Está en la página 1de 27

Nyeri punggung bawah (LBP) adalah nyeri yang dirasakan didaerah punggung bawah, dapat

merupakan nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari
punggung bawah dapat berujuk ke daerah lain atau sebaliknya yang berasal dari daerah lain dirasakan
di daerah punggung bawah (refered pain). Nyeri punggung bawah (low back pain) merupakan suatu
gangguan neuromuskuloskeletal, gangguan organ visceral, dan gangguan vaskuler. Nyeri punggung
bawah yang dikeluhkan dapat berupa rasa berat, pegal, rasa seperti diikat, otot terasa kaku dan nyeri,
dapat disertai dengan gangguan otonom dan psikis yang dapat menghambat aktivitas sehari-hari
penderita. Hal ini disebabkan karena tulang belakang seringkali menanggung beban yang berat tanpa
kita sadari pada saat kita melakukan kegiatan sehari-hari seperti ketika bekerja atau berolahraga.( Bull,
E., & Archard, G. (2005). Simple Guide: Nyeri Punggung. Jakarta: Erlangga).
1,2

Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik
yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat
pinggang. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di Negara-negara industri.
Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya.
Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence rata-rata 30%. Data
epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau
Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki
18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di
Indonesia berkisar antara 3-17%. ( Sadeli, 2001).
Menurut penelitian Community Oriented Program for Controle of Rheumatic Disease(COPORD )
Indonesia menunjukan prevalensi nyeri punggung 18,2 % pada laki-laki dan 13,6 % pada wanita. Sekitar
80% setiap orang dalam hidupnya pernah mengalami nyeri pada daerah pinggang bawah karena
kesalahan postural tanpa mengenal jenis kelamin, tingkat sosial dan pekerjaan (Cailiet, 1981 dalam
Ismiyati, 1997). Angka kejadian nyeri pinggang bawah atau dalam bahasa Inggris disebut Low Back Pain
(LBP), hampir sama pada semua populasi masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di
negara berkembang (Elder LAM & Burdoff, 2003 dalam Shocker, 2008). Di Inggris dilaporkan prevalensi
nyeri punggung bawah (NPB) pada populasi lebih kurang 16.500.000 per tahun, yang melakukan
konsultasi ke dokter umum lebih kurang antara 3-7 juta orang. Penderita nyeri punggung bawah yang
berobat jalan berkisar 1.600.000 orang dan yang dirawat di Rumah Sakit lebih kurang 100.000 orang.
Dari keseluruhan nyeri punggung bawah, yang mendapat tindakan operasi berjumlah 24.000 orang
pertahunnya. Di Amerika Serikat dilaporkan 60-80% orang dewasa pernah mengalami nyeri punggung
bawah, keadaan ini menimbulkan kerugian yang cukup banyak untuk biaya pengobatan dan kehilangan
jam kerja.
3
Sebuah studi cross sectional di Denmark dilakukan dengan subjek berusia 12-41 tahun
didapatkan bahwa angka kejadian nyeri punggung bawah meningkat tajam pada usia remaja (lebih awal
terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki). Sedangkan di Australia angka kejadian nyeri
punggung bawah lebih sering terjadi pada usia dewasa. Dimana 20,7% dari populasi perempuan dan
21% dari populasi di Australia mengalami nyeri punggung bawah.
4

Data epidemiologi mengenai nyeri punggung bawah di Indonesia belum ada, namun
diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri
punggung, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan
pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%.
5

Menurut data rekam medis di RSUD Raden Mattaher Jambi diperoleh data pada tahun 2011
sebanyak 449 pasien nyeri punggung bawah, dengan kasus baru sebanyak 168 orang dimana laki-laki 69
orang dan perempuan 99 orang, sedangkan kasus lama atau penderita yang kontrol sebanyak 281 orang.
Untuk data rekam medis periode Januari-Oktober 2012 diperoleh kasus nyeri punggung bawah sebanyak
683 pasien, dengan kasus baru sebanyak 176 orang dimana laki-laki 72 orang dan perempuan 104 orang,
sedangkan kasus lama atau penderita yang kontrol sebanyak 507 orang. Beberapa faktor risiko yang
berpotensi menyebabkan nyeri punggung bawah adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, Indeks Massa
Tubuh, aktifitas fisik, merokok, riwayat cedera punggung, riwayat keluarga.
1,2,6

Nyeri pinggang bawah atau low back pain Menurut Rice (2002) dalam Shocker (2008)
menyebutkan penyebab yang paling sering ditemukan yang dapat mengakibatkan LBP adalah kekakuan
dan spasme otot punggung oleh karena aktivitas tubuh yang kurang baik serta tegangnya postur tubuh.
Secara anatomi tulang punggung bagian bawah adalah daerah lumbal-sacrum yang menjadi titik beban.
Secara klinis nyeri daerah tulang belakang dapat disebabkan berbagai faktor seperti trauma,
degenerative, inflamasi, neoplasma, gangguan metabolik, kelainan kongenital, psikogenik, dan tidak
jarang akibat nyeri alih beberapa organ visceral seperti ginjal, prostat, pancreas, retroperitoneal, kolon,
uterus.
2
Selain itu berbagai penyakit juga dapat menyebabkan LBP seperti osteoarthritis, osteoporosis,
fibromyalgia, scoliosis, dan rematik. Ismiyati (1997) menyatakan adanya kesalahan postural atau
gerakan tubuh yang tidak proporsional dalam waktu lama dan terus menerus pada otot dan fascia akan
menimbulkan nyeri kemudian terjadi spasme otot pinggang dan otot akan mengalami iskhemik,
merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah (Ismiyati, 1997). Nyeri
pinggang bawah bukanlah suatu penyakit tapi merupakan gejala akibat dari penyebab yang sangat
beragam (Hakim, 1990). Adanya nyeri membuat penderitanya seringkali takut untuk bergerak sehingga
mengganggu aktifitas sehari-harinya. Telah banyak pemeriksaan baik fisik dan penunjang yang
dilakukan untuk mengetahui penyebab dari LBP dimana pemeriksaan ini sangat penting untuk
menegakkan diagnosis LBP.
























spek subjective didapat melalui penggalian riwayat keluhan pasien, aspekobjective didapat melalui
observasi dan aspek assesment. Ketiga aspek tersebut tentunya melalui perencanaan yang matang
sehingga dalam pelaksanaan pemeriksaan kemungkinan terjadinya penyimpangan data dapat
diminimalkan.


