Está en la página 1de 13

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER

METABOLISME (TRANSLOKASI MATERIAL)

Disusun Oleh : Nama NIM Asisten : Hutri Catur Sad Winarni : 31091198 : 1. Clara Nurmalasita, M.Si 2. Esterina Fajar. H

FAKULTAS BIOTEKNOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Di dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai adanya peristiwa difusi dan osmosis. Pada semua makhluk hidup, dari prokariota hingga organisme multiseluler yang paling kompleks melakukan pertukaran zat dengan lingkungannya pada tingkat seluler, pertukaran zat tersebut sangat penting bagi metabolisme sel. Transport tersebut dapat berlangsung secara aktif maupun pasif. Transport secara pasif diantaranya difusi dan osmosis, sedangkan transport secara aktif yaitu dengan menggunakan energi hasil respirasi berupa ATP. Difusi adalah pergerakan molekul atau ion dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Sebagai contoh, apabila kita teteskan minyak wangi dalam botol lalu ditutup, maka bau minyak wangi tersebut akan tersebar ke seluruh bagian botol. Apabila tutup botol dibuka, maka bau minyak wangi tersebut akan tersebar ke seluruh ruangan, meskipun tidak menggunakan kipas. Hal ini disebabkan karena terjadi proses difusi dari botol minyak wangi (konsentrasi tinggi) ke ruangan (konsentrasi rendah). Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat (dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi). Masuknya larutan ke dalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmosis. Untuk mengetahui terjadinya peristiwa difusi dan osmosis, maka kita akan melakukan percobaan metabolisme (translokasi material) ini.

B. Tujuan Mengetahui terjadinya peristiwa difusi dan osmosis.

BAB II DASAR TEORI

Metabolisme (bahasa Yunani: metabolismos, perubahan) adalah semua reaksi kimia yang terjadi di dalam organisme, termasuk yang terjadi di tingkat selular. Secara umum, metabolisme memiliki dua arah lintasan reaksi kimia organik, yaitu : a. katabolisme, yaitu reaksi yang mengurai molekul senyawa organik untuk mendapatkan energi. b. anabolisme, yaitu reaksi yang merangkai senyawa organik dari molekul-molekul tertentu, untuk diserap oleh sel tubuh (Anonim, 2010). Metabolisme adalah modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme dan sel, secara gampangnya yaitu keseluruhan reaksi kimia yang berlangsung di dalam tubuh organisme. Metabolisme terdiri atas tahapan-tahapan yang melibatkan enzim, yang dikenal sebagai jalur metabolisme. Secara keseluruhan, metabolisme bertanggung jawab terhadap pengaturan materi dan sumber energi dari sel. Secara umum, metabolisme terbagi atas dua reaksi, yaitu anabolisme (reaksi penyusunan) dan katabolisme (reaksi pemecahan). Metabolisme juga merupakan suatu totalitas proses kimia yang berlangsung di dalam sel. Proses tersebut hanya dapat berlangsung jika terdapat materi atau zat yang bereaksi dan didukung energi proses metabolisme tersebut. Selain dua komponen tersebut, ada molekul yang mutlak diperlukan agar metabolisme berlangsung, yaitu ATP dan enzim (Anonim, 2010). Katabolisme merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan energi, yang dapat digunakan energi untuk melakukan aktivitasnya. Fungsi reaksi katabolisme adalah untuk menyediakan energi dan komponen yang dibutuhkan oleh reaksi anabolisme (Anonim, 2010). Anabolisme adalah proses sintesis molekul kompleks dari senyawa-senyawa kimia yang sederhana secara bertahap. Proses ini membutuhkan energi dari luar, energi yang digunakan dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal

dengan kemosintesis. Energi tersebut digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks. Reaksi anabolisme juga menggunakan energi dari hasil reaksi katabolisme, yang berupa ATP. Anabolisme meliputi tiga tahapan dasar, yaitu pertama,

produksi perkusor seperti asam amino, monosakarida, dan nukleotida. Kedua, pengaktivasian senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga, penggabungan perkusor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida, lemak, dan asam nukleat. Senyawa kompleks yang disintesis organisme tersebut adalah senyawa organik atau senyawa hidrokarbon. Beberapa contoh hasil anabolisme adalah glikogen, lemak, dan protein berguna sebagai bahan bakar cadangan untuk katabolisme, serta molekul protein, proteinkarbohidrat, dan protein lipid yang merupakan komponen struktural yang esensial dari organisme, baik ekstrasel maupun intrasel (Anonim, 2010). Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu:

Ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel, maka semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.

