Está en la página 1de 19

BAB I PENDAHULUAN Kelainan refraksi adalah keadaan di mana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina (macula lutea).

Pada kelaian refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur. Pada mata normal, kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi, sinar tidak dibiaskan tepat pada makula lutea, tetapi dapat di depan atau di belakang makula.1 Dikenal istilah emetropia yaitu keadaan mata tanpa adanya kelainan refraksi pembiasan sinar mata dan berfungsi normal, presbiopia yaitu gangguan akomodasi pada usia lanjut, ametropia yaitu keadaan pembiasan mata dengan panjang bola mata yang tidak seimbang. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk kelainan miopia, hipermetropia, dan astigmat.1,2 Astigmatisma adalah keadaan di mana terdapat variasi pada kurvatur kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas cahaya tidak difokuskan pada satu titik. Astigmat merupakan akibat bentuk kornea yang oval seperti telur, makin lonjong bentuk kornea makin tinggi astigmat mata tersebut.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi 3

Gambar 1. Anatomi bola mata Bola mata bentuknya menyerupai kistik yang dipertahankan oleh adanya tekanan di dalamnya. Walaupun secara umum bola mata dikatakan bentuknya bulat atau globe namun bentuknya tidak bulat sempurna. Orbita adalah tulang-tulang rongga mata yang di dalamnya terdapat bola mata, otot-otot ekstraokular, nervus, lemak dan pembuluh darah. Tiap-tiap tulang orbita berbentuk menyerupai buah pear, yang bagian posteriornya meruncing pada apeks dan optik kanal. 2.1.1 Media Refraksi 3 Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor, lensa, badan vitreous, dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatatan dibiaskan tepat didaerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan
2

menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tanpa akomodasi. 2.1.2 Fisiologi Refraksi3

Gambar 2. fisiologi refraksi Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk difokuskan kembali ke sebuah titik peka cahaya di retina agar dihasilkan suatu bayangan yang akurat mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari satu medium dengan kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan berbeda. Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara dari pada melalui media transparan lainnya, misalnya: kaca, air. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium dengan densitas yang lebih tinggi, cahaya tersebut melambat (sebaliknya juga berlaku). Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya jika mengenai medium baru pada tiap sudut selain tegak lurus. Dua faktor penting dalam refraksi: densitas komparatif antara 2 median (semakin besar perbedaan densitas, semakin besar derajat pembelokan) dan sudut jatuhnya berkas cahaya di medium kedua (semakin besar sudut, semakin besar pembiasan). Dua struktur yang palin penting dalam kemampuan refraktif mata adalah kornea dan lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang dilalui cahaya sewaktu masuk mata, yang melengkung berperan besar dalam refraktif total karena perbedaan densitas pertemuan udara/kornea jauh lebih besar daripada perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang

mengelilinginya. Kemampuan refraksi seseorang tetap konstan karena


3

kelengkungan kornea tidak pernah berubah. Sebaliknya, kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan dengan mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat/jauh. Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya terfokus di retina agar penglihatan jelas. Apabila bayangan sudah terfokus sebelum bayangan mencapai retina, bayangan tersebut tampak kabur. Berkasberkas cahaya yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata daripada berkas-berkas dari sumber jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki) dianggap sejajar saat mencapai mata. Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya dekat memerlukan jarak yang lebih besar dibelakang lensa agar dapat memfokuskan daripada sumber cahaya jauh, karena berkas dari sumber cahaya dekat masih berdivergensi sewaktu mencapai mata. Untuk mata tertentu, jarak antara lensa dan retina selalu sama. Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina (dalam jarak yang sama), harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kekuatan lensa dapat disesuaikan melalui proses akomodasi. 2.2 Astigmatisma 2.2.1 Definisi 2,3,4 Astigmatisma adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan kornea. Penderita astigmatisma tidak mapu melihat obyek dengan jelas dari jarak jauh atau dekat. Astigmatisma dapat terjadi dalam berbagai derajat pada setiap mata, dan dapat terjadi bersamaan dengan miopia atau hipermetropia. 2.2.2 Etiologi 3 Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut:

Adanya kelainan kornea di mana permukaan luar kornea tidak teratur. Adanya kelainan pada lensa di man terjadi kekeruhan pada lensa. Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga semakin berkurang dan lama kelamaan lensa akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan

astigmatisma Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty Trauma pada kornea Tumor 2.2.3 Klasifikasi 2, 3, 5 Berdasarkan posis garis fokus dalam retina, astigmatisma dibagi sebagai berikut: a. Astigmatisma regular Astigmatisma regular adalah astigmatisma yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian ke meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi pada astigamatisma regular dengan bentuk yang teratur dapat berbentuk garis, lonjong atau lingkaran.

Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisma regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: Astigmatisme with the rule Bila pada bidang vertikal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang horizontal. Astigmatisme againts the rule Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang vertikal.