I. JENIS PEMERIKSAAN
A. Riwayat Pasien
1. 1. Berapa usia pasien?
Kasus yang berbeda terkadang mengenai usia yang berbeda, misalnya problem discus biasanya
mengenai usia antara 15 s/d 40 th. Ankylosing spondylitis biasanya mengenai usia antara 18 s/d 45 th.
Osteoarthritis dan spondylosis lebih banyak mengenai usia > 45 th. (Magge, D.J., 2000)

*)Disampaikan pada pelatihan Low Back Pain di Poltekkes Surakarta Jurusan Fisioterapi Tanggal 6 7
April 2006
1. 2. Apa pekerjaan pasien?
Nyeri punggung bawah lebih banyak mengenai orang yang pekerjaannya mengakibatkan terjadinya
stressor pada punggung bawahnya sebagai contoh sopir truck (adanya vibrasi) mempunyai insiden yang
tinggi, demikian pula juru ketik (tekanan statis yang lama) (Waddel, G, 1993). Perlu pula ditanyakan
seberapa aktif pasien di tempat kerja ? (misalnya: full time, paruh waktu, tidak masuk kerja karena back
pain dll.).

1. 3. Jenis kelamin pasien.
Nyeri punggung bawah lebih banyak mengenai wanita, untuk itu perlu ditanyakan mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan menstruasi. Misalnya, pola nyerinya, keteraturan mensesnya dan
adanya oedem pada abdomen atau mammae. Ankylosing spondylitis lebih banyak mengenai lelaki
(Magge, D.J., 2000).

1. 4. Bagaimana mekanisme terjadinya injury ?
Nyeri punggung bawah banyak disebabkan saat mengangkat benda berat. Hal itu disebabkan karena
gaya mendesak vertebrae lumbalis atau discus. Sebagai contoh seorang lelaki dengan BB 77 kg.
mengangkat benda 91 kg. setinggi 36 cm pada posisi membungkuk 90
0
dengan kedua tungkai
sejajar, menghasilkan gaya tekan pada discus sebesar 940 kg (gaya yang menekan discus sekitar 10 kali
berat benda yang diangkat). Apabila posisi vertebrae lumbal tidak baik maka gaya tersebut dapat
terfokus pada satu titik. Bila posisi membungkuk 130
0
dari lantai beban pada discus berkurang hingga 50
%. Penggunaan lengan sebagai penyangga juga dapat mengurangi beban pada discus. Jika satu tungkai
di depan, beban pada discus berkurang sekitar 35 %. Beban pada lelaki 15 % s/d 20 % lebih tinggi
dibanding pada wanita (Nachemson, A. and C. Elfstrom, 1970).



1. 5. Sudah berapa lama problem mengganggu pasien?
Nyeri punggung bawah akut sekitar 3 s/d 4 minggu pertama. Sub-akut 4 s/d 12 minggu, kronis > 12
minggu. Waddell, G. (1993) membuat garis besar prediksi kronisitas nyeri punggung bawah (yellow
flags) sbb.:



Prediksi kronisitas
LBP pada 6 8
minggu pertama
(Yellow Flags):
Nyeri
menjalar
Terdapat
riwayat nyeri
hebat saat stadium akut
Nyeri berhubungan dengan kerja
Psychologic distress
Psychologic aspects of work
kompensasi


1. 6. Dimana letak nyerinya ?
Dapatkah pasien melokalisir letak nyerinya atau nyeri terasa general ? Semakin spesifik letak nyerinya,
semakin mudah untuk melokalisir area patologisnya. Nyeri unilateral tanpa disertai referral pain di
tungkai bawah kemungkinan disebabkan injury pada otot (strain) atau ligamen (sprain), facet joint atau
pada sendi sacro-iliac. Hal itu disebut mechanical low back pain atau lumbago.




Nyeri yang disebabkan karena cidera otot atau ligamen berakibat penurunan kemampuan gerak dan
peningkatan nyeri saat bergerak. Bila letak cidera pada facet joint, LGS biasanya normal (hanya kesulitan
saat awal bergerak) tetapi nyeri akan bertambah saat pengulangan gerak. Cidera pada sendi sacroiliaca,
nyeri bertambah saat doprovokasi (stress test). Cidera minor pada discus (protruksi) nyeri terasa
bilateral.















1. Adakah
radiasi nyeri?
Problem pada discus sekitar 5 % dari LBP dan mesti disertai neurological painpada bawah lutut (Hall, A.,
1992). Dengan demikian akan terdapat nyeri pada punggung bawah dan tungkai, yang mana nyeri pada
tungkai lebih dominan (Waddell, G., 1993). Nyeri menjalar pada tungkai homolateral biasanya
dikarenakan problem discus L-4, sedangkan nyeri menjalar pada posterior kaki disebabkan cidera pada
discus L-5 bila terdapat riwayat injury discus. Nyeri menjalar pada bawah lutut dapat dipastikan lesinya
adalah pada discus, tetapi nyeri terpusat pada pantat dapat pula disebabkan karena injury minor pada
meniscus. Nyeri regio lumbar dan sacroiliac cenderung menjalar ke pantat dan posterior tungkai. Nyeri
pada hip cenderung menjalar ke pangkal paha dan anterior paha serta terkadang sampai ke bagian
medial lutut.