Ketebalan membrane, semakin tebal membran, maka semakin lambat kecepatan difusi. Luas suatu area, semakin besar luas area, maka semakin cepat kecepatan difusinya. Jarak, semakin besar jarak antara dua konsentrasi, maka semakin lambat kecepatan difusinya. Suhu, semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya (Anonim, 2010). Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permiabel selektif dari bagian yang lebih

encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permiabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri. Faktor penting yang

mempengaruhi osmosis adalah kadar air dan materi terlarut yang ada di dalam sel serta kadar air dan materi terlarut yang ada di luar sel (Anonim, 2010). Plasma sel (sitoplasma) dibungkus oleh selaput tipis yang disebut dengan membran plasma. Selaput ini merupakan membran yang mampu mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Cairan sel biasanya bersifat hipertonis (potensial air tinggi), dan cairan diluar sel bersifat hipotonis (potensial air rendah), sehingga air akan mengalir masuk ke dalam sel sampai kedua cairan isotonis (seimbang). Apabila suatu sel diletakkan dalam larutan yang hipertonis (potensial air tinggi) terhadap sitoplasma, maka air di dalam sel akan berdifusi keluar, sehingga sitoplasma mengkerut dan terlepas dinding sel, yang disebut dengan plasmolisis. Sedangkan apabila suatu sel kemudian dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonis (potensial air rendah), maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma kembali mengembang, peristiwa ini disebut dengan deplasmolisis (Anonim, 2010). Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis. Krenasi terjadi karena lingkungan hipertonik, (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan larutan di sekitar luar sel), osmosis (difusi air) menyebabkan pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya, sebagai akibatnya, sel mengecil. Proses sama yang terjadi pada tumbuhan adalah plasmolisis di mana sel tumbuhan juga mengecil karena dimasukkan ke dalam larutan hipertonik (Anonim, 2010). Eosin adalah suatu cairan berwarna merah sebagai hasil tindakan brom pada fluorescein yang dapat digunakan sebagai noda sitoplasma, kolagen, dan serabut otot untuk pengujian di bawah mikroskop. Eosin paling sering digunakan sebagai pewarna/noda untuk hematoksilin, baik H maupun E (hematoksilin dan eosin). H dan E pewarnaan adalah salah satu teknik yang paling umum digunakan dalam histologi. Tissue diwarnai dengan hematoksilin dan eosin, maka menunjukkan sitoplasma pink-oranye bernoda dan inti bernoda muram, biru atau ungu. Eosin adalah pewarna asam, yang muncul di bagian dasar sel, yaitu sitoplasma. Sedangkan hematoksilin adalah pewarna dasar dan muncul di bagian asam, seperti pada nukleus (Anonim, 2010). Agar atau agarosa adalah zat yang biasanya berupa gel yang diolah dari rumput laut atau alga. Jenis rumput laut yang biasa diolah adalah Eucheuma spinosum (Rhodophycophyta). Beberapa jenis rumput laut dari golongan Phaeophycophyta (Gracilaria dan Gelidium) juga dapat dipakai

sebagai sumber agar-agar. Selain digunakan sebagai makanan, agar-agar juga digunakan secara luas di laboratorium sebagai pemadat kemikalia dalam percobaan, media tumbuh untuk kultur jaringan tumbuhan dan perkembangbiakkan mikroba, dan juga sebagai fase diam

dalam elektroforesis gel. Di laboratorium, agar-agar (biasanya dikemas dalam bentuk bubuk) dikenal sebagai agar atau agarosa saja (Anonim, 2010). Methylen blue adalah senyawa kimia dengan rumus molekul C16H18N3SCl. Pada suhu kamar zat ini tidak berbau, yang menghasilkan solusi biru ketika dilarutkan dalam air. Methylen blue digunakan sebagai pewarna untuk sejumlah prosedur pewarnaan yang berbeda, seperti Wright noda dan Jenner noda. Methylen blue juga dapat digunakan untuk memeriksa RNA atau DNA di bawah mikroskop atau dalam gel. Dapat juga digunakan sebagai indikator untuk menentukan apakah sebuah sel seperti ragi masih hidup atau tidak. Indikator biru ternyata berwarna di hadapan enzim aktif, sehingga menunjukkan sel-sel hidup. Namun, jika tetap biru itu tidak berarti bahwa sel matienzim bisa aktif/didenaturasi (Anonim, 2010). Congo red adalah garam sodium dengan rumus C32H22N6Na2O6S2 dan berat molekul 696,66 g/mol. Congo red larut dalam air, menghasilkan merah koloid solusi: kelarutan yang lebih baik dalam pelarut organik seperti etanol. Dalam biokimia dan histologi, congo red digunakan untuk noda preparates mikroskopis, terutama sebagai sitoplasma dan eritrosit noda (Anonim, 2010).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan 1. Agar konsentrasi 0,2% dan 0,8% 2. Yeast 3. Tabung reaksi 4. Pemanas spiritus B. Cara Kerja Difusi Disiapkan agar dengan konsentrasi larutan 0,2% dan 0,8% 5. Congo red 6. Formaldehide 40% 7. Methylen blue 8. Eosin 9. Pipet tetes 10. Mikroskop 11. Kulkas 12. Penggaris