Jika ditinjau dari arah axis lensa koreksinya, astigmatisme regular ini juga dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Astigmatisme Simetris. Astigmatisme ini, kedua bolamata memiliki meredian utama yang deviasinya simetris terhadap garis medial. Ciri yang mudah dikenali adalah axis cylindris mata kanan dan kiri yang bila dijumlahkan akan bernilai 180 (toleransi sampai 15), misalnya kanan Cyl 0,50X45 dan kiri Cyl -0,75X135. 2. Astigmatisme Asimetris. Jenis astigmatisme ini meredian utama kedua bolamatanya tidak memiliki hubungan yang simetris terhadap garis medial. Contohnya, kanan Cyl -0,50X45 dan kiri Cyl -0,75X100. 3. Astigmatisme Oblique. Adalah astigmatisme yang meredian utama kedua bolamatanya cenderung searah dan sama - sama memiliki deviasi lebih dari 20 terhadap meredian horisontal atau vertikal. Misalnya, kanan Cyl 0,50X55 dan kiri Cyl -0,75X55. b. Astigmatisma Irregular. Astigmatisma irregular merupakan astigmatisma yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian saling tegak lurus. Astigmatisma irregular dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi irregular. Astigmatisma irreguler terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi atau akibat kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda. Berdasarkan letak titik vertikal dan horizontal pada retina, astigmatisma dibagi sebagai berikut: 1. Astigmatismus Myopicus Simplex. Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat pada retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.
6

2. Astigmatismus Hypermetropicus Simplex. Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl +Y atau Sph +X Cyl -Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.

3. Astigmatismus Myopicus Compositus. Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

4. Astigmatismus Hypermetropicus Compositus. Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.

5. Astigmatismus Mixtus. Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.

Berdasarkan tingkat kekuatan dioptri: i. Astigmatisma rendah Astigmatisma yang ukurannya < 0,50 dioptri. Biasanya astigmatisma rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu diberikan. ii. Astigmatisma sedang Astigmatisma yang ukurannya berada pada 0,75 dioptri s/d 2,75 dioptri. Pada astigmatisma ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi. iii. Astigmatisma tinggi Astigmatisma yang ukurannya >3,00 dioptri. Astigmatisma ini sangat mutlak diberikan kacamata koreksi. 2.2.4 Tanda dan Gejala 3,4 Pada umumnya, seseorang yang menderita astigmatisma tinggi

menyebabkan gejala-gejala sebagai berikut: o Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his head, pada umumnya keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatisma oblique yang tinggi. o Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas. o Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita
9

astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca. o Pada saat membaca, penderita astigmatisma ini memegang bacaan mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram. Sedangkan pada penderita astigmatisma rendah, biasa ditandai denga gejala-gejala sebagai berikut: Sakit kepala pada bagian frontal Ada pengaburan sementara/sesaat pada penglihatan dekat 2.2.5 Diagnosa 1. Pemeriksaan pin hole Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan koreksi dengan pin hole berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. 2. Uji refraksi Subjektif Optotipe dari snellen & trial lens Objektif Autorefraktometer Keratometri, pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius kelengkungan kornea. Uji pengaburan Keratoskop Javal ophtalmometer 2.2.6 Terapi 1. Koreksi lensa

10

Astigmatisma dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder. Dengan koreksi lensa silinder, sinar sejajar dapat dibiaskan tepat diretina. 2. Orthokeratology Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat korne menjadi datar dan menurunkan myopia. 3. Bedah refraksi Metode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari: Radial keratotomy (RK) Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral. Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Photorefractive keratectomy (PRK) Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada pusat kornea. 2.3 Presbiopia Pada usia muda, lensa mata masih lunak dan lentur sehingga bentuknya bisa berubah-ubah guna memfokuskan objek dekat dan objek jauh. Setelah berusia 40 tahun, lensa menjadi lebih kaku. Lensa tidak dapat dengan mudah merubah bentuknya sehingga lebih sulit untuk membaca pada jarak dekat. Hal ini merupakan suatu keadaan yang normal, yang disebut dengan presbiopia. Presbiopia bisa terjadi bersamaan dengan miopia, hipermetropia, maupun astigmatisma. Jika pungtum proksimum letaknya jauh dari jarak baca seseorang (lebih dari 35 cm), maka orang itu dinamakan presbiopia. Agar pungtum proksimal letaknya lebih dekat daripada jarak baca, maka perlu diberi bantuan adisi S+. + 1,0 D untuk usia 40 tahun + 1,5 D untuk usia 45 tahun + 2,0 D untuk usia 50 tahun + 2,5 D untuk usia 55 tahun + 3,0 D untuk usia 60 tahun
11

