Está en la página 1de 9

I.

Skenario 1 Perawatan Saluran Akar (PSA) Gigi Permanen Seorang laki-laki umur 23tahun datang ke RSGM ingin memeriksakan gigi belakang bawah kiri sakit cekot-cekot yang menjalar sampai ke kepala, terutama bila kemasukkan makanan sejak 2hari yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan pada gigi 36 didapatkan karies media kelas 1, tes vitalitas positif. Tindakan apa yang dilakukan pada penderita tersebut sebelum dilakukan preparasi saluran akar.

II.

Klarifikasi Istilah 2.1 Preparasi saluran akar Merupakan tindakan cleaning dan shaping yang bertujuan untuk mempersiapkan saluran akar sebagai tempat untuk pengisian bahan tumpatan. Dimana cleaning adalah tindakan pembersihan pada ruang pulpa dan saluran akar dengan tujuan mengambil dan mengeluarkan jaringan nekrotik, iritan dan semua kotoran pada gigi. Sedangkan shaping merupakan tindakan untuk membentuk dinding Saluran akar sebagai persiapan untuk tahap pengisian saluran akar.

2.2 Perawatan saluran akar Merupakan usaha untuk menyelamatkan gigi dari tindakan pencabutan dan melakukan perawatan dengan mengangkat jaringan pulpa yang telah terinfeksi, yang kemudian pada kamar pulpa dilakukan pengisian dengan zat/bahan pengisi. Perawatan saluran akar ini terdiri dari 3 tindakan yaitu, preparasi saluran akar, disinfeksi dan obturasi saluran akar.

III.

Perumusan Masalah 3.1 Apakah diagnose pada scenario di atas? 3.2 Bagaimana rencana perawatan yang akan dilakukan sesuai diagnose pada pasien tersebut? 3.3 Apa saja tindakan yang dapat dilakukan pada pasien sebelum dilakukan preparasi saluran akar?

IV.

Identifikasi Masalah 4.1 Diagnosa Pada kasus diatas dapat di diagnose sebagai penyakit pulpitis irreversible. Hal ini berdasarkan pada gejala klinis yang dirasakan oleh pasien, dimana pada kasus diatas dijelaskan bahwa pasien mengalami sakit cekot-cekot yang menjalar sampai kepala terutama bila kemasukan makanan,adanya karies media kelas 1 serta tes vitalitas positif. Hal ini menunjukkan bahwa gigi 36 tersebut masih vital. Untuk menunjang diagnose yang akan ditegakkan perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti dilakukannya foto rontgen. Pulpitis irreversible merupakan keradangan pulpa yang terus menerus dengan atau tanpa gejala yang disertai oleh kerusakan pulpa. Bila stimulus penyebab rasa sakit dihilangkan gigi tidak dapat menjadi normal kembali.

4.2 Rencana Perawatan sesuai dengan diagnose Rencana perawatan yang mungkin dilakukan untuk pulpitis irreversible adalah pulpektomi, yaitu pengambilan jaringan pulpa dan korona secara keseluruhan. Pulpektomi terbagi menjadi pulpektomi vital,devital dan non-vital. Pada pulpektomi vital dan devital, jaringan pada pulpa gigi masih vital. Perbedaannya adalah pada pulpektomi vital sebelum dilakukan tindakan pada pasien tersebut diberikan anastesi, sedangkan pada pulpektomi devital, jaringan pulpa dimatikan dengan menggunakan arsen atau TKF, sehingga pasien tidak perlu diberikan anastesi. Bila terjadi karies media dengan diagnose pulpitis irreversible maka dilakukan pemeriksaan radiografi, kemudian melakukan beberapa tes seperti tes vitalitas, tes perkusi, dll apabila tidak terjadi reaksi dilanjutkan dengan tes kavitas, tes jarum miller. Apabila tidak terjadi reaksi sama sekali kemungkinan terjadi nekrosis pulpa.