Diberi lubang pada bagian tengahnya, namun tidak sampai dasar wadah

Masing-masing agar diberi tetesan methylen blue dan eosin

Diberi perlakuan : 1 dan 2 diletakkan dalam suhu ruang 3, 4, dan 5 diletakkan dlam kulkas

Diukur penyebaran warna Osmosis Disiapkan 3 buah tabung reaksi

Dimasukkan 1 ml suspensi yeast pada masing-masing tabung

Dimasukkan 3 tetes congo red pada masing-masing tabung

Masing-masing tabung digojog

Tabung 1 : ditambahkan formaldehide 40% Tabung 2 : dipanaskan Tabung 3 : tidak diberi perlakuan

Diamati di bawah mikroskop

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. Hasil Difusi Data Kelas : KELOMPOK Agar 0,2% Eosin (cm) 1
2 3 4 5

Agar 0,8% MB (cm) 1,2


1,2 0,6 0,4 0,7

PERLAKUAN MB (cm) 1,3


1,5 0,3 0,6 0,5

Eosin (cm) 2,5


2,2 2 1,5 1,7

2,2
2 1,6 1,6 1,9

Suhu ruang
Suhu ruang Kulkas Kulkas Kulkas

Osmosis Tabung 1 : Tabung 2 : Tabung 3 :

Keterangan : Sel transparan Sel berwarna pink : sel hidup : sel mati

B. Pembahasan Pada percobaan metabolisme (translokassi material) yang bertujuan untuk mengetahui peristiwa terjadinya difusi dan osmosis, sampel yang digunakan yaitu agar dan yeast. Difusi adalah pertukaran ion dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Untuk mengetahui peristiwa difusi, kita dapat menggunakan sampel berupa agar. Agar atau agarosa merupakan zat yang biasanya berupa gel yang diolah dari rumput laut atau alga. Agar ini digunakan sebagai pemadat kemikalia dalam percobaan. Agar yang digunakan untuk percobaan ini ada yang berkonsentrasi 0,2% dan juga 0,8%. Setiap agar, baik yang berkonsentrasi 0,2% maupun 0,8% diberikan perlakuan yang berbeda yaitu dengan meletakkannya di dalam suhu ruang dan di dalam kulkas. Diberi perlakuan yang berbeda pada agar ini dengan tujuan untuk mematikan sel. Dan masing-masing agar diberikan larutan pewarna, pewarna yang dipakai, yaitu methylen blue dan eosin. Methylen blue adalah senyawa kimia dengan rumus molekul C16H18N3SCl. Pada suhu kamar zat ini tidak berbau, yang menghasilkan solusi biru ketika dilarutkan dalam air. Methylen blue dapat digunakan untuk memeriksa RNA atau DNA di bawah mikroskop atau dalam gel. Indikator biru (methylen blue) ternyata berwarna di hadapan enzim aktif, sehingga menunjukkan sel-sel hidup. Namun, jika tetap biru itu tidak berarti bahwa sel mati-enzim bisa aktif/didenaturasi. Sedangkan eosin adalah suatu cairan berwarna merah sebagai hasil tindakan brom pada fluorescein yang dapat digunakan sebagai noda sitoplasma, kolagen, dan serabut otot untuk pengujian di bawah mikroskop. Eosin adalah pewarna asam, yang muncul di bagian dasar sel, yaitu sitoplasma. Dari hasil percobaan yang didapat, ukuran penyebaran eosin maksimum diperoleh pada agar dengan konsentrasi 0,8% yang diletakkan dalam suhu ruang, yaitu dengan panjang 2,5 cm. Ukuran minimumnya diperoleh pada agar dengan konsentrasi 0,8% yang diletakkan di dalam kulkas, yaitu dengan ukuran panjangnya 1,5 cm. Sedangkan penyebaran methylen blue maksimum diperoleh pada agar dengan konsentrasi 0,8% yang diletakkan pada suhu ruang, yaitu dengan panjang 1,5 cm. Ukuran minimumnya diperoleh pada agar dengan konsentrasi 0,8% yang diletakkan di dalam kulkas, yaitu dengan panjang 0,3 cm. Faktor-faktor yang menyebabkan hasil seperti diatas, yaitu ukuran partikel, karena semakin kecil ukuran partikel, maka semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi. Ketebalan membran, karena semakin tebal membran, maka kecepatan difusinya akan semakin lambat. Luas suatu area yang dipakai, karena semakin besar luas area, maka semakin cepat kecepatan difusinya. Jarak juga mempengaruhi terjadinya difusi, semakin besar jarak antara dua konsentrasi, maka semakin lambat kecepatan difusinya. Selain itu,