BAB III LAPORAN KASUS 3.1 Identitas Pasien Nama Umur Jenis kelamin Suku/bangsa Agama Alamat No. RM : Tn. Piter Sabi : 68 tahun : laki-laki : toraja : kristen protestan : jln. Amphibi, hamadi : 212232

Tanggal pemeriksaan: 4 Maret 2014 3.2 Anamnesis 1. Keluhan utama Penglihatan kedua mata kabur 2. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur terutama pada saat membaca. Sebelumnya pasien telah menggunakan kacamata untuk membaca tapi kacamata yang digunakan sudah kabur dan tidak bisa digunakan untuk membaca sejak 2 bulan yang lalu . Pasien sudah menggunakan kacamata untuk membaca sejak 20 tahun yang lalu. Menurut pasien, pertama kali menggunakan kacamata karena matanya terasa kabur saat membaca. Saat itu pasien tidak memeriksakan mata ke dokter, pasien langsung membeli kacamata yang dijual di toko kacamata. Ukuran kacamata yang pertama kali digunakan adalah +1,25. Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri pada mata, nyeri pada kepala, mata merah maupun mata berair.

12

3. Riwayat penyakit dahulu Riwayat penggunaan kacamata sebelumnya (+) Pasien memiliki penyakit hipertensi sejak 28 tahun lalu. Pasien rajin kontrol ke dokter keluarga. 4. Riwayat alergi Alergi obat dan makanan disangkal pasien 5. Riwayat sosial Pasien adalah seorang pensiunan TNI. Saat ini pasien tinggal bersama istri dan kedua anak di kawasan hamadi. 3.3 Pemeriksaan Umum 1. Status Generalis Keadaan umum Kesadaran Tekanan Darah Nadi Suhu Badan Jantung dan Paru Abdomen 2. Status Neurologi Motoris Sensoris Refleks Kesan/Kesimpulan 3. Status Psikiatri Afek Sikap Respon Kesan/Kesimpulan : sesuai : kooperatif : baik : dbn : baik : baik : baik : dbn : baik : compos mentis : 120/80 mmHg : 80 x/m : 36,70C : dbn : dbn

13

3.4 Pemeriksaan Khusus/Status Opthalmologi 3.4.1 Pemeriksaan Subjektif JENIS PEMERIKSAAN OD Distance Vision 6/30; (Snellen Card) Koreksi (S+ 1,00 C+1,00 x 900 Add +3,00) Sentral Form Sence 6/7,5 Near Vision 1 (Jaegger Test) Perifer Colour Sence N Light Sence N Light Projection N OS 6/15; Koreksi (S-0,50 C+1,25 x 00 Add +3,00) 6/6 1

N N N

3.4.2 Pemeriksaan Objektif a. Pemeriksaan Bagian Luar JENIS PEMERIKSAAN Edema Hiperemi Sekret Lakrimasi Fotofobia Blefarospasme Posisi Bola Mata Benjolan/ Tonjolan Posisi Warna Bentuk Edema Palpebra Pergerakan Ulkus Tumor Lain-lain Posisi Ulkus Margo Krusta Palpebra Silia Skuama Warna Palpebra Sekret Edema Konjungtiva Bulbi Warna OD Orthoporia N N N N N N N N OS Orthoporia N N N N N N N N
14

Inspeksi Umum

Inspeksi Khusus

Benjolan Pembuluh Darah Injeksi Forniks Posisi Gerakan Sklera Warna Perdarahan Benjolan Lain-lain Kekeruhan Ulkus Sikatriks Panus Arkus Senilis Permukaan Refleks Kornea Lain-lain Perlekatan Warna Lain-lain Bentuk Refleks Kekeruhan

N N N N Putih Jernih N N sedang Coklat N + Jernih N

N N N N Putih Jernih N N Sedang Coklat N + Jernih N

Kornea Bulbus Okuli

COA Iris Pupil Lensa Palpasi Nyeri Tekan Tumor TIO Digital

c. Pemeriksaan Kamar Gelap JENIS PEMERIKSAAN Kornea COA Obligus Ilumination Iris Lensa (kekeruhan) Kornea COA Lensa Direct Badan lensa Ophtalmoscope Refleks fundus Pembuluh darah Makula lutea Kornea Slit Lamp COA OD N Sedang N N Sedang Keruh (-) Jernih Uniform + Refleks (+) Intak Sedang OS N Sedang N N Sedang Keruh (-) Jernih Uniform + Refleks (+) Intak Sedang
15

Iris Lensa Konjungtiva bulbi

N Kekeruhan (-) N

N Kekeruhan (-) N

JENIS PEMERIKSAAN Tensi Okuli Schiotz Placido Test Pupil Distance (PD) 3.5 Resume

