Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISA INSTRUMEN
UV-VIS II
DISUSUN OLEH
Nama/NIM
Kelompok
: VI (Enam)
Kelas
UV-VIS II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
UV-VIS II
yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, panjang gelombang bila
mana absorbsi itu terjadi, bergantung pada kekuatan elektron itu terikat dalam
molekul. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat dan
diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang rendah untuk
eksitasinya.
Spektrofotometri UV-Visible dapat menentukan penentuan terhadap sampel
yang berupa larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu
diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai antara lain:
1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur
molekulnya dan tidak berwarna.
2. Tidak terjadi interksi dengan molekul senyawa yang dianalisa.
3. Kemurniannya harus tinggi untuk dianalisa.
Spektrofotometri UV-Visible melibatkan energi elektromagnetik cukup besar
pada molekul yang dianalisis, sehingga Spektrofotometri UV-Visible lebih banyak
dipakai untuk analisa kuantitatif dibanding analisa kualitatif. Analisa dengan
Spektrofotometri UV-Visible selalu melibatkan pembacaan radiasi elektromagnetik
oleh molekul atau radiasi elektromagnetik yang diteruskan, keduanya dikenal dengan
absorbansi (A) tanpa satuan dan transmitansi dengan satuan persen (%).
Spektrometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari penilikan
visual dalam mana studi yang lebih rinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh
spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam pencirian dan
pengukuran kuantitatif. Dengan mengantikan mata manusia dengan detektordetektor radiasi lain, dimungkinkan studi absorbsi (serapan) diluar daerah spektrum
tampak dan sering kali eksperimen spektrometri dilakukan secara automatik. Dalam
penggunaan dewasa ini, istilah spektrometri menyiratkan pengukuran jauhnya
penyerapan energi cahaya oleh suatu system kimia itu sebagai fungsi dari panjang
gelombang radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada
suatu panjang gelombang tertentu.
Dalam daerah tampak dari spektrum itu, manusia dengan ketampakan warna
yang dengan indera subyektif mengenai warna, dan memang warna kadang-kadang
digunakan agar tidak repot untuk menandai porsi-porsi spektrum tertentu, seperti
dipaparkan dalam klasifikasi dalam tabel berikut:
UV-VIS II
Tabel 1.1 Spektrum tampak dan warna warna komplementer
Panjang gelombang
Warna
Warna komplementer
(nm)
400 - 435
Lembayung (violet)
Kuning hijau
435 - 480
Biru
Kuning
480 - 490
Hijau biru
Jingga
490 - 500
Biru hijau
Merah
500 - 560
Hijau
Ungu (purple)
560 - 580
Kuning hijau
Lembayung (violet)
580 - 595
Kuning
Biru
595 - 610
Jingga
Hijau biru
610 - 750
Merah
Biru - hijau
UV-VIS II
sendiri). Intensitas sinar setelah melalui larutan diubah oleh fotosel menjadi tenaga
listrik dan besarnya intensitas sinar ini bergantung pada konsentrasi unsur dalam
larutan dan tebal larutan yang dilalui sinar. Alat untuk mengukur intensitas sinar
setelah melalui larutan disebut spektrofotometer.
Spektrofotometer biasanya merupakan gabungan dari fotometer dan
spektrometer. Spektrometer adalah alat untuk menghasilkan spektrum sinar
berwarna dengan panjang gelombang tertentu (monokromator), sedang fotometer
adalah alat untuk mengukur intensitas sinar yang dihasilkan.
Keterangan :
==
UV-VIS II
mikrometer merupakan satuan yang lazim untuk daerah inframerah. Satu mikrometer
= 10-6 cm dan satu nanometer (nm) = 10-9 m atau 10-7 cm, satu Angstrom () = 10-10
m atau 10-8 cm jadi 1nm = 10 .
