Está en la página 1de 12

1.

ORGANOLEPTIS

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Nama Obat Sulfonamid Talk Asam Salisilat Parasetamol Natrium Benzoat Antalgin Nipagin Sulfaguanidin Sulfanilamid Zat S4

Bentuk Butir kecil kasar Serbuk halus

Pengamatan Rasa Bau Tidak Hambar berbau Hambar Khas

Warna Putih Putih keruh

2. KELARUTAN

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Nama Obat Sulfonamid Talk Asam Salisilat Parasetamol Natrium Benzoat Antalgin Nipagin Sulfaguanidin Sulfanilamid Zat S4

Kelarutan Air Tidak larut Tidak larut Larut Sedikit larut Larut Larut Larut Larut Larut Larut Alkohol Tidak larut Sedikit larut Tidak larut Tidak larut Tidak larut Larut Larut Larut Larut Sedikit larut

3. FLUORESENSI DI BAWAH LAMPU UV

No. 1. 2. 3.

Nama Obat Sulfonamid Talk Asam Salisilat

Larutan Berpendar Iya Tidak Iya

4. Parasetamol 5. Natrium Benzoat 6. Antalgin 7. Nipagin 8. Sulfaguanidin 9. Sulfanilamid 10. Zat S4 4. ANALISIS PENDAHULUAN

Tidak Tidak Iya Iya Iya Iya Tidak

5. REAKSI PENJURUSAN

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Nama Obat Sulfonamid Talk Asam Salisilat Parasetamol Natrium Benzoat Antalgin Nipagin Sulfaguanidin Sulfanilamid Zat S4

Reaksi Fluoresensi dg lar. Reaksi Marquis H2SO4 encer Putih keruh Pink Kuning Terbentuk 2 lapisan (lap. atas keruh, lap. bawah bening) Bening, Tak berwarna Warna putih, terbentuk endapan Bening, Tak berwarna Kuning keorange-an Bening, tak berwarna

6. REAKSI PENDAHULUAN

Pembahasan

1. Uji Organoleptik Uji organoleptik adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui rasa dan bahu (kadang-kadang termasuk penampakan) dari suatu produk makanan, minuman, obat dan produk lain (Wiyana, 2011). Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk (Ikhayeon, 2011). Syarat agar dapat disebut uji organoleptik adalah (Ikhayeon, 2011) : ada contoh yang diuji yaitu benda perangsang ada panelis sebagai pemroses respon
ada pernyataan respon yang jujur, yaitu respon yang spontan, tanpa penalaran,

imaginasi, asosiasi, ilusi, atau meniru orang lain.

Uji ini merupakan uji pendahuluan dari suatu analisis kualitatif terhadap berbagai jenis bahan obat. Pada uji ini, semua jenis obat yang tersedia diamati warna dan bentuknya, dirasakan untuk mengetahui bagaimana rasa obatnya dan dicium untuk mengetahui bagaimana bau dan aroma dari obat tersebut. Berdasarkan pengujian organoleptik yang kami lakukan, hasilnya adalah sebagai berikut :

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Nama Obat Sulfonamid Talk Asam Salisilat Parasetamol Natrium Benzoat Antalgin Nipagin Sulfaguanidin Sulfanilamid Zat S4

Bentuk Butir kecil kasar Serbuk halus

Pengamatan Rasa Bau Tidak Hambar berbau Hambar Khas

Warna Putih Putih keruh

Sedangkan menurut literatur (Anonim, 1979 serta Auterhoff dan Kovar, 2002) hasilnya adalah

No.

Nama Obat

Bentuk

Pengamatan Rasa Bau

Warna

1. 2.

Sulfonamid Talk

Serbuk kristal Sangat halus Bubuk kristal putih Hablur Butiran/serbuk halus Hablur Bentuk Bubuk kristal Hablur

3. 4. 5. 6. No. 7. 8.

Asam Salisilat Parasetamol Natrium Benzoat Antalgin Nama Obat Nipagin Sulfaguanidin

Tidak berasa Tidak Berasa (hambar) Agak manis kemudian tajam Pahit Pahit

Tidak berbau Bau menyengat Tidak berbau Hampir Tidak berbau/tidak berbau -

Putih Putih/Putih keruh Putih Putih Putih Putih/putih sampai kuning

9.

