Está en la página 1de 86

EFEK TEPUNG DAUN KELOR VARIETAS NTT

TERHADAP KADAR VCAM-1 JARINGAN TIKUS WISTAR


DIET ATEROGENIK

TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Umum

Oleh:
Sandy Wijaya
NIM: 0710710018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010

EFEK TEPUNG DAUN KELOR VARIETAS NTT


TERHADAP KADAR VCAM-1 JARINGAN TIKUS WISTAR
DIET ATEROGENIK

TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Umum

Oleh:
Sandy Wijaya
NIM: 0710710018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010

ii

HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

EFEK TEPUNG DAUN KELOR VARIETAS NTT


TERHADAP KADAR VCAM-1 JARINGAN TIKUS WISTAR
DIET ATEROGENIK
Oleh :
Sandy Wijaya
NIM: 0710710018
Telah diuji pada
Hari: Senin
Tanggal: 1 November 2010
dan dinyatakan lulus oleh:

Penguji I

Dr. dr. Retty Ratnawati, M.Sc


19550201 198503 2 001
Penguji II

Penguji III

Dr. dr. Tinny Endang H., SpPK (K)


NIP. 19521225 198002 2 001

dr. Sudiarto, MS
NIP. 19460913 198002 1 001

iii

KATA PENGANTAR
Segala rasa syukur penulis haturkan untuk Tuhan Yang Maha Esa atas
segala bimbingan dan berkat-Nya dalam penulisan tugas akhir ini. Tanpa turut
campur tangan Tuhan, maka tugas akhir ini tentu tidak akan terselesaikan
dengan baik.
Dalam proses penulisan tugas akhir ini, penulis juga banyak didukung
oleh berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada
1. Dr. dr. Samsul Islam, SpMK, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang.
2. Dr. dr. Tinny Endang Hernowati, SpPK (K) selaku pembimbing I, yang
telah meluangkan waktu dan tenaga serta dengan sabar membimbing
dan memberi masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini dengan baik.
3. dr. Sudiarto, MS selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu
untuk membimbing dan memberi saran atas penulisan tugas akhir ini.
4. Dr. dr. Retty Ratnawati, MSc selaku

penguji yang telah memberikan

saran dan kritik atas penulisan tugas akhir ini.


5. Seluruh anggota Tim Pengelola Tugas Akhir FKUB yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
6. Keluarga yang telah mendukung dan selalu mendoakan penulis.
7. Mas Budi, Mas Haris, Pak Satuman, Mbak Umi, Mbak Ika, Mbak Bunga,
Mas Didin, Ce Valen, Mbak Kiki dan seluruh staf Laboratorium Faal yang
telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian tugas akhir ini.

iv

8. Fany yang telah meluangkan waktunya membantu memberi semangat


dalam pengerjaan tugas akhir ini
9. Danny, Lona, Teph, DJ, Anita, Siska, Yustina, Felix, Cin-Cin, CM, Johan,
Joshua, Stanley, Jefry, Surojo, Ficky, Arghy, Zeni dan teman-teman
angkatan 2007, atas persahabatan kita selama ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.
Kiranya Tuhan membalas semua kebaikan dan dukungan serta
partisipasi Saudara-Saudara. Akhirnya penulis mengharapkan agar penulisan
tugas akhir ini dapat menjadi berkat bagi banyak orang.

Malang, September 2010

Penulis

ABSTRAK

Wijaya, Sandy. 2010. Efek Tepung Daun Kelor Varietas NTT Terhadap Kadar
VCAM-1 Jaringan Tikus Wistar Diet Aterogenik. Tugas Akhir, Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Dr. dr. Tinny Endang
H., SpPK (K). (2) dr. Sudiarto, MS.

Vascular Cell Adhesion Molecule 1 (VCAM-1) menyebabkan adhesi sel monosit


pada endotel sehingga sel monosit dapat menginfiltrasi endotel dan
memfagositosis Low Density Lipoprotein (LDL). VCAM-1 akan mengalami upregulated ketika terstimuli oleh sel endotel yang teraktifasi oleh zat yang bersifat
proinflamatori dan proaterosklerotik, sehingga molekul ini berperan penting
dalam gangguan kardiovaskular terutama atherosklerosis. Tepung daun kelor
varietas NTT mengandung antioksidan seperti vitamin A, C, dan E, serta
flavonoid yang dapat mencegah aterosklerosis. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek tepung daun kelor varietas NTT terhadap kadar VCAM-1
jaringan tikus wistar yang diberi diet aterogenik. Studi ini menggunakan 35 ekor
tikus Wistar jantan yang dibagi ke dalam 7 kelompok perlakuan. Kelompok I
adalah tikus diberi diet normal (kontrol negatif) selama 120 hari, kelompok II
diberikan diet aterogenik saja (kontrol positif) selama 90 hari, sedangkan
kelompok III sampai dengan VII (5 kelompok) diberi diet aterogenik selama 90
hari kemudian diberi pakan normal dan asupan tepung daun kelor varietas NTT
dengan berbagai dosis (0, 5, 10, 20, dan 40 mg/ml) secara sonde setiap hari
sekali selama 30 hari. Parameter yang diukur adalah jumlah VCAM-1 pada
jaringan aorta. Analisis data menggunakan metode One Way ANOVA. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah VCAM-1 secara
signifikan pada perlakuan II (kontrol positif) dibandingkan dengan perlakuan I
(kontrol negatif) (p = 0,044). Sedangkan pada kelompok yang diberi tepung daun
kelor menunjukkan penurunan kadar VCAM-1 dimana kadar terendah pada dosis
efektif 20 mg/ml (perlakuan VI) dibandingkan dengan kontrol positif (p = 0,025).
Kesimpulan penelitian ini adalah tepung daun kelor (Moringa oleifera) varietas
NTT mampu menurunkan jumlah VCAM-1 jaringan pada tikus (Rattus
norvegicus) strain Wistar diet aterogenik.
Kata Kunci: diet aterogenik, VCAM-1, tepung daun kelor varietas NTT

vi

ABSTRACT

Wijaya, Sandy. 2010. Effect of Moringa oleifera NTT Variant Leaf Powder
towards VCAM-1 Level in Tissues of Wistar Rats with Atherogenic Diet.
Final Assignment, Medical Faculty of Brawijaya University. Supervisors:
(1) Dr. dr. Tinny Endang H., SpPK (K). (2) dr. Sudiarto, MS.
Vascular Cell Adhesion Molecule 1 (VCAM-1) causes monocyte adhesion on
endothel so monocyte can infiltrate endothelial and phagocytize Low Density
Lipoprotein (LDL). VCAM-1 will be up-regulated when it is stimulated by
endothelial cell which was activated by proinflammatory and proatherogenic
substances, making this molecule plays important role in cardiovascular disease
especially atherosclerosis. Moringa oleifera variant NTT (Nusa Tenggara Timur)
leaf powder contains antioxidant substance, such as vitamin A, C, and E, also
flavonoid that can prevent atherosclerosis. The aim of this research to determine
the effects of Moringa oleifera NTT variant leaf powder towards VCAM-1 level in
tissues of Wistar rats fed with atherogenic diet. The study used 35 male Wistar
rats, that were randomly divided into seven groups. Group I rats were fed with
standard diet for 120 days (negative control), group II were rats fed with
atherogenic diet for 90 days (positive control), and group III-VII (five groups) were
rats fed with atherogenic diet for 90 days consequently given different doses
Moringa oleifera leaf powder (0, 5, 10, 20, dan 40 mg/ml) per oral everyday
added with standard diet in 30 days. Parameters measured were the VCAM-1
level in aorta tissue. Data analysis which uses the One-Way ANOVA method.
Research result showed VCAM-1 dose in group 2 (positive controle) is higher
than group 1 (negative controle) significantly (p = 0,044). While in group given
Moringa oleifera leaf powder showed the decrease of VCAM-1 dose which the
lowest VCAM-1 dose was effective dose 20 mg/ml (group VI) compared with
positive control (p = 0,025). The conclusion of this research is Moringa oleifera
NTT variant leaf powder decreases VCAM-1 level in tissues of Wistar rats
(Rattus norvegicus) with atherogenic diet.
Key Words: aterogenic diet, VCAM-1, Moringa oleifera variant NTT leaves
powder

vii

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul Depan.............................................................................i
Halaman Sampul Dalam.............................................................................ii
Halaman Persetujuan..................................................................................iii
Kata Pengantar...........................................................................................iv
Abstrak........................................................................................................vi
Abstract.......................................................................................................vii
Daftar Isi.....................................................................................................viii
Daftar Tabel................................................................................................x
Daftar Gambar............................................................................................xi
Daftar Lampiran..........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aterosklerosis...............................................................................4
2.1.1 Etiologi Aterosklerosis.........................................................4
2.1.2 Patogenesis.........................................................................4
2.2 Vascular Cell Adhesion Molecule 1..............................................6
2.2.1 Aktifasi VCAM-1..................................................................6
2.2.2 Mekanisme kerja VCAM-1...................................................6
2.3 Zat Oksidan dan Zat Antioksidan..................................................7
2.3.1 Reactive Oxygen Species (ROS)........................................7
2.3.2 Zat Antioksidan....................................................................11
2.4 Moringa oleifera............................................................................12
2.4.1 Klasifikasi dan Morfologi.......................................................13
2.4.2 Kegunaan.............................................................................14
2.4.3 Kandungan Nutrisi................................................................15
2.5 Hubungan Antara Aterosklerosis, VCAM-1, dan Moringa oleifera
.....................................................................................................18
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep.........................................................................20
3.2 Penjelasan Kerangka Konsep......................................................21
3.3 Hipotesis Penelitian......................................................................22

viii

ix

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Rancangan Penelitian..................................................................23
4.2 Binatang Coba...............................................................................23
4.2.1 Binatang Coba, Objek, dan Teknik Randomisasi.................23
4.2.2 Estimasi Jumlah Pengulangan.............................................24
4.2.3 Kriteria Inklusi......................................................................24
4.2.4 Kriteria Eksklusi...................................................................25
4.3 Variabel Penelitian.......................................................................25
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................26
4.5 Alat dan Bahan Penelitian............................................................26
4.5.1 Alat......................................................................................26
4.5.2 Bahan Penelitian.................................................................26
4.6 Definisi Operasional.....................................................................27
4.7 Prosedur Penelitian......................................................................28
4.7.1 Adaptasi..............................................................................29
4.7.2 Diet Aterogenik....................................................................29
4.7.3 Perlakuan............................................................................29
4.7.3.1 Pemeliharaan...........................................................29
4.7.3.2 Pembedahan...........................................................30
4.8 Pengolahan dan Analisis Data.....................................................31
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
5.1 Hasil Penelitian.............................................................................32
5.2 Analisis Data................................................................................ .38
BAB VI PEMBAHASAN.............................................................................41
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan..................................................................................45
7.2 Saran.............................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................46

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Moringa oleifera..........................................................13
Tabel 2.2 Kandungan Vitamin Daun Moringa oleifera.................................16
Tabel 2.3 Kandungan Zat Gizi Kelor Varian NTT per 100gr Tepung...........17
Tabel 5.1 Karakteristik Tikus Pada Awal Percobaan...................................32
Tabel 5.2 Karakteristik Tikus Pada Akhir Percobaan..................................33

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Jalur Pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS).............8
Gambar 2.2 Produksi Superoksida Pada Mitokondria.................................9
Gambar 2.3 Mekanisme Kerja Reactive Oxygen Species...........................10
Gambar 2.4 Oksidasi LDL yang Menimbulkan Aterosklerosis dan
Penghambatannya oleh Antioksidan..................................................11
Gambar 2.5 Tepung Daun Moringa oleifera................................................14
Gambar 5.1 Grafik Hubungan Antara Kelompok Perlakuan dan Rata-rata
Kenaikan Berat Badan Tikus..............................................................34
Gambar 5.2 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan I
(Kontrol
Negatif)..............................................................................................35
Gambar 5.3 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan II
(Kontrol
Positif)...............................................................................................35
Gambar 5.4 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan III (90 hari diet
aterogenik+30 hari diet normal dan 0mg/ml kelor).............................35
Gambar 5.5 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan IV (90 hari diet
aterogenik+30 hari diet normal dan 5mg/ml kelor).............................36
Gambar 5.6 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan V (90 hari diet
aterogenik+30 hari diet normal dan 10mg/ml kelor)...........................36
Gambar 5.7 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan VI (90 hari diet
aterogenik+30 hari diet normal dan 20mg/ml kelor)...........................36
Gambar 5.8 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan VII (90 hari diet
aterogenik+30 hari diet normal dan 40mg/ml kelor)...........................37
Gambar 5.9 Grafik Hubungan Antara Kelompok Perlakuan dan Rata-rata
Jumlah VCAM-1 jaringan...................................................................38

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Tabel Perubahan Berat Badan Tikus .......................................51
Lampiran 2 Tabel Sisa Pakan Tikus............................................................54
Lampiran 3 Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok
Perlakuan I (Kontrol Negatif)...........................................................64
Lampiran 4 Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok
Perlakuan II (Kontrol Positif)............................................................64
Lampiran 5 Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok
Perlakuan III....................................................................................65
Lampiran 6 Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok
Perlakuan IV....................................................................................65
Lampiran 7 Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok
Perlakuan V.....................................................................................66
Lampiran 8 Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok
Perlakuan VI....................................................................................66
Lampiran 9 Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok
Perlakuan VII...................................................................................67
Lampiran 10: Jumlah dan Rata-rata VCAM-1 yang Digunakan untuk Analisis
Data.................................................................................................68
Lampiran 11 Uji Normalitas Data ...............................................................68
Lampiran 12 Uji Homogenitas Varian..........................................................69
Lampiran 13 Uji ANOVA.............................................................................69
Lampiran 14 Tukey HSD Test.....................................................................70
Lampiran 15 Homogenous Subsets............................................................71

xii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aterosklerosis merupakan proses awal terjadinya berbagai penyakit
kardiovaskular seperti jantung koroner, myocard infark, dan stroke. Proses ini
diawali dengan tingginya kolesterol di dalam darah yang mengakibatkan
terpaparnya sel endotel oleh lemak terutama Low Density Lipoprotein (LDL). LDL
kemudian menginfiltrasi lapisan intima pada arteri dan mengalami oksidasi
kemudian menginisiasi terjadinya inflamasi. Molekul adhesi yang terutama
muncul dalam proses inflamasi adalah Vascular Cell Adhesion Molecule 1
(VCAM-1). VCAM-1 akan meningkat jumlahnya dan merupakan salah satu
komponen sel yang mempengaruhi terjadinya inflamasi (Ley, 2001). Keradangan
yang terjadi pada dinding intima arteri dapat menyebabkan penebalan dan
kekakuan pada arteri dan mengganggu peredaran darah.
WHO pada tahun 2002 menemukan bahwa penyakit jantung iskemik
merupakan penyakit penyebab kematian utama di Asia Tenggara, yaitu
sebanyak 13,9%. Sedangkan menurut American Heart Association, angka
kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia mencapai 16,5% dari total
mortalitas. Angka tersebut sangat signifikan, mengingat negara dengan
pendapatan rendah dan menengah merupakan penyumbang 80% kematian
akibat penyakit kardiovaskular (WHO, 2009).
Tingginya angka kematian pada penyakit yang diakibatkan oleh
aterosklerosis menyebabkan permintaan obat meningkat. Selain itu, obat-obatan
dengan harga terjangkau juga turut diperhatikan karena penyakit kardiovaskular

banyak terjadi di negara berpendapatan rendah. Salah satu alternatifnya adalah


bahan alam seperti tanaman kelor. Di Indonesia, kelor varian NTT sudah
digunakan masyarakat lokal untuk bahan pangan secara luas, namun kelor
varian NTT masih belum banyak diteliti manfaatnya bagi kesehatan. Tetapi,
dunia sudah mengenal tanaman kelor sebagai tanaman obat (Hsu et al., 2006).
Tanaman kelor (Moringa oleifera) juga dapat digunakan untuk mengatasi
kekurangan pangan yang sering terjadi di negara miskin karena memiliki
kandungan protein, kalsium, besi, vitamin C, dan bahan karoten yang tinggi.
Selain itu, kelor juga mengandung asam fenolat yang berfungsi sebagai
antioksidan (Trees For Life, 2005)
Sudah banyak penelitian yang telah mengungkapkan dengan jelas bahwa
tanaman kelor memiliki khasiat dalam penyembuhan suatu penyakit (Fahey,
2005). Secara tidak langsung, penelitian itu menunjukkan bahwa tanaman kelor
juga dapat memberikan efek terapi pada aterosklerosis yang berawal dari proses
keradangan yang terjadi lapisan intima dari pembuluh darah. Hal ini menarik
perhatian penulis untuk mengetahui efek pemberian tepung kelor strain NTT
terhadap kadar VCAM-1 pada jaringan Rattus norvegicus strain Wistar yang
diberi diet aterogenik.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah tepung daun kelor (Moringa oleifera) varian NTT dapat
menurunkan kadar Vascular Cell Adhesion Molecule 1 (VCAM-1) pada jaringan
aorta Rattus norvegicus strain Wistar diet aterogenik.

1.3 Tujuan Penelitian


Membuktikan

tepung

daun

kelor

(Moringa

oleifera)

varian

NTT

menurunkan jumlah Vascular-Cell Adhesion Molecule 1 (VCAM-1) pada jaringan


aorta Rattus norvegicus strain Wistar diet aterogenik.
1.4 Manfaat Penelitian
Untuk bidang keilmuan:
-

Menambah wawasan tentang tanaman kelor, terutama tanaman kelor


varian NTT

Mengetahui manfaat pemberian tepung kelor varian NTT terhadap


penurunan kadar VCAM-1 dalam jaringan tikus Wistar yang diberi diet
aterogenik

Untuk masyarakat:
-

Menambah pengetahuan masyarakat bahwa kelor dapat digunakan


untuk mencegah penyakit kardiovaskular.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aterosclerosis
Aterosklerosis

merupakan

penyakit

yang

dikenal

dengan

istilah

pengerasan arteri. Penyakit ini merupakan chronic immunoinflammatory


disease dan merupakan penyebab penyakit kardiovaskular (Falk, 2005).
Aterosklerosis bisa mulai berkembang saat kanak-kanak, dan menampakkan
gejalanya pada masa dewasa.
2.1.1 Etiologi dan Faktor Risiko
Aterosklerosis
kardiovaskular

dan

merupakan
memiliki

gejala

banyak

awal

faktor

dari

risiko.

berbagai
Etiologi

penyakit

pasti

untuk

aterosklerosis masih belum jelas (National Heart Lung and Blood Institute, 2009).
Walaupun demikian, faktor risiko untuk aterosklerosis telah dapat diidentifikasi.
Berbagai faktor risiko aterosklerosis antara lain hiperkolesterolemia, merokok,
kurang aktifitas, hipertensi, jenis kelamin, dan meningkatnya LDL. Level
kolesterol plasma yang meningkat dapat memulai fase awal terjadinya
aterosklerosis walaupun tanpa melibatkan faktor resiko yang lain (Falk, 2005).
2.1.2 Patogenesis
Lesi aterosklerotik awalnya bermula dari sel endothel yang utuh, namun
mengalami kerusakan, teraktivasi, dan mengalami disfungsi. Sel endotel yang
rusak tidak dapat memproduksi nitric oxide yang berfungsi untuk vasodilator dan
ateroprotektif.

