Está en la página 1de 24

UV-VIS II

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISA INSTRUMEN
UV-VIS II

DISUSUN OLEH
Nama/NIM

: 1. Khoirul Huda / 12 644 001


2. Niken Widiyanti / 12 644 009
3. Evi Kartika Tammu / 12 644 02

Kelompok

: VI (Enam)

Kelas

: III S-1 Terapan

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal ..Januari 2014

Mengesahkan dan menyetujui,


Dosen Pembimbing

Dedi Irawan, S.T, MT


NIP: 19750208 2002121 001

LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan

Memahami prinsip analisa dengan menggunakan UV-VIS

Mampu mengoperasikan alat UV-VIS

Mampu mempersiapkan sampel dengan cermat

Menganalisa sampel seperti kadar besi dalam air tanah

1.2 Dasar Teori


Sudah lama ahli kimia menggunakan warna sebagai suatu pembantu dalam
mengidentifikasikan zat kimia. Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai suatu
perpanjangandari penilikan visual dalam mana studi yang lebih rinci mengenai
penyerapan energi cahaya oleh spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih
besar dalam pencirian dan pengukuran kuantitatif. Dengan menggantikan mata manusia
dengan detektor-detektor radiasi lain, dimungkinkan studi absorbsi(serapan) diluar
daerah spektrum tampak, dan seringkali eksperimen spektrofotometri dilakukan secara
automatik. Dalam penggunaan dewasa ini, istilah spektrofotometri menyiratkan
pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai
fungsi dari panajng gelombang radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang
menyendiri peda suatu panjang gelombang tertentu. Untuk memahami spektrofotometri,
kita perlu meninjau ulang peristilahan yang digunakan dalam mencirikan energi cahaya,
memperhatikan antraksi radiasi dengan spesies kimia dengan cara elementer, dan secara
umum mengurus apa kerja instrumen-instrumen.( Tim.2013)
1.2.1 Spektrofotometri UV-Visible
Spektrofotometri UV-Visible adalah bagian teknik analisa spektroskopi yang
memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar
tampak (380-900 nm) dengan memakai instrument spektrofotometer.
Prinsip kerja dari spektrofotometri UV-Visible adalah penyerapan cahaya oleh
molekul-molekul. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-visible
(tampak) karena mereka mengandung elektron, baik berpasangan maupun sendiri
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II
yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, panjang gelombang bila
mana absorbsi itu terjadi, bergantung pada kekuatan elektron itu terikat dalam
molekul. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat dan
diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang rendah untuk
eksitasinya.
Spektrofotometri UV-Visible dapat menentukan penentuan terhadap sampel
yang berupa larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu
diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai antara lain:
1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur
molekulnya dan tidak berwarna.
2. Tidak terjadi interksi dengan molekul senyawa yang dianalisa.
3. Kemurniannya harus tinggi untuk dianalisa.
Spektrofotometri UV-Visible melibatkan energi elektromagnetik cukup besar
pada molekul yang dianalisis, sehingga Spektrofotometri UV-Visible lebih banyak
dipakai untuk analisa kuantitatif dibanding analisa kualitatif. Analisa dengan
Spektrofotometri UV-Visible selalu melibatkan pembacaan radiasi elektromagnetik
oleh molekul atau radiasi elektromagnetik yang diteruskan, keduanya dikenal dengan
absorbansi (A) tanpa satuan dan transmitansi dengan satuan persen (%).
Spektrometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari penilikan
visual dalam mana studi yang lebih rinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh
spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam pencirian dan
pengukuran kuantitatif. Dengan mengantikan mata manusia dengan detektordetektor radiasi lain, dimungkinkan studi absorbsi (serapan) diluar daerah spektrum
tampak dan sering kali eksperimen spektrometri dilakukan secara automatik. Dalam
penggunaan dewasa ini, istilah spektrometri menyiratkan pengukuran jauhnya
penyerapan energi cahaya oleh suatu system kimia itu sebagai fungsi dari panjang
gelombang radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada
suatu panjang gelombang tertentu.
Dalam daerah tampak dari spektrum itu, manusia dengan ketampakan warna
yang dengan indera subyektif mengenai warna, dan memang warna kadang-kadang
digunakan agar tidak repot untuk menandai porsi-porsi spektrum tertentu, seperti
dipaparkan dalam klasifikasi dalam tabel berikut:

LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II
Tabel 1.1 Spektrum tampak dan warna warna komplementer
Panjang gelombang

Warna

Warna komplementer

(nm)
400 - 435

Lembayung (violet)

Kuning hijau

435 - 480

Biru

Kuning

480 - 490

Hijau biru

Jingga

490 - 500

Biru hijau

Merah

500 - 560

Hijau

Ungu (purple)

560 - 580

Kuning hijau

Lembayung (violet)

580 - 595

Kuning

Biru

595 - 610

Jingga

Hijau biru

610 - 750

Merah

Biru - hijau

Spektra elektronik senyawa dalam fase uap kadang-kadang menujukkan


struktur halus dalam mana sumbangan vibrasi dapat teramati.
Metode analisa spektrometri banyak digunakan sebagai metode analisa
kuantitatif disamping metode-metode analisa lain seperti spektografi emisi,
spektrofotometri sinar-X. analisa dengan metode ini berdasarkan pengukuran
spektrum sinar yang terserap oleh larutan berwarna setelah melalui larutan (warna
yang timbul disebabkan oleh pembentukan senyawa berwarna unsur yang dianalisa
dengan penambahan pereaksi yang sesuai, atau berasal dari dalam penyusunannya
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II
sendiri). Intensitas sinar setelah melalui larutan diubah oleh fotosel menjadi tenaga
listrik dan besarnya intensitas sinar ini bergantung pada konsentrasi unsur dalam
larutan dan tebal larutan yang dilalui sinar. Alat untuk mengukur intensitas sinar
setelah melalui larutan disebut spektrofotometer.
Spektrofotometer biasanya merupakan gabungan dari fotometer dan
spektrometer. Spektrometer adalah alat untuk menghasilkan spektrum sinar
berwarna dengan panjang gelombang tertentu (monokromator), sedang fotometer
adalah alat untuk mengukur intensitas sinar yang dihasilkan.

1.2.2 Spektrum Elektromagnetik


Berbagai eksperimen dalam laboratorium fisika paling baik ditafsirkan dengan
menggunakan gagasan bahwa cahaya dirambatkan dalam bentuk gelombang
transversal. Dengan pengukuran yang tepat, gelombang-gelombang ini dapat
dicirikan menurut panjang gelombangnya, kecepatan dan besaran-besaran lain yang
dapat digunakan untuk memberikan gerakan gelombang apa saja. Dalam gambar
berikut menyatakan bahwa panjang gelombang mengacu ke jarak antar dua gunung
(atau lembah/yang berdamping dari gelombang itu). Kebalikan panjang gelombang,
yakni

banyaknya gelombang dalam suatu panjang diacu sebagai bilangan

gelombang. Garis depan gelombang bergerak dengan kecepatan tertentu. Banyaknya


daur atau gelombang lengkap yang melewati suatu titik yang diam persatuan waktu
diberi istilah frekuensi. Hubungan sifat-sifat ini adalah sebagai berikut:
1

Keterangan :

==

= panjang gelombang (nm),


V= bilangan gelombang (cm-1),
v = frekuensi (Hz) dan
c = kecepatan cahaya (nm/s)
kecepatan cahaya kira-kira adalah 3.1010 cm/sekon. Satuan ini digunakan untuk
panjang gelombang, bergantung pada daerah spektrum. Untuk radiasi ultraviolet dan
tampak digunakan satuan Angstrom dan nanometer dengan meluas, sedangkan
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II
mikrometer merupakan satuan yang lazim untuk daerah inframerah. Satu mikrometer
= 10-6 cm dan satu nanometer (nm) = 10-9 m atau 10-7 cm, satu Angstrom () = 10-10
m atau 10-8 cm jadi 1nm = 10 .
Spektra elektronik senyawaan dalam fase uap kadang-kadang menunjukkan
struktur halus dalam mana sumbangan vibrasi dapat teramati, namun dalam fase-fase
mampat,tingkat energi molekul demikian terganggu oleh tetangga-tetangga
dekatnya, sehingga seringkali hanya tampak pita lebar. Semua molekul dapat
menyerap radiasi dalam daerah UV-Visible(tampak) kerena mereka mengandung
elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasi ke tingkat energi
yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada mana absorbsi itu terjadi, bergantung
pada betapakuat elektron itu terikat dalam molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan
kovalen tunggal terikat dengan kuat, dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau
panjang gelombang pendek untuk eksitasinya.
Benda bercahaya seperti matahari atau suatu bohlam listrik memancarkan
spektrum yang lebar yang terdiri dari panjang gelombang. Panjang gelombang yang
dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu mempengaruhi selaput mata manusia
dan karenanya menimbulkan kesan subyektif akan ketampakan (vision). Namun
banyak radiasi yang dipancarkan oleh benda panas terletak diluar daerah dimana
mata itu peka, dan kita bicara mengenai daerah ultraviolet dan inframerah dari
spektrum yang terletak di kiri dan di kanan daerah

