Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
ASUHAN KEBIDANAN II
Disusun oleh :
Agni Kristia Valentin
P17324112002
Anes Zakia
P17324112003
Asmanadia Hidayat
P17324112007
Devi Fitrisani
P17324112010
P17324112045
Siti Fatimah
P17324112038
2013 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................
I. KASUS....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................
22
1. Jelaskan bagaimana asuhan secara fisik dan psikologis kepada ibu dan janin pada
kala II?
1. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan:
a.
b.
b.
b.
c.
5. Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dapat dipilih posisi berikut:
a.
Jongkok
b.
Menungging
c.
Tidur miring
4
d.
Setengah duduk
Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan,
kurangnya trauma vagina dan perineum serta infeksi.
6. Menjaga kandung kemih tetap kososng. Ibu dianjurkan berkemih sesering mungkin.
7. Memberikan ibu cukup minum. Karena akan member tenaga saat mengedan dan
mencegah dehidrasi.
Bahaya kala II
Pucat pasi
Urin pekat
Menggigil
Proteinuria hingga +2
Nyeri kepala
Gangguan penglihatan
Kejang (eklampsia)
Gawat janin
Penurunan kepala
janin
Syok
Dehidrasi
Infeksi
Preeklampsia
ringan
Preeklampsia berat
atau eklampsi
Inersia Uteri
dibagian proksimal dan tumit dibagian distal peyangga kaki. Kaki tidak diikat ke peyangga,
sehingga memungkinkan paha menekuk cecpat kearah belakang menuju abdomen jika terjadi
distosia bahu. Kaki dapat mengalami kram pada kala dua, sebagian akibat tekanan dengan
mengubah posisi kaki atau pijatan singkat, tetapi kram kaki tidak boleh diacuhkan.
Persiapan persalinan harus mencakup pembersihan vulva dan perineum. Jika diiginkan, kain
steril dapat diletakkan sedemikian rupa sehingga hanya daerah di sekitar vulva yang terpajan.
Dahulu, alasan utama untuk perawatan dengan menggosok, melapisi dan meyarungi adalah
untuk melindungi perempuan hamil dari masuknya agen infeksius. Infeksi yang diperhatikan
saat ini juga harus berlaku untuk pemberi layanan kesehatan.
A. PERSIAPAN PENOLONG PERSALINAN
Selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi seperti yang dianjurkan, termasuk diantaranya
cuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung pribadi.
1. SARUNG TANGAN
Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus dipakai dalam melakukan setiap
pemeriksaan dalam membantu kelahiran bayi, melakukan episiotomi, mejahit laserasi dan
memberikan asuhan bagi bayi baru lahir. Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
harus menjadi bagian dari perlengkapan pertolongan persalinan (partus set) dan prosedur
penjahitan (suturing set). Sarung tangan harus diganti apabila terkontaminasi atau berlubang.
2. PERLENGKAPAN PELINDUNG PRIBADI
Mengenakan celemek yang bersih dan penutup kepala atau ikat rambut pada saat menolong
persalinan. Jika memungkinkan, pakai masker dan kacamata yang bersih. Kenakan semua
perlindungan pribadi selama membantu kelahiran bayi atau plasenta dan pada saat
melaksanakan penjahitan atau luka episiotomi.
3. PERSIAPAN TEMPAT PERSALINAN, PERALATAN DAN BAHAN
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung.
Ruangan tersebut harus memiliki sistem pencahayaan / penerangan yang cukup, baik melalui
jendela, lampu di langit-langit kamar, maupun sumber cahaya lainnya. Ibu dapat menjalani
persalinan di tempat tidur dengan kain tebal yang bersih atau kasur di lantai dengan kain
pelapis yang bersih. Ruangan harus hangat dan terhalang dari tiupan angin secara langsung.
Harus tersedia meja atau permukaan yang bersih dan mudah dijangkau untuk meletakkan
peralatan yang diperlukan selama persalinan.
Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan tersedia dan berfungsi dengan baik;
termasuk partus set, perlengkapan menjahit dan resusitasi bayi baru lahir. Semua perlengkapan
dan bahan-bahan dalam set tersebut harus dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
Datar tilik lengkap untuk bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan esensial yang
dibutuhkan untuk persalinan, membantu kelahiran dan asuhan bayi baru lahir.