Tanda-tanda mechanical low back pain:
Nyeri biasanya ada siklusnya.
Terkadang LBP menjalar ke pantat / paha
Terkadang ada morning stiffness atau nyeri
Saat mulai bergerak, nyeri timbul
Nyeri timbul saat gerak fleksi atau kembali ke posisi tegak
Nyeri terkadang bertambah hebat bila bergerak ekstensi, side fleksi,
rotasi, berdiri, berjalan atau duduk.
Nyeri biasanya datang setelah beraktifitas sepanjang hari.
Nyeri berkurang bila berubah posisi
Nyeri berkurang bila berbaring, terutama tengkurap.

Nyeri pada lumbal dapat pula disebabkan referred dari area lain, misalnya tumor pada pancreas dan
apendixitis.

8. Apakah nyeri terasa di dalam? Superficial? Menyengat seperti terbakar?
Pertanyaan tentang letak dan type nyeri tersebut terkadang membantu untuk melokalisir struktur yang
cidera. Pada cidera discus letak nyeri adalah di dalam dan sifat nyeri biasanya menyengat. Sedangkan
cidera otot / ligamen bisa di dalam atau superficial dengan sifat nyeri yang tidak menyengat.

1. 9. Apakah nyeri membaik? Bertambah buruk? Atau tetap sama?
Pertanyaan tersebut berguna untuk memprediksi apakah kondisinya masih akut atau pada fase
penyembuhan.

10. Apakah terjadi peningkatan nyeri saat batuk? Bersin? Deep breathing? Tertawa?
Bila nyeri bertambah untuk aktifitas tersebut di atas menandakan bahwa letak problem pada vertebrae
lumbal dan mengenai jaringan syaraf.

11. Adakah sikap atau aktifitas khusus yang dapat meningkatkan nyeri atau menurunkan nyeri?
Apabila saat duduk nyeri bertambah, maka gerak fleksi pasti juga bertambah nyeri. Sehingga aktifitas
mengangkat, memutar dan menekuk vertebrae berakibat nyeri bertambah pula, serta disertai terjadinya
nyeri menjalar hingga bawah lutut. Hal itu menunjukkan letak cideranya adalah discus.
Bila saat berdiri nyeri bertambah, maka gerak ekstensi juga berakibat nyeri bertambah. Bila saat berjala
nyeri bertambah maka gerak ekstensi juga meningkatkan nyeri. Bila berbaring (terutama tengkurap)
nyeri bertambah, berarti ekstensi juga meningkatkan nyeri. Bila tengkurap meningkatkan nyeri
kemungkinan LBP neurogenic atau lesi intervertebrae misalnya karena infeksi, oedem atau tumor.
.
12. Apakah nyeri memburuk saat pagi atau sore hari?
Stiffness atau nyeri setelah istirahat (bangun tidur) kemungkinan diindikai ankylosing spondylitis atau
osteoarthritis, yang mana akan berkurang setelah digunakan untuk aktifitas. Sedangkan nyeri yang
memburuk pada sore hari kemungkinan ketegangan otot atau cidera minor pada discus.

13. Adakah paraesthesia atau anesthesia?
Penurunan kemampuan sensasi menandakan adanya penekanan pada akar syaraf. Pada orang dewasa
medulla spinalis berakhir pada pangkal VL-1 yang selanjutnya menyebar menjadi corda equina sehingga
sangat mudah terkena desakan discus intervertebralis.

14. Apakah pasien mengalami kelemahan otot?
Kelemahan otot dapat terjadi karena injury pada otot itu sendiri atau syaraf yang menginervasinya.

15. Apakah pasien mengalami gangguan BAB / BAK?
Bila ya perlu lebih waspada karena cidera tidak hanya di vertebrae lumbalis, kemungkinan karena kasus
yang lain misalnya myelopathy, caudo equina syndrome, tabes dorsalis atau tumor. Kasus-kasus
tersebut mengakibatkan spinal stenosis dengan LBP minimal atau tanpa LBP yang menyebabkan total
urinary retention atau partial retention.

16. Apakah pasien menggunakan obat-obatan?
Penggunaan therapy steroid jangka panjang dapat mengakibatkan osteoporosis. Pasien yang
mengkonsumsi analgesik sebelum pemeriksaan dapat menghasilkan kualitas nyeri yang palsu (nyeri
sudah turun akibat pengaruh analgesik.

17. Apakah pasien mengalami penurunan kemampuan aktifitas sehari-hari / leisure?
LBP seringkali membatasi gerak dan aktifitas pasien.

B. Observasi

1. Type Tubuh
Apakah pasien termasuk type ectomorphic yang ditandai dengan tubuh besar (tebal) yang merupakan
hasil dari tumbuh kembang ectoderm sejak embryonal,mesomorphic yang ditandai dengan tubuh
berotot yang merupakan hasil tumbuh kembang mesoderm, atau endomorphic yang ditandai dengan
tubuh gemuk berlemak yang merupakan hasil tumbuh kembang dari endoderm.

2. Evaluasi Gait
Apakah pasien berjalan dengan pola jalan yang normal? Adakah fase-fase berjalan yang hilang? Pada
LBP seringkali menyebabkan hilangnya fase trunk glide.

3. Total Spinal Posture
Posture pasien diobservasi pada posisi berdiri. Observasi dilakukan dari depan, belakang dan samping.
Dilihat apakah ada perubahan posture (lordosis, khyposis, scoliosis dan ketinggian bahu serta ketinggian
pelvic). Perbedaan ketinggian pelvic (crista iliaca kanan-kiri) menunjukan adanya perbedaan panjang
tungkai fungsional yang kemungkinan disebabkan perbedaan panjang tungkai atau perubahan mekanis
(misalnya satu kaki pronasi).


