Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
OLEH : KELOMPOK IV 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. I WAYAN MERTA SUTEJA I NYOMAN SUSASTERA LUH GEDE MARYATI I WAYAN BUDIANA I WAYAN SUPIARTA NI NYOMAN ARIANI LUH GEDE LISNAWATI NI KADEK WIDYA LESTARI I.G.A. DARMAYANTI 0702115003 0702115005 0702115006 0702115015 0702115017 0702115019 0702115020 0702115026 0702115028
A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi/Pengertian Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat rusaknya korteks adrenal. 2. Epidemiologi Insiden penyakit Addison adalah 4 per 100.000 penduduk 50% pasien dengan penyakit addison, kerusakan korteks
adrenalnya merupakan manifestasi dari proses atoimun. 3. Penyebab Kerusakan pada korteks adrenal.
4. Patofisiologi Kerusakan pada korteks adrenal mempengaruhi insufisiensi kortisol yang menyebabkan hilangnya glukoneogenesis, glikogen hati
menurun yang mengakibatkan hipoglikemia, insufisiensi kortisol mengakibatkan ACTH dan MSH sehingga merangsang sekresi melanin meningkat sehingga timbul hiperpigmentasi. Defisiensi aldosteron dimanifestasikan dengan peningkatan kehilangan natrium melalui ginjal dan peningkatan reabsorpsi kalium oleh ginjal
kekurangan garam dapat dikaitkan dengan kekurangan air dan volume. Penurunan volume plasma yang bersirkulasi akan dikaitkan dengan kekurangan air dan volume mengakibatkan hipotensi. 5. Gejala klinis Hipotensi Pusing Hiperpigmentasi Hipoglikemia Keringat dingin Gemeter Penurunan kesadaran Mual muntah Kelelahan Dehidrasi Cemas
6. Pemeriksaan penunjang Inspeksi : Terdapat hiperpigmentasi pada permukaan esktremitas, mukosa pipi, lidah, lipatan telapak tangan dan sendi-sendi jari, puting susu, tampak gemetar, keluar keringat dingin. 7. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
Dari tes laboratorium, penderita mengalami penurunan eksresi dari hasil pemecahan atau metabolit dari kortisol yaitu 17 hidrosikartikoid kadar-kadar kortisol plasma merah, sedangkan kadar ACTH plasma meningkat. 8. Therapy Pengobatan penyakit Addison didasarkan pada tindakan
penggantian kortisol.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Data subyektif : Mengeluh pusing Cepat lelah
Data obyektif : Hipotensi Hiponatrimia Keringat dingin Gemeter Mual-mual Hiperpigmentasi Kecemasan Nampak lemah
ACTH dan CRH menurun MCH meningkat Hiperpigmentasi Harga diri rendah
Hipotensi pusing
Kurang pengetahuan
Cemas
3. Diagnosa keperawatan Addison a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit melalui ginjal. b. Harga diri rendah berhubungan dengan hyperpigmentasi
c. Ansietas
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
dan
metabolisme (kadar glucosa darah) e. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung. 4. Intervensi - Rasionalisasi Kriteria evaluasi a. Kekurangan volume cairan dari elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dan natrium melalui ginjal. 1) Intervensi Dapatkan riwayat dari pasien atau orang terdekat yang berhubungan dengan lama dan intensitas dari 2) gejala yang muncul. Pantau tanda vital, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer 2) Hipotensi postural merupakan bagian hipovolemia akibat kekurangan hormon aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai akibat dari penurunan kortisol. Nadi mungkin melemah yang 1) Rasionalisasi Membantu memperkirakan volume total cairan
mudah dapat hilang. 3) Ukur dan timbang berat badan setiap hari 3) Memberikan perkiraan kebutuhan akan penggantian volume cairan dan keefektifan pengobatan. Peningkatan berat badan yang cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang berhubungan dengan pengobatan steroid. 4) Kaji pasien mengenai rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang turgor kulit jelek, membran mukosa kering. Catat warna kulit 5) dan temperaturnya. Periksa adanya perubahan dalam status mental dan sensori 5) Dehidrasi berat menunjukkan curah jantung dan perfusi jaringan 4) Untuk mengindikasikan berlanjutnya hipovolemia dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti.
terutama jaringan otak. 6) Auskultasi bising usus/peristaltik usus. Catat dan laporkan adanya mual, muntah dan diare 6) Kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit dan mempengaruhi cara untuk pemberian cairan dan nutrisi.
