Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Agung Jostiarko Bayu Muhammad I Ertinda Devita Sari Giyarni Intan Wahyu S Nuring Widyawati
7. Rensa Maulana 8. Rendra Bagus S 9. Riska Destriana 10. Rosita 11. Sinta Dewi A 12. Yuliska Isdayanti
DIII - DIV KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA 2012/2013
3 | GAGAL NAFAS
Keperawatan Medikal Bedah tingkat III yang ikut mengapresiasi hasil makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan serta kesalahan baik penulisan maupun pembahasannya. Kritik dan saran dari pembaca sangat saya butuhkan demi sempurnanya makalah ini. Sepeti peribahasa Tak ada gading yang tak retak, masih banyak kekurangan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
4 | GAGAL NAFAS
DAFTAR ISI
HalamanJudul............................................................................................................ i Kata Pengantar .......................................................................................................... ii Daftar Isi.................................................................................................................... iii BAB I TinjauanTeori Gagal Nafas A. Pengertian ...................................................................................................... 1 B. Etiologi .......................................................................................................... 2 C. Patofisiologi ................................................................................................... 2 D. Manifestasi klinis .......................................................................................... 6 E. Pemeriksaan penunjang ................................................................................. 6 F. Komplikasi ..................................................................................................... 6 G. Diagnosa banding .......................................................................................... 7 H. Pencegahan ..................................................................................................... 8 I. Penatalaksanaan dan terapi .............................................................................. 8
BAB II Asuhan Keperawatan Gagal Nafas A. Pengkajian ..................................................................................................... 12 B. Pemeriksaan fisik............................................................................................ 14 C. Diagnosa keperawatan ................................................................................... 15 D. Intervensi keperawatan .................................................................................. 16
5 | GAGAL NAFAS
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997). Gagal nafas adalah kegagalan system pernafasan untuk
mempertahankan pertukaran O2 dan CO2 dalam tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (Heri Rokhaeni, dkk, 2001) Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001). Klasifikasi gagal nafas: Tipe I : Disebut gagal nafas normokapnu hipoksemia : PaO2 rendah dan PCO2 normal. Gagal napas hipoksemia (tipe I) ditandai dengan menurunnya tekanan arterial oksigen (Pa O2) hingga di bawah 60 mm Hg dengan tekanan arterial karbon dioksida yang normal atau rendah (Pa CO2). Ini merupakan bentuk paling umum dari gagal napas dan dapat diasosiasikan dengan segala bentuk penyakit paru yang akut, yang secara menyeluruh melibatkan pengisian cairan pada unit alveolus atau kolaps dari unit alveolus. Beberapa contoh dari gagal napas tipe I adalah edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, pneumonia, dan perdarahan pulmoner. Tipe II : Disebut gagal nafas Hiperkapnu hipoksemia : PaO2 rendah dan PCO2 Tinggi. Gagal napas hiperkapnia (tipe II) ditandai dengan meningkatnya PaCO2melebihi 50 mm Hg. Hipoksemia biasa terjadi pada
6 | GAGAL NAFAS
pasien dengan gagal napas tipe ini yang bernapas dengan udara ruangan. Keasaman atau pH bergantung pada kadar bikarbonat, yang kembali lagi bergantung pada durasi hiperkapnia. Etiologi umum termasuk overdosis obat, penyakit neuromuskular, abnormalitas dinding dada, dan gangguan jalan napas berat (contohnya padaasma dan PPOK/penyakit paru obstruktif kronis).
B. ETIOLOGI 1. Depresi sistem saraf pusat Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal. 2. Kelainan neurologis primer Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi. 3. Efusi pleura, hematotoraks dan pneumothoraks Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas. 4. Trauma Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin menyebabkan gagal nafas.
