan yang dipilih pada satu waktu.
3) Prinsip Rantai Skalar
Rantai skalar adalah rantai komando atau otoritas yang mengalir dari atas ke bawah. Otoritas
dan tanggung jawab harus berjalan dalam garis yang tegas dan tidak terputus dari eksekutif
tertinggi sampai yang paling rendah. Sebuah rantai skalar memfasilitasi alur kerja di sebuah
organisasi yang membantu dalam pencapaian hasil yang efektif. Sebagai otoritas mengalir
dari atas ke bawah, hal itu akan menjelaskan posisi kewenangan untuk manajer di semua
tingkatan dan yang memfasilitasi organisasi yang efektif.
D. Prinsip Kesatuan Perintah
Ini menyiratkan satu bawahan-satu hubungan yang superior. Setiap bawahan bertanggung
jawab kepada satu manajer. Hal ini membantu dalam menghindari kesenjangan komunikasi
dan kesimpangan tanggung jawab. Jika atasan yang lebih tinggi ingin memberikan perintah
atau hal-hal lain kepada para bawahan yang berada beberapa tangga di bawah dalam hierarki
organisasi, seyogianya hal itu dilakukan melalui atasan langsung orang yang bersangkutan.
Paling tidak dengan sepengetahuan atasan langsung tersebut.
3.3 Implementasi
Pentingnya pengorganisasian, menyebabkan timbulnya sebuah struktur organisasi, yang
dianggap sebagai sebuah kerangka sebuah kerangka yang masih dapat menggabungkan
usaha-usaha mereka dengan baik.
Dengan kata lain, salah satu bagian penting tugas pengorganisasian adalah
mengharrmonisasikan kelompok orang yang berbada, mempertemukan macam-macam
kepentingan dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan kesemuanya kesuatu arah
tertentu. (Terry 1979)
Maksud dari hal tersebut adalah dapat dihasilkannya sinergisme, yang berarti perlu adanya
tindakan-tindakan untuk mengelompokkan semua kemampuan yang sesuai menjadi satu
tempat dan memanfaaatkan kemampuan tersebut agar dapat berguna bagi organisasi tersebut.
Akan tetapi suatu pengorganisasian tidak hanya mengelompokkan sumber daya manusia saja,
akan tetapi juga dengan sumber daya lainnya agar dapat efektif. Jadi pengorganisasian
merupakan sebuah kasus yang dapat menimbulkan efek yang sangat baik dalam upaya
menggerakan seluruh aktivitas dan potensi yang bisa diwadahi serta sebagai pengawasan
manajerial.











BAB 4
ACTUATING

4.1 Definisi Actuating
Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan. Maksudnya, suatu
tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai
sasaran sesuai dengan tujuan organisasi. Jadi, actuating bertujuan untuk menggerakkan orang
agar mau bekerja dengan sendirinya dan penuh dengan kesadaran secara bersama- sama
untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dalam hal ini dibutuhkan
kepemimpinan (leadership) yang baik.
Actuating merupakan upaya untuk merealisasikan suatu rencana. Dengan berbagai
arahan dengan memotivasi setiap karyawan untuk melaksanakan kegiatan dalam organisasi,
yang sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawab. Maka dari itu, actuating tidak lepas
dari peranan kemampuan leadership.
4.2 Leadership dan Actuating
Actuating jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan pemahaman terhadap
karakter manusia yang memiliki kecenderungan berbeda dan sifatnya dinamis. Maka dari itu,
fungsi actuatingternyata jauh lebih rumit dari kelihatannya, karena harus melibatkan fungsi
dari leadership. Premis yang terkenal pernah diungkapkan oleh Doghlas McGregor, bahwa
seorang karyawan selalu diasumsikan negatif dan positif.
Untuk pembahasan masalah teori leadership, akan dijelaskan lebih detail dalam bab
POSDCORBE. Di dalam proses actuating ini, keberadaan leadership adalah sebagai
pendukung. Karena actuating sendiri memiliki tujuan sebagai penggerak, yang nantinya akan
bertujuan mengefektifkan dan mengefisienkan kerja dalam organisasi.
4.3 Prinsip Actuating
A. Pelaksanaan dan Penugasan.
Langkah lanjutan dari penetapan program kerja pengawasan adalah pelaksanaan pengawasan
dalam bentuk pemberian tugas. Tjuan utama penugasan adalah untuk mencapai
keseimbangan antara beberapa faktor: persyaratan dan kualifikasi personal, keseimbangan
untuk pengembangan profesi, dan lain-lain.
B. Pengawasan Pengelolaan Dana.
Pengelolaan terhadap dana atau anggaran yang digunakan oleh organisasi penting dilakukan
agar dana tidak disia-siakan.
C. Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana Pengawasan.
Pengawasan juga membutuhkan saran dan alat untuk melakukan pengawasan, misalnya
teknologi yang digunakan untuk memantau kerja anggota organisasi atau pekerja.
D. Dokumentasi Pengawasan.
Hal ini diperlukan unutuk mendapatkan bukti yang nyata bila terjadi pelanggaran, kesalahan
dalam melakukan aktivitas di dalam organisasi.
E. Supervisi Audit.
4.4 Implementasi
Hal penting yang dipertimbangkan dalam melakukan actuating adalah untuk
memotivasi seorang karyawan untuk melakukan sesuatu, misalnya saja:
A. Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan,
B. Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka sendiri,
C. Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih penting atau mendesak,
D. Tugas yang diberikan cukup relevan,
E. Hubungan harmonis antar rekan kerja.


