Sulfanilamid

Hablur

Pengamatan Rasa Bau Warna Hampir tidak Pahit berbau/tidak Putih berbau Tidak Putih/hampir berbau/hampir putih tidak berbau Agak pahit Bau Putih kemudian menyengat manis

Berdasarkan data tersebut, ada beberapa hasil pengamatan yang berbeda dengan literatur, seperti rasa dari natrium benzoat berdasarkan hasil percobaan adalah asin agak manis, sedangkan berdasarkan literatur rasanya adalah pahit. Selain itu, berdasarkam hasil bau (aroma) dari nipagin adalah berbau pahit, sedangkan menurut literatur adalah hampi tidak bebrau. Hal-hal ini mungkin disebabkan karena kurang telitinya praktikkan dalam melakukan percobaan, mungkin pada saat praktikan mencicipi rasa dari tiap obat, praktikan tidak menbersihkan lidaya terlebih dahulu sesudah mencicipi suatu obat, sehingga rasa dari obat yang dicicipi berikutnya menjadi bercampur dengan rasa obat yang sebelumnya, mungkin pula dikarenakan penyimpanan dan wadah dari obat yang tidak terlalu tepat sehingga terjadi kontak antara obat dengan udara luar yang menyebabkan bau dan rasa obat berubah.

2. Uji Kelarutan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kelarutan dari suatu senyawa obat dalam berbagai macam pelarut. Pada percobaan ini, ada 2 macam pelarut yang digunakan, yaitu air dan alkohol 95% (keduanya merupakan pelarut bersifat polar). Cara kerja dari uji ini adalah pertama-tama tuangkan sedikit bahan obat yang akan diuji kelarutannya pada pelat tetes, dimana tiap obat menempati menempati 2 lubang pada pelat tetes. Tiap lubang pada pelat tetes diberi nama dengan menggunakan label sesuai dengan bahan obat yang ada didalamnya. Setelah itu, tambahkan beberapa tetes air pada tiap bahan obat disalah satu lubang pelat dan beberapa tetes alkohol 95% pada tiap bahan obat pada pelat yang lain. Kemudian diaduk-aduk secara perlahan sampai tercampur homogen.
Na.Benzo at
AI AAir R

Na.Benzo at
ALKOHO L 95%

As. Salisilat
AI R

As. Salisilat
ALKOHO L 95%

Talk
AI R

Talk
ALKOHO L 95%

Nipagin
AI R

Nipagi n
ALKOHO L 95%

Berdasarkan percobaan tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut: a. Sulfonamid Tidak larut saat dilarutkan dalam air dan alkohol 95%. Hal ini menunjukkan bahwa sulfonamid bersifat non polar. Menurut literatur, kelarutan Sulfonamid adalah 1:170 dalam air, 1:37 dalam etanol dan 1:5 dalam aseton, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, larut dalam HCl dan larutan hidroksida alkali. (Anonim, 2011). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat ditentukan bahwa sulfonamid cukup sulit larut dalam air dan alkohol 95%, maka hasil percobaan dengan literatur cukup tepat.

b. Talk Larut dalam alkohol 95% namun tidak larut dalam air. Menurut literatur, kelarutan talk adalah tidak larut dalam hampir semua pelarut (Anonim, 1995). Berdasarkan hasil tersebut, maka terdapat perbedaan antara kelarutan talk dalam alkohol pada percobaan dan literatur.

c. Asam Salisilat -

d. Parasetamol
-

Tidak larut dalam alkohol 95% dan sangat sedikit larut dalam air. Menurut literatur, parasetamol larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol ( 95% ) P (Anonim, 1979). Berdasarkan hasil tersebut, maka hasil yang dieproleh berbeda dengan literautr. Hal ini mungkin disebabkan karena saat praktikum ada zat-zat dari obat lain yang mungkin tercampur bersama parasetamol sehingga mengubah kelarutannya, atau mungkin dikarenakan batang pengaduk yang digunakan tidak bersih karena sesudah digunakan untuk mengaduk suatu bahan obat tidak dicuci.

e. Na benzoat Larut dalam air, namun tidak larut dalam alkohol 95%. Menurut literatur kelarutan natrium benzoat adalah mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90% (Anonim, 1995). Berdasarkan hasil tersebut, amaka dapat disimpulkan abhwa hasil yang diperoleh sama dengan literatur.

f. Antalgin Larut dalam air dan alkohol 95%. Menurut literatur, kelarutan antalgin adalah 1:1.5 dalam air, 1:30 dalam alkohol , sedikit larut dalam kloroform dan tidak larut dalam eter (Sulistiawati, 2007). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasilyang diperoleh cukup sama dengan literatur, walaupun menurut literatur antalgin dalam alkohol kelarutannya adalah 1 : 30.