7 | GAGAL NAFAS
Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar. 5. Penyakit akut paru Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas. Penyebab gagal nafas berdasarkan lokasi adalah : 1. Penyebab sentral a. trauma kepala : contusio cerebri b. radang otak : encephaliti c. gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak d. Obat-obatan : narkotika, anestesi 2. Penyebab perifer a. Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxans b. Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale c. Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS d. Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax, haematothoraks e. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri (harsono, 1996)
C. MANIFESTASI KLINIS 1. Tanda Gagal nafas total Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan. Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
8 | GAGAL NAFAS
Gagal nafas parsial 2. Gejala Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2) Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun) Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing. Ada retraksi dada
D. PATOFISIOLOGI Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel. Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena kerja pernafasan menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg). Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
9 | GAGAL NAFAS
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
PHATWAY GAGAL NAFAS Trauma depresi system saraf pusat penyakit akut paru kelainan neurologis efusi pleura,hemotokrat dan pneumotorka Gg saraf pernafasan dan otot pernafasan permeabilitas membrane alveolan kafiler
Gg evitalium alveolar Odema paru comlain paru cairan surfaktan Gg pengembangan paru
gg endothalium kapiler cairan masuk ke intertisial tahanan jalan nafas kehilangan fungsi silia sal pernafasan bersihan jalan nafas tidak efektif
10 | GAGAL NAFAS
Kolap alveoli ekspansi paru Ventilasi dan perfusi Tidak seimbang pola nafas tidak efektif Terjadi hipoksemia/hiperkapnia gg pertukaran gas O2 dan CO2 dyspenia,sianosis curah jantung Sumber : ((harsono, 1996)\ gg perfusi jaringan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemerikasan gas-gas darah arteri Hipoksemia Ringan : PaO2 < 80 mmHg Sedang : PaO2 < 60 mmHg Berat : PaO2 < 40 mmHg 2. Pemeriksaan rontgen dada Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui Hemodinamik Tipe I : peningkatan PCWP EKG Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan Disritmia
F. PENANGANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN 1. Terapi oksigen Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong 2. Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
11 | GAGAL NAFAS
3. Inhalasi nebuliser 4. Fisioterapi dada 5. Pemantauan hemodinamik/jantung 6. Pengobatan Brokodilator Steroid 7. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
G. ASKEP Pengkajian 1. Airway a. Peningkatan sekresi pernapasan b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi. b. Menggunakan otot aksesori pernapasan c. Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis 3. Circulation a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia b. Sakit kepala c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk d. e.
4.
Disability Perhatikan bagaimana tingkat kesadaran klien, dengan penilain GCS, dengan memperhatikan refleks pupil, diameter pupil.
5.
Eksposure
12 | GAGAL NAFAS
Penampilan umum klien seperti apa, apakah adanya udem, pucat, tampak lemah, adanya perlukaan atau adanya kelainan yang didapat secara objektif.
Pemeriksaan fisik : ( Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes, 2000) 1. Sistem kardiovaskuler Tanda : Takikardia, irama ireguler S3S4/Irama gallop Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal Hammans sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung menandakan udara di mediastinum) TD : hipertensi/hipotensi 2. Sistem pernafasan Gejala : riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru , keganasan, lapar udara, batuk Tanda : takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot asesori, penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi : hiperesonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area berisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi thorak. 3. Sistem integumen cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung, stupor 4. Sistem musculoskeletal Edema pada ektremitas atas dan bawah, kekuatan otot dari 2- 4. 5. Sistem endokrin Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, 6. Sistem gastrointestinal Adanya mual atau muntah. Kadang disertai konstipasi.