BAB 5
CONTROLING

5.1 Definisi Controling
Menurut G.R Terry, pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa
yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai
dengan rencana yaitu selaras dengan standar.
Jelas sekali bahwa fungsi pengawasan yang diambil dari sudut pandang definisi
sangat vital dalam suatu perusahaan. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan
ketentuan dari rencana. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan. Hal ini
dilakukan untuk pencapaian tujuan sesuai dengan rencana.
Jadi pengawasan dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah proses. Dengan
pengendalian diharapkan juga agar pemanfaatan semua unsur manajemen menjadi efektif dan
efisien.
5.2 Proses dalam Controlling
Dalam controlling ada beberapa proses dan tahapan, yaitu pengawasan. Proses
pengawasan dilakukan secara bertahap dan sistematis melalui langkah sebagai berikut:
A. Menentukan standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian.
B. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai.
C. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan
jika ada.
D. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan
sesuai dengan rencana.
E. Meninjau dan menganalisis ulang rencana, apakah sudah realistis atau tidak. Jika ternyata
belum realistis maka perlu diperbaiki.
5.3 Implementasi
Beberapa cara pengendalian yang harus dilakukan oleh seorang manajer yang meliputi
pengawasan langsung, adalah pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh
seorang manejer. Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui
apakah dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai dengan yang dikehendakinya.
Pengawasan tidak langsung, adalah pengawasan jarak jauh, artinya dengan melalui
laporan secara tertulis maupun lisan dari karyawan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasil
yang dicapai.Pengawasan berdasarkan pengecualian, adalah pengawasan yang dikhususkan
untuk kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan. Pengawasan ini
dilakukan dengan cara kombinasi langsung dan tidak langsung oleh manajer.
Pengawasan juga bisa dibedakan menurut sifat dan waktunya:
A. Preventive control, adalah pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilakukan untuk
menghindari terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaannya. Pengawasan ini merupakan
pengawasan terbaik karena dilakukan sebelum terjadi kesalahan namun sifatnya prediktif.
B. Repressive control, adalah pengawasan yang dilakukan setelah terjadinya kesalahan dalam
pelaksanaanya. Dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya
sesuai dengan yang diinginkan.
C. Pengawasan saat proses dilakukan, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan.
D. Pengawasan berkala, adalah pengawasan yang dilakukan secara berkala, misalnya perbulan,
persmester, dll.
E. Pengawasan mendadak (sidak), adalah pengawasan yang dilakukan secara mendadak untuk
mengetahui apa pelaksanaannya dilakukan dengan baik atau tidak.
F. Pengawasan Melekat (waskat), adalah pengawasan/pengendalian yang dilakukan secara
integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah kegiatan dilakukan.
Ada beberapa dasar proses dalam pengawasan, diantaranya adalah teknik pengendalian
dan sistem yang pada dasarnya sama untuk kas, prosedur kantor, moral, kualitas produk atau
apa pun. Bisa diasumsikan bahwa baik rencana dan struktur organisasi yang jelas, lengkap,
dan terintegrasi akan tercipta jika manajer yakin akan tugasnya. Jika manajer tidak yakin dari
tugasnya atau bawahan tidak memiliki kekuatan atau tidak tahu bahwa dia memiliki kekuatan
untuk melaksanakan tugasnya, akan menjadi sulit untuk menentukan siapa yang
bertanggung jawab.
CONCLUSION
POAC is a management proccess. Which consist of planning, organizing, actuating and
controlling. POAC still connected with POSDCORBE ( management function). Both are
different, but in every element of POAC there always be management function.
The first element in POAC is planning. Planning is an proccess where a manager make
a decision, decided some strategy to reach the goals, alocate the responsibility to someone
else, to measure between success and the goal.
To make a good plan, there are several principles, such as the contribution principle and
premising consistence. In planning proccess a manager also need to make a decision. There
are methods in planning, such as elementary methods, MAUT, SMART, MCDA, NGT and
others. When planning is made, manager also need to decided the priority. They can use the
Deciding Methods.
The second element is organizing. Organizing is a proccess about how a strategy and
tactics which have been created in planning proccess, was well designed onto an
organizational structure. Also to ensure that all people in organization can work effectively
and efficiency which aims to reach the organization goals. To do a good organizing, manager
should not missed the principle of organizing.
The third is actuating. Actuating is some actions to seek everyone in organization to
work for reach the goals. So, actuating aimed is to seek everyone so they want to work with
awarness, some kind like realizing a plan. Actuating also need a good leadership too, because
the manager is managing a lot of people here.
The fourth is controlling. Controlling is a decide proccess like, what an organization
must reached, what should organization do, to assess the activity and compare it with the
standart. Controlling is done in every time, before a proccess, while the proccess is working
and also after the proccess.


DAFTAR PUSTAKA

Stoner, JAF, Freeman, RE & Gilbert Jr, DR 1996, management 6
th
edn, Prentice Hall, Inc,
New Jersey.
Koontz, H & Weihrich, H 1990, Esseintials of Management, McGraw-Hill Publishing
Company, singapore
http://www.hsor.org/what_is_or.cfm?name=mutli-attribute_utility_theory
http://www.decisioncafe.com/ihroot/infoharv/infoharvestfaq.asp#what mcda
http://www.hsor.org/what_is_or.cfm?name=mutli-attribute_utility_theory
http://asq.org/learn-about-quality/idea-creation-tools/overview/nominal-group.html
http://ngolearning.org
http://id.shvoong.com
Dubrin, Andrew J, 2008. Essentials of Management. Canada: Cengage Learning
Kathryn dan David C. Martin, 1998. Management. State of America: The McGraw-Hill
Companies
George, R. Terry, 1979, Principles of Management.
Stoner, JAF, Freeman, RE & Gilbert Jr, DR 1996, management 6
th
edn, Prentice Hall, Inc,
New Jersey.
Massie, JL, 1979, essentials of management 3
rd
edn, Prentice Hall, Inc, Kentucky.

También podría gustarte