7)
7)
Cairan dan obatobatan akan membantu pemenuhan kekurangan cairan dan elektrolit tubuh
Kriteria Evaluasi Yang Diharapkan: Pasien menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan kriteria : pengeluaran urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi parifer jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab/basah. b. Harga diri rendah berhubungan dengan hipopigmentasi 1) Intervensi Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keadaannya, tunjukkan perhatian, bersikap tidak menghakimi. 2) Sarankan pasien untuk menggunakan ketrampilan management 2) 1) Rasionalisasi Membina hubungan dan peningkatan keterbukaan dengan pasien, membentuk dalam mengevaluasi berapa banyak masalah yang dapat diubah oleh pasien. Meminimalkan perasaan stres, frustasi, meningkatkan kemampuan
stres, misal: teknik relaksasi, visualisasi dan bimbingan imajinasi. 3) Dorong pasien untuk membuat daftar bantuan orang terdekat. 4) Dorong pasien untuk membuat pilihan dan berpartisipasi dalam perawatan diri 4) 3)
koping dan kemampuan untuk mengendalikan diri. Pasien tidak merasa sendirian dan merasa berguna dalam berhubungan dengan orang lain. Data membantu meningkatakn tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri dan meningkatkan perasaan
5)
5)
terhadap pengendalian diri. Dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari pengobatan yang telah
6)
terkontrol. Tindakan kolaborasi dengan: rujuk ke pelayanan sosial, konseling dan kelompok pendukung sesuai kebutuhan
6)
dilakukan. Pendekatan komprehensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk memelihara tingkah laku.
Kriteria evaluasi : Pasien mampu mengungkapkan penerimaan terhadap keadaan diri sendiri diungkapkan secara verbal. Pasien menunjukkan kemampuan adaptasi terhadap
perubahan yang ditandai pasien berpartisipasi aktif dalam bekerja/bermain/berhubungan dengan orang lain. c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan
perubahan fungsi fisiologis Intervensi 1) Observasi tingkat laku yang menunjukkan tingkat ansietas Rasionalisasi 1) Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang ke dalam keadaan panik dapat menimbulkan perasaan terancam, teror, ketidak mampuan untuk bicara dan bergerak. Berteriak2) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang teriak/bersumpah-sumpah. 2) Peningkatan pengeluaran penyekat beta-adrenergik
pada daerah reseptor, bersamaan dengan efek-efek kelebihan hormon tiroid, menimbulkan manifestasi klinik dari peristiwa kelebihan ketekolamin ketika kadar epinefrin/norepinefrin dalam keadaan normal.
3) Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh pasien.
3) Memberikan informasi akurat yang dapat menurunkan distorsi/kesalahan interpretasi yang dapat berperanan pada reaksi ansietas atau ketakutan.
4) Rentang perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi.
5) Menciptakan lingkungan
luar: tempatkan pada ruangan yang tenang, berikan kelembutan, musik yang nyaman, kurangi lampu yang terlalu terang, kurangi jumlah orang yang berhubungan dengan pasien. 6) Tekankan harapan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai dengan perkembangan terapi obat. Kriteria evaluasi : Pasien tampak rileks
yang terapeutik; menunjukkan penerimaan bahwa aktivitas unit/personal dapat meningkatkan ansietas pasien.
6) Memberikan informasi dan meyakinkan pasien bahwa keadaan itu adalah sementara dan akan membaik dengan pengobatan.
Mampu
mengidentifikasi
cara
hidup
yang
sehat
untuk
membagikan perasaannya.
d. Kelelahan
berhubungan
dengan
penurunan
produksi
energi
metabolisme (gula darah) Intervensi 1) Kaji/diskusikan tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktifitas yang dapat dilakukan klien. Rasionalisasi 1) Pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga, kelelahan otot menjadi terus memburuk setiap hari karena proses penyakit dan munculnya ketidakseimbangan natrium 2) Pantau tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas observasi adanya takikardia hipotensi dan perifer yang dingin. 3) Sarankan pasien untuk menentukan masa/periode antara istirahat dan melakukan aktifitas 4) Diskusikan cara untuk menghemat tenaga 4) Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan 3) Mengurangi kelelahan dan mencegah ketegangan pada jantung. dan kalium. 2) Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat dari stres aktifitas jika curah jantung berkurang
(misal: duduk lebih baik daripada berdiri selama melakukan aktifitas/latihan), jika perlu biarkan pasien melakukannya sendiri. Kriteria evaluasi :
Pasien menyatakan mampu untuk beristirahat, peningkatan tenaga dan penurunan rasa
e. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung Intervensi 1) Pantau tanda vital: tensi, irama jantung Rasional 1) Krisis addison mungkin menyebabkan tekanan darah menurun. Frekwensi jantung yang tidak teratur akan menimbulkan penurunan 2) Kaji pengisian kapiler dan nasi perifer curah jantung. 2) Pengisian kapiler yang memanjang, nadi yang lambat
& lemah merupakan indikasi 3) Ukur jumlah haluaran urine terjadi syok. 3) Walaupun biasanya ada poliuria penurunan haluaran urine menggambarkan penurunan perfusi ginjal oleh 4) Kolaborasi pemberi O 2 penurunan curah jantung. 4) Kadar O 2 yang maksimal dapat membantu menurunkan kerja jantung.
Kriteria evaluasi : Menunjukkan curah jantung yang adekuat yang ditandai dengan tanda vital dalam batas normal, nadi perfer teraba dengan baik, pengisian kapiler cepat dan status mental baik.