4. PERSIAPAN TEMPAT DAN LINGKUNGAN UNTUK KELAHIRAN BAYI
Persiapan untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir harus dimulai sebelum bayi
lahir. Siapkan lingkungan yang sesuai untuk kelahiran bayi dengan memastikan bahwa ruangan
9
tersebut bersih dan bebas dari tiupan angin. Sebaiknya matikan kipas angin atau penyejuk
ruangan. Sediakan pula paling tidak 2 selimut, kain atau handuk kering dan bersih untuk
mengeringkan dan menyelimuti bayi.
6. PERSIAPAN IBU DAN KELUARGA
a. Asuhan sayang ibu
1). Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu selama pesalinan dan kelahiran. Penting untuk
mengikutsertakan suami, ibunya atau siapapun yang diminta ibu untuk mendampinginya,
saat ia membutuhkan perhatian dan dukungan.
2). Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam asuhan ibu. Mereka dapat membantu ibu untuk
berganti posisi, melakukan pijatan, memberikan minuman dan makanan, berbicara dengan
ibu serta memberikan semangat selama persalinan dan kelahiran bayinya.
3). Berikan dukungan dan semangat pada ibu dan anggota keluarganya. Jelaskan proses
kelahiran dan kemajuan persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4). Tentramkan hati ibu selama kala dua persalinan. Berikan bimbingan dan bantuan jika
memang diperlukan.
5). Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
6). Saat pembukaan lengkap, jelaskan pada ibu untuk hanya meneran apabila ada dorongan
kuat untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan
nafas. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
7). Anjurkan ibu untuk minum selama kala dua persalinan.
8). Kadang-kadang, kala dua persalinan menimbulkan rasa khawatir pada ibu. Berikan rasa
aman, semangat dan tentramkan hati ibu selama proses persalinan berlangsung. Dukungan
tersebut dapat mengurangi ketegangan, membantu kelancaran proses persalinan dan
kenyamanan proses kelahiran bayi. Jelaskan setiap tindakan kepada ibu sebelum
melakukannya, jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa yang terjadi pada
ibu da bayinya dan alasan-alasan tentang tujuan suatu tindakan. Jelaskan pula hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan (misalnya tekanan darah, denyut jantung janin,
pemeriksaan dalam).
tersebut dengan kain bersih atau tangan yang menggunakan sarung tangan (sudahnya
ganti dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi yang lain).
3. Kemudian bersihkan kembali vulva, jika bagian tersebut terkontaminasi oleh tinja. Jika
kain di bawah bokong tersemar oleh tinja, ganti dengan kain lain yang bersih. Jika tidak
ada cukup waktu untuk membersihkan tinja sebelum kelahiran bayi tutupi tinja tersebut
dengan kain bersih.
c. Pengosongan kandung kemih
Anjurkan ibu untuk berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering atau bila kandung kemih
ibu terasa penuh. Bantu ibu ke kamar mandi jika perlu. Berikan pula bantuan agar ibu dapat
duduk di atas penamppung urin jika ibu tidak bisa berjalan ke kamar mandi.
Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum atau sesudah kelahiran
bayi dan/atau plasenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan apabila kandung kemih
penuh dan ibu tidak dapat berkemih sendiri. Kateterisasi dapat menimbulkan rasa sakit,
meningkatkan risiko infeksi dan kemungkinan luka pada saluran kemih.
yang berisiko mengalami perdarahan, berikan ergometrin secara intravena (efek oksitoksik
dalam 1 menit).
F. PELAHIRAN BAHU
Pada saat rotasi eksterna lengkap, arahkan kepala dengan lembut ke arah bawaah untuk
membantu pelahiran bahu. Jika bahu anterior terlihat di baawah simfisis, masukkan satu jari ke
aksila anterior dan angkat tubuh ke atas menghadap perineum pada saat yang sama untuk
menghindari ekstensi episiotomi atau merobek perieum.
G. MEMANTAU SELAMA PENATALAKSANAAN KALA DUA PERSALINAN
Lanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama kala dua persalinan
secara berkala.