OD N Lingkaran tdk konsentris 62/60

OS N Lingkaran tdk konsentris

Pasien pria usia 68 tahun Pasien datang dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur terutama pada saat membaca. Sebelumnya pasien telah menggunakan kacamata untuk membaca tapi kacamata yang digunakan sudah kabur dan tidak bisa digunakan untuk membaca sejak 2 bulan yang lalu . Pasien sudah menggunakan kacamata untuk membaca sejak 20 tahun yang lalu. Menurut pasien, pertama kali menggunakan kacamata karena matanya terasa kabur saat membaca. Saat itu pasien tidak memeriksakan mata ke dokter, pasien langsung membeli kacamata yang dijual di toko kacamata. Ukuran kacamata yang pertama kali digunakan adalah +1,25. Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri pada mata, nyeri pada kepala, mata merah maupun mata berair.Riwayat menggunakan kacamata (+), riwayat hipertensi (+). Hasil pemeriksaan visus AVOD 6/30, AVOS 6/15. 3.6 Diagnosis Astigmatisma hipermetrop kompositus okulus dekstra + presbiopia dan astigmatisma mikstus okulus sinistra + presbiopia 3.7 Terapi Koreksi dengan kacamata Vitamin B1 tab 1x1

3.8 Prognosis Quo ad vitam Quo ad functionam Quo ad sanationam : bonam : bonam : dubia ad bonam
16

BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh dari pasien ditemukan adalah masalah penglihatan pasien yang kabur terutama saat membaca. Dari hasil pemeriksaan visus diperoleh: Pemeriksaan Visus Dengan pin hole Koreksi Jeagger test OD 6/30 6/10 (S + 1,00 C+ 1,00 x 900)6/7,5 Add +3,00 1 OS 6/15 6/7,5 (S-0,50 C+ 1,25 x 00) 6/6 Add +3,00 1

Berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis pasien telah memiliki riwayat penggunaan kacamata sejak 20 tahun yang lalu. Berdasarkan riwayat penggunaan kacamata ini diperkirakan bahwa pasien kemungkinanan mengalami gangguan refraksi mata. Gangguan refraksi ini dipertegas dengan adanya perbaikan visus pasien pada mata kanan yang semula 6/30 menjadi 6/10 ketika dikoreksi dengan pin hole, pada mata kiri yang semula 6/15 menjadi 6/7,5 ketika dikoreksi dengan pin hole. Kelainan refraksi atau ametropia merupakan keadaan pembiasan mata dengan panjang bola mata yang tidak seimbang. Hal ini menyebabkan cahaya tidak dibiaskan sebagaiman mestinya sehingga gambaran yang terbentuk pada retina akan dipersepsikan oleh otak terlihat kabur. Hal inilah yang menyebabkan pandangan kedua mata pasien kabur. Visus pasien kemudian coba dikoreksi dengan menggunakan lensa sferis positif dan lensa sferis negatif. Pada mata kanan visus pasien maju dari 6/10 menjadi 6/7,5 setelah dikoreksi dengan lensa sferis + 1,00 D ditambah dengan lensa silinder + 1,00 D dengan sudut 900. Pada mata kiri visus pasien maju dari 6/7,5 menjadi 6/6 setelah dikoreksi dengan lensa sferis 0,50 D ditambah dengan lensa silinder + 1,25 D dengan sudut 00. Setelah visus terkoreksi kemudian dilakukan jaegger test pada pasien. Pasien baru mampu membaca tulisan yang ada setelah lensa hasil koreksi ditambahkan lensa sferis + 3,00 D. Penambahan lensa ini disesuaikan dengan usia pasien, pasa usia >60 tahun ditambahkan lensa dengan kekuatan + 3,00 D. Penambahan ini diperlukan untuk membaca dekat.

17

Salah satu etiologi kelainan astigmatisma adalah adanya kelainan pada lensa. Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga semakin berkurang. Hal ini dapat menyebabkan penglihatan pasien menjadi kabur. Penatalaksanaan pada pasien ini dengan koreksi kacamata dan diberikan vitamin B1. Vitamin B1 diberikan guna menjaga kesehatan mata dan mencegah pembentukan katarak. Prognosis pada pasien ini adalah bonam untuk fungsi penglihatan karena setelah dikoreksi dengan kacamata pasien dapat melihat lagi dengan baik, kelainan refraksi ini tidak mengancam nyawa.

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Renhak, Valentino. Miopia astigmatisma. Diunduh dari www.scribd.com diakses pada tanggal 5 Maret 2014.sss 2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi keempat. Jakarta: balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011 3. Anonim. Astigmatism. Diunduh dari www.scribd.com diakses pada tanggal 5 Maret 2014 4. Bashour, Mounir. Astigmatism-causes, symptom and treatment. Diunduh dari www.eyehealthweb.com diakses pada tanggal 7 Maret 2014 5. Anonim. Mata Cilindris. Diunduh dari www.optiknisa.info.com diakses pada tanggal 5 Maret 2014

19

También podría gustarte