Penelitian

telah

membuktikan

bahwa

hiperkolesterolemia

menyebabkan aktivasi sel endotel (Hansson, 2005). Pada pasien dengan


hiperkolesterolemia, kadar LDL dalam darah amat tinggi dan amat mudah

memapar sel endotel. LDL akan menginfiltrasi sel endotel yang rusak dan
tertahan di bagian ruang subendotel pada intima arteri tersebut. LDL itu akan
dioksidasi oleh nitric oxide synthase (NOS) terlebih dahulu sehingga berubah
menjadi sitotoksik, proinflamatori, kemotaksik, dan proaterogenik. Selain itu,
nitric oxide yang dikeluarkan oleh sel endotel merupakan oksidan yang potent
yang berfungsi sebagai ateroprotektif. Hal ini mengakibatkan terjadinya inflamasi,
selain itu, sel endotel akan menjadi aktif dan ekspresi dari molekul adhesi dan
gen inflammasi yang dikeluarkan oleh sel endotel akan meningkat. (Falk, 2005).
Endotel yang teraktivasi oleh stimulus aterogenik dan proinflamatori akan
meningkatkan ekspresi molekul adhesi, terutama vascular-cell adhesion
molecule 1 (VCAM-1). Selain itu juga ada molekul adhesi lain misalnya
intercellular adhesion molecule 1 (ICAM-1), E selection, dan P selection.
Meningkatnya

jumlah

VCAM-1

menyebabkan

sel-sel

yang

membawa

counterreceptor dari VCAM-1 (monosit dan limfosit) menempel ke endotel yang


teraktivasi tersebut. Monosit yang menempel pada VCAM-1 kemudian masuk ke
tunica intima dan

berubah menjadi makrofag. Dengan adanya kemoatraktan

yang ada di tunica intima, makrofag mencerna LDL melalui reseptor scavenger
(Falk, 2005). Tidak hanya itu, makrofag juga mengeluarkan antigen yang
menyebabkan terjadinya inflamasi lanjutan dan kerusakan jaringan. Makrofag
yang mencerna LDL dan mengeluarkan zat oksidan berupa nitric oxide (yang
juga dihasilkan oleh sel endotel) yang mengakibatkan sel makrofag menjadi
nampak seperti busa (foam cell). Sel busa makrofag ini kemudian berkumpul
menjadi satu dan membentuk plak (fatty streak). Jika makrofag yang memakan
lipoprotein aterogenik mati karena apoptosis dan nekrosis, maka akan timbul inti

kaya lemak (lipid-rich core) di dalam plak itu. Fase ini merupakan plaque
development phase (Falk, 2005)
Fatty streak tersebut lambat laun akan menjadi besar. Hal itu membuat
sel otot polos di intima memediasi respon fibroproliferatif, yaitu memberikan
perbaikan pada tempat dimana terjadi lesi arteri. Karena fatty streak terus
menerus menumpuk, maka respon perbaikan itu akan terus terjadi sehingga
collagen-rich matrix menjadi besar dan mendominasi di lumen. Dominasi itu
menyebabkan penyempitan pembuluh darah, aliran darah berkurang, dan dapat
memulai terjadinya ischemi. Namun, collagen-rich matrix tersebut mencegah
terjadinya ruptur pada plak dan terjadinya trombosis (Falk, 2005).
2.2 Vascular Cell Adhesion Molecule 1
Vascular Cell Adhesion Molecule 1 atau yang disebut VCAM-1
merupakan glikoprotein transmembran tipe 1 dan merupakan bagian dari
kelompok immunoglobulin gene superfamily.
2.2.1 Aktifasi VCAM-1
Aktivasi gene VCAM-1 pada sel endotel terjadi melalui mekanisme redoxsensitive yang melibatkan aktivasi faktor transkripsi NF-B (Nuclear Factor B).
NF-B akan aktif ketika sel endotel mengalami kerusakan dan tidak dapat
menghasilkan NO. NF-B juga mengaktifasi sel molekul adesi seperti ICAM-1
dan E-selectin; sitokin inflamasi seperti TNF-; serta mediator imun lainnya.
(Spiecker, 2001)
2.2.2 Mekanisme Kerja VCAM-1
Vascular cell adhesion molecule 1 (VCAM-1) bertindak sebagai molekul
adhesi yang berperan dalam proses inflamasi. Strukturnya sendiri mirip dengan

intercellular adhesion molecule 1 (ICAM-1).

VCAM-1 merupakan ligand dari

VLA-4 (very late activation 4) subunit 41 integrin.

41

integrin sendiri

diekspresikan pada limfosit, monosit, dan eosinofil. Interaksi antara VCAM-1 dan
41 integrin dapat memperpelan monosit yang menggelinding di lumen, dengan
kata lain, VCAM-1 menyebabkan adhesi dan akumulasi monosit di dinding
pembuluh darah di tempat dimana lesi terjadi.

Pada saat terjadi proses

pembentukan aterosklerosis, kadar VCAM-1 pada sel endotel pembuluh darah


yang mengalami aktifasi mengalami peningkatan (up regulated) sehingga
monosit dapat menempel di endotel dan melakukan infiltrasi ke dalam intima
pembuluh darah arteri (Ley, 2001).
2.3 Zat Oksidan dan Zat Antioksidan
2.3.1 Reactive Oxygen Species (ROS)
Oksidan memegang peranan penting dalam kerusakan jaringan selama
proses terbentuknya aterosklerosis. Agen oksidan sendiri merupakan penerima
elektron, sebaliknya, agen antioksidan merupakan donor elektron. Agen
penerima elektron yang paling baik adalah molekul oksigen yang memiliki afinitas
tinggi terhadap elektron. Agen oksidan biasa disebut sebagai radikal yang dapat
meningkat sebagai hasil dari metabolisme normal atau proses patologi pada sel.
Anion superoksida (O2.-) adalah radikal bebas utama yang terbentuk dari
lepasnya satu elektron pada molekul O2. (Spiecker, 2001)

O2

O2.-

Oksidas
es

Molecular
Oxygen

Nitric
oxide

Superoxide

Peroxynitrit
e
.

OH

Superoxid
e
Dismutase

Hydroxyl
Radical
Fenton
Reactio
n

H2O2

Catalase

Hydrogen
Peroxide
Gambar 2.1

ONOO-

H2O2 +
O2

Jalur Pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) (Kunsch and Chen, 2006)

Radikal

bebas

oksigen

dan

produk-produknya

yang

mampu

menyebabkan kerusakan oksidatif disebut sebagai reactive oxygen species


(ROS).

ROS sendiri dapat berasal dari mitokondria, membran yang terikat

dengan

oksidasi

NAD(P)H

(nicotinamide

dinucleotide

phosphate),

siklooksigenase, lipoksigenase, xanthine oxidase, cytochrome p450 oxidase, dan


NOS (nitric oxide synthase) (Spiecker, 2001).
Mitokondria merupakan penghasil energi untuk sel. Energi yang didapat
merupakan hasil dari transport elektron dan digunakan untuk memompa proton
keluar dari inner membrane mitokondria. Pada akhirnya, oksigen berperan
sebagai akseptor elektron terakhir. Namun, kebocoran elektron dapat terjadi
pada kompleks I dan III yang mengakibatkan elektron berikatan dengan oksigen
dan menghasilkan O2.-. Produksi O2.- tergantung dari kondisi metabolik
mitokondrial dan meningkat ketika terjadi kelebihan elektron yang bisa terjadi
akibat adanya inhibisi fosforilasi oksidatif dan kelebihan konsumsi kalori. Namun
superoxide dapat dieluarkan ke dalam matrix oleh kompleks I dan III dan dapat
keluar menuju intermembrane space oleh kompleks III. Superoxide yang

dikeluarkan dapat menjadi H2O2 berkat bantuan enzim dari mitokondria (MnSOD
dan CuZnSOD). Namun, inner membrane mengandung kompleks besi yang
dapat mendorong terjadinya fenton reaction pada H2O2 sehingga muncul
hydroxyl radical yang sangat reaktif dan menjadi oksidan yang poten.

Gambar 2.2

Produksi superoksida pada mitokondria (Szeto, 2006)

Xanthine oxidase merupakan enzim yang terlibat dalam katabolisme purin


yang mengoksidasi hypoxanthine menjadi xanthine, kemudian mengoksidasi
xanthine menjadi asam urat. Ketika xanthine oxidase mengoksidasi xanthine dan
hypoxanthine, maka terbentuk O2 dan H2O2 (Gutteridge, 1994).
Cyclooxygenase adalah enzim yang mengubah arachidonic acid menjadi
PGG dan PGH (prekursor dari prostaglandin), atau yang bisa disebut dengan
endoperoxides. Cyclooxygenase bekerja bersama dengan lipooxygenase pada
arachidonic acid pathway. Lipoksigenase yang juga merupakan faktor oksidan
merupakan sebuah enzim yang terlibat dalam sintesis eikosanoid dan
membentuk Hydroperoxides (Katzung, 2002). Cyclooxygenase sendiri akan
mengoksidasi asam lemak, selain itu, cyclooxygenase akan menyebabkan
munculnya prostaglandin dan prostacyclin yang akan meningkat disertai dengan

10

inflamasi (Link, 1993). Sedangkan pada lipoksigenase, hydroperoxides (HO 2)


dapat kehilangan satu atom hidrogennya ketika bereaksi dengan asam lemak
sehingga dapat menjadi oksidan (Scheineder, 2007).
ONOO-

Lipid
Lipid
Oxidation
Oxidation

NO.
+
LDL Chol.
Hypertension
Diabetes
Smoking

e-

Lipoxygenase
e-

O2-

e-

H2O2

NADPH Oxidases Superoxide


Xanthine Oxidase Dismutases
Mitochodria
Cyclooxygenase
Gambar 2.3

Inflammatory
genes

H2O
+ O2

Catalase
Gluathione

peroxidase
Thioredoxi
n

Mekanisme Kerja Reactive Oxygen Species (Landmesser and Drexler, 2006)

Namun oksidasi NAD(P)H menghasilkan 90% produksi O2- pada


pembuluh darah dengan reaksi: NADPH + 2O 2 2O2.- + NADP+ + H+, sehingga
superoksida (O2) merupakan radikal bebas yang paling sering dijumpai.
Superoksida kemudian mengalami dismutasi menjadi hidroge peroksida (H202)
dan bisa dipecah mejadi hydroxyl (OH.) yang bersifat toksik dan amat reaktif.
Selain hidrogen peroksida, ada senyawa asam hipoklorus, besi, dan tembaga.
Pada saat produksi ROS meningkat dan melebihi kapasitas enzim antioksidan,
maka terjadi apa yang disebut sebagai oxidative stress. (Spiecker, 2001)
Ketika molekul seperti lemak, DNA, dan protein berinteraksi dengan
radikal bebas, struktur dan fungsi molekul tersebut akan berubah dan mengalami
gangguan. Hal ini terjadi pada makrofag dan neutrofil. Makrofag dan neutrofil
memiliki peran penting dalam sistem pertahanan tubuh, namun juga menjadi

11

sumber kerusakan jaringan dengan mengeluarkan tissue damaging oxidant


selama mereka mengalami proses aktivasi. Ketika makrofag memakan LDL,
makrofag mengeluarkan senyawa oksidan. Akibatnya, LDL mengalami oksidasi
dan menjadi oxLDL. (Chen, 1999; Spiecker, 2001)
2.3.2 Zat Antioksidan
Senyawa antioksidan bekerja dengan berikatan pada LDL. Antioksidan
yang dapat berikatan dengan LDL adalah antioksidan yang dapat berikatan
dengan lemak atau bisa disebut dengan antioksidan larut lemak (Packer, 1992;
Singh,1992). Hal ini membuat LDL yang telah dimakan oleh makrofag tidak dapat
dioksidasi oleh adanya antioksidan yang larut lemak (Petterson, 1996). Menurut
American Hearth Association, zat antioksidan utama yang dapat melindungi
sistem kardiovaskular manusia adalah beta karoten, vitamin C, dan vitamin E.
Selain itu, vitamin C dan vitamin E dapat disebut sebagai radical scavenger
antioxidant (Niki, 2004).

Gambar 2.4

Oksidasi LDL yang Menimbulkan Aterosklerosis dan Penghambatannya oleh


Antioksidan (Niki, 2004)

12

Vitamin E merupakan antioksidan lipofilik utama. Vitamin E yang


berbentuk Tocotrienol, terutama dalam bentuk dapat berfungsi sebagai agen
hipokolesterolemik. Tocotrienol dapat menghambat biosintesis kolesterol melalui
inhibisi aktifitas reduktase HMG CoA (Packer, 1992). Vitamin ini normalnya
berada di dalam LDL dengan konsentrasi 4-8 molekul per LDL. Vitamin E yang
berlebihan (> 20 vit E / LDL) tidak dapat menyebabkan efek antiaterogenik.
Dalam proses penghambatan proses oksidasi, vitamin E membutuhkan peran
vitamin C. Vitamin C sebenarnya adalah vitamin yang larut air, bukan larut
lemak, namun amat dibutuhkan untuk meregenerasi vitamin E yang teroksidasi
(bersama dengan LDL) menjadi bentuk reduksi aktif (Johnson, 2003).
Selain vitamin E, Singh pada tahun 1992 menyatakan bahwa -karoten
juga dapat berperan sebagai senyawa antioksidan bagi tubuh. -karoten yang
sering disebut juga sebagai pro-vitamin A juga merupakan vitamin larut lemak.
hal ini menyebabkan vitamin A dapat masuk ke LDL dan mencegah oksidasi
pada LDL.
2.4 Moringa oleifera
Moringa oleifera adalah tumbuhan tropis yang dikenal dengan nama
horseradish, drumstick tree, atau yang lebih dikenal dengan nama kelor di
Indonesia. Tumbuhan ini sudah lama dikenal sebagai tanaman yang memiliki
berbagai efek terapi pada berbagai penyakit. Bahkan di India daun kelor telah
dikenal dapat menyembuhkan 300 penyakit. Selain itu tanaman ini juga dapat
digunakan sebagai sumber pangan (Trees for Life, 2005).

13

2.4.1 Klasifikasi dan Morfologi


Tanaman ini merupakan famili Moringaceae, genus Moringa Adans.
(USDA, 2009). Tumbuhan yang berasal dari daratan Asia Selatan ini bergenus
Moringa oleifera Lam.. Kini tumbuhan ini dapat ditemukan di berbagai tempat di
daerah beriklim tropis.
Tabel 2.1 Klasifikasi Moringa oleifera (USDA, 2009)

Kingdom
Subkingdom
Superdivision
Division
Class
Subclass
Order
Family
Genus
Species

Plantae Plants
Tracheobionta Vascular plants
Spermatophyta Seed plants
Magnoliophyta Flowering plants
Magnoliopsida Dicotyledons
Dilleniidae
Capparales
Moringaceae Horse-radish tree family
Moringa Adans. moringa
Moringa oleifera Lam. horseradishtree

Moringa oleifera adalah pohon yang berukuran kecil sampai sedang.


Pohon ini adalah pohon yang berkayu halus, bergetah, dan kulit kayunya
berwarna gelap. Daunnya memiliki lebar inchi. Bunga berwarna putih dan
bergerombol. Buahnya memiliki panjang 6 sampai 8 inchi dan biji polongnya
berbentuk segitiga (Hsu, 2006).

Gambar 2.5

Tepung Daun Moringa oleifera (tradercity.com, 2008)

14

Tumbuhan kelor tahan terhadap kekeringan dan penyakit. M.oleifera


dapat dengan mudah beradaptasi dengan berbagai macam ekosistem dan
sistem pertanian. Walaupun tanaman ini dapat dengan mudah tumbuh di tanah
yang kering dan berpasir serta tidak membutuhkan perlakuan khusus, namun
tidak bisa bertahan di suhu yang membeku. Pohonnya dapat tumbuh 6-7m per
tahun di area dengan curah hujan 400mm pada setiap musim hujan (Hsu, 2006).
2.4.2 Kegunaan
Horseradish atau kelor adalah tanaman yang serba guna. Tanaman ini
telah ditanam di seluruh daerah tropis. Kelor memiliki nutrisi yang tinggi, baik
bagi manusia maupun bagi hewan ternak. Minyak yang didapatkan dari bijinya
pun dapat dimakan dan juga bisa digunakan sebagai obat. Kulit batang, kulit
akar, buah, bunga, daun, biji, dan getahnya digunakan secara luas sebagai
bahan pengobatan tradisional masyarakat India. Di Indonesia, terutama di NTT,
kelor sudah banyak digunakan untuk bahan pangan, terutama diolah sebagai
sayur.
Semua bagian dari M.oleifera dapat digunakan seluruhnya sebagai bahan
makanan yang mengandung berbagai nutrisi dan sebagai obat. Di negaranegara miskin, tanaman ini telah digunakan untuk mencegah gizi buruk.
Khasiatnya sebagai obat telah dikenal sejak dahulu di berbagai negara sebagai
obat untuk menyembuhkan anemia, asma, cacingan, sakit kepala, diabetes,
diare, tekanan darah yang abnormal, dan sebagainya. Penelitian ilmiah yang
telah dilakukan, secara perlahan telah membuktikan kegunaan dalam bidang
medis (Trees For Life, 2005)
2.4.3 Kandungan nutrisi

15

Moringa telah digunakan untuk memberantas malnutrisi terutama pada


ibu dan bayi. Dedaunannya dapat dimakan dalam keadaan segar, dimasak, atau
diolah dalam bentuk bubuk (Fahey, 2005). Bahkan telah dibuktikan bahwa daun
kelor yang dikeringkan dan diolah menjadi bubuk mengalami peningkatan kadar
nutrisi, kecuali pada vitamin C yang mengalami penurunan (Trees For Life,
2005).
Analisa nutrisi yang telah dilakukan oleh banyak pihak telah menunjukkan
bahwa tanaman kelor kaya akan nutrisi esensial yang penting untuk pecegahan
penyakit. Moringa juga mengandung asam amino yang jarang dimiliki oleh
tanaman lain seperti arginine, histidine, isoleucine, leucine, lysine, methionine,
phenylalimine, threonine, thryptophan, dan valine (Trees For Life, 2005).