4.3 Tindakan-tindakan sebelum dilakukan preparasi saluran akar a. Anastesi. Apabila pasien tidak menghendaki adanya anastesi bias dengan cara mematikan pulpa dengan bantuan bahan kimia seperti arsen dan TKF sesuai dengan kebutuhan dan keadaan pasien. b. Asepsis. c. Cavity entrance. Membuat jalan masuk yang benar menuju ke ruang pulpa yang menghasilkan penetrasi garis-garis lurus ke orifice saluran akar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menembus enamel dan dentin yang ada pada fosa sentral dengan sudut pengeburan kea rah akar distal (kamar pulpa terbesar) dengan menggunakan round bur hingga meluas kea rah cusp mesiobukal untuk menemukan saluran mesio bukal. d. Mencari Orifice dengan menggunakan jarum miller. Kemudian menghilangkan atap dan tanduk pulpa dengan menggunkan round bur besar untuk membentuk cavity entrance agar alat preparasi mudah masuk. Kemudian, untuk memperluas dan menghaluskan kavitas digunakan fissure bur ,untuk mngeceknya dapat menggunakan sonde. Sehingga didapatkan cavity akses berbentuk bulat atau rhomboid ataupun persegi panjang sesuai dengan banyaknya orifice saluran akar yang ada. e. Ekstirpasi jaringan pulpa Ekstirpasi kamar pulpa dan saluran akar dari jaringan yang masih tertinggal dan debridement jaringan nekrotik menggunakan

instrumentasi, irigasi dan disinfeksi. Dilakukan setelah jalan masuk atau cavity entrance sudah memadai. Saat ektirpasi pulpa di dirobek dari saluran akar hingga meninggalkan luka koyak yang ditandai dengan timbulnya reaksi perdarahan, inflamasi dan

perbaikan.biasanya menimbulkan rasa sakit minimal dan dapat ditanggulangi dengan analgesic ringan. Untuk mencegah infiltrasi darah ke dalam tubuli dentin dapat dilakukan dengan melakukan irigasi pada saluran akar dan kamar

pulpa dengan larutan sodium hipoklorit akan membantu mencegah diskolorsi pada gigi. f. Pengukuran panjang kerja Pengukuran panjang kerja pada pasien dapat dilakukan dengan bantuan foto rontgen. Pengukuran dilakukan dengan memasukkan jarum miller yang telah diberi stopper pada saluran akar hingga stopper terletak pada cusp tertinggi,kemudian stopper ditekuk. Kemudian dilakukan pengukuran dengan menggunakan rumus : Pgf x Pas Pgs = Paf Pk = Pgs 1mm Keterangan : Pgs = panjang gigi sebenarnya Pgf = panjang gigi dalam foto Pas = panjang alat sebenarnya Paf = panjang alat dalam foto Kemudian dicocokan dengan tabel panjang gigi menurut Ingle, J.I

V.

Mapping Diagnosa Pulpitis Irreversible

Rencana Perawatan

Pulpektomi

Anastesi

Non-Anastesi

Cavity Entrance

VI.

Learning Objective Mampu memahami dan menjelaskan tahapan sebelum preparasi saluran akar terutama pada cavity entrance.

VII.

Analisis Masalah Tahapan sebelum preparasi salura akar adalah : a. anastesi atau devitalisasi dengan menggunakan arsen atau TKF sesuai dengan kebutuhan dan keadaan pasien. b. asepsis daerah kerja. c. pembentukan cavity entrance sampai dinding saluran akar lurus. d. mencari orifice dengan menggunakan jarum miller. e. ekstirpasi yaitu membuang jaringan nekrotik pulpa. Biasanya terjadi perdarahan, hal ini menandakan bahwa pada saat pembukaan cavity entrance mengenai pada tanduk pulpa, sehingga gigi menjadi perforasi.

Hal ini dapat diatasi dengan pemberian bahan irigasi sodium hipoklorit dan analgesic. f. menghitung panjang kerja g. kemudian preparasi saluran akar sesuai panjang kerja gigi.

