Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
NAMA KELOMPOK 4 :
1. Made Udayati
(10.321.0864)
(10.321.0858)
(10.321.0859)
(10.321.0867)
(10.321.0874)
(10.321.0875)
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................................1
1. Tujuan Umum......................................................................................................................1
2. Tujuan Khusus.....................................................................................................................2
a. Mampu menjelaskan konsep dasar penyakit....................................................................2
D. Metode Penulisan...................................................................................................................2
Metode yang digunakan adalah metode pustaka ......................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Konsep Dasar Penyakit..........................................................................................................3
1. Definisi / Pengertian............................................................................................................3
2. Epidemiologi / Insiden Kasus..............................................................................................3
3. Etiologi / Penyebab..............................................................................................................4
4. Faktor Predisposisi..............................................................................................................4
a. Infeksi pada kulit .............................................................................................................4
b. Varicella...........................................................................................................................4
c. Epstein barr .....................................................................................................................4
d. Hepatitis B ......................................................................................................................5
e. Inveksi hiv........................................................................................................................5
f. Gondongan.......................................................................................................................5
iii
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang
etiologinya, tidak jelas akan tetapi secara umum memberikan gambaran histopologi
tertentu pada glomerolus. Di Amerika Serikat Glomerulonefritis merupakan penyebab
terbanyak penyakit ginjal tahap akhir (PGTA).
Di Indonesia tahun 1980, Glomerulonefritis menempati urutan pertama sebagai
penyebab PGTA dan meliputi 55% penderita yang mengalami hemodialisis. (Soeparman,
1990)
Glomerulonefritis dapat dibagi atas dua golongan besar, yaitu bentuk yang merata
dan bentuk yang fokal. Pada bentuk yang merata perubahan tampak pada semua lobulus
daripada semua glomerulus, sedangkan pada bentuk fokal hanya sebagian glomerulus
yang terkena, dari pada glomerulus yang terkena itu hanya tampak kelainan setempat
(hanya satu atau beberapa lobulus yang terkena).
Glomerulonefritis Akut adalah kumpulan manifestasi klinis akibat perubahan
struktur dan faal dari peradangan akut glomerulus pasca infeksi Streptococcus. Sindrom
ini ditandai dengan timbulnya oedem yang timbul mendadak, hipertensi, hematuri, oliguri,
GFR menurun, insuffisiensi ginjal. (Enday, 1997)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut yaitu
Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada klien glomerulonefritis akut serta
bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada klien glomerulonefritis akut ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
2.
Tujuan Khusus
a.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi / Pengertian
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak pada
dengan faringitis dan 25% anak dengan impetigo. Salah satu studi menemukan
bahwa faktor predominan untuk GNPSA pada anak adalah faringitis. Penyakit ini
paling sering menyerang anak dalam rentang umur 2-12 tahun. Penelitian
menunjukkan bahwa 5% anak yang terkena berusia di bawah 2 tahun dan10% adalah
orang dewasa dengan usia di atas 40 tahun. Anak laki-laki memiliki resiko dua kali
3
lebih besar untuk terkena GNPSA dibanding anak perempuan. Tidak ada predileksi
ras dan genetik.
Glomerulonefritis akut pasca streptokok yang klasik terutama menyerang
anak dan orang dewasa muda, dengan meningkatnya usia frekuensinya makin
berkurang. Pria lebih sering terkena daripada wanita.
Lebih sering pada musim dingin dan puncaknya pada musim semi. Paling
sering pada anak-anak usia sekolah.
3.
Etiologi / Penyebab
Faktor penyebab yang mendasari sindrom ini secara luas dapat dibagi menjadi
kelompok infeksi dan noninfeksi.
a. Infeksi :
1) Infeksi streptokokus terjadi sekitar 5-10 % pada orang dengan radang
tenggorokan dan 25 % pada mereka dengan infeksi kulit. Penyebab
nonstreptokokus meliputi bakteri, virus, dan parasit.
Bakteri :
streptokokus grup C, meningococcocus, Sterptoccocus Viridans,
Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae, Staphylococcus
albus, Salmonella typhi dll
Virus
(Poliarteritis
nodosa
Faktor Predisposisi
a.
b.
Varicella
c.
Epstein barr
4
Purpura
Henoch-schonlein)
indrom
5.
d.
Hepatitis B
e.
Inveksi hiv
f.
Gondongan
g.
Patofisiologi
Sebenarnya bukan sterptokokus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal.