Tabel 1. Functional limb length difference

Sendi Functional
lengthening
Functional
shorthening
Kaki Supinasi Pronasi
Lutut Ektensi Fleksi
Panggul Lebih rendah
Ekstensi
Eksorotasi
Lebih tinggi
Fleksi
Endorotasi
Sacroiliaca Anterior rotasi Posterior rotasi
Sumber: Wallace, L.A., Lower Quarter Pain: Mechanical
Evaluation and Treatment, dalam Grieve, G.P., Modern
Manual therapy of The Vertebrae Collumn, Churchill Livingstone,
Edinburgh, 1986.


4. Skin Markings
Adanya seikat rambut tumbuh disekitar punggung terkadang indikasi adanya spina bifida.

1. 5. Step Deformity
Adanya step deformity (sesuatu yang menonjol seperti pijakan) pada vertebrae lumbal kemungkinan
indikasi adanya spondylolithesis. Tonjolan bisa terjadi karena procc. spinosus vertebrae lebih menonjol
atau bergeser ke depan.

C. Pemeriksaan Gerak

1. 1. Pemeriksaan Gerak Aktif dan Pasif
Posisi pasien berdiri, terapis memperhatikan gerakan yang dilakukan pasien dan mengamati kesulitan
gerak pasien. Pasien diminta menggerakan badannya membungkuk dengan tangan lepas, gerak ke
belakang dengan kedua tangan berkacak pinggang, menggerakkan badan ke samping kanan dan kiri
(dengan tangan lepas) dan memutar badannya ke kanan-kiri (kedua tangan menyilang dada). Amati
apakah pasien mengeluh nyeri pada akhir gerak?, jika problemnya adalah mechanical maka akan
didapati adanya nyeri pada akhir gerak untuk satu atau beberapa gerakan. Selain itu juga diamati
apakah terjadi keterbatasan gerak yang kemungkinan disebabkan nyeri, spasme, stiffness atau blocking.
Jika pasien mampu bergerak full ROM tanpa disertai nyeri, berikan tekanan pasif secara ekstra hati-hati
(untuk meneruskan dengan pemeriksaan gerak pasif sekaligus untuk mengetahui endfeel, endfeel
normal untuk vertebrae lumbalis ke segala arah adalah lunak / shoft ). Jika saat diberi tekanan pasif
pasien mengeluh adanya peningkatan gejala, pasien diminta mempertahankan posisi tersebut untuk
bebarapa saat (sekitar 10 20 detik) untuk mengetahui seberapa besar gejala meningkat.








Pada keadaan injury discus yang berat akan mengakibatkan keterbatasan gerak. Pada degenerasi discus,
akan terjadi peningkatan gerak intersegmental. Menurut Kirkaldy-Willis (dikutip dari Magee, 2000)
perubahan degenerasi discus dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : (1) tahap dysfunctional, (2)
tahap unstable dan (3) tahap stable. Pada tahap dysfunctional dan unstable terjadi peningkatan gerak
intersegmental. Saat gerak fleksi, rotasi dan lateral fleksi dan kemudian akan menurun saat pada tahap
stabil. Pada tahap unstable seringkali terdapatinstability jog terutama saat bergerak fleksi, dari fleksi ke
posisi semula atau lateral fleksi. Instability jog adalah gerak kejut dari otot selama gerak aktif.
Selama pemeriksaan gerak aktif (terutama gerak fleksi / ekstensi) perlu diperhatikan ada
tidaknya painful arc. Painful arc merujuk adanya gangguan neurologis atau instabilitas.

2. Pemeriksaan Gerak Resisted Isometrik
Pemeriksaan gerak resisted isometrik ditujukan untuk mengetahui kekuatan otot-otot lumbar sekaligus
ada tidaknya nyeri pada otot. Pemeriksaan meliputi kontraksi isometrik ke arah fleksi-ekstensi, lateral
fleksi dan rotasi.
Tabel 2. Otot-otot Penggerak Vertebrae Lumbalis

Gerakan Otot yang bekerja Innervasi
Fleksi 1. Psoas major
2. Rectus abdominis
3. External abdominal oblique
4. Internal abdominal oblique
5. Transversus abdominis
6. Intertransversarii
L1 L3
T6 T12
T7 T12
T7 L1
T7 L1
L1 L5

Lingkup gerak aktif Vertebrae lumbalis:
Fleksi 40
0
60
0

Ekstensi 20
0
35
0

Lateral fleksi 15
0
20
0

Rotasi 3
0
18
0


Ekstensi 1. Latissimus dorsi

1. Erector spine iliocostalis lumborum
2. Erector spine longissimus thoracis
3. Transversospinalis
4. Interspinalis
5. Quadratus lumborum
6. Multifidus
7. Rotatores
8. Gluteus maximus
Thoracodorsal
(C6 C8)
L1 L3
L1 L3
L1 L3
L1 L5
L1 L5
T12 L4
L1 L5
L1- L5
Lateral fleksi 1. Latissimus dorsi

1. Erector spine iliocostalis lumborum
2. Erector spine longissimus thoracis
3. Transversalis
4. Intertransversarii
5. Quadratus lumborum
6. Psoas major
7. External abdominal oblique
Thoracodorsal
(C6 C8)
L1 L3
L1 L3
L1 L5
L1 L5
T12 L4
L1 L3
T7 T12
Rotasi 1. Transversalia
2. Rotatores
3. Multifidus
L1 L5
L1 L5
L1 L5

Sumber: Magge, D.J., 2000, Orthopedic Physical Assessment, Edisi 4, W.B. Saunders Co., Philadelphia.