tampak. Spektrum

elektromagnetik menyeluruh dikelompokkan kira-kira seperti ditunjukkan dalam


gambar berikut:
Sinar Tampak
Gamma

UV

IF

1A 1nm

Gel. Radio

1m

1mm

1m

10-11 10-9 10-7 10-5 10-3 10-1 101 103 105 107 109
Panjang Gelombang (cm)
Gambar 1.1 Klasifikasi kira-kira spektrum elektromegnetik
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II
1.2.3 Hukum Lambert Beer
Analisis dengan spektrofotometri UV-Vis selalu melibatkan pembacaan
absorbansi radiasi elektromagnetik oleh molekul atau radiasi elektromagnitik yang
diteruskan. Keduanya dikenal sebagai absorbansi (A) tanpa satuan dan transmitansi
dengan satuan persen (% T ).
Apabila suatu radiasi elektromagnetik dikenakan pada suatu larutan dengan
intensitas radiasi semula (Io), maka sebagian radiasi tersebut akan diteruskan (It),
dipantulkan (Ir) dan diabsorbsi (Ia) sehingga :
Io = I r + I a + I t
Harga Ir ( 4%) dengan demikian dapat diabaikan karena analisis dengan
metode spektrofotometri UV-Vis dipakai larutan pembanding sehingga :
Io= Ia+ It
Bouguer (Lambert) dan Beer membuat formula secara matematik hubungan
antara transmitansi atau absorbansi terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat
yang akan dianalisa dan tebal larutan yang mengabsorbsi sebagai :

A= bc
T = = 10 bc
A = log = b c
Dimana:
T = Transmitansi
Io = intensitas radiasi yang datang
It = intensitas radiasi yang diteruskan
= absorbtivitas molar ( L mol-1cm-1)
c = konsentrasi (mol/L)
b = tebal larutan (cm)
A = absorbansi
1.2.4 Proses pengabsorpsian cahaya
Proses pengabsorpsian cahaya, baik uv maupun visible, terutama terjadi
karena pengeksitasi elektron-elektron yang terikat, sehingga panjang gelombang dari
puncak adsorpsi akan sangat ditentukan oleh jenis ikatan yang ada dalam molekul
yang diamati. Pengadsorpsian pada daerah uv dan visible, terutama sekali terbatas
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II
untuk gugus-gugus fungsi yang mempunyai elektron-elektron valensi dengan energi
eksitasi rendah (chromofor).
Spektra serapan dapat diperoleh dengan mengunakan sampel dalam berbagai
bentuk: gas, lapisan tipis cairan, larutan dalam berbagai pelarut, dan bahkan zat
padat. Kebanyakan kerja analitis melibatkan larutan, dan mengembangkan
pemberian kuantitatif dari hubungan antara konsentrasi suatu larutan dan
kemampuan menyerap radiasi. Tingkat kejadian absorbsi juga bergantung pada jarak
yang dilewati radiasi melewati larutan itu. Serapan juga bergantung pada panjang
gelombang radiasi dan sifat dasar spesies molekul dalam larutan.
1.2.5 Instrumentasi Spektrofotometri UV-Visible
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitansi atau penyerapan
suatu contoh sebagai fungsi dari panjang gelombang. Selain itu juga digunakan
untuk pengukuran sederetan contoh pada suatu panjang gelombang tunggal. Secara
blok diagram dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber

Monokromator

Sampel

Detektor

Pengganda

Display

Gambar 1.2 Bagan optis instrumentasi UV-Visible


a. Sumber
Sumber radiasi yang digunakan untuk analisa spektrofotometri harus
memenuhi beberapa persyaratan antara lain:
1. sumber radiasi harus menghasilkan berkas sinar dengan daya yang cukup untuk
deteksi dan pengukuran.
2. sumber radiasi harus memberikan radiasi kontinyu, yaitu bahwa spektrumnya
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II
harus mencakup semua panjang gelombang pada daerah yang digunakan.
3. sumber radiasi harus stabil, daya berkas radiasi harus tetap konstan pada
periode yang diperlukan untuk mengukur I dan Io.
Ada dua macam sumber radiasi :
1.

Sumber radiasi sinar tampak


Sebagian besar sumber radiasi sinar tampak pada umumnya adalah
lampu tungsten. Lampu tungsten menghasilkan spektrum kontinyu pada
daerah antara 320 2500 nm.

2.

radiasi ultra lembayung


Pada umumnya digunakan lampu deuterium yang menghasilkan
intensitas radiasi kontinyu yang tinggi. Radiasi lampu deuterium
menghasilkan yang kontinyu pada daerah 180 375 nm.

b. Monokromator
Monokromator adalah peralatan optik yang dapat mengisolasi suatu berkas
radiasi dari sumber kontinyu dengan kemurniaan spektral yang tinggi untuk
panjang gelombang manapun. Alat ini bisa diatur secara manual maupun secara
otomatik sampai diperoleh setiap panjang gelombang yang dikehendaki.
Unsur-unsur terpenting sebuah monokromatis adalah sistem celah dan unsur
dispersif.
Celah (slith)
Celah monokromator merupakan bagian yang penting dalam menentukan
unjuk kerja karakteristik dan kualitasnya. Setiap monokromator selalu
dilengkapi sepasang celah, yaitu celah masuk dan celah keluar. Keduanya
berperan menentukan sifat monokromatis sinar yang dihasilkan dan resolusi
panjang gelombang. Celah ini terdiri dari dua buah pelat logam yang telah
diasah ujung-ujungnya dengan menggunakan mesin sehingga sisi-sisinya
tajam.
Harus diperhatikan bahwa kedua sisi celah benar-benar sejajar satu sama
lain dan berada pada bidang yang sama. Ada dua jenis monokromator, yang
satu menggunakan grating (kisi) sebagai pendispersi radiasi.
Monokromator prisma
Komponen ini terbuat dari bahan kuarsa untuk daerah ultra violet, tampak
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II
dan infra merah dekat. Gelas menghasilkan pemilihan (resolution) yang baik
pada daerah panjang gelombang antara 350-2500 nm.
Prinsip bekerjanya suatu prisma, apabila seberkas sinar melewati antar
medium yang berbeda, seperti udara dan gelas, pembelokkan berlangsung yang
disebut rekraksi. Besarnya pembelokkan tergantung pada indeks bias gelas.
Indeks bias ini berubah-ubah dengan panjang gelombang cahaya, cahaya biru
lebih dibelokkan dari pada yang merah.
Kemurniaan spektral dari radiasi yang keluar dari monokromator
tergantung pada daya dispersif prisma dan lebar celah keluar. Pada dugaan
pertama, bahwa monokromatis dapat dideteksi dengan hanya mempersempit
celah. Ternyata tak demikian, karena celah yang sedemikian sempit
mengakibatkan difraktif pada tepinya. Hal ini hanya menciptakan suatu
kehilangan energi radiasi tanpa peningkatan kemurnian spektral.