Tabel 2.2

Kandungan Vitamin Daun Moringa oleifera (Trees For Life, 2005)

KANDUNGAN VITAMIN
Daun segar
Daun yang diolah menjadi bubuk
Vitamin A 4 kali lebih banyak dari Vitamin A 10 kali lebih banyak dari
wortel
Vitamin C 7 kali lebih banyak dari jeruk
Kalsium 4 kali lebih banyak dari susu
Potasium 3 kali lebih banyak daripada

wortel
Vitamin C kali lebih banyak dari jeruk
Kalsium 17 kali lebih banyak dari susu
Potasium 15 kali lebih banyak daripada

pisang
Besi kali dari bayam
Protein 2 kali lebih banyak dari yogurt

pisang
Besi 25 kali dari bayam
Protein 9 kali lebih banyak dari yogurt

16

Dalam tabel di atas, terlihat bahwa daun kelor sendiri secara umum
memiliki nutrsi yang sangat besar, baik tanpa diolah, walaupun dengan
pengolahan. Dr. Kamala Krishnaswanny mengatakan bahwa Moringa merupakan
sumber vitamin A yang paling kaya. Pada tahun 1997-1998, Action of African
Development (AGADA) dan Church World Service telah melakukan percobaan
dengan memberikan bubuk daun Moringa untuk mencegah malnutrisi pada anak
dan ibu hamil di Senegal. Hasilnya sangat memuaskan. Berat badan anak-anak
meningkat dan terjadi perbaikan kesehatan secara keseluruhan, wanita hamil
sembuh dari anemia dan bayi mereka lahir dengan berat badan yang tinggi.
Selain itu terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang menyusui (Tree For
Life, 2005). Pada kelor varian NTT, kita dapat menemukan bahwa zat yang
terkandung tidak berbeda jauh dengan kelor pada umumnya.
Tabel 2.3

Parameter
Protein
Karbohidrat
Lemak
Besi
Phospor
Zinc
Kalium
Cuprum (Cu)
Serat
Kalsium (Ca)
Vitamin A
Vitamin C
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin B3

Kandungan Zat Gizi Kelor Varian NTT per 100gr tepung (Therik, 2008)

Satuan
%
%
%
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
Gram/100 gr
Gram/100 gr
Gram/100 gr
Gram/100 gr
Gram/100 gr

Kelor Merah
23,68
25,89
1,04
13,86
1,29
16,473
88.884,27
12,428
32,73
10.468,19

Kelor Hijau
27,02
27,33
1,97
10,74
1,34
23,643
93.274,34
14,086
36,08
10.619,47
19,65
9,07
8,03
8,53
8,67

Pada tahun 2005, Fahey dalam jurnalnya menyatakan bahwa tanaman


Moringa oleifera Lam. mengandung zat fitokimia. Sebenarnya semua tumbuhan

17

memiliki zat ini, karena fitokimia sendiri merupakan zat kimia yang dihasilkan
oleh tumbuhan. Pada umumnya, zat fitokimia pada moringa mengandung gula
sederhana,

rhamnose,

glukosinolat

dan

isothiocyanate.

Moringa

juga

mengandung jenis fitokimia lain, yaitu karoten (termasuk -karoten atau provitamin A), tocopherol (vitamin E), fenolat serta flavonoid yang berperan sebagai
agen antioksidan (FloraPur, 2009; Sreelatha, 2009)
Flavonoid adalah salah satu kelompok polifenolat yang terkandung dalam
tumbuhan. Senyawa ini dapat ditemukan pada sayur dan buah-buahan.
Konsentrasinya lebih besar pada daun dan kulit daripada di dalam jaringan
dalam pada tumbuhan. Flavonoid telah diketahui memiliki zat antioksidan. Zat di
dalam flavonoid dapat menghambat senyawa oksidan dan dapat bertindak
sebagai metal chelators dan radical scavenger antioxidant (Niki, 2003). Selain
itu, sebenarnya flavonoid berfungsi untuk menstabilkan asam askorbat, terutama
ketika terdapat ion logam yang dapat menghancurkan asam askorbat secara
cepat (Sreelatha, 2009)
2.5 Hubungan Antara Aterosklerosis, VCAM-1, dan Moringa oleifera
Terjadinya

aterosklerosis

diawali

oleh

monosit

dan

LDL

yang

menginfiltrasi dinding arteri yang diikuti oleh terjadinya pembentukan sel busa.
Peningkatan LDL dalam plasma menyebabkan sel endotel pada dinding arteri
terpapar oleh LDL itu sendiri. Jika kadar LDL berlebihan, maka LDL akan
menginfiltrasi ke dalam lapisan subendotelial. LDL akhirnya terkumpul di dalam
ruang subendotelial dan terjadi retensi. Retensi itu menyebabkan endotel
teraktifasi yang disebabkan oleh gagalnya proses perlindungan (ateroprotektif)
dan proses vasodilasi yang dilakukan oleh nitric oxide (NO). Aktifasi endotel
menyebabkan ekspresi molekul adhesi seperti VCAM-1 muncul dan meningkat

18

(up-regulated) (Chen,1999). VCAM-1 memediasi infiltrasi monosit ke dalam


lapisan intima arteri. Monosit kemudian berdiferensiasi menjadi makrofag dan
memakan LDL yang tertahan di dalam dinding arteri dan mengoksidasi LDL
tersebut. Di dalam makrofag, LDL dioksidasi menjadi bentuk oxLDL. Makrofag
dengan oxLDL di dalamnya ini membentuk sel busa yang menjadi cikal bakal
terjadinya plak atau trombus pada aterosklerosis.
Salah satu cara untuk mencegah timbulnya aterosklerosis adalah dengan
zat antioksidan. Untuk aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular pada
umumnya, yang dibutuhkan adalah zat antioksidan yang larut lemak, seperti
vitamin A dan E (Petterson,1996), selain itu juga dibutuhkan vitamin C yang
digunakan untuk regenerasi vitamin E. Pada tanaman Moringa oleifera Lam, kita
dapat ditemukan kandungan antioksidan berupa -karoten, vitamin C, dan
vitamin E (Sreelatha,2009). Antioksidan akan berikatan dengan LDL sehingga
makrofag tidak dapat mengoksidasi LDL dan membentuk sel busa. Selain itu,
dapat membatasi perluasan rusaknya sel endotel sehingga aktifasi sel endotel
akan berkurang dan kadar VCAM-1 dalam jaringan akan turun.

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1

Kerangka Konsep
Diet Aterogenik

Kelor

LDL

Antioksidan
(-karoten, Vitamin C, Vitamin E,
Senyawa Polifenolat)

Trauma Mikro Endotel

Inflamasi

ROS

Zat Pro-inflamasi
(Kadar VCAM-1 )

oxLDL
Aktivasi Faktor
Transkripsi
(NF-B )

Stres Oksidatif

Ekspresi Gen
Proinflamasi

Kerusakan Endotel

Aterosklerosis
Keterangan:
Efek meningkatkan

Efek menghambat

19

20

3.2

Penjelasan Kerangka Konsep


Diet aterogenik akan meningkatkan kadar LDL dalam tubuh. Peningkatan

LDL ini merupakan faktor penyebab rusaknya sel endotel. LDL akan
menginfiltrasi dinding arteri dan menyebabkan inflamasi. Selanjutnya, sel endotel
akan mengeluarkan nitric oxide (NO) yang berperan sebagai ateroprotektif,
sekaligus dapat menjadi zat oksidan yang poten, serta mengalami aktifasi
sehingga sel endotel mengeluarkan zat proinflamasi termasuk molekul adesi
VCAM-1. Bersamaan dengan itu, zat oksidan menstimulasi aktivasi faktor
transkripsi, salah satunya adalah NF-B, yang pada tahap berikutnya juga akan
mengekspresikan gen proinflamasi. Gen-gen pro-inflamasi ini akan memproduksi
zat-zat proinflamasi, termasuk VCAM-1, sehingga kadarnya semakin meningkat.
Peningkatan kadar VCAM-1 menyebabkan makin banyak monosit (makrofag)
yang menginfiltrasi dinding arteri. Makrofag akan menghasilkan reactive oxygen
species (zat oksidan) yang akan kembali merangsang NF-B untuk aktif dan
mendorong aktifasi gen proinflamasi.
Makrofag yang menginfiltrasi dinding arteri juga akan memakan LDL yang
menumpuk, dan LDL yang difagosit oleh makrofag akan mengalami oksidasi dan
membentuk oxLDL. Makrofag yang berisi oxLDL akan membentuk foam cell
yang bila menumpuk akan membentuk plaque dan akan berkembang menjadi
aterosklerosis (Hansson, 2005)
Dengan pemberian tepung daun kelor (Moringa oleifera) varietas NTT,
yang mengandung antioksidan pro-vitamin A, vitamin C, vitamin E, dan senyawa
polifenolat dalam jumlah cukup tinggi, diharapkan ROS dapat diikat, yang akan

21

ditandai dengan menurunnya kadar VCAM-1, yang akhirnya dapat menekan


inflamasi, juga menghambat stress oksidatif dan memperbaiki aterosklerosis.

3.3

Hipotesis Penelitian
Pemberian tepung daun kelor (Moringa oleifera) varietas NTT dapat

menurunkan kadar Vascular Cell Adhesion Molecule 1 (VCAM-1) pada jaringan


tikus (Rattus norvegius) strain Wistar dengan diet aterogenik.

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian


Penelitian

ini

merupakan

penelitian

eksperimental.

Rancangan

eksperimental yang digunakan adalah rancangan eksperimen sederhana (post


test control group design) dimana subyek dibagi menjadi 7 kelompok (I sampai
dengan VII) secara random. Tiap kelompok terdiri dari 5 tikus. Kelompok I adalah
tikus diberi diet normal saja (kontrol negatif), kelompok II tikus diberi diet
aterogenik saja, sedangkan kelompok III sampai dengan VII (5 kelompok) diberi
diet aterogenik selama 90 hari, kemudian diberi asupan tepung daun kelor
varietas NTT dengan dosis berbeda (0, 5, 10, 20, dan 40 mg/ml) (Chumark et al.,
2007) secara per oral dengan sonde setiap hari sekali selama 30 hari. Selama
pemberian tepung daun kelor varietas NTT, diet kelima kelompok (III sampai
dengan VII) diganti diet normal. Kemudian diobservasi dan dibandingkan efek
tepung daun kelor varietas NTT terhadap kadar VCAM-1 dalam jaringan aorta
tikus (Nahrendorf et.al, 2006).
4.2 Binatang Coba
4.2.1 Binatang Coba, Objek dan Teknik Randomisasi
Binatang coba dalam penelitian ini adalah tikus jenis Rattus norvegius
galur wistar yang dipelihara di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang. Pemeliharaan dilakukan dalam kandang bebas
patogen penyakit.
Objek penelitian yang dipakai adalah tikus wistar jenis kelamin jantan,
dewasa dengan umur 2 bulan. Teknik randomisasi untuk pengelompokan

22

23

perlakuan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau


Randomized Completely Design (RCD) mengingat baik hewan coba, bahan
pakan, dan bahan penelitian lainnya dapat dikatakan homogen. Pada rancangan
ini dimungkinkan setiap hewan coba berpeluang sama untuk mendapat
kesempatan sebagai sampel baik dalam kelompok perlakuan maupun dalam
kelompok kontrol.
4.2.2 Estimasi Jumlah Pengulangan
Dalam penelitian ini terdapat 7 perlakuan, maka jumlah binatang coba
untuk masing-masing perlakuan dapat dicari dengan rumus [(np-1) (p-1)] 16
dengan n = jumlah pengulangan tiap perlakuan; p = jumlah perlakuan. Dari
sejumlah sampel ini akan diuji dengan level signifikasi 95%.
[(np-1) (p-1)] 16
[(7n-1) (7-1)] 16
(7n-1) 6 16
(7n-1) 22
7n 23
n 3,29 (4)
Dari rumus tesebut, jika banyak perlakuan adalah 7 maka jumlah
pengulangan yang dibutuhkan untuk tiap-tiap kelompok perlakuan adalah 4.
Sedangkan 1 ekor sisanya untuk cadangan. Jadi untuk 7 kelompok dibutuhkan
sebanyak 35 tikus (Solimun, 2001).
4.2.3 Kriteria Inklusi
1. Strain wistar
2. Umur 2 bulan

24

3. Berat badan 200 gr


4. Jenis kelamin jantan
5. Dalam keadaan sehat selama penelitian
4.2.4 Kriteria Eksklusi
Tikus yang selama penelitian tidak mau makan, tikus yang kondisinya
menurun, sakit dalam masa persiapan atau adaptasi.
4.3 Variabel Penelitian
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian per oral tepung daun
kelor varietas NTT dengan dosis 0, 5, 10, 20, 40 mg/ml . Pemberian per oral
tepung daun kelor varietas NTT dengan sonde dilakukan selama 30 hari
(Chumark et al., 2007).
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah kadar VCAM-1 dalam
jaringan aorta tikus.
Variabel kendali adalah variabel yang dapat dikendalikan oleh peneliti
agar objek penelitian selalu terkendali dan dalam keadaan homogen. Variabel
kendali dalam penelitian ini meliputi sebagai berikut.
1. Jenis tikus
2. Umur tikus
3. Jenis kelamin tikus
4. Berat badan awal
5. Pemberian diet aterogenik
6. Kondisi lingkungan kandang
7. Pemberian per oral tepung daun kelor dengan sonde

25

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian


Eksperimen

ini

dilaksanakan

di

Laboratorium

Fisiologi

Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya pada bulan Januari sampai dengan Juni 2010.
4.5 Alat dan Bahan Penelitian
4.5.1 Alat
1. Alat Pemeliharaan Binatang Coba
Kandang dari kotak plastik, tutup kandang dari anyaman kawat, botol
air, rak tempat menaruh kandang
2. Alat Pembuat Makanan Binatang Coba
Baskom plastik, timbangan, sarung tangan, gelas ukur
3. Alat Pengambilan Sampel
Seperangkat alat bedah, kapas, alat pemotong jaringan
4. Alat Pemeriksaan VCAM-1 pada jaringan aorta.
Preparat imunohistokimia dan mikroskop.
4.5.2 Bahan Penelitian
1. Bahan Makanan Tikus
Pakan tikus dewasa per ekor per hari adalah 30 gram. Dalam
penelitian ini terdapat dua macam pakan tikus yaitu diet aterogenik
untuk tikus kelompok perlakuan tepung daun kelor varietas NTT dosis
0, 5, 10, 20, 40 mg/ml serta kelompok tikus dengan diet aterogenik
dan diet normal untuk kelompok kontrol negatif. Adapun komposisi
pakan normal dan diet aterogenik akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Pakan normal yang terdiri dari comfeed PARS

53% (dengan

kandungan air 12 %, protein 11 %, lemak 4 %, serat 7 %, abu 8

26

%, Ca 1,1 %, fosfor 0,9 %, antibiotika, coccidiostat 53 %) dan


tepung terigu 23,5 %, dan air 23,5 %.
b. Diet aterogenik yang terdiri dari PARS 50 %, tepung terigu 25 %,
kolesterol 2,2 %, minyak babi 5 %, dan air 17,8 %.
2. Tepung daun kelor varietas NTT
Tepung daun kelor varietas NTT yang digunakan yaitu tepung daun
kelor yang diproduksi oleh PT. Timor Mulia Sentosa.
3. Bahan Pemeriksaan Imunohistokimia
Jaringan tikus, VCAM-1, alat untuk melakukan imunohistokimia
4.6 Definisi Operasional
1. Pemberian per oral tepung daun kelor varietas NTT
Perlakuan (Intervensi) adalah pemberian suplementasi tepung kelor 0,
5, 10, 20, 40 mg/ml/hari (Chumark et al., 2007) dengan cara
dimasukkan per oral dengan sonde.
2. Tikus Wistar
Tikus yang digunakan adalah dari galur wistar dengan jenis kelamin
jantan, berumur 2 bulan, dan berat badan 200 gr, yang diperoleh
dari Laboratorium Fisiologi Universitas Brawijaya Malang.
3. Diet aterogenik
Diet aterogenik adalah pakan tinggi kolesterol yang dimodifikasi
dengan formulasi

khusus

untuk

menimbulkan

keadaan

aterosklerosis pada hewan coba tikus yang terdiri dari Comfeed


PARS 50 %, tepung terigu 25 %, kolesterol 2,2 %, minyak babi 5 %,
dan air 17,8 %. Pemberian pakan ini dilakukan selama 90 hari
(Tsalissavrina, 2005).

27

4. Kadar VCAM-1 dalam jaringan aorta


Kadar VCAM-1 dalam jaringan adalah kadar VCAM-1 yang diukur
dengan metode Imunohistokimia pada setiap kelompok tikus.
4.7 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh pengetahuan mengenai efek
tepung daun kelor (Moringa oleifera) varietas Nusa Tenggara Timur (NTT)
terhadap kadar Vascular Cell Adhesion Molecule 1 (VCAM-1) jaringan aorta tikus
(Rattus norvegius) wistar dengan diet aterogenik. Alur penelitian dapat dijelaskan
melalui bagan berikut.