13 | GAGAL NAFAS
7. Sistem neurologi Sakit kepala 8. Sistem urologi Penurunan haluaran urine 9. Sistem reproduksi Tidak ada masalah pada reproduksi. Tidak ada gangguan pada rahim/serviks. 10. Sistem indera Penglihatan : penglihatan buram,diplopia, dengan atau tanpa kebutaan tiba-tiba. Pendengaran : telinga berdengung Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman Pengecap : tidak ada masalah dalam pengecap Peraba : tidak ada masalah dalam peraba, sensasi terhadap panas/dingin tajam/tumpul baik. 11. Sistem abdomen Biasanya kondisi disertai atau tanpa demam. 12. Nyeri/Kenyamanan Gejala : nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat menjalar ke leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk Tanda : Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis 13. Keamanan Gejala : riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat
radiasi/kemoterapi 14. Penyuluhan/pembelajaran - Gejala : riwayat factor resiko keluarga dengan tuberculosis
14 | GAGAL NAFAS
Prioritas diagnosa keperawatan 1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas 2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi 4. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung Sumber : (doengoes, 2002)
No Diagnose 1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan,peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas
Tujuan/KH
Intervensi
Setelah dilakukan 1. Catat perubahan tindakan keperawatan dalam bernafas dan pola nafasnya
jalan nafas efektif 2. Observasi dari Tujuan : Pasien dapat penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus
meningkatkan usaha bernafas 2. Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi dan adanya dapat meningkatkan fremitus 3.Suara nafas terjadi cairan cairan dalam
bunyi 3. Catat karakteristik dari suara nafas 4. Catat karakteristik dari batuk
nafas yang jernih dan ronchi (-) - Pasien bebas dari dispneu
- 5. Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila
15 | GAGAL NAFAS
perlu 6. Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada indikasi 7. Peningkatan oral intake jika memungkinkan Kolaboratif 8. Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi 9. Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi 10. Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada indikasi 11. Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal
sumbatan lain dari saluran nafas 4.Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab
dapat dalam jumlah yang banyak, tebal dan purulent 5.Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten 6.Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi
16 | GAGAL NAFAS
dan mukolitik
perkembangan atelektasis infeksi paru 7.Peningkatan cairan per oral dapat dan
mengencerkan sputum 8.Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen 9.Dapat sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan secret 10.Meningkatkan drainase secret paru, efisiensi penggunaan otot otot pernafasan peningkatan berfungsi
17 | GAGAL NAFAS
2.
Pola
nafas
tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal Adanya penurunan dispneu Gas-gas dalam normal darah batas
1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan. 2. Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn 3. Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg 4. Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan 5. Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2 6. Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1
18 | GAGAL NAFAS
jam 7. Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan 8. Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada selama batuk 9. Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir 10. Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada
19 | GAGAL NAFAS
60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.
3.
1. Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia 2. Kaji TD, nadi apikal dan kesadaran jam dan tingkat setiap[ prn,
1. Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia peningkatan usaha nafas 2. Suara nafas mungkin tidak dan
terhadap yang adekuat Kriteria Hasil : Pasien Bunyi bersih Warna normal Gas-gas dalam batas normal usia yang diperkirakan untuk darah kulit mampu : paru
hipoventilasi
menunjukkan
Crakles karena
pemeriksaan
darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan PaCO2 penurunan PaO2 4. Bantu dengan dalam atau dalam
peningkatan cairan di permukaan jaringan disebabkan peningkatan permeabilitas membran alveoli, kapiler. yang oleh
20 | GAGAL NAFAS
indikasi,
kaji
perlunya CPAP atau PEEP. 5. Auskultasi untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam 6. Tinjau kembali pemeriksaan X dada sinar harian, dada
atau
adanya
mukus pada jalan nafas 4. Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturas 5 gr dari Hb) sebelum cyanosis muncul. cyanosis dinilai pada mulut, bibir yang cairan sesuai adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer indikasi Tanda dapat
perhatikan peningkatan atau penyimpangan 7. Pantau jantung 8. Berikan parenteral pesanan 9. Berikan obat-obatan sesuai pesanan : irama
seperti pada kuku dan adalah vasokontriksi 5. Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas miokardium 6. Menyimpan dari ekstremitas
21 | GAGAL NAFAS
tenaga
pasien,
mengurangi penggunaan oksigen 7. Memaksimalkan pertukaran oksigen terus dengan secara menerus tekanan
yang progresif
4.
perfusi Setelah dilakukan 1. Kaji tindakan curah keperawatan pasien mampu kesadaran 2. Kaji
status 2. Mengetahui keadaan perfusi jaringan tercukupi tidaknya 3. Untuk memantau cairan apa
menunjukkan
22 | GAGAL NAFAS
dalam tubuh 4. Untuk mengetahui kelainan jantung 5. Untuk mengetahui adanya kelainan di gastrointestinal di
23 | GAGAL NAFAS
Daftar Pustaka
Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott company, Philadelpia. Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta. Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta. Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing Practice, fifth edition, JB Lippincott Company, Philadelphia
24 | GAGAL NAFAS