Gambar 1.3 Dispersi Cahaya pada Prisma


Monokromator grating (kisi) dispersi radiasi ultraviolet dan tampak dapat
diperoleh dengan menjatuhkan sinar polikromatis pada grating transmisi atau
pada permukaan grating refleksi yang lebih praktis banyak digunakan. Tahap
pertama pada pembuatan grating refleksi yaitu penyediaan master grating yang
dari bahan ini dapat dibentuk banyak replika grating. Master grating terdiri dari
lekukan paralel dengan jarak rapat disusun pada permukaan keras yang telah
dilapisi dengan peralatan seperti intan.
c. Wadah sampel (kuvet)
Pada umumnya spektrofotometer melibatkan larutan, dengan demikian
memerlukan suatu wadah atau sel untuk menempatkan larutan di dalam sinar
spektrofotometer. Sel atau kuvet tersebut harus terbuat dari bahan yang dapat
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II
meneruskan sinar dari daerah spektrum yang dipakai. Kaca silika biasa dapat
digunakan antar 350 3,6 nm. Pada daerah 100 nm sampai daerah tampak dapat
menggunakan sel dari bahan kaca corex. Tetapi bahan demikian tidak boleh
digunakan untuk daerah ultra violet, karna bersifat menyerap sinar ultra violet.
Sehingga untuk pengukuran daerah ultra violet dibawah 350 nm, sel harus terbuat
dari bahan kuarsa dan leburan silikat. Kedua bahan tersebut dapat digunakan juga
didaerah tampak sampai 3,5 nm, tetapi harganya cukup mahal. Bahan yang murah
seperti plastik dapat digunakan hanya untuk daerah tampak.
d.

Detektor
Prinsip detektor pada spektrofotometer adalah energi foton sinar yang jatuh
mengenai dan mengubah energi tersebut menjadi suatu besaran yang dapat
diukur. Salah satu jenis detektor yang sering digunakan adalah detektor
fotolistrik, yang mengubah energi sinar menjadi energi listrik.
Detektor yang digunakan mempunyai beberapa sifat : mempunyai kepekaan
yang tinggi, perbandingan sinyal dan noise tinggi, dan mempunyai respon tetap
pada daerah panjang gelombang pengamatan. Disamping itu sinyal listrik yang
dihasilkan oleh pengubahan harus berbanding lurus dengan energi radiasi.

1.2.6 Teknik-teknik analisa kuantitatif dengan spektrofotometer


Analisa kuantitatif dengan spektrofotometer, berdasarkan pada hukum
lambert-beer. Adapun tahap-tahap analisa yang diperlukan pada cara ini adalah
sebagai berikut:
1) Persiapan sampel.
Sampel biasanya diperiksa dalam bentuk larutan, untuk hal tersebut, maka
sampel yang berupa padat yang telah ditimbang dimasukkan kedalam labu ukur
dan dilarutkan dengan pelarut yang cocok.
Untuk contoh yang mengabsopsi baik pada uv ataupun sinar tampak, maka
kita dapat melakukan pengukuran secara langsung dengan memasukkan larutan
contoh kedalam kuvet bentuk contoh.
Untuk larutan-larutan yang tak menunjukkan absorbsi, maka perlu
dilakukan perubahannya menjadi bahan yang dapat memberikan absorbsi,
dengan menggunakan reaksi-reaksi kimia yang sesuai. Adapun persyaratanLABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II
persyaratan untuk terpenuhinya hal tersebut adalah :
1.

Reaksi dengan bahan yang dianalisa harus sensitif dan selektif.

2.

Tak membentuk warna dengan zat-zat lain yang ada dalam larutan.

3.

Reaksi harus berlangsung dengan cepat dan kuantitatif.

4.

Senyawa-senyawa yang dihasilkan haruslah cukup stabil.