35 ekor tikus

Adaptasi (7 hari)

Diet Aterogenik (90 hari)

Diet normal

I
Kontrol
negatif
(120
hari)

II
Kontrol
positif
(dibunuh
pada hari
ke 90)

III
Diet
normal
+
0 mg/ml
Kelor
(30 hari)

IV
Diet
normal
+
5 mg/ml
Kelor
(30 hari)

V
Diet
normal
+
10 mg/ml

Kelor
(30 hari)

VI
Diet
normal
+
20mg/ml
Kelor
(30 hari)

Pemeriksaan Kadar VCAM-1 Jaringan

Analisa data

VII
Diet
normal
+
40mg/ml
Kelor
(30 hari)

28

4.7.1 Adaptasi
Selama proses adaptasi, semua kelompok tikus diberi pakan standart
(normal) yang terdiri dari comfeed PARS, tepung terigu, dan air. Masing-masing
tikus mendapatkan 30 gram dari campuran bahan tersebut dan diberikan secara
ad libitum, yang berarti tikus diberi makan dan diberi kebebasan untuk
mengonsumsi makanannya sesuai dengan kebutuhan biologisnya.
4.7.2 Diet Aterogenik
Diet aterogenik yang terdiri dari PARS 50 %, tepung terigu 25 %,
kolesterol 2,2 %, minyak babi 5 %, dan air 17,8 %. Pemberian pakan ini
berlangsung selama 90 hari. Tiap minggu tikus ditimbang berat badannya. Berat
pakan sisa tikus ditimbang setiap hari. Data berat pakan sisa ini dipergunakan
untuk mengetahui kalori tikus per hari. Setelah 90 hari, 1 kelompok perlakuan
tikus kontrol positif dibunuh untuk melihat adanya plak aterosklerosis.
4.7.3 Perlakuan
4.7.3.1 Pemeliharaan
Dalam masa ini keenam kelompok tikus mendapat perlakuan yang
berbeda. Untuk kelompok III, setiap tikus mendapatkan pemberian tepung daun
kelor varietas NTT per oral dengan dosis 0 mg/ml + diet normal. Kelompok IV
diberi tepung daun kelor varietas NTT per oral dengan dosis 5 mg/ml dengan
sonde + diet normal. Kelompok V diberi tepung daun kelor varietas NTT per oral
dengan dosis 10 mg/ml + diet normal. Kelompok VI diberi tepung daun kelor
varietas NTT per oral dengan dosis 20 mg/ml + diet normal. Kelompok VII diberi
tepung daun kelor varietas NTT per oral dengan dosis 40 mg/ml + diet normal.
Kelompok diet aterogenik diberikan diet aterogenik saja tanpa diberi tepung daun

29

kelor varietas NTT per oral. Kelompok kontrol mendapat pakan normal (standar).
Sehari setelah pemberian per oral pertama, dilakukan pengulangan dengan
dosis yang sama untuk masing-masing kelompok. Kemudian dilakukan
pengulangan 29 kali lagi dengan selang waktu satu hari tiap pengulangan.
4.7.3.2 Pembedahan
Pemeriksaan kadar VCAM-1 jaringan tikus wistar pada eksperimen ini
memerlukan tindakan pembedahan. Setelah pemberian per oral ketigapuluh,
tikus dimatikan dengan cara pembiusan eter. Thorax dibuka kemudian sampel
jaringan diambil. Kemudian dari jaringan diperiksa kadar VCAM-1 pada jaringan
aorta tikus.
Cara Pemeriksaan dengan IMUNOHISTOKIMIA
1. Deparafinisasi dan rehidrasi

Xylol 1 selama 5 menit

Xylol 2 selama 5 menit

Xylol 3 selama 5 menit

Alkohol 100% selama 5 menit

Alkohol 95% selama 5 menit

Alkohol 90% selama 5 menit

Alkohol 80% selama 5 menit

Alkohol 70% selama 5 menit

2. Mencuci dengan PBS pH 7,4 (3 X 5 menit)


3. Menambah H2O2 3% inkibasi selama 20 menit
4. Mencuci dengan PBS pH 7,4 (3 X 5 menit)
5. Melakukan blocking dengan BSA 1 % selama 30 menit

30

6. Mencuci dengan PBS pH 7,4 (3 X 5 menit)


7. Menginkubasi dengan AB primer IgG mouse anti human VCAM-1 dalam PBS
1 jam temperatur 37oC
8. Mencuci dengan PBS pH 7,4 (2 X 5 menit)
9. Menambah AB sekunder anti IgG mouse anti human VCAM-1 biotin dalam
PBS 1 jam, suhu ruang
10. Mencuci dengan PBS pH 7,4 (3 X 5 menit)
11. Ditambah dengan SA HRP dalam PBS 1 jam, suhu ruang
12. Mencuci dengan PBS pH 7,4 (3X 5 menit)
13. Menambah DAB substrat, inkubasi selama 1 jam
14. Mencuci dengan akuades 3 x 5 menit
15. Counter strain dengan mayer hematoxylin
16. Mencuci dengan air kran secukupnya
17. Mounting dengan entelan
18. Menghitung jumlah VCAM-1 di bawah mikroskop dengan pembesaran
obyektif 100x sebanyak 10 lapang pandang.
4.8 Pengolahan dan Analisis Data
Hasil pengukuran kadar VCAM-1 jaringan aorta tikus kontrol dan
perlakuan dianalisis secara statistik dengan menggunakan program SPSS 15
untuk Windows XP dengan tingkat signifikansi 0,05 (p= 0,05) dan taraf
kepercayaan 95% (= 0,05)

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Hasil Penelitian


Pada penelitian ini didapatkan data hasil untuk masing-masing kelompok
perlakuan. Penelitian ini terdiri dari tujuh macam perlakuan, yaitu kelompok I
adalah tikus diberi diet normal saja (kontrol negatif), kelompok II tikus diberi diet
aterogenik saja, sedangkan kelompok III sampai dengan VII (5 kelompok) diberi
diet aterogenik selama 90 hari, kemudian diberi asupan tepung daun kelor
varietas NTT dengan dosis berbeda (0, 5, 10, 20, dan 40 mg/ml) secara per oral
dengan sonde setiap hari sekali selama 30 hari. Selama pemberian tepung daun
kelor varietas NTT, diet kelima kelompok (III sampai dengan VII) yang awalnya
berupa diet aterogenik selama 90 hari, diganti dengan diet normal selama 30
hari. Perincian data hasil penelitian berupa kenaikan berat badan adalah sebagai
berikut.
Tabel 5.1
Kelompok
Perlakuan
n (jumlah)
Rata-rata Berat
Badan Awal (gr)

Karakteristik Tikus Pada Awal Percobaan

II

III

IV

VI

VII

5
137,82
9,36

5
137,58
9,62

5
139,9
16,08

5
131,60
21,45

5
131,20
14,58

5
135,62
5,79

5
129,60
11,53

31

P
0,854

32

Tabel 5.2

Karakteristik Tikus Pada Akhir Percobaan

II

III
IV
V
VI
VII
Perlakuan Terapi Setelah 90 Hari Diet Aterogenik
Diet
Diet
Diet
Diet
Diet
normal
normal
normal
normal
normal
+0
+5
+10
+20
+40
mg/ml
mg/ml
mg/ml
mg/ml
mg/ml
kelor 30 kelor 30 kelor 30 kelor 30 kelor 30
hari
hari
hari
hari
hari
5
5
5
5
5

Kelompok
Perlakuan

Diet
Normal
120 hari

Diet
Aterogenik
90 hari

Jumlah (n)
Rata-rata
Berat
Badan
Akhir (gr)
Rata-rata
Kenaikan
Berat
Badan (gr)
Rata-rata
Jumlah
VCAM-1
(sel/lapang
pandang)

340,29
48,08

363,35
27,19

392,08
40,41

381,48
18,43

350,85
53,71

385,55
36,23

374,98
19,89

0,280

202,47
53,56

225,77
27,17

252,18
46,71

249,88
29,81

219,65
59,76

249,93
40,33

245,38
24,29

0,420

2,20
1,67
(a)

5,78
0,86
(b)

4,98
2,11
(ab)

4,38
1,91
(ab)

3,20
1,77
(ab)

1,93
1,04
(a)

2,98
0,62
(ab)

0,013

Kenaikan berat badan tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan III


dengan rata-rata sebesar 252,1846,17 gram dan terendah pada kelompok
perlakuan I dengan rata-rata sebesar 202,4753,56 gram. Hal ini menunjukkan
bahwa tikus kelompok perlakuan kontrol negatif mengalami peningkatan berat
badan yang lebih kecil daripada kelompok perlakuan yang diberi diet aterogenik,
seperti yang telah ditampilkan pada gambar 5.1.

33

P=0,420
Grafik Hubungan Antara Kelompok Perlakuan dan Rata-rata Kenaikan Berat
Badan Tikus
Keterangan: I (Kontrol Negatif); II (Kontrol Positif); III (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal);
IV (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 5 mg/ml kelor); V (90 hari diet aterogenik+30
hari diet normal dan 10 mg/ml kelor); VI (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 20 mg/ml
kelor); VII (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 40 mg/ml kelor)

Gambar 5.1

Penghitungan jumlah VCAM-1 dilakukan terhadap kelompok II dengan


menggunakan metode pewarnaan Immunohistokima (IHK) dari jaringan aorta
tikus Wistar yang diamati pada hari ke-90 perlakuan dan pada hari ke-120
perlakuan untuk kelompok I, III, IV, V, VI, dan VII. Penghitungan jumlah VCAM-1
pada jaringan aorta tikus Wistar yang dilakukan terhadap masing-masing
kelompok perlakuan ditampilkan pada lampiran 3 dan lampiran 4. Jumlah VCAM1 pada masing-masing jaringan aorta tikus dihitung sebanyak 10 lapang
pandang, lalu diambil rata-ratanya dan dijumlahkan atau dikurangkan dengan
standar deviasi.

34

Gambar 5.2
Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan I (Kontrol Negatif)
Keterangan: Huruf L menunjukkan lumen aorta, sedangkan E menunjukkan lapisan endotel. Pada
gambar tidak ditemukan adanya VCAM-1 di endotel. Diamati dengan mikroskop pembesaran 100X.

E
L

Gambar 5.3
Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan II (Kontrol Positif)
Keterangan: Huruf L menunjukkan lumen aorta, sedangkan E menunjukkan lapisan endotel. Pada
gambar banyak ditemukan VCAM-1 di endotel. Tanda panah menunjukkan VCAM-1. Diamati
dengan mikroskop pembesaran 100X

Gambar 5.4

Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan III (90 hari diet aterogenik+30 hari
diet normal dan 0mg/ml kelor)
Keterangan: Huruf L menunjukkan lumen aorta, sedangkan E menunjukkan lapisan endotel. Pada
gambar dapat ditemukan VCAM-1 di endotel. Tanda panah menunjukkan VCAM-1. Diamati dengan
mikroskop pembesaran 100X

35

Gambar 5.5

Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan IV (90 hari diet aterogenik+30 hari
diet normal dan 5mg/ml kelor)
Keterangan: Huruf L menunjukkan lumen aorta, sedangkan E menunjukkan lapisan endotel. Pada
gambar dapat ditemukan VCAM-1 di endotel dalam jumlah yang sedikit.
Tanda panah menunjukkan VCAM-1. Diamati dengan mikroskop pembesaran 100X

E
L
Gambar 5.6

Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan V (90 hari diet aterogenik+30 hari
diet normal dan 10mg/ml kelor)
Keterangan: Huruf L menunjukkan lumen aorta, sedangkan E menunjukkan lapisan endotel. Pada
gambar dapat ditemukan VCAM-1 di endotel dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan
kelompok perlakuan IV. Tanda panah menunjukkan VCAM-1. Diamati dengan mikroskop
pembesaran 100X

E
L
Gambar 5.7

Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan VI (90 hari diet aterogenik+30 hari
diet normal dan 20mg/ml kelor)
Keterangan: Huruf L menunjukkan lumen aorta, sedangkan E menunjukkan lapisan endotel. Pada
gambar dapat ditemukan VCAM-1 di endotel dalam jumlah yang sangat sedikit atau bahkan tidak
ditemukan sama sekali. Diamati dengan mikroskop pembesaran 100X

36

Gambar 5.8

Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan VII (90 hari diet aterogenik+30 hari
diet normal dan 40mg/ml kelor)
Keterangan: Keterangan: Huruf L menunjukkan lumen aorta, sedangkan E menunjukkan lapisan
endotel. Pada gambar dapat ditemukan VCAM-1 di endotel dalam jumlah yang sedikit.
Tanda panah menunjukkan VCAM-1. Diamati dengan mikroskop pembesaran 100X

Rata-rata jumlah VCAM-1 jaringan kelompok 120 hari diet normal (kontrol
negatif) sebesar 2,201,67 sel/lapang pandang. Rata-rata jumlah VCAM-1
jaringan kelompok yang 90 hari hanya diberi diet aterogenik (kontrol positif)
sebesar 5,780,86 sel/lapang pandang. Rata-rata jumlah VCAM-1 jaringan
kelompok 90 hari diet aterogenik yang dilanjutkan dengan 30 hari diet normal
tanpa pemberian kelor sebesar 4,98 2,11 sel/lapang pandang. Rata-rata jumlah
VCAM-1 jaringan kelompok 90 hari diet aterogenik yang dilanjutkan dengan 30
hari diet normal dan pemberian kelor 5 mg/ml sebesar 4,381,91 sel/lapang
pandang. Rata-rata jumlah VCAM-1 jaringan kelompok 90 hari diet aterogenik
yang dilanjutkan dengan 30 hari diet normal dan pemberian tepung kelor 10
mg/ml sebesar 3,201,77 sel/lapang pandang. Rata-rata jumlah VCAM-1
jaringan kelompok 90 hari diet aterogenik yang dilanjutkan dengan 30 hari diet
normal dan pemberian tepung kelor 20 mg/ml sebesar 1,931,04 sel/lapang
pandang. Rata-rata jumlah VCAM-1 jaringan kelompok 90 hari diet aterogenik
yang dilanjutkan dengan 30 hari diet normal dan pemberian kelor 40 mg/ml
sebesar 2,980,62 sel/lapang pandang.

37

p=0,013
Grafik Hubungan Antara Kelompok Perlakuan dan Rata-rata Jumlah VCAM-1
jaringan (sel/lapang pandang)
Keterangan: I (Kontrol Negatif); II (Kontrol Positif); III (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal);
IV (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 5 mg/ml kelor); V (90 hari diet aterogenik+30
hari diet normal dan 10 mg/ml kelor); VI (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 20 mg/ml
kelor); VII (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 40 mg/ml kelor)

Gambar 5.9

Dari gambar 5.9 terlihat rata-rata jumlah VCAM-1 jaringan terendah


terdapat pada kelompok perlakuan VI (90 hari diet aterogenik+30 hari deit normal
dan 20mg/ml kelor) yaitu sebesar 1,931,04 sel/lapang pandang. Sedangkan
rata-rata jumlah VCAM-1 jaringan tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan 90
hari diet aterogenik saja yaitu sebesar 5,780,86 sel/lapang pandang.
5.2 Analisis Data
Data yang didapatkan dari hasil penelitian Efek Tepung Daun Kelor
Varietas NTT terhadap Kadar VCAM-1 Jaringan Tikus Wistar Diet Aterogenik
dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS 15 untuk Windows
XP. Rata-rata jumlah VCAM-1 jaringan berdasarkan gambar 5.2 menunjukkan
bahwa pada kelompok III, IV, V, VI, dan VII yang mendapat diet normal dengan

38

atau tanpa kelor memiliki jumlah VCAM-1 yang lebih rendah dibandingkan
dengan kelompok II (kontrol positif).
Hasil penelitian tersebut diuji dengan uji normalitas data dan homogenitas
varian, seperti tersusun dalam lampiran 5 dan 6. Untuk menguji normalitas
distribusi data digunakan Shapiro-Wilk. Didapatkan bahwa distribusi data hasil
penelitian ini adalah normal. Sedangkan untuk menguji homogenitas varian
digunakan Levene test. Dari hasil Levene test tampak bahwa data berasal dari
populasi-populasi yang memiliki varian sama (p=0,129). Oleh karena data hasil
penelitian memiliki distribusi normal, dan varian yang homogen, dapat dilakukan
pengujian One-way ANOVA.
Dari hasil tes tersebut didapatkan nilai rata-rata jumlah VCAM-1 dari
ketujuh populasi memang berbeda (p=0,013). Dengan demikian terdapat minimal
2 kelompok yang berbeda signifikan.
Analisis dilanjutkan dengan Post hoc test (Least Significant Difference)
yang bertujuan untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara
signifikan dari hasil tes ANOVA. Pada analisis ini digunakan Tukey HSD test
(lampiran 14).
Dari hasil Tukey HSD test terdapat perbedaan jumlah VCAM-1 jaringan
tikus secara nyata antara kelompok I (kontrol negatif) dan kelompok II (kontrol
positif) (p=0,044), namun kelompok I tidak memilik perbedaan yang signifikan
dengan kelompok perlakuan III (p=0,184), IV (p=0,433), V (p=0,964), VI
(p=1,000), dan VII (p=0,990). Selain itu ditemukan pula perbedaan yang
signifikan antara kelompok II (kontrol positif) dengan kelompok VI (90 hari diet
aterogenik+30 hari diet normal dan 20mg/ml kelor) (p=0.025). Selain itu tidak lagi
ditemukan adanya perbedaan yang siginifikan antara kelompok perlakuan II

39

dengan kelompok perlakuan III (p=0,988), IV (p=0,845), V (p=0,251), dan VII


(p=.0,176).
Untuk melengkapi hasil dari uji Tukey digunakan Homogeneous Subsets
yang digunakan untuk mencari grup atau subset mana saja yang memiliki
perbedaan rata-rata (Mean Difference) yang tidak berbeda secara signifikan.
Pada subset 1 menunjukkan adanya 6 kelompok, I (kontrol negatif), III (90 hari
diet aterogenik + 30 hari diet normal tanpa pemberian tepung daun kelor), IV (90
hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 5 mg/ml kelor), V (90 hari diet
aterogenik + 30 hari diet normal dan 10mg/ml kelor), VI (90 hari diet aterogenik +
30 hari diet normal dan 20 mg/ml tepung daun kelor), dan VII (90 hari diet
aterogenik+30 hari diet normal dan 40 mg/ml kelor) tidak memiliki perbedaan
yang signifikan satu dengan yang lain. Pada subset 2 terdapat kelompok
II,III,IV,V, dan VII. Namun dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan sesuai hasil uji Tukey.
Dari hasil-hasil tersebut dapat dilihat penghitungan jumlah VCAM-1
jaringan pada kelompok perlakuan (III-VII) tidak signifikan meskipun cenderung
menurun dibandingkan dengan kontrol positif . Perbedaan yang signifikan terjadi
pada kelompok perlakuan II (kontrol positif) dengan VI (90 hari diet aterogenik +
30 hari diet normal dan 20mg/ml kelor) (p = 0,025), yang menjadikan kelompok
perlakuan VI (20 mg/ml) sebagai dosis efektif. Oleh karena itu dapat diambil
kesimpulan bahwa kelor memiliki efek menurunkan jumlah VCAM-1 jaringan.