Outline cavity entrance pada gigi 36 adalah dengan cara membentuk proyeksi ruang pulpa dengan bentuk triangular alas sejajar dengan bukal, dapat juga berupa rhomboid ataupun persegi panjang sesuai dengan banyaknya saluran akar pada gigi tersebut. Pembuatan outline cavity entrance bertujuan menghindari pembuangan jaringan pulpa yang berlebihan, membuka atap ruang pulpa, dan membuat akses masuknya alat preparasi ke dalam saluran akar. Preparasi pada cavity entrance haruslah lurus agar alat preparasi mudah masuk. Hal ini sesuai dengan prinsip preparasi saluran akar menurut Ingle, yaitu : 1. Convinience form. Yaitu pembentukan jalan masuk dari permukaan incisal/oklusal menuju apeks gigi haruslah lurus. Hal ini bertujuan menghindari preparasi yang berlebihan atau pembentuka apical menjadi lonjong, 2. Resistance form, dimana penyempitan pada apical constriction harus tetap. Bertujuan mencegah keluarnya bahan pengisi ke dalam jaringan periodontal. 3. Retention Form merupakan daerah apical sepanjang 2-5mm dari resistance form, dengan tujuan menahan bahan pengisi utama pada tempatnya. 4. Extention merupakan perluasan dinding saluran akar sesuai bentuk anatomi saluran akar. 5. Toilet of cavity merupakan oembersihan saluran akar dari seluruh kotoran atau debridement dengan bahanirigasi. 6. Outline form. Yaitu memperbaiki bentuk luar dan dalam kavitas disesuaikan bentuk alat dan bahan pengisi saluran akar.

Untuk membedakan pulpitis reversible dan irreversible dapat dilakukan dengan anamnesa pada pasien, dengan menanyakan keluhan pada pasien. Pada pulpitis reversible sakit terasa bila terjadi stimulus, sedangkan pada pulpitis irreversible sakit dapat terasa meskipun tidak ada stimulus. Pulpitis irreversible dapat terjadi pada karies media, hal ini terjadi karenya adanya stimulus yang dihantarkan oleh tubuli dentin kepada pulpa. Namun pada pemeriksaan karies media tidak diperlukan tes miller, kecuali pada gigi dengan diagnosis nekrosis pulpa. Berikut merupakan gambaran penampang gigi sehat, gigi saat terjadi karies media (pada scenario), serta bentuk cavity entrance dari arah oklusal, proksimal dan bukal.

KESIMPULAN 1. Perawatan saluran akar adalah usaha untuk menyelamatkan gigi dari tindakan pencabutan dan melakukan perawatan dengan mengangkat jaringan pulpa yang telah terinfeksi. 2. Perawatan saluran akar terdiri dari beberapa tahapan yaitu, anastesi atau devitalisasi, asepsis, pembentukan cavity entrance, mencari orifice, ekstirpasi, menghitung panjang kerja, kemudian preparasi saluran akar sesuai panjang kerja gigi. 3. Pembentukan cavity entrance bertujuan untuk membentuk jalan masuk dari oklusal menuju saluran akar, menghindari pembuangan jaringan sehat secara berlebihan, membuka atap ruang pulpa, dan memudahkan alat preparasi masuk ke dalam saluran akar. 4. Bentuk cavity entrance pada gigi 36 adalah triangular dengan alas sejajar dengan bukal, dapat juga berbentuk rhomboid ataupun persegi panjang sesuai dengan banyaknya saluran akar pada gigi. 5. Prinsip preparasi saluran akar meurut ingle adalah convenience form, resistance form, retention form, extention, toilet of cavity serta outline form.

DAFTAR PUSTAKA

Bence R. Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Handbook of Clinical Endodontics, CV. Mosby Company. Alih Bahasa : Sundoro EH, 1990 Edwina A.M. Kidd, Sally Joyston Bechal.1991. Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. EGC : Jakarta. Louis I Grossman,dkk. 199. Ilmu Endodontik dalam Praktek. EGC:Jakarta Paquette,O.E, Segall, R.O, dan Rio, ac.ae. Modified film holder for endodontics. J.Endod, 5 :158,1979.

También podría gustarte