Spektra elektronik senyawaan dalam fase uap kadang-kadang menunjukkan
struktur halus dalam mana sumbangan vibrasi dapat teramati, namun dalam fase-fase
mampat,tingkat energi molekul demikian terganggu oleh tetangga-tetangga
dekatnya, sehingga seringkali hanya tampak pita lebar. Semua molekul dapat
menyerap radiasi dalam daerah UV-Visible(tampak) kerena mereka mengandung
elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasi ke tingkat energi
yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada mana absorbsi itu terjadi, bergantung
pada betapakuat elektron itu terikat dalam molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan
kovalen tunggal terikat dengan kuat, dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau
panjang gelombang pendek untuk eksitasinya.
Benda bercahaya seperti matahari atau suatu bohlam listrik memancarkan
spektrum yang lebar yang terdiri dari panjang gelombang. Panjang gelombang yang
dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu mempengaruhi selaput mata manusia
dan karenanya menimbulkan kesan subyektif akan ketampakan (vision). Namun
banyak radiasi yang dipancarkan oleh benda panas terletak diluar daerah dimana
mata itu peka, dan kita bicara mengenai daerah ultraviolet dan inframerah dari
spektrum yang terletak di kiri dan di kanan daerah
tampak. Spektrum
UV
IF
1A 1nm
Gel. Radio
1m
1mm
1m
10-11 10-9 10-7 10-5 10-3 10-1 101 103 105 107 109
Panjang Gelombang (cm)
Gambar 1.1 Klasifikasi kira-kira spektrum elektromegnetik
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
UV-VIS II
1.2.3 Hukum Lambert Beer
Analisis dengan spektrofotometri UV-Vis selalu melibatkan pembacaan
absorbansi radiasi elektromagnetik oleh molekul atau radiasi elektromagnitik yang
diteruskan. Keduanya dikenal sebagai absorbansi (A) tanpa satuan dan transmitansi
dengan satuan persen (% T ).
Apabila suatu radiasi elektromagnetik dikenakan pada suatu larutan dengan
intensitas radiasi semula (Io), maka sebagian radiasi tersebut akan diteruskan (It),
dipantulkan (Ir) dan diabsorbsi (Ia) sehingga :
Io = I r + I a + I t
Harga Ir ( 4%) dengan demikian dapat diabaikan karena analisis dengan
metode spektrofotometri UV-Vis dipakai larutan pembanding sehingga :
Io= Ia+ It
Bouguer (Lambert) dan Beer membuat formula secara matematik hubungan
antara transmitansi atau absorbansi terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat
yang akan dianalisa dan tebal larutan yang mengabsorbsi sebagai :
A= bc
T = = 10 bc
A = log = b c
Dimana:
T = Transmitansi
Io = intensitas radiasi yang datang
It = intensitas radiasi yang diteruskan
= absorbtivitas molar ( L mol-1cm-1)
c = konsentrasi (mol/L)
b = tebal larutan (cm)
A = absorbansi
1.2.4 Proses pengabsorpsian cahaya
Proses pengabsorpsian cahaya, baik uv maupun visible, terutama terjadi
karena pengeksitasi elektron-elektron yang terikat, sehingga panjang gelombang dari
puncak adsorpsi akan sangat ditentukan oleh jenis ikatan yang ada dalam molekul
yang diamati. Pengadsorpsian pada daerah uv dan visible, terutama sekali terbatas
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
UV-VIS II
untuk gugus-gugus fungsi yang mempunyai elektron-elektron valensi dengan energi
eksitasi rendah (chromofor).
Spektra serapan dapat diperoleh dengan mengunakan sampel dalam berbagai
bentuk: gas, lapisan tipis cairan, larutan dalam berbagai pelarut, dan bahkan zat
padat. Kebanyakan kerja analitis melibatkan larutan, dan mengembangkan
pemberian kuantitatif dari hubungan antara konsentrasi suatu larutan dan
kemampuan menyerap radiasi. Tingkat kejadian absorbsi juga bergantung pada jarak
yang dilewati radiasi melewati larutan itu. Serapan juga bergantung pada panjang
gelombang radiasi dan sifat dasar spesies molekul dalam larutan.