BAB VI
PEMBAHASAN

Rata-rata kenaikan berat badan tikus menunjukkan bahwa tikus


perlakuan I (kontrol negatif) mengalami kenaikan berat badan yang lebih kecil
dari kelompok perlakuan lainnya. Tikus perlakuan II VII diberi diet aterogenik
yang menyebabkan peningkatan berat badannya lebih besar. Pemberian diet
aterogenik itu juga menyebabkan tikus mengalami hiperlipidemia yang menjadi
salah satu faktor resiko terbentuknya plak dalam aterosklerosis (Falk, 2005)
Perbedaan jumlah VCAM-1 pada jaringan aorta di antara tikus wistar
yang telah diberi perlakuan juga terlihat dengan jelas. Nampak bahwa kelompok
perlakuan kontrol negatif memiliki

jumlah VCAM-1 yang

lebih rendah

dibandingkan dengan kelompok perlakuan kontrol positif secara signifikan. Hal ini
sesuai dengan penjelasan dan penelitian Ley (2001) dan Falk (2005) yang
menegaskan bahwa diet aterogenik itu merupakan stimuli penting akan
timbulnya aterosklerosis yang ditandai dengan meningkatnya jumlah VCAM-1
seperti yang nampak pada kontrol postif.
Selain peningkatan VCAM-1 pada kelopok perlakuan kontrol positif
terhadap kontrol negatif, terjadi pula penurunan jumlah VCAM-1 jaringan pada
kelompok III, VI, dan V dibandingkan dengan kontrol positif, walaupun penurunan
tersebut tidak bermakna. Penurunan yang terjadi pada perlakuan VI bila
dibandingkan pada perlakuan II (kontrol positif) menunjukkan adanya penurunan
yang signifikan dibandingkan dengan kelompok III dan V. Pada perlakuan VII,
jumlah VCAM-1 mengalami kenaikan setelah sebelumnya pada perlakuan III VI

40

41

mengalami penurunan, walaupun kenaikan yang terjadi tidak signifikan. Seperti


yang telah diteliti oleh Fahey (2005) dan Chumark (2007), Moringa oleifera Lam
memiliki kandungan antioksidan yang memiliki kemampuan untuk mengurangi
terjadinya inflamasi yang mendasari proses terjadinya aterosklerosis. Penelitian
yang dilakukan Fruebis (1999) telah memberi penjelasan bahwa antioksidan
menghambat ekspresi dari VCAM-1 pada dinding arteri. Dari beberapa penelitian
yang telah lama dilakukan itu, dapat dikatakan bahwa kemungkinan besar
kandungan antioksidan pada tepung daun kelor yang diberikan kepada tikus
mengakibatkan turunnya jumlah VCAM-1 jaringan yang merupakan sel adhesi
proaterosklerotik ini.
Aterosklerosis

merupakan

penyakit

yang

dikenal

dengan

istilah

pengerasan arteri. Penyakit ini merupakan chronic immunoinflammatory


disease dan merupakan penyebab penyakit kardiovaskular (Falk, 2005). Erling
Falk menuturkan bahwa level kolesterol plasma yang meningkat dapat memulai
fase awal terjadinya aterosklerosis.
Lesi aterosklerotik awalnya bermula dari sel endotel yang utuh, namun
mengalami disfungsi. Sel endotel yang rusak tidak dapat memproduksi nitric
oxide yang berfungsi untuk vasodilator dan ateroprotektif. Pada pasien dengan
hiperkolesterolemia, kadar LDL dalam darah amat tinggi dan amat mudah
memapar sel endotel. LDL akan menginfiltrasi sel endotel yang rusak dan
tertahan di bagian ruang subendotel pada intima arteri tersebut. LDL itu akan
dioksidasi oleh nitric oxide synthase (NOS) terlebih dahulu sehingga berubah
menjadi sitotoksik, proinflamatori, kemotaksik, dan proaterogenik. Selain itu,
nitric oxide yang dikeluarkan oleh sel endotel merupakan oksidan yang poten
yang berfungsi sebagai ateroprotektif. Hal ini mengakibatkan terjadinya inflamasi,

42

selain itu, sel endotel akan menjadi aktif dan ekspresi dari molekul adhesi dan
gen inflammasi yang dikeluarkan oleh sel endotel akan meningkat. (Falk, 2005).
Endotel yang teraktivasi oleh stimulus aterogenik dan proinflamatori akan
meningkatkan ekspresi molekul adhesi, terutama vascular-cell adhesion
molecule 1 (VCAM-1). Pengaktifan VCAM-1 terjadi melalui mekanisme redoxsensitive yang melibatkan aktivasi faktor transkripsi NF-B (Nuclear Factor B).
NF-B akan aktif ketika sel endotel mengalami kerusakan dan tidak dapat
menghasilkan NO (Chen and Medford, 1999). Meningkatnya jumlah VCAM-1
menyebabkan sel-sel monosit menempel ke endotel yang teraktivasi tersebut.
Monosit yang menempel pada VCAM-1 masuk ke tunica intima dan berubah
menjadi makrofag dan mencerna LDL. Makrofag yang mencerna LDL dan
mengeluarkan zat oksidan berupa nitric oxide (yang juga dihasilkan oleh sel
endotel) yang mengakibatkan sel makrofag menjadi nampak seperti busa (foam
cell) (Hansson, 2005). Sel busa makrofag ini kemudian berkumpul menjadi satu
dan membentuk plak (fatty streak). Jika makrofag yang memakan lipoprotein
aterogenik mati karena apoptosis dan nekrosis, maka akan timbul inti kaya lemak
(lipid-rich core) di dalam plak itu. Maka, dengan menurunkan jumlah sel VCAM-1
jaringan, terbentuknya fatty streak dapat berkurang dan dapat mengurangi resiko
terjadinya aterosklerosis (Ley, 2001).
Kelor merupakan tanaman yang diharapkan dapat mengurangi terjadinya
aterosklerosis. Hal ini disebabkan oleh tepung daunnya yang mengandung
vitamin A, C, dan E, serta flavonoid yang merupakan antioksidan (Petterson,
1996; Sreelatha, 2009) yang dapat menekan terjadinya inflamasi pada endotel.
Antioksidan ini akan berikatan dengan LDL dalam darah, sehingga LDL tidak
dapat dioksidasi menjadi oxLDL. selain itu, antioksidan yang dihasilkan oleh

43

tepung daun kelor dapat mencegah meluasnya kerusakan pada sel endotel
pembuluh darah sebagai akibat dari adanya nitric oxide synthase (NOS). NOS
sendiri muncul karena adanya sistem perlindungan sel endotel sebagai
ateroprotektif yang justru menimbulkan oksidasi pada LDL sehingga LDL itu
berubah menjadi proinflamatori yang menyebabkan inflamasi sel endotel dan
mengaktifkan sel endotel. Sel endotel yang aktif akan mengeluarkan molekul
adhesi seperti VCAM-1. (Falk,2005)
Dosis efektif adalah dosis tepung daun kelor yang diperlukan untuk
menurunkan jumlah VCAM-1. Sedangkan dosis optimum adalah dosis tepung
daun kelor yang diperlukan untuk mencapai jumlah VCAM-1 paling sedikit. Pada
hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan VI (90 hari diet aterogenik +
30 hari diet normal dan 20 mg/ml tepung daun kelor) mengalami penurunan yang
signifikan dibandingkan dengan perlakuan II (kontrol negatif). Tetapi perlakuan VI
tidak mengalami perbedaan yang siginifikan terhadap kelompok perlakuan I
(kontrol positif), III, IV, V, dan VII. Pada perlakuan VII, jumlah VCAM-1
mengalami kenaikan kembali. Hal ini menunjukkan bahwa dosis kelor yang
dipakai pada penelitian ini sudah mencapai dosis optimum.

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Pada studi ini, pemberian tepung daun kelor (Moringa oleifera) varietas
Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tikus (Rattus norvegicus) strain Wistar yang
dipapar diet aterogenik mampu menurunkan jumlah VCAM-1 jaringan dengan
dosis optimum 20mg/ml.

7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efek lain dari pemberian kelor.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara
antioksidan dalam kelor dan terapi tikus dengan aterogenik.

44

DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association. 2009. Indonesia. (Online).
(http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=2573, diakses 26
September 2009)
Bodary, Peter F., Gu, S., Shen, Y., Hasty, A. H., Buckler, J. M., Eitzman, D. T.
2005. Recombinant Leptin Promotes Atherosclerosis and Thrombosis in
Apolipoprotein E-deficient Mice. Arterioscler. Thromb.Vasc.Biol.;25;e119e122.
Chen, Xi-Lin and Medford, Russel M. 1999. Oxidation-reduction Sensitive
Regulation of Vascular Inflammatory Gene Expression in Pearson J. D.
(Ed). Vascular Adhesion Molecules and Inflammation. Birkhuser Verlag,
Basel. p. 161-178.
Chumark, P., Khunawat, P., Sanvarida, Y., Phornchirasilp, S., Morales, N. P.,
Phivthong-ngam, L., Ratanachamnong, P., Srisawat, S., Pongrapeeporn,
K. S. 2007. The In Vitro and Ex Vivo Antioxidant Properties,
Hypolipidaemic, and Antiatherosclerotic Activities of Water Extract of
Moringa
oleifera
Lam.
leaves.
J
Etnopharmacol,
doi:
10.1016/j.jep.2007.12.010.
Das N. P., L. Ramanathan. 1992. Studies on Flavonoids and Related
Compounds as Antioxidant in Food in A. S. H. Ong, L. Packer (eds).
Lipid-Soluble Antioxidants: Biochemistry and Clinical Applications.
Birkhuser Verlag, Basel. p.295-306.
Fahey, Jed W. 2005. Moringa oleifera: A Review of the Medical Evidence for Its
Nutritional, Therapeutic, and Prophylactic Properties. Part 1. Tree For Life
Journal,1:5
Falk, Erling. 2006. Pathogenesis of Atherosclerosis. J. Am. Coll. Cardiol;47;C7C12.
FloraPur. 2009. Horseradish Tree, (Online). (http://florapur.com/horseradishtree.html, diakses 30 Desember 2009).
Fruebis, J., Silvestre, M., Shelton, D., Napoli, C., Palinski, W. 1999. Inhibition of
VCAM-1 Expression in the Arterial Wall is Shared by Structurally Different

45

46

Antioxidants that Reduce Early Atherosclerosis in NZW Rabbits. J. Lipid


Res;40:1958-1966.
Gutteridge, John M. C., Barry Halliwell. 1994. Antioxidants in Nutrition, Health,
and Disease. Oxford University Press, Oxford.
Hansson, Goran K. Mechanisms of Disease: Inflammation, Atherosclerosis, and
Coronary Artery Disease. N Eng J Med 2005;352:1685-95.
Hsu, R., Midcap, S., Arbainsyah, Lucienne, D. W. 2006. Moringa oleifera:
Medicinal and Socio-Economic Uses. International Course on Economic
Botany. Netherlands: National Herbarium Leiden.
Indra, M. Rasjad. 2007. Fisiologi Kardiovaskular. Penerbit Laboratorium Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.
Johnson, Ian and Gary Williamson. 2003. Phytochemical functional foods. CRC
Press, Boca Raton.
Kartesz, John T.. Plants Profile: Moringa oleifera Lam. (horseradish tree).
(Online), (http://plants.usda.gov/java/nameSearch?
keywordquery=moringa+oleifera&mode=sciname&submit.x=2&submit.y=
8 diakses 26 September 2009)
Katzung, B. G., Trevor, A. J., Masters, S. B. 2002. Pharmacology: Examination &
Board Review, Sixth Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York.
Kojda, Georg and David Harrison. 1999. Interaction between NO and reactive
oxygen species: pathophysiological importance in atherosclerosis,
hypertension, diabetes and heart failure. Cardiovascular Research;
43:562-571.
Kunsch, C., Chen, X. 2006. Reactive Oxygen Species as Mediators of Signal
Transduction in Cardiovascular Diseases in M.G. Bourassa, Jean-Claude
Tardif (Eds). Antioxidants and Cardiovascular Disease Second Edition.
Springer Science+Business Media, Inc. New York. p.103-130.
Landmesser, U., Drexler, H. 2006. General Concepts abaout Oxidative Stress in
M.G. Bourassa, Jean-Claude Tardif (Eds). Antioxidants and
Cardiovascular Disease Second Edition. Springer Science+Business
Media, Inc. New York. p. 1-15.

47

Ley, Klaus, Elena Galkina. 2007. Vascular Adhesion Molecule in Atherosclerosis.


Arterioscler Thromb Vasc Biol;27;2292-2301.
Ley, Klaus, Yuqing Huo. 2001. VCAM-1 is critical in Atherosclerosis. J. Clin.
Invest. 107(10): 1209-1210.
Link, E. M. 1993. Inflammation and a Mechanism of Hydrogen Peroxide
Cytotoxicity in G. Poli, E. Albano, M.U. Dianzani (eds). Free Radicals:
From Basic Science to Medicine. Birkhuser Verlag, Basel. p.113 - 123
Nahrendorf, M., Jaffer, F. A., Kelly, K. A., Sosnovik, D. E., Aikawa, E., Libby, P.,
Weissleder, R. 2006. Noninvasive Vascular Adhesion Molecule-1 Imaging
Identifies Inflammatory Activation of Cells ini Atherosclerosis.
Circulation;114;1504-1511
National Heart Lung and Blood Institute. 2009. Atherosclerosis (Online).
http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Atherosclerosis/Atherosclero
sis_WhatIs.html , diakses 17 Nopember 2010.
Nelson, Nathan C. The Free Radical Theory of Aging (Online).
http://www.physics.ohiostate.edu/~wilkins/writing/Samples/shortmed/nelson/radicals.html .
diakses 17 Nopember 2010.
Packer, L. 1992. New Horizons in Vitamin E Research The Vitamin E Cycle,
Biochemistry, and Clinical Applications in A. S. H. Ong, L. Packer (eds).
Lipid-Soluble Antioxidants: Biochemistry and Clinical Applications.
Birkhuser Verlag, Basel. p.1-14.
Petterson, K.S., Ostlund-Lindqvist, A. M., Westerlund, C. 1996. The potential of
antioxidants to prevent atherosclerosis development and its clinical
manifestations in Morris Karmazyn (Ed). Myocardial Ischemia:
Mechanisms, Reperfusion, Protection. Birkhuser Verlag, Basel. p.21-31.
Singh, V. N.. 1992. Role of -Carotene in Disease Prevention with Special
Reference to Cancer in A. S. H. Ong, L. Packer (eds). Lipid-Soluble
Antioxidants: Biochemistry and Clinical Applications. Birkhuser Verlag,
Basel. p.208-227.
Solimun. 2001. Diktat Metodologi Penelitian LKIP dan PKM Kelompok
Agrokompleks. Malang: Universitas Brawijaya.

48

Spiecker, Martin and James K. Liao. 2001. Nitric oxide Regulation of Leucocyte
Adhesion Molecule Expression in Daniela Salvemini, Timothy R. Billiar,
Yoram Vodovotz (Eds). Nitric oxide and Inflammation. Birkhuser Verlag,
Basel. p. 99-116.
Sreelatha S., P. R. Padma. 2009. Antioxidant Activity and Total Phenolic Content
of Moringa oleifera Leaves in Two Stages of Maturity. Plant Foods Hum
Nutr, 64 (4): 303-311.
Stavric B., T.I. Matula. 1992. Flavonoids in Foods: Their Significance for Nutrition
and Health in Food in A. S. H. Ong, L. Packer (eds). Lipid-Soluble
Antioxidants: Biochemistry and Clinical Applications. Birkhuser Verlag,
Basel. p.274-294.
Subramanian, Ramesh. 2008. Sell Moringa Leaf Powder (Online).
http://www.traderscity.com/board/products-1/offers-to-sell-and-export1/sell-moringa-leaf-powder-13700/. Diakses 2 November 2010
Szeto, Hazel H. 2006. Mitochondria-Targeted Peptide Antioxidants: Novel
Neuroprotective Agents. The AAPS Journal; 8 (3) Article 62.
Therik, Johannis W. D.. 2008. Hasil Pemeriksaan Kandungan Zat Gizi Kelor
Varietas Lokal NTT Jenis Kelor Hijau (H) dan Merah (M) per 100 g
Tepung Daun Kelor Oter Kapsul Berdaarkan Hasil Uji Kimia. Surabaya:
Balai Besar Laboratorium Kesehatan.
Trees For Life. 2005. Moringa Book, (Online).
(http://www.treesforlife.org/documents/moringa/English
%20moringa_book_view.pdf, diakses 7 Desember 2009)
Tsalissavrina, Iva. 2005. Pengaruh Pemberian Diet Tinggi Karbohidrat
Dibandingkan Diet Tinggi Lemak terhadap Kadar Trigliserida dan HDL
Darah pada Rattus Norvegius Strain Wistar. Tugas Akhir. Tidak
diterbitkan, Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya, Malang.
United States Department of Agriculture. Moringa oleifera Lam. Horseradishtree,
(Online),( http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=MOOL, diakses 1
Nopember 2010)

49

World Health Organization. 2009. Cardiovascular diseases (CVDs), (Online),


(http://www.who.int/ mediacentre/ factsheets/fs317/en/index.html, diakses
1 November 2009).