Diduga terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khsus yang
merupakan unsur membran plasma sterptokokal spesifik. Terbentuk kompleks
antigen-antibodi didalam darah dan bersirkulasi kedalam glomerulus tempat
kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam membran basalis. selanjutnya
komplomen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik
leukosit polimor fonuklear (PMN) dan trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis
dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endothel dan membran basalis
glomerulus (IGBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbu proliferasi selsel endotel yang diikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel. Semakin
meningkatnya kebocoran kapiler gromelurus menyebabkan protein dan sel darah
merah dapat keluar ke dalam urine yang sedang dibentuk oleh ginjal, mengakibatkan
proteinuria dan hematuria. Agaknya kompleks komplomen antigen-antibodi inilah
yang terlihat sebagai nodul-nodul subepitel pada mikroskop elektron dan sebagai
bentuk granular dan berbungkah-bungkah pada mikroskop imunofluoresensi, pada
pemeriksaan cahaya glomerulus tampak membengkak dan hiperseluler disertai
invasi PMN.
Menurut penelitian yang dilakukan penyebab infeksi pada glomerulus akibat
dari reaksi hipersensivitas tipe III. Kompleks imun (antigen-antibodi yang timbul
dari infeksi) mengendap di membran basalis glomerulus. Aktivasi komplomen yang
menyebabkan destruksi pada membran basalis glomerulus.
Kompleks-kompleks ini mengakibatkan kompelen yang dianggap merupakan
mediator utama pada cedera. Saat sirkulasi melalui glomerulus, kompleks-kompleks
ini dapat tersebar dalam mesangium, dilokalisir pada subendotel membran basalis
glomerulus sendiri, atau menembus membran basalis dan terperangkap pada sisi
epitel. Baik antigen atau antibodi dalam kompleks ini tidak mempunyai hubungan
imunologis dengan komponen glomerulus. Pada pemeriksaan mikroskop elektron
5
merubah
IgG
menjadi
autoantigenic.
Akibatnya,
terbentuk
Jumlah antigen pada beberapa penyakit deposit kompleks imun terbatas, misal
antigen bakteri dapat dimusnahkan dengan mekanisme pertahanan penjamu atau
dengan terapi spesifik. Pada keadaan demikian, deposit kompleks-kompleks imun
dalam glomerulus terbatas dan kerusakan dapat ringan danberlangsung singkat,
seperti pada glomerulonefritis akut post steroptokokus.
Hasil penyelidikan klinis imunologis dan percobaan pada binatang
menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab. Beberapa
penyelidik mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrana
basalis glomerulus dan kemudian merusaknya.
2. Proses auto-imun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam tubuh
menimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus.
3. Streptococcus nefritogen dan membran basalis glomerulus mempunyai
komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung
merusak membrana basalis ginjal.
6.
Pathway
Terlampir
7.
Gejala Klinis
a. Hematuria
b. Oliguria
c. Proteinuri
d. Lekosuri
e. hipertensi
f. Edema ringan sekitar mata atau seluruh tubuh
g. Gangguan gastrointestinal
h. Sakit kepala, merasa lemah
i. Nyeri pinggang menjalar sampai ke abdomen
Gambaran klinis dapat bermacam-macam. Kadang-kadang gejala ringan
tetapi tidak jarang anak datang dengan gejala berat. Kerusakan pada rumbai kapiler
gromelurus mengakibatkan hematuria/kencing berwarna merah daging dan
7
8.
Klasifikasi
a. Congenital (herediter)
1) Sindrom Alport
Suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya glomerulonefritis
progresif familial yang seing disertai tuli syaraf dankelainan mata seperti
lentikonus anterior. Diperkirakan sindrom alport merupakan penyebab dari
8
3% anak dengan gagal ginjal kronik dan 2,3% dari semua pasien yang
mendapatkan cangkok ginjal. Dalam suatu penelitian terhadap anak dengan
hematuria yang dilakukan pemeriksaan biopsi ginjal, 11% diantaranya
ternyata penderita sindrom alport. Gejala klinis yang utama adalah
hematuria, umumnya berupa hematuria mikroskopik dengan eksasarbasi
hematuria nyata timbul pada saat menderita infeksi saluran nafas atas.
Hilangnya pendengaran secara bilateral dari sensorineural, dan biasanya
tidak terdeteksi pada saat lahir, umumnya baru tampak pada awal umur
sepuluh tahunan.
2) Sindrom Nefrotik Kongenital
Sinroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir.