1.2.5 Instrumentasi Spektrofotometri UV-Visible
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitansi atau penyerapan
suatu contoh sebagai fungsi dari panjang gelombang. Selain itu juga digunakan
untuk pengukuran sederetan contoh pada suatu panjang gelombang tunggal. Secara
blok diagram dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber
Monokromator
Sampel
Detektor
Pengganda
Display
UV-VIS II
harus mencakup semua panjang gelombang pada daerah yang digunakan.
3. sumber radiasi harus stabil, daya berkas radiasi harus tetap konstan pada
periode yang diperlukan untuk mengukur I dan Io.
Ada dua macam sumber radiasi :
1.
2.
b. Monokromator
Monokromator adalah peralatan optik yang dapat mengisolasi suatu berkas
radiasi dari sumber kontinyu dengan kemurniaan spektral yang tinggi untuk
panjang gelombang manapun. Alat ini bisa diatur secara manual maupun secara
otomatik sampai diperoleh setiap panjang gelombang yang dikehendaki.
Unsur-unsur terpenting sebuah monokromatis adalah sistem celah dan unsur
dispersif.
Celah (slith)
Celah monokromator merupakan bagian yang penting dalam menentukan
unjuk kerja karakteristik dan kualitasnya. Setiap monokromator selalu
dilengkapi sepasang celah, yaitu celah masuk dan celah keluar. Keduanya
berperan menentukan sifat monokromatis sinar yang dihasilkan dan resolusi
panjang gelombang. Celah ini terdiri dari dua buah pelat logam yang telah
diasah ujung-ujungnya dengan menggunakan mesin sehingga sisi-sisinya
tajam.
Harus diperhatikan bahwa kedua sisi celah benar-benar sejajar satu sama
lain dan berada pada bidang yang sama. Ada dua jenis monokromator, yang
satu menggunakan grating (kisi) sebagai pendispersi radiasi.
Monokromator prisma
Komponen ini terbuat dari bahan kuarsa untuk daerah ultra violet, tampak
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
UV-VIS II
dan infra merah dekat. Gelas menghasilkan pemilihan (resolution) yang baik
pada daerah panjang gelombang antara 350-2500 nm.
Prinsip bekerjanya suatu prisma, apabila seberkas sinar melewati antar
medium yang berbeda, seperti udara dan gelas, pembelokkan berlangsung yang
disebut rekraksi. Besarnya pembelokkan tergantung pada indeks bias gelas.
Indeks bias ini berubah-ubah dengan panjang gelombang cahaya, cahaya biru
lebih dibelokkan dari pada yang merah.
Kemurniaan spektral dari radiasi yang keluar dari monokromator
tergantung pada daya dispersif prisma dan lebar celah keluar. Pada dugaan
pertama, bahwa monokromatis dapat dideteksi dengan hanya mempersempit
celah. Ternyata tak demikian, karena celah yang sedemikian sempit
mengakibatkan difraktif pada tepinya. Hal ini hanya menciptakan suatu
kehilangan energi radiasi tanpa peningkatan kemurnian spektral.
UV-VIS II
meneruskan sinar dari daerah spektrum yang dipakai. Kaca silika biasa dapat
digunakan antar 350 3,6 nm. Pada daerah 100 nm sampai daerah tampak dapat
menggunakan sel dari bahan kaca corex. Tetapi bahan demikian tidak boleh
digunakan untuk daerah ultra violet, karna bersifat menyerap sinar ultra violet.
Sehingga untuk pengukuran daerah ultra violet dibawah 350 nm, sel harus terbuat
dari bahan kuarsa dan leburan silikat. Kedua bahan tersebut dapat digunakan juga
didaerah tampak sampai 3,5 nm, tetapi harganya cukup mahal. Bahan yang murah
seperti plastik dapat digunakan hanya untuk daerah tampak.
d.