Periksa dan catat :
1). Nadi ibu setiap 30 menit
2). Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
3). DJJ setiap selesai meneran
4). Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen (pemeriksaan luar) setiap 30 menit
dan pemeriksaan dalam setiap 60 menit atau kalau ada indikasi
5). Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium atau
darah)
6). Apakah ada presentasi majemuk (misalnya tangan) atau tali pusat berada di samping atau di
atas kepala
7). Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir
8). Adanya kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelumya (setelah bayi pertamaa lahir)
9). Semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
AMNIOTOMI ELEKTIF
Pemecahan selaput ketuban secara sengaja dengan tujuan mempercepat persalinan
merupakan salah satu prosedur yang paling sering dilakukan di bidang obstetri. Melalui
penelitian diketahui bahwa amniotomi pada pembukaan sekitar 5cm mempercepat persalinan 1
sampai 2 jam tanpa meningkatkan angka keseluruhan seksio sesarea atau kebutuhan akan
stimulasi olsitosin. Dalam studi oleh Garite dkk. (1993), pemakaian oksitosin berkurang apabila
dilakukan amniotomi elektif dini. Yang utama, tidak terjadi efek samping pada neonatus.
Namun, para peneliti ini memang mengidentifikasi adanya peningkatan pola penekanan tali
pusat ringan sampai sedang akibat amniotomi. Walaupun demikian, deselerasi berat tidak
terjadi dan karena itu angka seksio sesarea atas indikasi gawat janin tidak terpengaruh.
INDUKSI AMNIOTOMI.
Pemecahan selaput ketuban secara sengaja dapat digunakan untuk menginduksi persalinan,
tetapi hal ini mengisyaratkan komitmen yang pasti untuk melahirkan per vaginam. Kerugian
utama amniotomi apabila digunakan secara tunggal untuk induksi persalianan adalah interval
yang tidak dapat diperkirakan dan kadang berkepanjangan sampai timbulnya kontraksi.
Walaupun hal ini dipraktikan secara luas, hanya sedikit penelitian yang sudah dilakukan untuk
membandingkan amniotomi saja dengan metode lain. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Bakos dan Backstorm (1987) mendapatkan bahwa amniotomi saja atau amniotomi plus
oksitosin lebih baik daripada oksitosin saja.Mercer dkk. (1995) membagi secara acak 209
wanita yang menjalani induksi oksitosin ke dalam kelompok amniotomi pada pembukaan 1
sampai 2 cm (amniotomi dini) atau pembukaan 5cm (amiotomi lanjut). Amniotomi dini
menyebabka durasi persalinan yang secara bermakna lebih singkat (sekitar 4 jam), tetapi terjadi
peningkatan insidensi korioamnionitis (23%) dan pola pemantauan penekanan tali pusat (12%).
AMNIOTOMI UNTUK AUGMENTASI.
Amniotomi sering dilakukan apabila persalinan spontan berlangsung terlalu lambat.
Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari uji coba klinis pada persalinan spontan dan dari
induksi persalinan, besar kemungkinan bahwa amniotomi akan meningkatkan kemajuan
persalinan yang disfungsional. Rouse dkk. (1994) melakukan sebuah studi teracak dan
mendapatkan bahwa penambahan amniotomi pada augmentasi oksitosin atas indikasi
persalinan macet pada fase aktif dan mempersingkat persalinan sebesar 44 menit. Tindakan ini
juga secara bermakna meningkatkan insidensi koroamnionitis. Amniotomi, sebagai tambahan
untuk infus oksitosin, tidak mempengaruhi rute pelahiran dibandingkan dengan oksitosin saja.
Alasan dilakukannya amniotomi ini adalah bahwa keluarnya cairan amnion dapat mengurangi
perdarahan dari tempat implentasi dan mengurangi masuknya tromboplastin dan mungkin
faktofaktor pembekuan aktif pada sekmen dari bekuan retroplasenta ke dalam sirkulasi ibu.
Namun, tidak ada bukti bahwa keduanya tercapai dengan amniotomi. Apabila janin sudah
cukup matur, pemecahan selaput ketuban dapat mempercepat persalinan. Apabila janin imatur,
14
ketuban yang utuh mungkin lebih efisien untuk mendorong pembukaan servik dari pada
tekanan yang ditimbulkan bagian tubuh janin yang berukuran kecil dan kurang menekan
serviks.
INDIKASI
1. Persalinan kala II
2. Akselerasi persalinant
3. Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument
4. Untuk pemantauan internal frekuensi. jantung janin secara elektronik apabila diantisipasi
terdapat gangguan pada janin
5. Untuk melakukan penilaian kontraksi intra uterus apabila persalinan kurang memuaskan
6. Amniotomi elektif untuk mempercepat persalinan spontan atau mendeteksi mekonium.
KONTRA INDIKASI
1.Polihidramnion
2.Presentasi
3.Tali pusat terkemuka
4.Vasa previa
5.Letak lintang
15
B. Jenis-jenis Episiotomi
1) Episiotomi medialis.