Gejala proteinuria massif, sembab dan hipoalbuminemia kadang kala baru
terdeteksi beberapa minggu sampai beberapa bulan kemudian. Proteinuria
terdapat pada hamper semua bayi pada saat lahir, juga sering dijumpai
hematuria mikroskopis. Beberapa kelainan laboratories sindrom nefrotik
(hipoproteinemia, hiperlipidemia) tampak sesuai dengan sembab dan tidak
berbeda dengan sindrom nefrotik jenis lainnya.
b. Glomerulonefritis Primer
1) Glomerulonefritis membranoproliferasif
Suatu glomerulonefritis kronik yang tidak diketahui etiologinya
dengan gejala yang tidak spesifik, bervariasi dari hematuria asimtomatik
sampai glomerulonefitis progresif. 20-30% pasien menunjukkan hematuria
mikroskopik dan proteinuria, 30 % berikutnya menunjukkan gejala
glomerulonefritis akut dengan hematuria nyata dan sembab, sedangkan
sisanya 40-45% menunjukkan gejala-gejala sindrom nefrotik. Tidak jarang
ditemukan 25-45% mempunyai riwayat infeksi saluran pernafasan bagian
atas, sehingga penyakit tersebut dikira glomerulonefritis akut pasca
streptococcus atau nefropati IgA.
2) Glomerulonefritis membranosa
Glomerulonefritis membranosa sering terjadi pada keadaan tertentu
atau setelah pengobatan dengan obat tertentu. Glomerulopati membranosa
paling sering dijumpai pada hepatitis B dan lupus eritematosus sistemik.
9
IgA
biasanya
dijumpai
pada
pasien
dengan
9.
a. Urinalisis: hematuria , proteinuria, endapan sel darah merag, sel darah putih,
epitel sel renal, dan berbagai endapan dalam sedimen.
b. Radiologi : ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat
komplikasi yang terjadi.
10
c. Foto polos abdomen : untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu atau
obstruksi). Dehidrasi dapat memperburuk keadaan ginjal, oleh karena itu
penderita diharapkan tidak puasa.
d. USG : untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal.
e. IVP (Intra Vena Pielografi) : untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
Pemeriksaan ini beresiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu. Misal :
DM, usia lanjut, dan nefropati asam urat.
f. Darah: peningkatan BUN dan kreatinin, albumin rendah, lipid meningkat, titer
antistreptolysin meningkat (dari reaksi organism streptokokus)
g. Renogram : untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan.
h. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
i. EKG : untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia). 081999533811
j. Biopsi ginjal dengan jarum pada ginjal, sumbatan kapiler glomerulus dari
proliferasi sel endotetelial
10.
Penatalaksanaan
12
13
3.
NO.
DX
INTERVENSI
diberikan 1. Kaji
nyeri,
1. Memberikan informasi
keperawatan
selama x 24 jam,
menentukan
(PQRST)
atau
asuhan
keluhan
RASIONAL
berkurang dengan KH :
1. Klien
terkontrol
10)
2. Untuk
periode
teknik
nyeri,
dalam.
menggunakan
manajemen
seperti
dapat 5. Kolaborasi
berpartisipasi dalam
obat
aktifitas
(analgesik).
nafas
pemberian
sesuai
meningkatkan
relaksasi.
2. Klien menunjukkan
dan tidur
yang
4. Dorong
3. Klien
posisi
dengan 3. Tingkatkan
skala nyeri 0 1 (0
keefektifan
intervensi.
melaporkan 2. Berikan
pilihan
5. Diberikan
indikasi
untuk
menghilangkan
nyeri
dan
memberikan
relaksasi
mental
dan
tepat
fisik.
salah
satu
Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan
1.
Sebagai
selama x 24 jam,
peningkatan
diharapkan
cairan
kelebihan
yang
diketahui
dengan KH :
meningkatkan
1.klien
tidak
sesak
kerja
nafas
jumlah
dapat
dengan
jantung
beban
yang
2. pitting edema ( - )
meningkatnya tekanan
darah.
ml/hari
2) Kaji
distensi
jugularis.
14
vena 2.
Peningkatan
dapat
cairan
membebani
pemeriksaan
tekanan
vena
jugularis.
3) Ukur intake dan output
3.
Penurunan
curah
jantung
mengakibatkan
gangguan
perfusi
air,
dan
penurunan
urine
output.