D. Pemeriksaan Khusus

1. Pemeriksaan Derajat Nyeri
Alat ukur : Visual analog scale (VAS)

Pada garis di bawah ini, tolong gambarkan keadaan nyeri saudara hari ini



Tak ada nyeri Nyeri amat sangat

2. Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi Vertebrae Lumbalis
a. ISOM
Tabel 3. Pengukuran LGS Vertebrae Lumbalis

Bidang
Gerak
LGS Posisi
Pasien
NZSP Goniometer
T Statis T Dinamis
S 20/35-0-40/60 Berdiri Posisi
anatomis
Paralel thd axis
longt. Trunk (skt
3 jari di bawah
crista iliaca
Paralel garis
tengah axilla
F 15/20-0-15/20 Berdiri Posisi
anatomis
Paralel thd axis
longt. Trunk (L5-
S1)
Garis L5-C7

R 45-0-45 duduk Posisis
anatomis
Garis frontal
melewati SIAS
Paralel garis bahu
ka-ki
Sumber: Russe, A.O. and Gerhardt, J.J., 1975, ISOM International SFTR Method of Measuring and
Recording Joint Motion, Hans Huber Publisher, Stuttgart.
b. LGS Fungsional
Alat ukur mid-line (meteran kain)
Cara pengkuran fungsional membungkuk:
Posisi awal berdiri tegak, ukur jarak antara procc. spinosus S1 T12, kemudian pasien diminta
membungkukkan badan sejauh mungkin dan ukur kembali jarak antara procc. spinosus S1 T12 . dalam
keadaan normal jaraknya sekitar 7 8 cm.

3. Pemeriksaan Ketahanan Otot
a. Dynamic Abdominal Endurance Test
Tes ini digunakan untuk mengetahui ketahanan otot abdominal.
Posisi pasien: Telentang hip 45
0
, knee 90
0
kedua lengan di samping badan, dibuat garis di sebelah
distal jari tengah sejauh 8 cm (untuk pasien > 40 th.) atau 12 cm (untuk pasien < 40 th.).
Gerakan: Angkat kepala dan punggung atas kemudian raih garis yang dibuat tadi dengan ujung jari.
Pengulangan: 25 x / menit
Intepretasi : bila pasien mampu (tanpa kelelahan) berarti normal

b. Dynamic Extensor Endurance Test
Tes ini digunakan untuk mengetahui ketahanan otot iliocostalis lumborum (erector spine dan
multifidus).
Posisi pasien: Tengkurap hip dan knee lurus serta distabilkan dengan sabuk. Kedua lengan
menyilang dada.
Gerakan: Angkat kepala dan punggung atas
Pengulangan: 25 x / menit
Intepretasi : bila pasien mampu (tanpa kelelahan) berarti normal

4. Pemeriksaan Kekuatan Otot
a. Isometric Abdominal Test
Tes ini digunakan untuk mengetahui kekuatan otot abdominal.
Posisi pasien: Telentang hip 45
0
, knee 90
0

Gerakan: Angkat kepala dan punggung atas , tahan selama mungkin.
Intepretasi: Normal (5), bila mampu mengangkat dengan kedua tangan di belakang leher, scapula
terangkat penuh dan menahan posisi tersebut selama 20 30 detik.
Good (4), bila mampu mengangkat dengan kedua tangan menyilang dada, scapula terangkat penuh dan
menahan posisi tersebut selama 15 20 detik.
Fair (3), bila mampu mengangkat dengan kedua tangan lurus di samping badan, scapula terangkat
penuh dan menahan posisi tersebut selama 10 15 detik.
Poor (2), bila mampu mengangkat dengan kedua tangan lurus di samping badan, bagian atas scapula
terangkat dan menahan posisi tersebut selama 1 10 detik.
Trace (1), bila hanya mampu mengangkat kepala saja.
b. Isometric Extensor Test
Tes ini digunakan untuk mengetahui kekuatan otot iliocostalis lumborum (erector spine dan multifidus).
Posisi pasien: Tengkurap hip dan knee lurus serta distabilkan dengan sabuk.
Gerakan: Angkat kepala dan punggung atas , tahan selama mungkin.
Intepretasi: Normal (5), bila mampu mengangkat kepala, dada dan costa serta ekstensi lumbar
dengan kedua tangan di belakang leher, dan menahan posisi tersebut selama 20 30 detik.
Good (4), bila mampu mengangkat kepala, dada dan costa serta ekstensi lumbar dengan kedua tangan
di samping badan, penuh dan menahan posisi tersebut selama 15 20 detik.
Fair (3), bila mampu mengangkat kepala dan sternum, ekstensi lumbar dengan kedua tangan lurus di
samping badan, serta menahan posisi tersebut selama 10 15 detik.
Poor (2), bila mampu mengangkat kepala dengan kedua tangan lurus di samping badan, serta menahan
posisi tersebut selama 1 10 detik.
Trace (1), bila hanya mampu mengkontraksikan ototnya tanpa diserta gerakan.
c. Double Straight Leg lowering
Tes ini digunakan untuk mengetes otot abdominal, dan hanya dilakukan bila Dynamic Abdominal
Endurance Test atau Isometric Abdominal Test hasilnya normal.
Posisi pasien: Telentang kedua hip fleksi 90
0
dan kemudian luruskan lutut.
Gerakan: Turunkan kedua tungkai secara perlahan tanpa menahan nafas.
Intepretasi: Normal (5), bila mampu menahan pelvic pada posisi netral dan menurunkan kedua
tungkai hingga 0
0
15
0
dari bed.
Good (4), bila mampu menahan pelvic pada posisi netral dan menahan pelvic pada posisi netral dan
menurunkan kedua tungkai hingga 16
0
45
0
dari bed.
Fair (3), bila mampu menahan pelvic pada posisi netral dan menurunkan kedua tungkai hingga 46
0

75
0
dari bed.
Poor (2), bila mampu menahan pelvic pada posisi netral dan menurunkan kedua tungkai hingga 75
0