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah tetapi tidak sampai
mengenai serabut sfingter ani.
2) Episiotomi mediolateralis
Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan
samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan
orang yang melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm.
3) Episiotomi lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum
jam. Episiotomi ini sudah jarang dilakukan, karena banyak menimbulkan komplikasi.
C.
Indikasi
1) Pada janin
Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang
berlebihan pada kepala janin. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin
besar. Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada gawat
janin, tali pusat menumbung.
2) Pada ibu
a. Umumnya pada primigravida (sudah tidak berlaku lagi)
b. Perineum kaku dan riwayat robekan perineum pada persalinan yang lalu.
c. Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan misalnya pada persalinan
sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar.
d. Arkus pubis yang sempit.
D.
Kontra Indikasi
a. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam.
b. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan
darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.
16
E.
Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena merupakan daerah yang
relatif sedikit mengandung pembuluh darah.
Kekurangan :
Dapat terjadi ruptur perinei tingkat III inkomplit (laserasi m.sfingter ani) atau komplit (laserasi
dinding rektum).
2) Episiotomi Mediolateralis
Kelebihan :
Mencegah ruptura perinei tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan
daerah yang banyak pembuluh darahnya.
Kekurangan :
Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan
sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.
3) Episiotomi Lateralis
Jarang dilakukan karena luka sayatan dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah
pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang
terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.
F.
Bila episiotomi dilakukan terlalu cepat, maka perdarahan yang timbul dari luka episiotomi bisa
terlalu banyak, sedangkan bila episiotomi dilakukan terlalu lambat maka otot-otot dasar panggul
sudah sangat teregang sehingga salah satu tujuan episiotomi itu sendiri tidak akan tercapai.
Berdasarkan hal-hal tersebut banyak penulis menganjurkan episiotomi dilakukan pada saat
kepala janin sudah terlihat dengan diameter 3 4 cm pada waktu his.Pada penggunaan cunam
beberapa penulis melakukan episiotomi setelah cunam terpasang tetapi sebelum traksi
dilakukan, dengan alasan bahwa bila dilakukan sebelum pemasangan, akan memperbanyak
perdarahan serta memperbesar resiko perluasan luka episiotomi yang tidak terkontrol selama
pemasangan cunam.
17
Pada persalinan letak sungsang, episiotomi sebaiknya dilakukan sebelum bokong lahir, dengan
demikian luasnya episiotomi dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
G.
Resiko episiotomi
1. Kehilangan darah yang lebih banyak.
2. Pembentukan hematoma.
3. Kemungkinan infeksi lebih besar.
4. Introitus lebih lebar.
5. Luka lebih terbuka lagi.
H.
tanpamengenai kulit
c. Tingkat II
Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei transversalis tetapi tidak mengenai
otot sfingter ani.
d. Tingkat III
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani.
e. Tingkat IV
18
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rektum.
I.
Prosedur Kerja
1. Mempersiapkan alat
2. Memberitahukan pada ibu tentang apa yang akan dilakukan dan bantu agar ibu tetap
tenang atau merasa tenang.
3. Melakukan tindakan desinfektan sekitar perineum dan vulva
4. Anestesi lokal caranya :
a) Bahan anestesi (lidokain HCL 1% atau xilokain 10 mg/ml)
b) Tusukkan jarum tepat dibawah kulit perineum pada daerah komisura posterior
(fourchette).
c) Arahkan jarum dengan membuat sudut 45 derajat kesebelah kiri atau kanan garis
tengah perineum. Lakukan aspirasi.
d) Sambil menarik mundur jarum suntik, infiltrasikan 5 10 ml lidokain 1%.
e) Tunggu 1 2 menit agar efek anestesi bekerja maksimal sebelum episiotomi
dilakukan.
J.
K.
Penjahitan Episiotomi
1. cuci tangan secara seksama dan gunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau
steril. Ganti sarung tangan jika ada terkontaminasi atau jika tertusuk jarum maupun
peralatan tajam lainnya.
19
Komplikasi
21
DAFTAR PUSTAKA
Maternal
dan
Neonatal.
22
23