Está en la página 1de 5

Tatalaksana Farmakologi Diabetes Mellitus

Oleh: Muhammad Hanifi (1106010641)

A. Insulin Insulin dilepaskan dari sel-sel beta pulau Langerhans dalam responnya terhadap peningkatan glukosa darah. Pankreas secara normal mensekresikan 40-60 unit insulin setiap harinya. Insulin meningkatkan ambilan glukosa, asam amino, dan asam lemak dan mengubahnya menjadi bahan-bahan yang disimpan dalam sel-sel tubuh. Glukosa diubah menjadi glikogen untuk keperluan glukosa di masa mendatang dalam hepar dan otot. Sehingga menurunkan kadar glukosa dalam darah. Nilai glukosa darah normal adalah 60-100 mg/dL. Peningkatan kadar glukosa darah bertindak sebagai diuretik osmotik, menyebabkan poliuria. Bila gula darah tetap meninggi (>200 mg/dL), terjadi diabetes melitus. Suntikan insulin diperoleh dari pankreas babi dan sapi ketika hewan-hewan ini disembelih. Insulin babi sangat mirip dengan insulin manusia, hanya memiliki perbedaan satu asam amino; insulin sapi memiliki empat asam amino yang berbeda. Insulin manusia (Humilin) diperkenalkan pada tahun 1983 dan diproduksikan dengan 2 metode yang terpisah: (1) mengubah asam amino yang berbeda dari insulin babi atau (2) memakai teknologi DNA. Insulin babi merupakan alergen yang lebih lemah daripada insulin sapi. Pemakaian insulin manusia memiliki insiden yang sangat rendah untuk terjadinya efek alergi dan kekebalan. Insulin sekarang lebih murni dari insulin dahulu, terutama Humulin yang diproduksikan dengan teknologi DNA, memberikan efek samping yang lebih sedikit. Terdapat tiga tipe insulin: Insulin kerja singkat Insulin kerja singkat disebut insulin regular (kristalin) dan merupakan larutan bening tanpa tambahan bahan untuk memperpanjang kerja insulin. Onset kerjanya adalah 0,5-2 jam, puncak kerja timbul dalam 2-4 jam, dan lama kerjanya 6-8 jam. Insulin kerja sedang Onset insulin kerja sedang adalah 1-2 jam, puncak 6-12 jam, dan lama kerja 18-24 jam.

Insulin kerja panjang Insulin kerja panjang bekerja dalam 4-8 jam, puncak 14-20 jam, dan berakhir sampai 24-36 jam.

Insulin adalah suatu protein dan tidak dapat diberikan per oral karena sekresi gastrointestinal merusak susunan insulin. Insulin diberikan secara subkutan, dengan sudut suntikan 45o sampai 90o. Sudut 90o dibuat dengan mengangkat kulit dan jaringan lemak di bawahnya; insulin disuntikkan ke dalam ruang antara lemak dan otot. Insulin biasanya diberikan pada pagi hari sebelum sarapan dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Tempat suntikan insulin harus dipindah-pindah untuk mencegah lipodistropi (atropi atau hipertropi jaringan), yang dapat menggangu penyerapan insulin. Untuk memperpanjang kerja, dipakai insulin kerja sedang dan kerja panjang, yang selain mengandung regular insulin atau kristalin juga mengandung protamin atau Zn atau keduanya. Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap insulin (insulin sapi, zinc, protamin) Farmakokinetik Insulin regular diabsorpsi dengan baik pada semua cara pemberian secara subkutan dan dapat diberikan secara intravena. Insulin dimetabolisme di dalam hepar dan otot dan dikeluarkan ke dalam urin. Farmakodinamik Insulin menurunkan kadar gula darah dengan mempercepat pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh. Insulin juga menyimpan glukosa sebagai glikogen di dalam otot. Pengetahuan mengenai puncak kerja insulin sangat penting karena reaksi hipoglemik (syok insulin) dapat terjadi selama periode tersebut. Gejala-gejala dari reaksi hipoglikemia antara lain, seperti kecemasan, tremor, bingung, berkeringat, dan meningkatnya denyut jantung. Interaksi Obat Obat-obatan seperti diuretik (preparat kortison), agen-agen tiroid, dan estrogen dapat meningkatkan gula darah, dan dosis insulin mungkin perlu disesuaikan. Obat yang