90
0
dari bed.
Trace (4), bila tidak mampu menahan pelvis pada posisi netral
d. Internal-external Abdominal Obliques Test
Tes ini digunakan untuk mengetes otot abdominal internus satu sisi dan otot abdominal externus sisi
yang lain secara bersamaan.
Posisi pasien: Telentang kedua tungkai lurus, lengan di samping badan.
Gerakan: Angkat kepala dan bahu (fleksi vertebrae lumbalis) serta putar (rotasi vertebrae lumbalis)
ke satu sisi, kedua tangan di belakang kepala / menyilang dada / tangan heterolateral meraih tangan
homo lateral. Tahan posisi akhir tersebut semampu mungkin.
Intepretasi: Normal (5), bila mampu fleksi dan rotasi vertebrae lumbalis dengan tangan di belakang
kepala dan menahannya selama 20 30 detik.
Good (4), bila mampu fleksi dan rotasi vertebrae lumbalis dengan kedua tangan menyilang dada dan
menahan posisi tersebut selama 15 20 detik.
Fair (3), bila mampu fleksi dan rotasi vertebrae lumbalis dengan tangan heterolateral meraih tangan
homo lateral dan menahan posisi tersebut selama 10 15 detik.
Poor (2), bila tidak mampu fleksi dan rotasi vertebrae lumbalis
Trace (1), bila hanya mampu kontraksi tanpa terjadi gerak fleksi dan rotasi vertebrae lumbalis
Zero (0), bila tidak ada kontraksi otot.

e. Dynamic Horizontal Side Support Test
Tes ini digunakan untuk mengetes otot quadratus lumborum
Posisi pasien: Berbaring miring pada sisi heterolateral dengan badan bagian atas disangga siku.
Gerakan: Angkat pelvis dan luruskan vertebrae. Tahan posisi akhir tersebut semampu mungkin.
Intepretasi: Normal (5), bila mampu mengangkat pelvis dan meluruskan vertebrae serta menahannya
selama 10 20 detik.
Good (4), bila mampu mengangkat pelvis namun kesulitan meluruskan vertebrae, mampu menahan
posisi tersebut selama 5 10 detik.
Fair (3), bila mampu mengangkat pelvis namun tidak mampu meluruskan vertebrae, mampu menahan
posisi tersebut selama < 5 detik.
Poor (2), bila tidak mampu mengangkat pelvis.
f. Dynamic Horizontal Side Support Test
Tes ini digunakan untuk mengetes otot rotator lumbar dan multifidus untuk menstabilkan vertebrae
selama ekstremitas bergerak dinamis.
Posisi pasien: Merangkak dengan vertebrae pelvis lurus..
Gerakan: a. Angkat satu lengan lurus dan tahan.
b. Angkat satu tungkai lurus dan tahan.
c. Angkat satu lengan dan tungkai heterolateral lurus serta tahan.
Intepretasi: Normal (5), bila mampu mengangkat satu lengan dan tungkai heterolateral lurus serta
menahannya selama 20 30 detik.
Good (4), bila mampu mempertahankan posisi pelvis saat mengangkat satu tungkai lurus serta mampu
menahan posisi tersebut selama 20 detik.
Fair (3), bila mampu mempertahankan posisi pelvis saat mengangkat satu lengan lurus serta mampu
menahan posisi tersebut selama 20 detik
Jika hasil test isokenetik menunjukkan bahwa otot ekstensor lebih kuat dibanding
fleksor, berarti:
Pada saat fleksi lelaki menghasilkan gaya sekitar 65 % BB, sedangkan pada
wanita sekitar 65 % 70 % BB
Pada saat ekstensi lelaki menghasilkan gaya sekitar 90 % 95 % BB,
sedangkan pada wanita sekitar 80 % 95 % BB
Pada saat rotasi lelaki menghasilkan gaya sekitar 55 % 65 % BB,
sedangkan pada wanita sekitar 40 % 55 % BB

Poor (2), tidak mampu mempertahankan pelvis saat mengangkat satu lengan lurus.








5. Sacral fixation test (Gillets test)
Tes ini digunakan untuk mengetahui apakah ada bloking pada sendi sacroiliaca
Posisi pasien: Berdiri tegak, terapis mempalpasi SIPS kanan kiri dengan ibu jari.
Gerakan: Fleksikan hip secara penuh, terapis merasakan apakah SIPS sisi yang sama drops
(berarti normal) atau elevasi (yang berarti sendi sacroiliaca terkunci. Ulangi prosedur tersebut untuk
SIPS sisi satunya.
6. Lumbar Root Syndromes
Tabel 4. Lumbar Root Syndromes
Akar
Syaraf
Dermatome Muscle Weakness Reflek / Tes Khusus Paraesthesia
L1 Punggung bawah,
regio trochantor,
pangkal paha
Tak ada Tak ada Pangkal paha,
setelah
membungkuk
terasa nyeri
L2 Punggung bawah,
paha depan s/d
lutut
Psoas, adduktor
hip
Tak ada Paha depan
L3 Punggung bawah,
pantat atas, paha
depan s/d lutut,
tungkai bawah
medial
Psoas,
Quadriceps.
Tendo patella & Prone
Knee Bending +.
Full SLR nyeri
Sisi medial betis
& ankle
L4 Pantat dalam,
paha sisi luar,
tungkai sisi dalam,
dorsal kaki, ibu
jari.
Tibialis ant., Ekst.
hallucis
SLR terbatas, fleksi
leher nyeri, Tendo
patella lemah,
Sisi medial
tungkai, Medial
jari ke 3
L5 Pantat, paha sisi
samping &
belakang, lateral
tungkai, bag
dalam tumit, jari
ke 2 & 3
Ekst.hallucis,
Peroneal, gluteus
med., dorsal
fleksor, calf
muscle, hamstring
SLR terbatas, fleksi
leher nyeri, Tendo
patella lemah, Cross
LR nyeri
Lateral jari ke 2,
lateral kaki,
lateral tungkai
lutut, plantar
kaki.
S1 Pantat, paha
belakang, tungkai
bawah
Calf muscle,
hamstring, gluteal,
peroneal, plantar
fleksor
SLR terbatas Lateral tungkai,
lutut, tumit
S2 Idem S1 Idem S1 kecuali
peroneal
SLR terbatas Tak ada
S3 Pangkal paha,
paha medial s/d
lutu
Tak ada Tak ada Peroneal,
genitalis, anus,
impotensi
S4 Perineum,
genitalis, lower
sacrum
Bladder, rectum Tak ada
Sumber: Magge, D.J., 2000, Orthopedic Physical Assessment, Edisi 4, W.B. Saunders Co., Philadelphia.
7. Tes untuk Gangguan Neurologis (Neurodynamic Test)
a. Slump Test
Posisi awal : Duduk tegak
Gerakan: (1). Terapis mempertahankan kepala pasien pada posisi netral, pasien diminta
mengendorkan punggungnya (fleksi lumbal), (2) kemudian beri tekanan (kompresi) pada bahu kanan kiri
untuk mempertahankan posisi fleksi lumbal, (3) selanjutnya pasien diminta menggerakkan fleksi leher
dan kepala sejauh mungkin, (4) kemudian terapis mempertahankan posisi maksimal fleksi vertebrae
tersebut dengan memberi tekanan pada kepala bagian belakang, (5) terapis menahan kaki pasien pada
maksimal dorsi fleksi, pasien diminta meluruskan lututnya dan pasien diminta meluruskan (ekstensi)
lututnya, (6) jika pasien tidak mampu meluruskan lututnya (karena nyeri), tekanan pada kepala dipindah
ke bahu kanan kiri.
Intepretasi: Bila saat tekanan pada kepala dipindah ke bahu pasien, mampu menambah gerakan
ekstensi lutut atau nyeri berkurang, berarti tes positif.