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel Perubahan Berat Badan Tikus


Tabel Berat Badan Tikus (Rattus Norvegicus) Wistar

No. Tikus

17-0110 (g)

24-0110 (g)

169.13

186.4

203.58 214.48 226.86 239.77

238.75

159.45

179.8

197.78 229.26 259.36 278.26

302.78

161.76 141.56 184.05 202.07 220.82 230.62

242.92

144.12 146.98 159.85 179.71 198.67 211.81

226.24

153.16

166.8

182.25 191.18 186.39 179.21

202.65

157.65

187.4

212.79 228.98 257.17

267.4

276.14

122.75 154.89 187.42 207.94 230.38 241.51

256.14

145.19 164.32 182.43

195.8

213.22 225.17

236.54

175.7

199.32

212.3

231.92 244.23 255.97

266.54

10

172.39

196.5

213.2

234.84 254.74 270.97

281.99

11

153.99

179.8

194.29 207.32 222.26 229.61

246.42

12

132.15

160.9

186.18 216.89 233.86 248.25

269.87

13

178.6

211.83

234.7

259.15 281.62 298.63

302.62

14

178.44 206.53 218.11 249.72 270.35 292.82

308.49

15

185.75 218.54 236.14 262.82 292.34 311.47

325.21

16

179.39

216.69 233.54 251.88 280.64

302.52

17

156.45 179.76

195.9

260.28

201.5

31-0110 (g)

07-0210 (g)

14-0210 (g)

21-0210 (g)

213.39 233.85 249.24


50

28-0210 (g)

51

18

181.09 209.84 235.88 257.82 278.17 291.57

308.77

19

129.37 146.67 144.93 160.08 178.11 207.02

209.62

20

133.08 163.59 197.11 226.91 238.04 264.98

286.78

21

168.22 190.35 208.11 221.11 235.68 246.96

252.71

22

131.79

242.78

23

120.75 158.24

179

24

146.28 161.86

192.3

153

172.96 192.37 207.48 225.69


199.81 219.55 228.05

236.11

233.75

291.35

314.84

25

174.12 189.13 197.23 208.97 221.54 223.87

225.68

26

164.95 185.63

231.68 253.24 263.78

271.64

27

159.91 172.51 197.94 222.16 245.88 266.56

285.64

28

129.06

166.7

204.87 232.61 254.24 273.67

292.27

29

162.5

199.22

215.7

271.73

280.74

30

170.42

184.3

202.15 225.96 243.55 253.62

263.96

31

157.35 181.53 189.49 208.98 230.61

244.8

260.86

32

148.44 172.64 193.76 213.35

253.61

273.96

33

166.54 195.57 215.73 234.51 249.63 261.25

280.68

34

140.63 179.83 207.06 237.66 258.88 257.75

274.96

35

149.59 169.28 191.41 213.58 232.68 243.66

256.36

206.7

243.2

266.5

261.4

236.6

Tabel Berat Badan Tikus (Rattus Norvegicus) Wistar

No. Tikus

07-0310 (g)

14-0310 (g)

21-0310 (g)

28-0310 (g)

04-0410 (g)

11-04-10
(g)

18-0410 (g)

52

258.94

271.8

281.3

297.44 302.54

305.1

306.53

319.4

344.8

357.63 356.72 360.78

379.68

392.31

248.55

260.9

265.8

277.52 286.04 2,96.37

298.12

234.2

246

248.35 263.19 270.51

277.54

284.11

216

234.8

240.42 237.15 242.54

254.51

272.34

305.5

324.57 332.95 334.48 348.36

367.98

374.34

273.07 289.33 306.19 321.79 343.27

353.84

358.1

251.76 265.84 277.68 287.88

302.73

312.7

272.23 294.74 300.82 312.56 321.33

337.77

346.68

349.7

355.83

376.91

11

261.25 271.96 277.76 283.34 305.45

311.62

329.14

12

284.33 293.06

320.8

334.98

346.44

7
8
9
10

242

292

314.14 326.54 341.48

301.2

316.24

13

313.8

332.25 339.18 362.61 377.11

396.05

406.7

14

311.5

337.86 364.59

412.28

432.69

446.26

341.58 350.33 365.81 388.24 394.84

389.57

415.47

275.7

393.26

402.22

332.51

342.38

348.53

15
16

332.9

390.4

352.59 373.89 380.56

17

318.66 298.47 308.52

18

316.68

352.21 371.69 377.54

388.74

397.25

19

247.07 259.07 279.27 303.49 313.29

323.08

337.27

20

310.01 331.82 347.09 363.73 373.95

387.8

399.44

21

261.74 266.58 273.43

22

257

23

249.8

335.3

319.1

289.8

305.64

312.65

330.26

264.62 274.34 286.95

296.3

311.32

319.61

283.49 292.48 297.03

306.73

314.69

272.5

53

430.32

446.24

236.85 238.49 247.06 255.08

263.12

279.2

330.18

344.9

371.75

383.27

401.27

28

312.48 334.48 351.63 363.78 387.28

406.44

414.87

29

301.15 308.24 333.16 356.08 363.82

381.92

391.25

30

275.91

328.07

339.67

342.83

31

273.39 282.33 294.16 309.97 322.72

333.26

338.41

32

296.06 311.87 330.51 347.58 367.27

374.84

381.34

33

296.23

327.79 343.58 351.69

362.87

374.62

34

298.15 323.13

344.7

367.31 362.89

376.42

393.89

279.72 297.08 308.69 320.05

326.58

339.35

24

337.47 340.91 365.15 392.75 409.37

25

231

26

287.6

306.9

27

303.3

321.76 335.58

35

275.2

289.1

312.3

312.62 321.38 328.56

298.27

356.7

303.4

Tabel Berat Badan Tikus (Rattus Norvegicus) Wistar

25-0410 (g)

02-0510 (g)

318.64

318.4

320.13 328.71 326.74

330.53

402.95 412.22 439.63 433.52 435.87

423.83

306.85

316.79 316.73 321.11

327.05

295.49 296.56 302.45 310.44 312.83

319.1

286.63 272.76 288.14 292.98 291.99

300.95

No. Tikus

23-0410 (g)

310.7

09-0510 (g)

16-0510 (g)

23-0510 (g)

26-0510 (g)

54

381.67

379.4

319.24

354.6

10

381.82

11

328.42 333.08 464.62 347.63 435.58

439.1

12

355.49 354.33 356.79 353.89 356.29

362.6

13

431.39 433.68 430.22 380.63

424.3

429.56

14

453.67 445.61 447.15 446.15 346.92

348.25

15

424.29

376.4

380.89

16

413.05 400.81 406.35 396.12 388.54

390.79

17

362.95

346.67 352.87

357.8

18

407.26 387.02 407.27 398.93 388.29

391.9

19

349.3

348.12 356.13

356.5

360.76

366.2

20

412.26

40040

404.21 399.75

400.7

21

337.46 330.98 335.67 335.82 342.71

351.54

22

330.27 318.46

318.78 313.53

315.7

23

327.85

335.68 339.55 344.09

348.8

24

458.19 448.17 453.74 443.92 438.11

438.51

25

287.46

291.6

299.7

26

353.26 351.36

349.03 340.75

348.45

27

408.36 401.35 403.21 405.93 406.59

410.64

28

432.52

427.4

429.1

358.1

325.3

283.1

422.2

412.03 423.79

361.1

397.6

318

287.07 291.14
341.2

433.4

429.44 426.74

55

29

395.25 385.86 380.84

390.03

393.51

30

355.44 342.27 347.08 344.62 344.67

347.74

31

342.96 343.34 345.14 356.35 347.47

351.6

32

391.26 377.27 392.57 387.05 382.18

381.4

33

379.57 381.44 388.82 383.82 381.09

386.2

34

412.96

401.05 400.35 398.73

398.5

35

348.21 346.15 355.27 354.69 346.77

357.2

404.7

388.7

Lampiran 2 : Tabel Sisa Pakan Tikus


Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

19-01
10 (g)
12.82
6.36
18.74
24.8
18.65
12.15
18.74
18.63
12.23
0
24.32
6.1
12.64
12.17
0
12.45
12.98
12.91
18.8
18.78
12.85
12.34
0

20-01
10 (g)
12.87
0.99
24.74
24.55
18.26
12.75
18.46
18.87
18.6
18.99
18.69
6.45
12.02
18.95
6.08
12.69
18
12.31
18.26
18.9
18.8
18.36
18.38

21-01
10 (g)
18.5
12.11
24.13
18.46
18.34
18.1
18.6
18.54
18.46
12.64
18.6
12.29
18.13
12.76
6.32
12.92
18.6
12.11
18.19
18.41
18.12
18.07
18.17

22-01
10 (g)
12.3
12.28
18.93
18.16
18.84
18.21
18.91
18.57
18.97
18.49
18.81
12.06
12.78
18.47
6.48
18.99
18.05
18.5
18.63
18.27
18.91
18.4
18.18

23-01
10 (g)
12.48
6.32
18.38
18.37
18.82
18.27
18.09
18
18.08
18.78
18.22
18.67
18.52
18.05
6.17
12.06
18.12
12.74
18.96
24.89
18.76
18.2
12.81

24-01
10 (g)
18.7
12.04
18.11
18.97
18.35
18.86
18.33
18.11
18.78
24.05
18.46
12.78
18.85
18.92
12.77
18.78
18.59
18.53
24.66
18.25
18.95
24.4
18.98

25-01
10 (g)
12
0.77
6.42
18.56
18.41
18.55
18.58
24.24
18.06
18.86
24.55
24.4
18.26
18.19
0.75
18.47
18.61
18.15
24.04
18.49
18.17
24.43
18.18

26-01
10 (g)
12.02
6.91
6.06
24.67
18.1
18.27
18.5
18.65
18.04
24.94
24.38
24.45
18.66
18.83
6.37
18.74
18.76
12.9
24.73
18.28
18.93
18.7
18.97

27-01
10 (g)
0.12
0.36
6.84
12.32
18.53
18.21
18.5
18.86
18.82
18.09
18.81
18.53
18.23
18.35
6.79
18.47
18.47
18.06
24.02
18.05
18.01
18.04
18.81

28-01
10 (g)
6.17
6.38
0
18.28
18.67
18.19
18.33
28.96
18.12
18.52
18.73
18.77
18.27
18.36
6.3
18.99
18.01
18.5
24.02
18
18.98
18.07
18.98

29-01
10 (g)
6.3
12.09
6.01
18.54
18.5
18.32
18.93
18.96
18.12
18.03
18.5
12.66
18.25
24.25
6.67
18.01
18.35
18.45
24.28
18.72
18.4
24.69
18.91

30-01
10 (g)
12.96
6.5
0.54
18.01
18.27
18.25
18.66
18.81
24.85
18.89
18.11
18.36
18.59
24.1
12.89
18.68
18.07
18.94
24.64
18.06
18.52
18.62
18.74

31-01
10 (g)
12.7
12.28
0
18.91
12.48
18.84
18.31
18.55
18.59
18.07
18.35
18.08
18.02
18.27
18.91
18.94
18.12
18.88
24.88
18.27
24.1
18.23
24.91

01-02
10 (g)
12.27
12.27
0
18.62
18.44
18.36
18.15
24.75
18.2
18.31
24.92
18.51
18.2
18.07
12.97
18.02
24.22
18.14
24.77
24.8
18.86
24.19
18.71

56

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

18.66
12.77
12.67
18.48
12.45
6.89
12.71
12.9
12.67
6.01
12.34
12.52

18.79
12.62
18.27
18.96
18.86
12.65
18.67
18.33
18.87
18.66
0
18.08

18.67
18.6
18.73
24.63
18.68
12.98
24.88
18.9
18.48
18.39
6.67
18.2

24.85
18.25
18.43
18.07
18.66
12.53
24.98
18.01
18.21
18.92
6.19
24.13

24.31
18.57
18.35
18.51
18.66
12.91
18.63
18.71
18.04
12.48
18.55
24.38

18.74
24.13
18.62
18.58
18.53
18.92
18.84
18.28
18.93
18.2
18.7
18.27

18.2
18.64
18.91
24.01
18.25
24.91
18.21
18.38
24.48
18.86
18.95
24.4

18.26
24.7
18.7
18.39
18.63
18.94
18.04
18.57
18.82
12.14
18.63
18.4

18.4
24.55
18.6
18.77
18.38
18.13
24.05
24.27
18.71
12.31
18.52
18.41

18.23
18.33
18.46
18.09
12.6
18.48
18.69
18.79
18.59
12.67
18.28
18.64

24.92
24.32
18.53
24.13
18.64
18
24.18
24.38
18.06
18.39
18.47
18.72

18.62
18.28
18.75
18.92
18.48
18.08
18.33
24.42
18.79
12.54
18.17
18.53

18.71
18.1
18.57
18.61
18.54
18.58
18.69
24.08
18.69
12.77
18.04
18.3

12.98
18.92
18.64
18.82
18.9
18.22
18.99
18.49
18.72
18.47
18.08
18.77

12-02
10 (g)
0
0
0
1.52
7.33
2.83
10.05
6.66
8.76
6.55
8.39
5.96
5.79
3.22
0
6.77
7.44
8.02
10.73
5.15
8.23
9.47
9.11
2.83
9.42

13-02
10 (g)
0
0
0
2.71
0
5.91
9.3
10.25
7.93
4.56
11.26
8.27
8.2
6.15
0
4.73
7.85
4.01
12.57
4.7
10.84
6.9
11.47
1.9
10.93

14-02
10 (g)
0
0
0
0
5.7
2.91
7.17
7.63
9.14
1.7
8.69
7.51
3.24
7.91
0
6.06
6.06
6.13
7.6
8.02
8.9
7.4
8.9
0
6.64

15-02
10 (g)
0
0
0
0.21
10.35
9.71
9.69
11.24
8.37
4.92
12.86
9.57
8
10.07
0
4.19
9.8
6.74
8.85
7.61
10.05
7.46
12.53
7.48
8.01

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

02-02
10 (g)
6.44
6.02
0.04
18
18.06
24.3
18.35
18.48
18.37
18.72
18.32
18.47
18.79
12.98
18.8
18.39
18.43
18.18
24.55
18.94
18.5
24.03
18.69
18.45
18.71

03-02
10 (g)
12.49
6.5
6.41
18.81
18.21
24.49
18.79
18.34
18.13
18.88
24.76
18.81
18.42
18.18
12.53
18.61
18.45
18.21
24.62
18.54
18.29
18.82
18.73
18.55
18.92

04-02
10 (g)
0
0
0
0
8.72
7.73
6.56
11.13
6.58
5.4
12.86
4.29
4.98
4.15
4.8
8.25
4.65
19.09
2.04
3.67
10.21
8.72
10.48
4.11
11.85

05-02
10 (g)
0
0
0
8.13
9.35
7.29
6.05
9.03
5.53
5.66
11.35
3.77
4.91
4.93
0
7.51
12.26
10.12
17.19
8.12
9.45
10.55
9.77
6.51
9.14

06-02
10 (g)
0
0
0
2.27
0
7.44
8.37
8.32
5.54
9.42
7.37
5.22
3.64
3.64
0
4.74
9.29
7.91
12.46
5.35
9.01
7.81
9.75
0.84
9.34

07-02
10 (g)
0
0
0
2.3
5.3
3.04
8.69
9.91
7.58
6.76
10.96
4.21
2.92
3.27
2.25
9.16
8.98
5.78
12.31
0.96
8.74
8.9
11.06
2.55
7.98

08-02
10 (g)
0
0
0
0
7.66
8.96
7.29
11.22
7.33
7.68
11.23
6.64
5.35
5.54
0.28
7.92
9.86
7.74
11.87
11.85
10.55
21.65
11.26
2.87
9.69

09-02
10 (g)
0
0
0
0
8.91
3.77
6.41
8.24
9.92
3.39
9.69
3.65
4.26
5.28
0
2.92
6.52
3.99
12.04
9.36
8.19
7.08
10.13
3.58
7.05

10-02
10 (g)
0
0
0
5.37
6.46
2.96
7.11
8.96
7.16
5.74
9.03
5.72
4.94
4.54
0
5.45
7.01
5.78
14.65
7.72
10.11
6.63
10.79
12.01
8.59

11-02
10 (g)
0
0
0
0
3.23
4.1
6.3
8.21
5.28
4.99
9.07
2.66
4.06
5.13
0
8.14
0
1.26
13.06
5.58
8.51
9.65
10.1
2.47
7.67

57

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

18.67
18.26
12.32
18.89
18.67
24.16
18.64
18.58
18.36
18.14

18.24
18.31
18.1
18.28
18.9
18.67
18.81
18.1
18.59
18.1

8.4
7.96
1.13
7.15
8.82
11.3
11.27
13.32
0
9.52

5.71
8.9
0
6.22
5.29
9.23
6.4
5.46
1.63
9.15

6.65
7.63
6.89
12.96
5.63
9.36
11.29
7.63
2.5
7.83

3.84
6.49
6.53
7.84
4.75
9.86
8.02
7.27
3.16
5.21

6.46
8.14
7.01
8.81
5.44
9.4
11.46
10.22
3.35
11.21

3.87
7.27
6.42
7.97
5.34
9.23
9.35
9.77
4.57
6.46

7.13
7.82
3.56
7.81
5.06
10.24
9.96
8.5
5.03
10.07

7.5
10.97
5.64
5.51
5.95
5.3
7.44
7.61
5.21
6.55

2.77
5.71
5.85
4.5
4.23
8.94
6.51
5.76
4.45
6.45

5.94
6.92
3.54
7.59
6.02
8.9
8.01
9.66
2.1
7.13

9.12
8.51
3.81
5.96
9.12
7.73
6.98
9.88
5.16
6.71

8.13
8.7
7.8
7.48
11.38
10.55
9.77
10.26
7.59
8.87

26-02
10 (g)
0
0
1.34
8.2
4.85
5.6
7.99
8.55
11.72
7.08
10.21
7.88
7.36
5.37
4.95
0
9.23
5.02
11.45
7.08
9.67
7.02
8.79
0
12.22

27-02
10 (g)
0
0
0
8.39
5.1
4.48
8.74
7.34
3.59
8.9
11.06
5.82
8.12
0
0
0
3.55
3.47
10.7
3.15
9.13
6.83
9.93
0
12.17

28-02
10 (g)
10.55
0
4.09
7.2
6.24
8.08
8.47
7.38
4.79
5.73
5.42
3.04
7.23
1.68
1.92
1
8.47
4.71
14.79
4.63
13.53
7.52
9.12
0
12.74

01-03
10 (g)
0
0
6.31
8.67
10.93
1.83
5.07
10.7
7.51
6.81
10.18
6.78
3.96
2.75
0
3.51
5.61
8.17
5.71
4.74
7.04
8.96
10.09
0
10.01

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

16-02
10 (g)
0
0
0
7.11
16.27
8.09
9.74
7.17
8.94
5.08
8.03
6.45
6.7
7.79
0
8.05
8.41
6.5
7.42
6.89
8.65
7.86
9.78
3.28
8.45

17-02
10 (g)
0
0
0
4.07
8.84
8.27
9.3
9.46
9.02
3.77
10.44
7.37
6.54
5.21
3.4
2.29
8.81
6.41
8.19
10.99
11.41
6.51
9.62
4.95
8.94