Detektor
Prinsip detektor pada spektrofotometer adalah energi foton sinar yang jatuh
mengenai dan mengubah energi tersebut menjadi suatu besaran yang dapat
diukur. Salah satu jenis detektor yang sering digunakan adalah detektor
fotolistrik, yang mengubah energi sinar menjadi energi listrik.
Detektor yang digunakan mempunyai beberapa sifat : mempunyai kepekaan
yang tinggi, perbandingan sinyal dan noise tinggi, dan mempunyai respon tetap
pada daerah panjang gelombang pengamatan. Disamping itu sinyal listrik yang
dihasilkan oleh pengubahan harus berbanding lurus dengan energi radiasi.
UV-VIS II
persyaratan untuk terpenuhinya hal tersebut adalah :
1.
2.
Tak membentuk warna dengan zat-zat lain yang ada dalam larutan.
3.
4.
UV-VIS II
UV-VIS II
BAB II
METODOLOGI
Kuvet
Botol semprot
Bulp
Buret
Statif
Pipet tetes
Aquadest
UV-VIS II
Larutan hidroksilamin
Sampel(air sumur)
Pembuatan Sampel
UV-VIS II
Penentuan maksimum menggunakan larutan blanko dan larutan standar yang paling
pekat
1. Menghubungkan alat UV-Visible Cary 50 Conc-Varian dan komputer ke sumber
listrik serta memastikan sistem dan alat menyala dan self test selesai.
2. Mengklik icon Scan pada desktop sehingga tampil window scan.
3. Mengklik set up hingga tampil window set up dan melakukan pengukuran
parameter.
o Cary instrument mode
o
X mode
Start
: 600 nm
Stop
: 400 nm
Mode
: absorbansi
Y min / X maks
: skala absorbansi
Y mode
o Scan control
o
Display option
: overlay data
Beam mode
: dual beam
o Baseline
Correction
: none
Name
: kelompok 6 D4 2013
Include x-y
Peak table
o
o Report
: all peaks
maksimum peaks
o Auto store
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
UV-VIS II
o
Storage
: storage on
4.
Mengklik ok.
5.
6.
7.
8.
9.
Muncul kotak save as, lalu memilih file name yang dan mengklik
ok.
10.
11.
Mengklik
icon
concentration
pada
desktop
sehingga
tampil
window
concentration.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mengklik Ok
9.
10. Mengklik Ok
11. Memasukkan kuvet yang berisi larutan blanko, kemudian menutup alat UV-VIS.
12. Mengklik zero hingga absorbansi menunjukkan nilai = 0,0000
13. Mengklik start, kemudian memindahkan data larutan standar dan larutan sampel
dari kotak kanan ke kotak kiri.
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
UV-VIS II
14. Mengklik Ok
15. Mengklik file name. Muncul kotak dialog present standar.
16. Memasukkan kuvet yang berisi larutan sampel, kemudian menutup alat UV-VIS.
17. Mengklik start.mengklik finish, akan muncul kurva standar antara absorbansi
melawan konsentrasi dan data nilai konsentrasi larutan sampel.
18. Mengklik print, kemudian mengklik exit.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
Tabel 3.1 Konsentrasi Dan Absorbansi Larutan Standar
No
1
2
3
4
5
6
Larutan
Standar 1
Standar 2
Standar 3
Standar 4
Standar 5
Standar 6
Konsentrasi (mg/L)
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
Absorbansi
0,0527
0,0808
0,1358
0,1627
0,2238
0,2340
Pers.reg linear
y= 0,19972x +
UV-VIS II
7
8
Standar 7
Standar 8
1,4
1,6
0,2931
0,3296
0,00933
Sampel
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Konsentrasi(mg/L)
0,7
0,7
0,8
Absorbansi
0,1449
0,1458
0,1770
Sampel
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
fp
4
4
4
Konsentrasi Larutan(mg/L)
0,7
0,7
0,8
Konsentrasi Sampel(mg/L)
2,8
2,8
3,2
3.3 Pembahasan
Pada percobaan spektrometer UV-VIS ini digunakan prinsip dasar interaksi antara
materi khususnya molekul dengan cahaya sebagai fungsi panjang gelombang. Percobaan
ini bertujuan untuk menentukan kadar besi(II) dapat dianalisa dengan menggunakan alat
spektrometer UV-VIS, karena merupakan senyawa anorganik maka harus dibuat
senyawa kompleksnya terlebih dahulu.