g. Nipagin h. Sulfaguanidin i. Sulfanilamid j. Zat S4

3. Fluoresensi Prinsip dari fluoresesi adalah akan memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar X saja. Fluoresensi adalah pemedaran sinar pada saat suatu zat dikenai cahaya. Hal ini karena sifat butir kristal suatu zat jika mendapat rangsangan berupa cahaya akan langsung memancarkan cahayanya sendiri dan berhenti memancar jika rangsangan itu dihilangkan (Sylvana, 2011). Pada percobaan ini, prinsip kerja yang dilakukan sama dengan uji kelarutan, yaitu dengan meletakkan semua bahan obat dala pelat tetes dan dilarutkan dengan air juga alkohol 95%. Hanya saja, setelah semua zat dalm pelat tetes diaduk-aduk sampai homogen,zat tersebut disinari dibawah lampu UV untuk mengetahui apakah bahan obat tersebut memendarkan cahaya jika dilarutkan dalam air atau alkohol 95%. Berdasarkan percobaan tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut Sulfonamid Memancarkan cahaya pada bagian yang diberi air Talk Tidak memancarkan cahaya baik pada bagian yang diberi air maupun alkohol 95% Asam salisilat Memancarkan cahaya pada bagian yang diberi air Parasetamol Tidak memancarkan cahaya baik pada bagian yang diberi air maupun alkohol 95% Na-benzoat Tidak memancarkan cahaya baik pada bagian yang diberi air maupun alkohol 95% Antalgin Memancarkan cahaya pada bagian yang diberi air Nipagin Sulfaguanidin Sulfanilamid

Zat s4 Tidak memancarkan cahaya baik pada bagian yang diberi air maupun alkohol 95%

4. Analisis pendahuluuan Pada percobaan ini, semua bahan obat direaksikan dengan beberapa macam senyawa dan zat untuk menetukan termasuk dalam golongan manakah bahan obat yan diteliti. Pada praktikum ini, ada 3 analisis pendahuluan yang akan dilakukan, yaitu uji golongan karbohidrat, golongan fenol/salisilat, golongan anilin.

a. Golongan Karbohidrat Analisis pendahuluan golongan ini dilakukan dengan cara senyawa ditambahkan larutan NaOH. NaOH merupakan pemberi suasana alkalis sehingga dapat mempengaruhi warna pada bahan dan untuk mengetahui pengaruh basa terhadap sifat reduktif karbohidrat. Karbohidrat yang dicampurkan dengan NaOH menghasilkan warna hijau muda. Hal ini disebabkan NaOH dapat memberi suasana alkalis sehingga karbohidrat yang ditambahkan NaOH akan berubah warna. Setelah dipanaskan menghasilkan warna kuning bening begitupun pada saat didinginkan. Hal ini disebabkan pada saat pemanasan glukosa terjadi karamelisasi, karena glukosa tidak stabil pada suasana basa sehingga menyebabkan terjadinya warna kuning. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut,
-

Zat S4, sulfonamid, talk dan parasetamol menghasilkan warna kuning saat direaksikan dengan NaOH dan kemudian dipanaskan. Hal ini mengindikasikan bahwa keempat zat tersebut termasuk dalam golongan karbohidrat. Antalgin, nipagin, sulfagunidin, sulfanilamid, asam salisilat dan natrium benzoat tidak menimbulkan warna kunign setelah direaksikan dengan NaOH dan dipanaskan. Hal ini mengindikasikan bahwa obat-obat tersebut tidak termasuk golongan karbohidrat.

b. Golongan Fenol/salisilat Analisis ini dilakukan dengan cara menambahkan larutan FeCl 3 pada senyawa obat sehingga terjadi warna ungu-biru (fenol dan salisilat). Jika setelah ditambah etanol, warna larutan tetap (tidak terjadi perubahan warna) maka termasuk dalam golongan salisilat. Jika setelah ditambah etanol terjadi perubahan warna larutan menjadi kuning maka termasuk golongan fenol. Ketika Fenol direaksikan dengan, reaksinya adalah FeCl3 Ar-OH + FeCl3 Ar OFeCl2 + HCl dimana reaksi ini akan menghasilkan warna ungu (Auterhoof dan Kovar, 1987). Setelah dilakukan percobaan, hasilnya adalah sebagai berikut : - Talk, Na-benzoat, nipagin, sulfaguanidin, sulfanilamid menghasilkan warna ungu setelah direaksikan dengan FeCl3 dan menghasilkan warna kuning setelah ditambahakan dengan etanol. Hasil ini menandakan bahwa ketujuh obat tersebut termasuk dalam golongan fenol. - Asam salisilat dan antalgin menghasilkan warna yang tetap setelah direaksi dengan FeCl3 dan etanol. Hasil ini menunjukan bahwa asam salisilat dan antalgin termasuk dalam golongan salisilat. c. Golongan Anilin Analisis ini dilakukan dengan cara menambahkan NaOH dan etanol pada suatu senyawa, kemudian dipanaskan, jika timbul bau busuk berarti positif turunan amina aromatis (Auterhoof dan Kovar, 1987). Setelah dilakukan percobaan hasil yang diperoleh yaitu Antalgin, sulfaguanid, asam salisilat, paracetamol dan Na-benzoat menghasilkan bau busuk yang menandakan bahwa bahan obat ini termasuk dalam golongan anilin.