4) Kolaborasi dalam :
a. Berikan diet tanpa
garam
4. Kolaborasi :
a. Natrium
meningkatkan retensi
cairan
dam
meningkatkan volume
plasma
yang
berdampak
terhadap
peningkatan
beban
kerja
jantung
dan
akan
meningkatkan
demand miokardium.
b. Berikan diet rendah
protein tinggi kalori
menurunkan
meningkat
Diet
tinggi
dan
katabolisme protein.
c. Berikan diuretik :
c. Diuretik
bertujuan
furosemide,
untuk
menurunkan
sprinolakton,
hidronolakton
menurunkan
cairan
di
retensi
jaringan
sehingga menurunkan
resiko
terjadinya
edema paru.
d. Pantau
Setelah
asuhan
data
dapat
laboratorium
membatasi
elektrolit kalium
keefektifan terapi.
d. Hipokalemia
tapi sering.
1. Immobilitas
dapat
menutunkan
bising
usus.
2. Membantu
mencegah
memepertahankan
distensi
gaster
atau
ketidaknyamanan
dan
adekuat dengan KH :
meningkatkan
1. Nutrisi
pemasukan.
(sesuai
dengan
kebutuhan)
memandang
diet 3. Kalori
dan
protein
diperlukan
mempertahankan berat
3. Tidak
makanan
badan
mual
dan
muntah
4. Berat badan stabil
minuman
untuk
dan
tinggi kalori/protein.
meningkatkan
penyembuhan.
sebelum makan.
Setelah
diberikan 1. Kaji
16
toleransi
memenuhi
kebutuhan nutrisi.
pasien 1. Parameter menunjukan
asuhan
keperawatan
terhadap
aktivitas
selama x 24 jam
dengan
parameter : frekwensi
meningkatkan toleransi
derajat
aktivitas dengan KH :
diatas
frekwensi
kelebihan
1.
istirahat,
catat
/ jantung.
Klien
dapat
menggunakan
peningkatan
stress,
pengaruh
kerja
TD,
berpartisipasi
dalam
kelelahan
aktivitas
terhadap
berat
dan
yang diinginkan /
kelemahan, berkeringat,
diperlukan
2.
Melaporkan
2. Kaji
kesiapan
untuk 2. Stabilitas
peningkatan dalam
meningkatkan
toleransi aktivitas
contoh
kelemahan / kelelahan,
memajukan
TD
aktivitas individual.
aktivitas
fisiologis
penurunan
stabil,
nadi,
frekwensi
pada
istirahat
penting
untuk
tingkat
peningkatan
memajukan 3. Konsumsi
/
perawatan diri.
toleransi
oksigen
miokardia
selama
jumlah
yang
Kemajuan
ada.
aktivitas
bertahap
mencegah
peningkatan
tiba-tiba
pada
kerja
jantung.
4. Berikan bantuan sesuai 4. teknik
17
penghematan
kebutuhan
dan
energi
menurunkan
anjurkan penggunaan
kursi
sehingga
mandi,
membantu
keseimbangan
dengan
duduk
dan
suplai
sebagainya.
5. Dorong pasien untuk 5. Seperti
partisifasi
dalam
memilih
periode
aktivitas.
jadwal
meningkatkan toleransi
terhadap
kemajuan
Setelah
asuhan
diberikan 1. Kaji
keperawatan
tingkat 1. Memberikan
kesempatan
selama x 30 menit,
keluarga
memberikan informasi
proses penyakit.
keluarga
mengetahui
tentang
penyakitnya 2. Beri
terhadap
tambahan
sesuai
keperluan.
HE
tentang 2. Meningkatkan
dengan KH :
penyakit,
1. Menyatakan
dan pengobatannya.
pencegahan,
agar
dapat
pemahaman
mencegah
dan
kondisi, prognosis,
mengikuti
terapi
dan pengobatan.
pengobatan.
2. Berpartisipasi
dalam
program
pengobatan
3. Identifikasi
tanda
komplikasi.
demam,
perubahan
karakteristik
nyeri.
4.
untuk
Implementasi
18
5.
Evaluasi
Diagnosa 1 :
a. Klien melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol dengan skala nyeri 0 1
(010)
b. Klien menunjukkan ekspresi wajah atau postur tubuh rileks
c. Klien dapat berpartisipasi dalam aktifitas dan tidur atau istirahat dengan
tepat
Diagnosa 2 :
a. klien tidak sesak nafas
b. piting edema ( - )
c. Produksi urine > 600 ml/hari
Diagnosa 3 :
a. Nutrisi adekuat (sesuai dengan kebutuhan)
b. IMT normal ( 18-22 )
c. Tidak mual dan muntah
d. Berat badan stabil
Diagnosa 4 :
a. Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan
b. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Diagnosa 5 :
a. Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
b. Berpartisipasi dalam program pengobatan
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu. Yang sering terjadi akibat infeksi kuman streptococcus.