5. Pengaruh-pengaruh lain terhadap sistem tersebut harus diketahui (misalnya pH


dari pembentukkan kompleks tersebut ).
2) Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang analisa, adalah panjang gelombang pada mana kita
melakukan pengukuran absorbansi. Panjang gelombang yang biasa digunakan
adalah panjang gelombang dengan absorbsi yang maksimum. Absorbansi yang
biasa digunakan adalah antara 0,1 1. Untuk contoh dengan absorbansi yang
kecil, maka dapat digunakan ukuran sel yang lebih panjang. Pengukuran pada
panjang gelombang yang lebih panjang ini biasanya dilakukan karena pada
panjang gelombang ini bentuk kurva serapannya datar, sehingga kepekaan dari
analisa akan cukup tinggi. Untuk hal-hal yang khusus, maka boleh dilakukan
pengukuran pada panjang gelombang lain, misalnya ada zat lain yang
mengabsorbsi pada panjang gelombang berdekatan.
3) Variabel-variabel yang mempengaruhi serapan
Variabel yang pada umumnya berpengaruh/mempengaruhi spektrum
serapan suatu zat adalah sifat pelarut, pH larutan, suhu, konsentrasi elektrolit
tinggi, dan adanya zat-zat/unsur-unsur penggangu. Dampak variabel-variabel ini
harus diketahui dan oleh sebab itu kondisi-kondisi analit harus dipilih
sedemikian rupa sehingga serapan sedikit atau banyak tidak akan dipengaruhi
oleh variabel-variabel tersebut.
4) Penetapan hubungan serapan dan konsentrasi
Setelah kondisi-kondisi analisa diatur, diperlukan untuk membuat kurva
kalibrasi dari suatu deretan larutan standar. Standar-standar harus mempunyai
komposisi yang mendekati cuplikan dan mempunyai kisaran konsentrasi yang
sesuai dengan cuplikan yang dengan cuplikan yang dianalisa.
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II

1.2.7 Kegunaan Spektrofotometer UV-Visible


Spektrofotometer UV-visible dapat digunakan untuk menentukan kandungan
zat organik maupun anorganik dalam suatu larutan. Absorbsi energi radiasi pada
daerah spektrum UV dan Visible tergantung pada jumlah dan susunan elektron pada
molekul-molekul atau ion-ion penyerap terjadi bilamana ada energi level yang
kosong tertutup oleh energi level yang penuh, biasanya terbentuk dengan koordinat
kovalen dengan atom lain. Absorbsi pada molekul-molekul organik tergantung pada
sebaran elektron-elektron pada molekul. Senyawa organik jenuh tidak menunjukkan
adanya absorbsi untuk daerah Visible dan UV. Senyawa dengan ikatan ganda
menyerap dengan kuat pada daerah UV. Ikatan rangkap terkonjugasi menyerap
panjang gelombang yang lebih panjang. System terkonjugasi sempurna dalam
sebuah senyawa disebut dengan chromofor dari senyawa itu.

LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II

BAB II
METODOLOGI

2.1 ALAT DAN BAHAN


2.1.1 Alat yang digunakan

Spektrofotometer UV-Visible Cary 50 Conc - Varian

Kuvet

Botol semprot

Bulp

Buret

Statif

Gelas kimia 50ml, 100 ml

Labu ukur 100 ml

Pipet tetes

Pipet volume 1ml, 5 ml, 10ml, 25 ml

2.1.2 Bahan yang digunakan

Aquadest

LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II

Larutan hidroksilamin

Larutan HCl pekat

Larutan buffer asetat

Larutan Orto phenantroline

Sampel(air sumur)

Larutan Induk Fe2+ 100 ppm

2.2 PROSEDUR KERJA


Pembuatan Larutan Fe2+ 10 ppm

Memipet 10 ml larutan Fe2+ 100 ppm kedalam labu ukur 100 ml

Menambahkan aquadest sampai tanda batas dan mengocoknya sampai larutan


menjadi homogen.

Pembuatan Larutan Standar Fe2+

Memipet masing-masing 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml, 10 ml, 12 ml, 14 ml,dan 16 ml


larutan Fe2+ 10 ppm kedalam labu ukur 100 ml

Menambahkan masing-masing larutan dengan 5 ml larutan Hidroksilamin


klorida, 1 ml HCl pekat, 5 ml buffer asetat dan 5 ml larutan Ortophenantroline

Menambahkan aquadest sampai tanda batas dan mengocoknya sampai larutan


menjadi homogen.

Memindahkan larutan kedalam gelas kimia.

Pembuatan Sampel

Memipet 25 ml sampel air sumur kedalam labu ukur 100 ml

Menambahkan 5 ml Hidroksilamin klorida, 1 ml HCl pekat, 5 ml larutan buffer


asetat dan 5 ml larutan Orto phenantroline kedalam labu ukur 100 ml

Menambahkan aquadest sampai tanda batas dan mengocoknya sampai larutan


menjadi homogen.

Memindahkan larutan kedalam gelas kimia.