menurunkan kebutuhan insulin adalah antidepresi trisiklik, inhibitor monoamine oksidase (MAO), produk-produk aspirin, dan antikoagulan oral. Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan Efek samping dan reaksi merugikan antara lain hipoglikemik dan ketoasidosis. Jika insulin diberikan lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk metabolism glukosa, timbul reaksi hipoglikemik atau syok insulin. Pada keadaan dimana jumlah insulin tidak mencukupi , gula tidak dapat dimetabolisasikan dan terjadi katabolisme lemak. Pemakaian asam lemak (keton) untuk energi menyebabkan ketoasidosis (asidosis diabetik atau koma diabetik).

B. Obat Antidiabetik Oral Obat antidiabetik oral ditemukan pada tahun 1950-an dan diindikasikan untuk penderita Diabetes Tipe 2. Ada beberapa jenis obat yang termasuk ke dalam obat antidiabetik oral, yaitu:

Tabel 1. Obat Antidiabetik Oral

1. Sulfonilurea Beberapa derivat sulfonilurea telah dipakai dalam terapi, semua pada dasarnya mempunyai mekanisme kerja yang sama. Obat ini hanya berbeda dalam hal potensi serta farmakokinetik yang mendasari perbedaan masa kerja. Farmakodinamik Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin di pankreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa, karena ternyata pada saat hiperglikemia gagal merangsang sekresi insulin dalam jumlah yang mencukupi, obat-obat tersebut masih mampu merangsang sekresi insulin. Itulah mengapa sebabnya obat-obat ini sangat bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang pankreasnya masih mampu memproduksi insulin. Pada penderitan dengan kerusakan sel pulau Langerhans pemberian obat derivat sulfonilurea tidak bermanfaat. Pada dosis tinggi, sulfonilurea menghambat penghancuran insulin oleh hati. Farmakokinetik Absorpsi derivate sulfonylurea melalui usus baik, sehingga dapat diberikan per oral. Setelah absorpsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasma terutama albumin (70%-90%). Interaksi Obat yang dapat meningkatkan resiko hipoglikemia sewaktu pemberian sulfonylurea ialah insulin, alcohol, fenformin, sulfonamide, salisilat dosis besar, dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO, guanetidin, anabolic steroid, flenfuramin dan klofibrat. Propanolol dan obat penghambat adrenoseptor lainnya menghambat reaksi takikardi, berkeringat dan tremor pada hipoglikemia oleh berbagai sebab termasuk oleh obat antidiabetik oral, sehingga keadaan hipoglikemia memberat tanpa diketahui.

2. Biguanid Senyawa biguanid terbentuk dari dua molekul guanidine dengan kehilangan satu molekul amonia. Sediaan yang tersedia adalah fenformin, buformin, dan metformin.

Farmakologi Derivate biguanid mempunyai mekanisme kerja yang berlainan dengan derivate sulfonylurea, obat-obatan tersebut kerjanya tidak melalui perangsangan sekresi insulin tetapi langsung terhadap organ sasaran. Pada penelitian invitro ternyata ditermukan bahwa biguanid merangsang glikolisis anaerob, dan anaerob yang mungkin berakibat lebih banyaknya glukosa memasuki sel otot. Biguanid tidak merangsang ataupun menghambat perubahan glukosa menjadi lemak. Pada penderita diabetes yang gemuk, ternyata pemberian biguanid menurunkan berat badan dengan mekanisme yang belum jelas. Pada orang non diabetic yang gemuk tidak timbul penurunan berat badan dan kadar glukosa darah. Kontraindikasi Sediaan biguanid tidak boleh diberikan pada penderita dengan penyakit hati berat, penyakit ginjal dengan uremia, dan penyakit jantung kongestif. Pada keadaan gawat sebainya juga tidak diberikan biguanid. Sedangkan pada kehamilan, seperti juga sediaan obat antidiabetik oral lainnya, sebaiknya tidak diberikan biguanid, sampai terbukti bahwa obat ini tidak menimbulkan bahaya yang berarti.

También podría gustarte