suhu juga merupakan faktor peristiwa difusi, karena semakin tinggi suhunya maka partikel akan mendapatkan energi untuk bergerak lebih cepat, sehingga semakin cepat kecepatan difusinya, dan sebaliknya. Osmosis adalah difusi air melalui membran semi permiabel dari konsentrasi rendah ke konsentrasi yang tinggi. Pada tabung reaksi dimasukkan dengan suspensi yeast dan congo red. Congo red adalah garam sodium dengan rumus C32H22N6Na2O6S2 dan berat molekul 696,66 g/mol. Congo red larut dalam air, menghasilkan merah koloid solusi, yaitu kelarutan yang lebih baik dalam pelarut organik seperti etanol. Congo red digunakan untuk noda preparates mikroskopis, terutama sebagai sitoplasma dan eritrosit noda. Kemudian digojog, penggojogan dilakukan agar semua senyawa dapat tercampur dengan sempurna. Pada tabung 1 diberi beberapa tetes formaldehide 40%, larutan ini berguna untuk mematikan sel yang terdapat pada tabung reaksi 1. Sedangkan pada tabung reaksi 2 setelah digojog, tabung dipanaskan, dan ini bertujuan agar larutan yang terdapat pada tabung reaksi 2 ini benar-benar akan terlarut sempurna dan untuk memastikan agar seluruh sel mati. Dan tabung reaksi 3 tidak diberi perlakuan sama sekali, hal ini karena tabung reaksi 3 digunakan sebagai kontrol. Hasil yang diperoleh pada peristiwa osmosis ini, yaitu pada tabung 1 terdapat warna sel yang berbeda, ada yang berwarna merah muda dan ada yang transparan. Sel yang berwarna merah muda menunjukkan bahwa sel tersebut sudah mati, sedangkan yang transparan menunjukkan bahwa sel tersebut adalah sel hidup. Pada tabung 2, terlihat bahwa semua sel berwarna merah muda, dan ini menunjukkan bahwa sel tersebut sudah mati. Sedangkan pada tabung 3, terlihat bahwa seluruh sel transparan dan ini memperlihatkan bahwa sel yang terdapat pada tabung 3 adalah sel hidup, hal ini terjadi karena pada saat kita melakukan percobaan, tabung 3 ini tidak diberi perlakuan apa-apa. Faktor penting yang mempengaruhi osmosis adalah kadar air dan materi terlarut yang ada di dalam sel serta kadar air dan materi terlarut yang ada di luar sel.

BAB V KESIMPULAN Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan : Kami dapat mengetahui terjadinya proses difusi dan osmosis yang dilakukan dengan sampel yeast dan agar dengan konsentrasi 0,2% dan 0,8%. Difusi yaitu pertukaran ion dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, sedangkan osmosis yaitu difusi air melalui membran semi permiabel dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Faktor yang mempengaruhi terjadinya difusi : o Ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel, maka kecepatan difusi semakin tinggi. o Ketebalan membrane, semakin tebal membran, maka semakin lambat kecepatan difusi. o Luas suatu area, semakin besar luas area, maka semakin cepat kecepatan difusinya. o Jarak, semakin besar jarak antara dua konsentrasi, maka semakin lambat kecepatan difusinya. o Suhu, semakin tinggi suhu, maka semakin cepat pula kecepatan difusinya. Faktor yang mempengaruhi terjadinya osmosis : o Kadar air dan materi terlarut yang ada di dalam sel. o Kadar air dan materi terlarut yang ada di luar sel.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Modul Praktikum Biologi Molekuler. Yogyakarta : UKDW Anonim, 2010. http://en.wikipedia.org/wiki/Congo_red. Diakses tanggal 19 Oktober 2010. Anonim, 2010. http://en.wikipedia.org/wiki/Eosin. Diakses tanggal 19 Oktober 2010. Anonim, 2010. http://en.wikipedia.org/wiki/Methylene_blue. Diakses tanggal 19 Oktober 2010. Anonim, 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Agar-agar. Diakses tanggal 19 Oktober 2010. Anonim, 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Difusi. Diakses tanggal 19 Oktober 2010. Anonim, 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Krenasi. Diakses tanggal 19 Oktober 2010. Anonim, 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Metabolisme. Diakses tanggal 19 Oktober 2010. Anonim, 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Osmosis. Diakses tanggal 19 Oktober 2010. Anonim, 2010. http://metabolismelink.freehostia.com/anabolisme.htm. Diakses tanggal 19 Oktober 2010. Anonim, 2010. http://metabolismelink.freehostia.com/home.htm. Diakses tanggal 19 Oktober 2010. Anonim, 2010. http://metabolismelink.freehostia.com/katabolisme.htm. Diakses tanggal 19 Oktober 2010.

También podría gustarte