Hal pertama yang dilakukan adalah membuat larutan standar dari larutan induk.
Larutan standar digunakan untuk membuat kurva kalibrasi yaitu kurva antara absorbansi
melawan konsentrasi. Bahan yang ditambahkan pada saat pembuatan larutan standar,
yang eprtama adalah Hidroksilamin Klorida yang berfungsi untuk mereduksi Fe3+
Fe2+ sehingga Fe2+ bereaksi dengan Orthophenantrolin untuk membentuk senyawa
kompleks sehingga larutan menjadi berwarna. Kemudian menambahkan asam kuat HCl
sebagai katalis yaitu mempercepat terjadinya reaksi tanpa ikut bereaksi. Penambahan
Buffer Asetat untuk mempertahankan pH karena orthophenantrolin hanya dapat bekerja
pada pH 6-8.
Sebelum menentukan kadar besi (II) dalam sampel air, maka terlebih dahulu
menentukan panjang gelombang maksimum yang digunakan oleh besi(II) untuk
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
UV-VIS II
bereksitasi. Panjang gelombang maksimum ini didapat dengan nilai (400-600) nm
pada konsentrasi larutan standar besi(II) 1,6 ppm paling besar dengan nilai
absorbansinya sebesar 0,3296. maks ini (510 nm) digunakan untuk menentukan kurva
kalibrasi dari larutan standar besi (II). Konsetrasi larutan standar besi(II) ini diplotkan
dengan nilai absorbansi pada masing-masing larutan standar. Dari hasil hubungan antara
konsentrasi larutan standar dan nilai absorbansi akan diperoleh persamaan garis y =
0,19972x 0,00933 dan R2= 0,99071. Dari persamaan tersebut didapatkan konsentrasi
sampel dengan mengalikan konsentrasi larutan sampel dan faktor pengencernya masingmasing. Konsentrasi besi (II) dalam sampel 1 sebesar 2,8 mg/L; sampel 2 sebesar 2,8
mg/L; sampel 3 sebesar 3,2 mg/L.
Untuk pengukuran absorbansi larutan standar pada panjang gelombang 510 nm
sesuai dengan hukum Lambert-Beer A= bc, dimana nilai absorbansi berbanding lurus
dengan konsentrasi larutan. Semakin besar konsentrasi maka semakin besar absorbansi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kadar besi yang diperoleh dalam masing-masing sampel adalah sebagai berikut:
1. Sampel 1 sebesar 2,8 mg/L
2. Sampel 2 sebesar 2,8 mg/L
3. Sampel 3 sebesar 3,2 mg/L
UV-VIS II
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
Tim Laboratorium Kimia Instrumen. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Analisa Instrumen.
Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda
UV-VIS II
UV-VIS II
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1. Konsentrasi Fe2+ pada sampel 1
(Fe2+) = konsentrasi larutan sampel fp
= 0,7 mg/L 4
= 2,8 mg/L
2. Konsentrasi Fe2+ pada sampel 2
(Fe2+) = konsentrasi larutan sampel fp
= 0,7 mg/L 4
= 2,8 mg/L
3. Konsentrasi Fe2+ pada sampel 3
(Fe2+) = konsentrasi larutan sampel fp
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
UV-VIS II
= 0,8 mg/L 4
= 3,2 mg/L