Pembuatan larutan Blangko

Memipet sedikit aquadest kedalam labu ukur 100 ml

LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II

Menambahkan 5 ml Hidroksilamin asetat, 1 ml HCl pekat, 5 ml larutan buffer


asetat dan 5 ml larutan Orto-phenantroline dan memasukkan kedalam labu ukur
100 ml

Menambahkan aquadest hingga tanda batas dan mengocoknya sampai larutan


menjadi homogen.

Memindahkan larutan kedalam gelas kimia.

Penentuan maksimum menggunakan larutan blanko dan larutan standar yang paling
pekat
1. Menghubungkan alat UV-Visible Cary 50 Conc-Varian dan komputer ke sumber
listrik serta memastikan sistem dan alat menyala dan self test selesai.
2. Mengklik icon Scan pada desktop sehingga tampil window scan.
3. Mengklik set up hingga tampil window set up dan melakukan pengukuran
parameter.
o Cary instrument mode
o

X mode

Start

: 600 nm

Stop

: 400 nm

Mode

: absorbansi

Y min / X maks

: skala absorbansi

Y mode

o Scan control
o

Display option

: overlay data

Beam mode

: dual beam

o Baseline
Correction

: none

Name

: kelompok 6 D4 2013

Include x-y

Peak table

o
o Report

: all peaks
maksimum peaks

o Auto store
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II
o

Storage

: storage on

4.

Mengklik ok.

5.

Memasukkan kuvet yang berisi larutan blanko ke dalam alat uv


vis dan menutupnya.

6.

Menekan tombol zero lalu menunggu sampai muncul angka


0,000 A (Absorbansi) pada display dan = 800 nm.

7.

Mengeluarkan kuvet yang berisi larutan blanko lalu mengganti


dengan larutan stndar yang paling pekat. (sebelum memasukan larutan standar,
sebaiknya kuvet dibilas dengan aquadest dan sedikit larutan standar).

8.

Memasukkan kedalam alat uv visible dan menutupnya lalu


mengklik Start.

9.

Muncul kotak save as, lalu memilih file name yang dan mengklik
ok.

10.

Mengklik finish, akan muncul grafik dan data maksimal.

11.

Mengklik print, kemudian mengklik exit.

Penentuan absorbansi larutan standar dan larutan sampel


1.

Mengklik

icon

concentration

pada

desktop

sehingga

tampil

window

concentration.
2.

Memastikan cary 50 conc-varian aktif.

3.

Membuka setup kemudian mengklik carry dan mengganti maksimum yang


diperoleh sebelumnya melalui scan ( = 510 nm).

4.

Mengklik standar dan memasukkan satuan dan jumlah standar.

5.

Mengisi data minimal R2 = 0,95

6.

Mengklik sampel, kemudian mengisi nama sampel yang akan dianalisa.

7.

Mengklik report (kel 6 D4_concentration)

8.

Mengklik Ok

9.

Mengklik setup hingga berubah satuan (mg/L)

10. Mengklik Ok
11. Memasukkan kuvet yang berisi larutan blanko, kemudian menutup alat UV-VIS.
12. Mengklik zero hingga absorbansi menunjukkan nilai = 0,0000
13. Mengklik start, kemudian memindahkan data larutan standar dan larutan sampel
dari kotak kanan ke kotak kiri.
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II
14. Mengklik Ok
15. Mengklik file name. Muncul kotak dialog present standar.
16. Memasukkan kuvet yang berisi larutan sampel, kemudian menutup alat UV-VIS.
17. Mengklik start.mengklik finish, akan muncul kurva standar antara absorbansi
melawan konsentrasi dan data nilai konsentrasi larutan sampel.
18. Mengklik print, kemudian mengklik exit.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
Tabel 3.1 Konsentrasi Dan Absorbansi Larutan Standar
No
1
2
3
4
5
6

Larutan
Standar 1
Standar 2
Standar 3
Standar 4
Standar 5
Standar 6

Konsentrasi (mg/L)
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2

LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Absorbansi
0,0527
0,0808
0,1358
0,1627
0,2238
0,2340