b. Sitting Root Test
Tes ini merupakan modifikasi dari slump test
Posisi awal : Pasien duduk dengan hip fleksi 90
0
, leher fleksi
Gerakan: Aktif ekstensi lutut
Intepretasi: Bila nyeri terasa di pantat, paha belakang dan betis berarti terdapat penekanan syaraf
ischiadicus

c. Straight Leg Rissing Test (Laseigues Test)
Posisi awal : Telentang, hip adduksi dan endorotasi, knee lurus
Gerakan: (1) Terapis mengangkat tungkai pasien (35
0
- 70
0
), bila pasien mengeluh nyeri pada pantat /
paha belakang, (2) untuk lebih meyakinkan bahwa yang terprovokasi adalah syaraf ischiadicus, sedikit
turunkan tungkai kemudian lakukan gerakan dorsi fleksi ankle kemudian lepaskan dan (3) pasien diminta
mengangkat kepalanya (fleksi leher).
Intepretasi: Bila nyeri pertama terasa di pantat berarti terdapat penekanan syaraf yang sifatnya
central atau karena herniasi discus
Bila nyeri pertama terasa di posterior tungkai berarti terdapat penekanan syaraf yang lebih lateral (akar
syaraf/perifer)









d. Naffzigers Test
Posisi awal : Telentang
Gerakan: Terapis menekan vena jugularis kanan-kiri sekitar 10 detik, kemudian pasien diminta untuk
batuk-batuk.
Intepretasi: Bila saat batuk terasa nyeri pada punggung bawah berarti tes positif

e. Brudzinski Kernig Test
Posisi awal : Telentang dengan kedua tangan di belakang kepala
Gerakan: Aktif fleksi leher diikuti dengan fleksi hip (dengan knee lurus) kemudian memfleksikan
lututnya.
Intepretasi: Bila saat hip di fleksikan (dengan lutut lurus) nyeri terasa kemudian saat lutut difleksikan
nyeri hilang berarti tes positif

f. Prone Knee Bending (PKB/ Nachlas) Test
Posisi awal : Tengkurap


Catatan: SLR disertai fleksi leher disebut pula sebagai hyndmans sign, Lidners
sign atau Soto-Hill test
SLR disertai dorsi fleksi ankle disebit pula sebagai Bragards test.
Nyeri saat fleksi leher atau dorsi fleksi ankledikarenakan penguluran duramater
medulla spinalis atau lesi medulla spinalis, misalnya karena HNP, tumor, meningitis.


Gerakan: Terapis memfleksikan lutut pasien sejauh mungkin (hati-hati jangan sampai terjadi gerak
rotasi hip) dan menahannya pada posisi maksimal fleksi sekitar 45 60 detik
Intepretasi: Bila nyeri pada punggung bawah, pantat atau paha belakang berarti terjadi penekanan
akar syaraf L2 atau L3

8. Pemeriksaan Fungsional
Oswestry Disability Index
(diterjemahkan dari Fairbank, J.C., J. Couper, J.B. Davies, and J.P. OBrien., The Owestry Low Back Pain
Disability Questionnaire. Physiotherapy Journal 66:271 273, 1980)
Seksi 1 : Intensitas nyeri
Saat ini saya tidak nyeri
Saat ini nyeri terasa sangat ringan
Saat ini nyeri terasa ringan
Saat ini nyeri terasa agak berat
Saat ini nyeri terasa sangat berat
Saat ini nyeri terasa amat sangat berat

Seksi 2 : Perawatan diri (mandi, berpakaian dll)
Saya merawat diri secara normal tanpa disertai timbulnya nyeri
Saya merawat diri secara normal tetapi terasa sangat nyeri
Saya merawat diri secara hati-hati dan lamban karena terasa sangat nyeri
Saya memerlukan sedikit bantuan saat merawat diri
Setiap hari saya memerlukan bantuan saat merawat diri
Saya tidak bisa berpakaian dan mandi sendiri, hanya tiduran di bed