18-02
10 (g)
0
0
0
10.31
12.82
3.27
7.29
7.33
7.01
2.22
9.43
10.06
4.48
3.26
0
3.24
5.21
7.2
7.15
7.78
8.87
10.26
9.34
1.13
5.95

19-02
10 (g)
0
0
4.91
8.89
10.72
8.35
6.04
3.68
4.65
5.18
1.5
2.83
9.75
0
2.55
6.91
9.3
9.34
7.83
6.08
8
9.25
13.57
9.11
9.08

20-02
10 (g)
0
0
0
8.44
11.51
8.31
8.37
11.17
5.86
7.94
9.84
5.64
5.49
6.34
2.02
3.81
8.15
7.85
8.58
5.18
10.03
6.83
10.07
3.08
7.75

21-02
10 (g)
0
0
3.56
8.53
11.46
5.6
7.55
9.15
9.71
7.44
11.01
9.06
4.34
4.39
1.85
1.4
7.96
5.56
8.12
3.74
7.24
7.02
11.59
1.19
7.65

22-02
10 (g)
0
0
8.12
7.81
4.6
5.5
7.92
9.6
13.81
4.98
8.73
9.23
6.73
6.08
4.48
6.72
10.31
8.99
10.37
6.13
14.99
9.5
12.56
3.85
11.12

23-02
10 (g)
0
0
1.91
7.08
6.75
3.57
7.7
7.45
9.9
8.6
12.92
6.16
6.52
5.99
4.25
8.99
7.29
5.81
8.43
6.4
10.22
10.06
11.55
3.72
10.63

24-02
10 (g)
0
0
3.2
6.78
7.78
0
7.48
11.15
10.22
6.8
8.92
7.28
5.23
0
0
0
0
4.31
8.49
3.78
11.38
7.91
8.8
2.53
11.01

25-02
10 (g)
3.01
0
0
7.08
6.52
5.43
6.67
8.49
8.25
3.19
6.67
5.29
5.48
4.25
0
4.02
8.5
6.07
9.23
5.01
11.49
7.53
11.62
4.13
11.01

58

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

6.63
7.08
5.23
6.69
6.75
10.67
7.96
9.58
13.19
10.4

7.31
5.65
3.42
5.81
8.64
10.69
10.12
10.16
10.86
7.15

5.06
6.18
7.48
5.62
8.51
7.41
8.45
10.23
10.05
7.35

9.33
7.39
5.57
10.55
8.86
8.55
8.76
8.66
11.22
9.11

5.72
8.64
5.45
12.61
8.22
9.59
8.76
9.31
11.88
6.37

7.98
7.34
2.34
10.57
7.68
11.01
6.54
7.06
9.68
6.66

14.75
8.36
11.47
6.93
12.43
11.18
9.61
7.54
9.26
10.67

9.12
7.23
7.63
7.51
8.82
9.44
9.54
7.9
8.17
8.57

6.64
9.03
8.22
5.17
8.85
0.75
8.11
8.57
4.68
4.88

5.95
4.32
2.89
6.06
10.1
8.43
6.87
6.42
12.41
4.35

8.67
6.62
6.7
6.38
9.97
9.89
9.21
8.1
5.94
6.95

7.69
7.77
3.62
5.79
2.78
7.27
8.65
5.58
1.52
8.39

8.47
6.59
5.24
3.92
10.09
6.65
3.36
4.42
6.7
6.29

7
6.86
0.82
6.8
4.61
11.65
4.96
7.84
3.98
8.25

12-03
10 (g)
0
0
5.22
6.66
2.87
1.27
6.55
8.31
7.89
6.99
11.71
6.88
10.92
0
6.51
1.65
6.88
4
7.82
0
8.74
5.27
7.18
0
8.79

13-03
10 (g)
0
0
4.37
5.8
3.92
4.67
8.06
8.3
6.19
3.98
10.08
8.55
7.3
3.62
4.66
2.14
6.22
4.56
7.79
0
10.77
6.66
6.48
1.36
10.51

14-03
10 (g)
0
0
4.9
8.35
3.4
2.25
6.37
10.22
4.39
4.44
7.66
7.71
5.38
5.89
4.58
5.03
4.57
3.84
9.34
2.42
13.3
6.6
6.29
0
10.28

15-03
10 (g)
3.97
0
8.66
12.9
11.2
7.82
12.21
12.75
12.24
9.32
12.75
12.06
11.06
13.17
13.13
7.78
15.65
9.31
13.66
11.07
16.29
12.82
12.32
0
16.38

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

02-03
10 (g)
1.72
0
4.52
8.69
0
4.58
7.49
8.04
8.67
7.19
9.75
8.84
8.43
0
5.55
2.7
9.88
5.56
8.46
4.43
11.14
8.14
9.59
0
11.06

03-03
10 (g)
2.94
0
3.78
6.94
6.66
5.71
8.02
7.07
8.8
5.54
8.68
4.88
5.45
7.19
4.87
5.57
8.78
8.26
7.54
3.54
10.23
9.11
9.21
3.93
9.77

04-03
10 (g)
0
0
0
2.3
3.56
1.29
7.77
8.95
7.79
7.47
9.56
6.54
5.17
9.88
0
2.36
7.01
5.85
7.69
4.26
10.52
7.92
9.76
0
12.6

05-03
10 (g)
1.79
0
0
5.91
2.44
5.09
6.18
6.24
7.81
6.49
6.17
5.89
6.03
7.74
8.19
2.16
5.88
5.44
6.4
0.3
13.28
7.93
11.02
0
10.22

06-03
10 (g)
0
0
3.37
7.15
6.98
2.92
6.58
8.47
6.03
4.81
9.2
5.33
4.48
6.46
2.34
0.64
5.07
3.99
6.2
3.89
11.77
5.28
8.68
0
10.08

07-03
10 (g)
0
0
6.94
7.68
0
4.33
6.15
9.15
6.67
6.14
8.31
4.43
7.18
10.05
3.14
7.37
2.97
7.85
6.1
2.09
8.47
7.55
9.4
0
9.63

08-03
10 (g)
3.25
0
7.73
6.99
8.72
6.25
11.76
14.25
11.6
9.02
15.77
14.33
12.76
13.85
5.38
2.56
7.07
5.72
8.9
4.78
12.65
12.99
12.91
7.98
14.08

09-03
10 (g)
0
0
7.73
7.44
1.46
4.09
6.21
11.74
6.87
7.16
8.88
7.95
8
4.46
3.32
3.2
6.27
3.45
6.59
4.11
14.4
6.84
10.68
4.26
9.81

10-03
10 (g)
0
0
3.86
7.42
6.27
2.96
9.2
10.24
6.6
5.44
12
8.13
7.65
5.51
3.48
2.43
6.67
5.01
9.12
3.8
8.51
8.74
7.2
0
10.95

11-03
10 (g)
0
0
1.04
5.93
2.01
3.64
7.88
8.13
8.62
11.25
9.56
6.83
6.73
0
0
2.99
3.16
5.64
6.13
1.65
11.24
9.2
8.87
5.31
10.19

59

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

8.26
7.15
7.86
7.05
8.67
8.92
5.99
5.64
4.65
5.93

7.62
6.26
7.9
6.34
9.83
11.15
7.09
8.91
6.36
7

10.27
7.1
0
5.25
7.51
7.6
7.38
6.02
6.94
5.62

3.87
3.76
7.46
3.14
12.97
6.41
4.45
7.82
4.54
6.59

4.15
6.5
6.11
7.08
0
6.4
4.62
7.26
3.17
3.76

6.33
6.85
2.18
4.71
6.47
8
6.11
9.64
4.81
4.1

12.17
9.45
9.71
11.12
8.69
13.97
8.59
12.1
13.36
10.54

7.49
8.21
4.35
7.05
8.23
8.9
6.97
8.93
2.69
5.76

8.57
5.52
4.02
8.81
5.74
7.94
5.63
7.09
5.64
3.6

3.32
8.85
4.44
5.15
10.49
7.07
7.15
6.35
1.6
6.22

6.08
8.74
2.66
6.94
9.11
6.87
9.08
9.67
4.23
6.32

6.36
5.57
4.48
4.89
8.44
6.43
7.55
7.75
2.46
6.42

6.32
2.43
2.85
9.91
3.54
7.93
0
4.34
8.3
4.95

12.13
7.67
8.66
10.16
12.28
15.33
5.91
10.17
15.14
11.94

26-03
10 (g)
3.5
14.35
3.1
6.5
7.62
2.07
6.48
6.38
6.63
6.57
12.04
8.54
1.82
0
2.6
3.14
6.1
5.05
7.2
7.69
8.16
9.03
10.16
2.99
10.63

27-03
10 (g)
2.03
11.5
9.65
10.57
12.99
5.26
4.78
7.43
10.99
4.59
10.18
8.75
3.54
1.16
3.17
5.9
8.31
7.48
5.14
4.6
9.22
7.21
11.48
2.67
11.3

28-03
10 (g)
0
0
7.85
4.62
9.22
5.71
7.52
8.27
9.57
6.12
13.48
8.07
1.73
0
0
0
6.27
3.62
5.37
6.03
9.94
5.78
8.59
0
10.07

29-03
10 (g)
0
0
0.5
2.45
5.89
2.84
7.96
2.6
1.95
8.59
7.33
10.08
6.64
0
8.05
7.58
8.78
7.82
5.29
5.61
10.12
10.84
8.94
0
8.81

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

16-03
10 (g)
7.8
0
9.36
7.25
6.04
4.72
9.06
10.82
11.62
8.21
11.18
8.83
11.03
9.9
5.92
8.47
9.79
4.94
12.73
3.79
13.41
6.79
8.24
0
12.74

17-03
10 (g)
0
0
6.02
6.43
6.06
1.53
5
7.69
4.81
2.99
11.2
7.93
9.07
10.37
0
0
1.89
7.06
4.11
3.76
10.77
6.33
7.43
0
13.28

18-03
10 (g)
2.39
0
7.56
11.11
5.97
4.74
6.1
11.22
8.94
6.71
10.44
6.71
15.19
6.7
6.81
3.72
9.32
6.06
7.11
0
11.51
7.95
10.73
0
11.65

19-03
10 (g)
3.27
0
7.82
11.26
10.66
5.95
7.23
8.43
8.81
10.06
10.96
9.61
15.95
5.25
5.57
2.49
5.57
2.83
10.64
4.93
12.11
7.19
9.56
0
12.03

20-03
10 (g)
1.29
1.21
9.37
6.33
4.01
2.12
7.8
8.2
6.89
3.81
11.83
5.35
9.39
2.1
5.52
0.75
7.18
6.02
5.04
1.57
10.49
8
7.62
0
12.07

21-03
10 (g)
0
0
6.12
7.91
9.23
4.9
2.31
8.63
7.08
4.06
9.57
4.16
5.06
0
1.95
0
2.34
2.36
9.86
4.53
11.33
5.3
8.12
0
10.14

22-03
10 (g)
0
0
9.48
7.65
9.91
12.82
9.3
13.49
11.23
6.18
12.51
10.69
12.56
3.48
11.48
10.89
15.38
11.08
8.36
9.84
12.22
11.63
13.3
0
10.84

23-03
10 (g)
9.38
11.24
8.07
9.07
9
13.3
12.32
9.98
11.56
10.16
13.13
11.05
18.73
6.47
6.67
0
8.42
10.9
11.17
3.94
14.5
11.48
7.03
6.59
14.51

24-03
10 (g)
0
2.02
5.54
8.22
7.89
13.28
3.73
12.45
9.44
0
9.32
6.16
0
0
1.96
4.41
4.7
3.67
3.42
3.96
10.31
3.18
6.32
0
6.94

25-03
10 (g)
0
10.88
6.01
8.28
8
9.67
9.69
9.34
11.03
10.19
10.96
9.38
11.32
0
6.67
5.41
10.05
4.75
12.69
5.81
9.48
7.02
11.35
0
12.39

60

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

9.29
5.36
8.47
4.29
8.1
10.85
9.38
11.1
4.21

6.65
3.07
0.53
4.56
4.71
8.98
6.1
5.86
4.1

7.76
4.12
6.27
5.29
6.19
9.79
8.33
8.77
12.06

8.27
6.92
6.68
9.01
8.38
8.99
8.47
6.27
23.24

7.79
4.31
2.49
4.45
6.37
10.34
6.26
6.61
5.83

7
6.15
1.29
3.76
7.27
3.8
5.64
5.62
3.58

14.15
10.39
11.26
7.42
7.29
15.27
7.76
10.04
12.67

9.55
8.33
8.68
5.93
9.37
10.67
8.76
12.9
5

4.53
0
5.29
1.64
0
8.05
4.5
5.08
0

11.25
8.55
9.08
8.07
10.59
11.58
7.41
9.52
10.1

8.9
5.61
6.18
5.28
5.76
10.99
6.47
6.42
0

12.81
5.3
6.69
4.78
8.92
9.4
7.56
6.54
0

5.2
6.19
0.56
11.47
3.51
3.61
7.24
1.97
5.4

12.63
5.49
6.38
6.33
4.08
4.23
5.18
5.78
6.87

11.37

4.47

9.77

9.26

5.32

6.89

11.6

7.22

6.15

12.11

7.28

9.55

6.72

9.1

09-04
10 (g)
3.69
0
0
10.33
4.42
3.64
4.18
8.3
11.44
6.6
11.81
10.93
10.16
3.42
4.64
9.91
4.49
7.45
0
6.72
2.44
14.99
5.85
11.07
0

10-04
10 (g)
0
0
3.65
13.4
5.78
1.1
3.38
2.34
7.36
4.64
8.83
5.97
0
0
6.93
0
6.61
11.18
8.1
0
6.63
4.36
6.99
0
9.58

11-04
10 (g)
0
0
1.86
5.87
0
0
0
6.7
3.6
6.84
9.45
4.18
5.26
0
9.63
4.33
3.53
3.86
7.89
0
10.72
3.55
7.63
0
11.05

12-04
10 (g)
0
0
3.83
8.8
0
5.35
5.58
13.22
13.88
9.32
0
12.01
11.39
13.34
9.98
7.44
11.56
9.3
8.45
9.99
5.47
11.75
12.2
0
11.73

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

30-03
10 (g)
0
0
0.77
0
0.92
5.14
0
9.18
7.34
5
3.14
6.68
0
0
0
0
2.85
5.99
5.01
3.12
9.06
2.01
7.58
0
10.05

31-03
10 (g)
0
0
5.78
0.58
3.78
0
4.98
8.5
6.5
9.33
6.58
9.24
3.07
0
0
0
6.37
5.44
7.81
7.12
9.18
4.96
7.77
0
10.27

01-04
10 (g)
0
0
0
3.31
6.17
7.48
5.68
6.59
8.88
6.98
9.71
8.78
1.48
0
0
6.19
6.61
3.72
6.27
1.2
6.44
5.24
12.17
0
9.57

02-04
10 (g)
0
0
4.87
6.8
6.58
3.83
5.89
7.86
0.3
4.67
4.15
7.54
5.83
0
0
4.53
4.71
4.49
6.84
6.84
12.86
4.02
7.92
0
10.23

03-04
10 (g)
0
0
3.01
6.91
1.37
4.18
4.53
6
7.33
7.66
6.74
8.27
4.3
0
0
0
3.64
0
6.35
3.4
8.75
8.45
10.14
3.08
9.55

04-04
10 (g)
0
0
4.38
5.97
12.03
5.79
1.46
7.25
9.72
4.6
7.79
8.15
2.18
0
6
4.2
9.18
7.37
6.53
0
7.69
4.8
9.2
5.48
12.66

05-04
10 (g)
0
0
5.39
5.43
13.93
0
3.83
10.65
11.01
9.52
6.59
7.87
6.53
1.63
5.9
0
8.87
8.97
6.36
7.48
11.56
13.61
11.59
5.22
12.83

06-04
10 (g)
0
0
10.43
10.99
17.9
7.49
7.64
8.51
8.95
6.59
14.75
9.09
8.7
0
8.17
3.69
7.59
2.08
5.02
9.34
15.46
5.08
10.73
5.81
11.87

07-04
10 (g)
0
0
2.48
4.92
17.47
0
0
3.52
1.31
1.67
1.3
2.91
0
1.13
2.62
1.36
0
0
5.23
0
5.57
0
4.99
0
8.88

08-04
10 (g)
0
0
1.64
5.66
17.28
0
0
0
4.51
2.91
5.01
3.82
0
1.64
0
0
2.11
0
9.96
0
5.21
1.8
10.74
0
9.24

61

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

10.11
0
0
5.41
3.07
3.95
5.61
7.74
0
6.32

10.01
6.45
0.88
6.57
5.06
7.53
3.32
4.3
0
10.91

5.05
4.79
0
2.88
9.4
5.72
5.15
2.17
0
5.27

7.45
2.76
2.68
5.15
4.5
3.4
6.41
7.83
0
4.66

1.49
0
0
6.07
5.02
3.83
2.08
7.05
7.22
6.62

4.07
2.6
3.28
3.08
5.4
5.25
3
7.28
10.19
3.6

12.57
5.7
3.63
6.63
6.15
8.13
7.38
11.3
8.32
10.61

14.94
6.03
4.51
6.64
8.1
5.17
8.9
10.71
5.3
7.16

3.51
0
0
0
2.81
0
1.15
4.83
0
0

3.46
0
0
0.66
6.86
1.61
2.6
7.18
0
2.12

11.65
7.4
5.23
0
5.41
5.64
6.8
7.83
5.71
0

7.35
0
0
4.09
5
5.82
4.83
6.9
3.12
6.19

8.62
5.64
0
3.68
2.43
5.75
4.94
7.68
9.09
9.54

9.66
7.63
3.45
7.3
7.18
8.63
7.38
7.92
12.04
8.41

23-04
10 (g)
0
0
5.8
6.05
2.67
6.61
6.94
7.79
8.43
8.23
5.65
5.54
2.61
0
0
0
6.38
3.59
5.52
2.59
10.07
4.19
6.46
0
11.58