Pers.reg linear

y= 0,19972x +

UV-VIS II
7
8

Standar 7
Standar 8

1,4
1,6

0,2931
0,3296

0,00933

Tabel 3.2 Konsentrasi Dan Absorbansi Larutan Standar


No
1
2
3

Sampel
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3

Konsentrasi(mg/L)
0,7
0,7
0,8

Absorbansi
0,1449
0,1458
0,1770

3.2 Hasil Perhitungan


Tabel 3.3 Hasil Perhitungan
No
1
2
3

Sampel
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3

fp
4
4
4

Konsentrasi Larutan(mg/L)
0,7
0,7
0,8

Konsentrasi Sampel(mg/L)
2,8
2,8
3,2

3.3 Pembahasan
Pada percobaan spektrometer UV-VIS ini digunakan prinsip dasar interaksi antara
materi khususnya molekul dengan cahaya sebagai fungsi panjang gelombang. Percobaan
ini bertujuan untuk menentukan kadar besi(II) dapat dianalisa dengan menggunakan alat
spektrometer UV-VIS, karena merupakan senyawa anorganik maka harus dibuat
senyawa kompleksnya terlebih dahulu.
Hal pertama yang dilakukan adalah membuat larutan standar dari larutan induk.
Larutan standar digunakan untuk membuat kurva kalibrasi yaitu kurva antara absorbansi
melawan konsentrasi. Bahan yang ditambahkan pada saat pembuatan larutan standar,
yang eprtama adalah Hidroksilamin Klorida yang berfungsi untuk mereduksi Fe3+
Fe2+ sehingga Fe2+ bereaksi dengan Orthophenantrolin untuk membentuk senyawa
kompleks sehingga larutan menjadi berwarna. Kemudian menambahkan asam kuat HCl
sebagai katalis yaitu mempercepat terjadinya reaksi tanpa ikut bereaksi. Penambahan
Buffer Asetat untuk mempertahankan pH karena orthophenantrolin hanya dapat bekerja
pada pH 6-8.
Sebelum menentukan kadar besi (II) dalam sampel air, maka terlebih dahulu
menentukan panjang gelombang maksimum yang digunakan oleh besi(II) untuk
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II
bereksitasi. Panjang gelombang maksimum ini didapat dengan nilai (400-600) nm
pada konsentrasi larutan standar besi(II) 1,6 ppm paling besar dengan nilai
absorbansinya sebesar 0,3296. maks ini (510 nm) digunakan untuk menentukan kurva
kalibrasi dari larutan standar besi (II). Konsetrasi larutan standar besi(II) ini diplotkan
dengan nilai absorbansi pada masing-masing larutan standar. Dari hasil hubungan antara
konsentrasi larutan standar dan nilai absorbansi akan diperoleh persamaan garis y =
0,19972x 0,00933 dan R2= 0,99071. Dari persamaan tersebut didapatkan konsentrasi
sampel dengan mengalikan konsentrasi larutan sampel dan faktor pengencernya masingmasing. Konsentrasi besi (II) dalam sampel 1 sebesar 2,8 mg/L; sampel 2 sebesar 2,8
mg/L; sampel 3 sebesar 3,2 mg/L.
Untuk pengukuran absorbansi larutan standar pada panjang gelombang 510 nm
sesuai dengan hukum Lambert-Beer A= bc, dimana nilai absorbansi berbanding lurus
dengan konsentrasi larutan. Semakin besar konsentrasi maka semakin besar absorbansi.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kadar besi yang diperoleh dalam masing-masing sampel adalah sebagai berikut:
1. Sampel 1 sebesar 2,8 mg/L
2. Sampel 2 sebesar 2,8 mg/L
3. Sampel 3 sebesar 3,2 mg/L

LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
Tim Laboratorium Kimia Instrumen. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Analisa Instrumen.
Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda

LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II

LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II

LAMPIRAN

PERHITUNGAN
1. Konsentrasi Fe2+ pada sampel 1
(Fe2+) = konsentrasi larutan sampel fp
= 0,7 mg/L 4
= 2,8 mg/L
2. Konsentrasi Fe2+ pada sampel 2
(Fe2+) = konsentrasi larutan sampel fp
= 0,7 mg/L 4
= 2,8 mg/L
3. Konsentrasi Fe2+ pada sampel 3
(Fe2+) = konsentrasi larutan sampel fp
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

UV-VIS II
= 0,8 mg/L 4
= 3,2 mg/L

LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

También podría gustarte