Seksi 3 : Aktifitas Mengangkat
Saya dapat mengangkat benda berat tanpa disertai timbulnya nyeri
Saya dapat mengangkat benda berat tetapi disertai timbulnya nyeri
Nyeri membuat saya tidak mampu mengangkat benda berat dari lantai, tetapi saya mampu
mengangkat benda berat yang posisinya mudah, misalnya di atas meja.
Nyeri membuat saya tidak mampu mengangkat benda berat dari lantai, tetapi saya mampu
mengangkat benda ringan dan sedang yang posisinya mudah, misalnya di atas meja.
Saya hanya dapat mengangkat benda yang sangat ringan
Saya tidak dapat mengangkat maupun membawa benda apapun
Saya mampu berjalan berapapun jaraknya tanpa disertai timbulnya nyeri
Saya hanya mampu berjalan tidak lebih dari 1 mil karena nyeri
Saya hanya mampu berjalan tidak lebih dari 1/4 mil karena nyeri
Saya hanya mampu berjalan tidak lebih dari 100 yard karena nyeri
Saya hanya mampu berjalan menggunakan alat bantu tongkat atau kruk
Saya hanya mampu tiduran, untuk ke toilet dengan merangkak
Seksi 4 : Berjalan

Seksi 5 : Duduk
Saya mampu duduk pada semua jenis kursi selama aku mau
Saya mampu duduk pada kursi tertentu selama aku mau
Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari 1 jam karena nyeri
Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari 1/2 jam karena nyeri
Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari 10 menit karena nyeri
Saya tidak mampu duduk karena nyeri

Seksi 6 : Berdiri
Saya mampu berdiri selama aku mau
Saya mampu berdiri selama aku mau tetapi timbul nyeri
Saya hanya mampu berdiri tidak lebih dari 1 jam karena nyeri
Saya hanya mampu berdiri tidak lebih dari 1/2 jam karena nyeri
Saya hanya mampu berdiri tidak lebih dari 10 menit karena nyeri
Saya tidak mampu berdiri karena nyeri

Seksi 7 : T i d u r
Tidurku tak pernah terganggu oleh timbulnya nyeri
Tidurku terkadang terganggu oleh timbulnya nyeri
Karena nyeri tidurku tidak lebih dari 6 jam
Karena nyeri tidurku tidak lebih dari 4 jam
Karena nyeri tidurku tidak lebih dari 2 jam
Saya tidak bisa tidur karena nyeri

Seksi 8 : Aktifitas Seksual (bila memungkinkan)
Aktifitas seksualku berjalan normal tanpa disertai timbulnya nyeri
Aktifitas seksualku berjalan normal tetapi disertai timbulnya nyeri
Aktifitas seksualku berjalan hampir normal tetapi sangat nyeri
Aktifitas seksualku sangat terhambat oleh adanya nyeri
Aktifitas seksualku hampir tak pernah karena adanya nyeri
Aktifitas seksualku tidak pernah bisa terlaksana karena nyeri

Seksi 9 : Kehidupan Sosial
Kehidupan sosialku berlangsung normal tanpa gangguan nyeri
Kehidupan sosialku berlangsung normal tetapi ada peningkatan derajat nyeri
Kehidupan sosialku yang aku sukai misalnya olahraga tidak begitu terganggu adanya nyeri
Nyeri menghambat kehidupan sosialku sehingga aku jarang keluar rumah
Nyeri membuat kehidupan sosialku hanya berlangsung di rumah saja
Saya tidak mempunyai kehidupan sosial karena nyeri

Seksi 10 : Bepergian / Melakukan Perjalanan
Saya bisa melakukan perjalanan ke semua tempat tanpa adanya nyeri
Saya bisa melakukan perjalanan ke semua tempat tetapi timbul nyeri
Nyeri memang mengganggu tetapi saya bisa melakukan perjalanan lebih dari 2 jam
Nyeri menghambatku sehingga saya hanya bisa melakukan perjalanan kurang dari 1 jam
Nyeri menghambatku sehingga saya hanya bisa melakukan perjalanan pendek kurang dari 30
menit
Nyeri menghambatku untuk melakukan perjalanan kecuali hanya berobat

Seksi 11 : Pengobatan Terdahulu
Lebih dari 3 bulan yang lalu, apakah Saudara pernah mendapatkan pengobatan (tablet/kapsul, suntikan
atau jenis pengobatan yang lain) untuk nyeri punggung bawah?
Tidak pernah
Pernah (jika pernah, tulislah jenis pengobatannya)







DAFTAR PUSTAKA


Borenstein, D.G., S.W. Wiesel, and S.D. Boden., 1995, Low Back Pain: Medical Diagnosis and
Comprehensive Management, W.B. Saunders Co., Philadelphia.

Fairbank, J.C., J. Couper, J.B. Davies, and J.P. OBrien., 1980, The Owestry Low Back Pain Disability
Questionnaire. Physiotherapy Journal 66:271 273.

Hall, H., 1992, A Simple approach to Back Pain Management, Patient Care 15:7791.

Magge, D.J., 2000, Orthopedic Physical Assessment, Edisi 4, W.B. Saunders Co., Philadelphia.

Nachemson, A. and C. Elfstrom, 1970. Intravital Dynamic Pressure Measurements in Lumbar
Disc., Scandinavian Journal Rehabilitation Medicine (Suppl. 1):5-40.

Russe, A.O. and Gerhardt, J.J., 1975, ISOM International SFTR Method of Measuring and Recording Joint
Motion, Hans Huber Publisher, Stuttgart.

Waddel, G., 1993, The Back Pain Revolution, Churchill Livingstone, New York.

Wallace, L.A., 1986, Lower Quarter Pain: Mechanical Evaluation and Treatment, dalam Grieve,
G.P., Modern Manual therapy of The Vertebrae Collumn, Churchill Livingstone, Edinburgh.

También podría gustarte