24-04
10 (g)
0
0
6.56
10.15
0

25-04
10 (g)
4.69
0
0.99
5.18
6.27

26-04
10 (g)
3.49
0
0.23
5.59
13.91

6.4
5.83
0
0
0
0
0
2.96
6.1
0
8.26
2.19
7.37
0
10.6

7.69
0
0
0
0
0
0
2.75
5.07
1.41
6.25
3.62
5.81
0
0

10.92
16.76
10.7
18.17
8.15
2.47
1.71
5.16
0.16
11.24
4.06
12.53
4.87
0
2.44

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

13-04
10 (g)
0
0
2.5
10
0.87
5.8
6.06
8.82
9.3
3.6
13.83
8.83
5.93
4.02
4.08
6.29
7.17
3.96
10.46
2.74
18.58
6.3
8.95
6.98
11.42

14-04
10 (g)
0.53
0
1.08
6.88
1.28
3.61
5.54
7.51
6.31
2.06
7.63
8.4
6.7
2.64
3.51
5.72
3.21
4.15
8.58
4.04
6.26
2.99
8.27
0
9.62

15-04
10 (g)
2.34
0
3.71
7.1
0
6.43
1.38
7.05
5.82
2.1
6.98
6.7
4.24
0
3.75
0
7.05
5.15
4.59
0
8.86
2.28
7.41
0
9.46

16-04
10 (g)
3.24
0
1.07
0.82
7.21
0
6.83
5.79
1.38
3.82
10.01
6.8
5.99
0
2.35
0.82
4.38
4.26
5.83
3.26
2.95
0
8.38
0
11.66

17-04
10 (g)
0
0
5.28
11.65
0
7.9
3.74
6.6
6.19
3.82
6.22
4.25
6.82
0
3.59
3.64
3.85
4.75
8.07
3.61
12.62
4.1
7.8
0
8.25

18-04
10 (g)
0
0
1.07
0
0
4
7.42
6.07
4.38
2.68
5.57
6.05
5.67
0
0
4.13
6.16
7.02
4.71
3.21
6.47
4.22
10.58
0
8.73

19-04
10 (g)
4.96
0
2.83
4.05
3.22
4
4.61
10.19
11.88
6.53
9.78
11.31
9.32
0
5.99
3.17
8.49
7.88
8.91
8.14
12.33
8.31
8.17
0
9.2

20-04
10 (g)
0
0
5.35
6.73
0
4.27
6.64
4.77
9.25
3.33
10.87
8.17
5.47
0
1.5
3.44
4.52
6.23
8.24
5.23
10.93
2.96
8.57
0
8.36

21-04
10 (g)
0
0
9.16
5.82
0
3.78
5.69
6.92
3.48
3.27
8.87
4.91
1.43
0
3.9
0
2.62
4.93
5.53
3.11
7.1
2.75
7.1
0
10.23

22-04
10 (g)
0
0
7.42
2.83
3.82
0
3.52
8.06
7.39
6.58
6.77
5.88
0
0
0
0
4.46
4.74
5.24
2.07
8.1
7.76
9.1
0
8.09

62

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

8.43
4.22
0.35
4.22
9.49
6
6.13
7.43
16.45
8.65

6.45
6.05
5.96
2.54
7.4
20.07
5.01
5.31
5.08
4.06

1.28
1.54
1.1
3.83
3.29
2.52
5.58
3.48
6.46
7.78

6.66
6.61
0
2.53
7.93
8.43
3.33
7.39
0
4.95

2.42
2.89
3.56
7.2
6.17
2.2
3.98
4.5
0
4

2.55
0
2.58
5.23
8.11
5.98
7.76
6
0
6.9

9.77
5,67
1.4
8.53
6.48
11.42
6.31
4.36
2.41
11.15

0
3.13
3.83
7.04
12.17
6.92
4.74
9.81
0
2.19

4.38
0
2.66
6.59
6.4
7.6
6.83
7.63
4.21
1.46

0
0
3.46
5.14
2.78
5.07
2.52
7.87
2.76
9.3

4.91
4.73
2.82
6.86
7.24
6.6
5.52
8.05
0
5.63

3.24
4.94
1.64
5.87
4.8
6.27
4.73
5.74
7.64
3.89

0
0
0.47
0.51
0
3.36
6.53
1.84
0
0.94

0
0
2.41
0.64
0
16.35
0
0.12
0.61
11.03

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

27-04
10 (g)
5.54
0
11.61
9.32
13.67

28-04
10 (g)
3.69
0
6.37
6.36
9.5

29-04
10 (g)
2.7
0
1.83
3.51
10.2

30-04
10 (g)
2.24
0
0.7
4.12
3.32

01-05
10 (g)
0.89
0
3.75
9.08
4.42

02-05
10 (g)
0.74
0
0.3
1.25
0.84

03-05
10 (g)
15.1
0
11.98
2.87
5.69

04-05
10 (g)
0.55
0
1.01
8.85
4.77

05-05
10 (g)
0
0
3.51
0
3.75

06-05
10 (g)
7.86
0
0
10.07
14.77

07-05
10 (g)
15.31
0
0.7
4.86
11.89

08-05
10 (g)
4
0
1
6
5

09-05
10 (g)
4.94
0
1.69
8.69
1.04

10-05
10 (g)
0
0
0
7.19
0

7.54
10.27
8.08
13
6.83
7.45
13.23
7.8
12
8.66
0.19
6.85
4.49
0
7.6

10.25
6.77
0
12.83
0
4.87
2.81
2.9
6.99
8.56
1.9
0.18
3.69
0
6.31

7.29
0.5
0
6.69
0
0
0.87
0.26
2.4
0.25
6.43
0
5.21
0
5.5

11.56
5.33
0
0
0
0
3.44
1.49
7.08
1.69
6.98
0.42
4.38
0
6.54

4.7
4.64
1.5
5.45
0.25
3.66
0
0.86
6.1
2.67
4.52
4.46
6.96
0
5.89

6.01
0.96
0
0
0
0
0
0.39
0
0
3.67
0
0
0
4.86

3.02
9.08
2.68
13.28
13.46
4.08
8.65
3.56
5.21
2.78
7.46
0
3.54
0
6.03

8.8
0.79
4.17
0
0
1.03
17.25
8.21
11.6
12.59
9.81
0
4.33
0
7.01

4.07
0
11.16
0
0
0
14.12
3.64
0
10.39
5.56
0.82
1.53
0
3.21

7.96
10.24
9.56
0
0
0.32
6.1
1.32
2.55
11.31
0
0.64
2.9
0
0

1.29
3.82
0
0
0
0
5.95
0.19
2.24
3.96
5.9
1.17
0
0
8.8

8
7
13
0
0
0
3
1
0
0
0
0
1
0
7

4.17
2.42
0.76
0
0
0
4.13
0
1.82
8.97
0
0
2.62
0
8.97

3.33
0
0
0
10
0
1.34
0
0
3.42
3.96
1.97
3.41
0
5.64

63

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

0
3
3.25
0
3.41
5.93
0
3.31
9.56
5.56

0
7.2
0
0.47
0.98
1.63
0
0
0.18
0

0
11.37
1.25
7.25
2.46
6.91
1.99
1.98
3.77
3.42

3.32
5.06
0
0
0
6.46
3.32
3.03
3.42
1.91

10.74
5.56
1.05
0.48
0.76
4.24
3.03
0
0
0.3

0
0
0
0
0
0
0
0
1.03
0

12.66
20.5
8.24
0
0
25.86
7.25
1.5
18.05
14.49

7.99
16.84
4.79
1.99
0
13.1
8.18
0
7.91
5.54

9.78
5.33
0.97
2.46
0
4.69
2.54
0
0
3.28

2.71
5.81
0
1.15
0
1.44
0
0
0
0

9.77
0
0
0
0
6.07
0.28
0
0
0

7
0
0
0
0
5
0
0
0
0

5.57
0
0
3.41
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
3.57
0
0
0
0

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

11-05
10 (g)
0
0
2.06
6.04
0

12-05
10 (g)
0
0
0
0.79
1.8

13-05
10 (g)
0
0
0
4.1
0

14-05
10 (g)
0
0
0
2.13
2.12

15-05
10 (g)
0
0
0
5.1
0

16-05
10 (g)
0
0
0
2.19
0

17-05
10 (g)
0
0
0
0
0

18-05
10 (g)
0
0
0
3.31
0

19-05
10 (g)
0
0
0
0
0

20-05
10 (g)
0
0
0
0
0

21-05
10 (g)
0
0
0
0
0

22-05
10 (g)
0
0
0
0
0

23-05
10 (g)
0
0
0
0
0

24-05
10 (g)
0
0
0
0
0

0
3.05
0
0
5.94
0
20.32
0
0
0
3.34
7.41
3.54
0
6.4

0
0
0
0
10.76
0
3.25
0
0
0
9.9
0
0
0
6.25

0
0
0
0
12.38
0
0
0
0
0
5.56
0
0
0
3.35

0
0
0
0
16.59
0
0
0
0
0
5.87
0.53
0
0
2.7

0
0
0
2
14.42
0
0
0
0
0
3.55
0
0
0
4.03

0
0
6.76
0
0
0
3.16
0
0
0
0
0
0
0
1.71

0
0
0
0
5.47
0
0
0
0
0
2.24
0
0
0
1.69

0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
2.43
0
1.92
0
0.62

0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.76
3.26
0
3.31
0
4.26

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4.34
0
0
4.75
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2.76
0
0
0
3.51

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3.18
0
7.66
0
4.17

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2.12
0
0
0
0.16

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

64

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.91

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

2.16
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

3.4
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
3.57
0.75
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

25-05
10 (g)
0
0
0
1.26
0

26-05
10 (g)
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.8
0
0
0
1.9

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

65

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Lampiran 3: Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada


Kelompok Perlakuan I (Kontrol Negatif)

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

KONTROL NEGATIF
Lapang pandang P1 P2 P3

P4

P5

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

2
0
1
0
0
2
3
4
2
0

2
3
1
0
0
2
3
3
1
0

1
0
2
2
1
1
3
0
0
2

4
5
4
6
3
2
6
4
6
7

0
3
1
1
0
1
2
0
2
1

Rata-rata

1,4

1,5

1,2

4,7

1,1

Lampiran 4: Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada


Kelompok Perlakuan II (Kontrol Positif)
KONTROL POSITIF

66

NO

Lapang pandang

P1

P2

P3

P4

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

10
6
5
6
5
7
4
5
5
4

4
7
4
6
4
6
5
2
4
5

6
4
8
6
7
5
5
7
4
7

7
6
7
9
10
6
4
6
6
7

Rata-rata

5,7

4,7

5,9

6,8

P5

Lampiran 5: Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada


Kelompok Perlakuan III
Diet Aterogenik (90 hari) +
Diet normal + 0 mg/ml Kelor (30 hari)
NO Lapang pandang P1 P2 P3 P4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

4
3
2
3
1
2
1
3
5
4

1
4
10
12
4
4
5
7
2
14

4
3
9
8
10
9
5
8
6
10

3
2
3
5
4
5
2
4
2
6

Rata-rata

2,8

6,3

7,2

3,6

P5

Lampiran 6: Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada


Kelompok Perlakuan IV
Diet Aterogenik (90 hari) +

67

Diet normal + 5 mg/ml Kelor (30 hari)


NO Lapang pandang P1 P2 P3 P4

P5

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

2
5
11
0
4
7
3
0
8
4

4
1
2
2
0
1
4
0
0
3

9
8
4
4
3
6
5
7
3
4

6
0
13
2
6
8
7
5
5
9

10
6
3
6
4
7
5
10
6
8

Rata-rata

4,4

1,7

5,3

6,1

6,5

Lampiran 7: Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada


Kelompok Perlakuan V
Diet Aterogenik (90 hari) +
Diet normal + 10 mg/ml Kelor (30 hari)
NO Lapang pandang P1 P2 P3 P4 P5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
0
1
3
0
2
2
4
0
1

1
1
2
1
4
2
2
7
3
15

1
4
0
1
3
2
5
2
1
3

1
5
0
6
8
9
3
5
12
5

6
2
5
10
7
7
8
5
5
4

Rata-rata

1,4

3,8

2,2

5,4

5,9

Lampiran 8: Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada


Kelompok Perlakuan VI
Diet Aterogenik (90 hari) +
Diet normal + 20 mg/ml Kelor (30 hari)

68

NO

Lapang pandang

P1

P2

P3

P4

P5

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

0
1
1
4
2
3
4
1
2
3

0
0
1
0
1
0
0
0
6
1

1
1
1
2
1
0
3
4
0
1

5
2
0
4
6
4
2
4
5
1

5
4
7
4
3
7
2
3
5
3

Rata-rata

2,1

0,9

1,4

3,3

4,3

Lampiran 9: Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada


Kelompok Perlakuan VII
Diet Aterogenik (90 hari) +
Diet normal + 40 mg/ml Kelor (30 hari)
NO Lapang pandang P1 P2 P3 P4 P5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

6
4
3
1
1
3
1
1
2
9

2
5
5
4
2
3
0
0
3
2

1
0
0
5
0
1
9
5
0
3

6
6
4
3
4
7
3
0
5
0

Rata-rata

3,1

2,6

2,4

3,8

69

Lampiran 10: Jumlah dan Rata-rata VCAM-1 yang Digunakan untuk


Analisis Data

No

Sampel (Kadar
Kelor)

Jumlah VCAM-1 (sel /


lapang pandang)

2,20

1,67

5,78

0,86

4,98

2,11

1,5
I (K-)

1,2

4,7

4,7

5,9
II (K+)

6,8

5,7

10

Standar
Deviasi

1,4

Rata-rata Jumlah VCAM-1


(sel / lapang pandang)

III (0mg/ml)

6,3
7,2

70

11

3,6

12

2,8

13

4,4

14

1,7
IV (5mg/ml)

15

6,1

16

5,3

17

1,4

18

3,8
V (10mg/ml)

19

2,2

20

5,4

21

2,1

22

0,9
VI (20mg/ml)

23

1,4

24

3,3

25

3,1

26

2,6
VII (40mg/ml)

27

2,4

28

3,8

4,38

1,91

3,20

1,77

1,93

1,04

2,98

0,62

Lampiran 11 : Uji Normalitas Data


Kolmogorov-Smirnov(a)
sel/lap.pandang

Perlakuan
1
2

Statistic
,412
,215

df

Shapiro-Wilk

4
4

Sig.
.
.

Statistic
,700
,979

df
4
4

Sig.
,012
,895

,243

,905

,457

,255

,917

,519

,214

,963

,798

,193

,960

,780

,226

,936

,630

71

a Lilliefors Significance Correction

Lampiran 12: Uji Homogenitas Varian


sel/lap.pandang
Levene
Statistic
1,895

df1

df2
6

Sig.
,129

21

Lampiran 13: Uji ANOVA


ANOVA
sel/lap.pandang

Between Groups
Within Groups
Total

Sum of
Squares
50,124
48,778
98,901

df
6
21
27

Mean Square
8,354
2,323

F
3,597

Sig.
,013

72

Lampiran 14: Tukey HSD Test


Multiple Comparisons
Dependent Variable: sel/lap.pandang
Tukey HSD
(I) Perlakuan

1 (Kontrol
negatif)

2 (Kontrol
positif)

(J) Perlakuan

5 (10 mg/ml)

6 (20 mg/ml)

Std. Error

Sig.
Lower Bound

Upper Bound

-3,57500(*)

1,07767

,044

-7,0783

-2,77500

1,07767

,184

-6,2783

,7283

-2,17500

1,07767

,433

-5,6783

1,3283

-1,00000

1,07767

,964

-4,5033

2,5033

,27500

1,07767

1,000

-3,2283

3,7783

-,77500

1,07767

,990

-4,2783

2,7283

3,57500(*)

1,07767

,044

,0717

7,0783

4
5

,80000
1,40000
2,57500

1,07767
1,07767
1,07767

,988
,845
,251

-2,7033
-2,1033
-,9283

4,3033
4,9033
6,0783

3,85000(*)

1,07767

,025

,3467

7,3533

2,80000

1,07767

,176

-,7033

6,3033

2,77500

1,07767

,184

-,7283

6,2783

-,80000

1,07767

,988

-4,3033

2,7033

,60000

1,07767

,997

-2,9033

4,1033

1,77500
3,05000
2,00000

1,07767
1,07767
1,07767

,656
,115
,528

-1,7283
-,4533
-1,5033

5,2783
6,5533
5,5033

2,17500

1,07767

,433

-1,3283

5,6783

-1,40000

1,07767

,845

-4,9033

2,1033

-,60000

1,07767

,997

-4,1033

2,9033

1,17500

1,07767

,924

-2,3283

4,6783

2,45000

1,07767

,301

-1,0533

5,9533

7
1
2

1,40000
1,00000
-2,57500

1,07767
1,07767
1,07767

,845
,964
,251

-2,1033
-2,5033
-6,0783

4,9033
4,5033
,9283

-1,77500

1,07767

,656

-5,2783

1,7283

-1,17500

1,07767

,924

-4,6783

2,3283

1,27500

1,07767

,893

-2,2283

4,7783

,22500

1,07767

1,000

-3,2783

3,7283

-,27500

1,07767

1,000

-3,7783

3,2283

-3,85000(*)
-3,05000
-2,45000

1,07767
1,07767
1,07767

,025
,115
,301

-7,3533
-6,5533
-5,9533

-,3467
,4533
1,0533

6
7
4 (5 mg/ml)

95% Confidence Interval

3 (0 mg/ml)

Mean
Difference
(I-J)

3
4

-,0717

73

-1,27500

1,07767

,893

-4,7783

2,2283

-1,05000

1,07767

,954

-4,5533

2,4533

,77500

1,07767

,990

-2,7283

4,2783

-2,80000

1,07767

,176

-6,3033

,7033

-2,00000

1,07767

,528

-5,5033

1,5033

-1,40000
1,07767
-,22500
1,07767
1,05000
1,07767
* The mean difference is significant at the .05 level.

,845
1,000
,954

-4,9033
-3,7283
-2,4533

2,1033
3,2783
4,5533

7 (40 mg/ml)

4
5
6

Lampiran 15: Homogenous Subsets


sel/lap.pandang
Tukey HSD
Perlakuan

Subset for alpha = .05


N

6
1

4
4

1,9250
2,2000

2,9750

2,9750

3,2000

3,2000

4,3750

4,3750

4,9750

4,9750

Sig.

5,7750

,115
,176
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama

: Sandy Wijaya

NIM

: 0710710018

Program Studi : Program Studi Kedokteran Umum


Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benarbenar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya aku sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 1 November 2010


Yang membuat pernyataan,

Sandy Wijaya
NIM. 0710710018

74

También podría gustarte