Faktor penyebab yang mendasari sindrom ini secara luas dapat dibagi menjadi
kelompok infeksi dan noninfeksi.
Cara penatalaksanaanya yaitu dengan istirahat selama 1-2 minggu, modifikasi diet,
pembatasan cairan dan natrium, pembatasan protein bila BUN meningkat, antibiotika, anti
hipertensi, pemberian diuretik furosemid intravena (1 mg/kgBB/kali), bila anuria
berlangsung lama (5-7 hari) dianjurkan dialisa peritoneal atau hemodialisa.
Diagnosa yang mungkin muncul pada nyeri akut berhubungan dengan respon
inflamasi lokal, kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin,
retensi cairan natrium, ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia, pembatasan diet dan perubahan mambran
mukosa mulut, intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialisis, kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan
F. Saran
Sebagai tenaga kesehatan seharusnya dan sepatutnya harus mengetahui tentang
penyakit-penyakit
yang
sering
dijumpai
pada
era
moderenisasi
ini
seperti
20
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta ; EGC
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Herdman, Heather T. 2012. NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan 2012-2014.
Jakarta : EGC.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2008.
21
Pokok Bahasan
SubPokok Bahasan
: Glomerulonefritis Akut
Sasaran
Hari / Tanggal
Tempat / ruangan
Waktu
: 30menit
I.
LATAR BELAKANG
Istilah Glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang
etiologinya, tidak jelas akan tetapi secara umum memberikan gambaran histopologi
tertentu pada glomerolus. Di Amerika Serikat Glomerulonefritis merupakan penyebab
terbanyak penyakit ginjal tahap akhir (PGTA).
Di Indonesia tahun 1980, Glomerulonefritis menempati urutan pertama sebagai
penyebab PGTA dan meliputi 55% penderita yang mengalami hemodialisis
Kegiatan
Respon
Waktu
Pasien/Keluarga
1
PENDAHULUAN
a. Memberi salam
Menjawab salam
Menyimak
c. Menyampaikan tujuan
Menyimak
Menyimak
d. Melakukan apersepsi
ISI
5 Menit
dan
memperhatikan
gejala penyuluhan
glomerulonefritis akut
4. Penatalaksanaan
3
glomerulonefritis akut
PENUTUP
23
dan
20 Menit
a. Diskusi
Aktif bertanya
b. Kesimpulan
Memperhatikan
c. Evaluasi
Menjawab pertanyaan
Menjawab salam
MODERATOR
PENYAJI
Keterangan :
= Audien
= Fasilitator
= Observer
IX. PENGORGANISASIAN
1. Moderator
5 Menit
2. Penyaji
: Dewi Lasyantia
3. Observer
: Eka
4. Fasilitator
: Yogi aristana
Galih Pratiwi Lembut
Wira sulaksana
Fransiskus
X.
KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan media : lcd, leaflet, dan Laptop
d. Peserta hadir ditempat penyuluhan
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
d. Suasana penyuluhan tertib
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
f. 70 % keluarga hadir
g. 70 % keluarga aktif bertanya
3. Evaluasi hasil
Prosedur pada akhir kegiatan penyuluhan
Jenis : Lisan
Pertanyaan Evaluasi :
a.
b.
c.
d.
e.
XI. REFERENSI
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta ; EGC
Muttaqin, Arif. 2008.
26
Lampiran Materi
1. PENGERTIAN
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak pada kedua
ginjal. Peradangan akut glomerulonefritis terjadi akibat pengendapan kompleks antigen
antibodi di kapiler-kapiler glomerulus. Kompleks biasanya terbentuk 7-10 hari setelah
infeksi faring atau kulit oleh streptokokus (glomerulonefritis pascastreptokokus) tetapi
dapat juga timbul setelah infeksi lain. (Ariff Muttaqin, 2011)
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu. Yang sering terjadi akibat infeksi kuman streptococcus. (Kapita
selekta, 2000)
2. PENYEBAB
Faktor penyebab yang mendasari sindrom ini secara luas dapat dibagi menjadi
kelompok infeksi dan noninfeksi.
a. Infeksi :
1) Infeksi streptokokus terjadi sekitar 5-10 % pada orang dengan radang
tenggorokan dan 25 % pada mereka dengan infeksi kulit. Penyebab
nonstreptokokus meliputi bakteri, virus, dan parasit.
Bakteri :
streptokokus grup C, meningococcocus, Sterptoccocus Viridans,
Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae, Staphylococcus
albus, Salmonella typhi dll
Virus
27
28