Sedangkan me Menurut literature, Sulfanilamid juga akan tercium bau amoniak dan aniline jika zat dilebur perlahan-lahan kemudian diteruskan pemanasan (Auterhoof dan Kovar, 1987).

5. Reaksi Penjurusan Pada percobaan ini, semua bahan obat mengalami 2 reaksi, yaitu reaksi fluoresensi dengan H2SO4 encer dan reaksi Marquis. Cara kerja dari masing-masing reaksi yaitu,

Semua bahan obat diletakkan pada pelat tetes. Kemudian ditambahkan beberapa tetes H2SO4 encer dan diaduk-aduk hingga homogen. Setela itu, pelat tetes diletakkan dibawah lampu sinar UV dan diamati bagaimana pemedaran warnanya. Dalam analisis ini yang akan terjadi adalah timbulnya warna hijau dimana berarti obat termasuk alkaloida kinin Dalam reaksi marquis, bahan obat ditambahkan formalin dan H2SO4 pekat dan diamati bagaimana warna yang timbul. Jika timbul warna ungu maka bahan obat termasuk dalam golongan alkalioda opium, morfin, kodein, dionin.

Berdasarkan percobaan, hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut Sulfanilamid, asam salisilat yang menunjukan perpendaran warna menjadi warna hijau. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sulfanilamid dan asam salisilat merupaka alkaloida kinin. Dalam reaksi marquis, tidak ada satupun senyawa obat yang menunjukantimbulnya warna ungu setelah direaksikan dengan formalin dan H2SO4 pekat. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada satupun bahan obat yang termasuk dalam golongan alkaloida opium, morfin, kodein dan dionin. a. Talk : putih keruh putih keruh

Talk + formalin + H2SO4 pekat b. Asam Salisilat : pink

Asam Salisilat + formalin + H2SO4 pekat c. Parasetamol : Kuning

merah muda

Parasetamol + formalin + H2SO4 pekat d. Na-benzoat

kuning

: Terbentuk 2 lapisan (atas keruh, bawah bening) bening tak berwarna putih, terdapat endapan

Na-Benzoat + formalin + H2SO4 pekat e. Antalgin f. Nipagin g. Sulfaguanidin : Tak berwarna (bening) Antalgin + formalin + H2SO4 pekat Nipagin + formalin + H2SO4 pekat : Bening

: Putih, terbentuk endapan

Sulfaguanidin + formalin + H2SO4 pekat h. Sulfanilamid

bening

: Kuning/kuning keorange-an kuning-oranye

Sulfanilamid + formalin + H2SO4 pekat i. Zat S4 : Bening

Zat S4 + formalin + H2SO4 pekat

bening, tak berwarna

6. Reaksi Khusus Pada reaksi ini, beberapa bahan obat akan direaksikan sesuai dengan jenis dan nama dari bahan obatnya untuk mengetahui apakah bahan obat tersebut sudah sesuai dengan nama dan jenisnya. Ada 5 reaksi yang akan dilakukan, yaitu reaksi terhadap golongan asetosal, parasetamol, talk, nipagin, sulfaguanidin. Sedangkan untuk zat s$ akan mengalami kelima reaksi tersebut. Asetosal Asam salisilat etanol + H2SO4 pekat
panaskan

violet Violet

+ air ke dalam tabung reaksi sampai penuh

Parasetamol Sedikit parasetamol dilarutkan dalam air, kemudian ditetesi dengan beberapa tetes larutan FeCl3 3 N. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa timbul warna biru violetpada parasetamol, sehingga dapt disimpulkan bahwa reaksi yang berlangsung benar. Paracetamol + air (dilarutkan) + FeCl3 biru-violet

Talk Talk ditambah dengan H2SO4 pekat, kemudian dididihkan dan dicuci dengan air.lalau diamati kristal yang terbentuk. Hasil yang diperoleh dalam percobaan ini adalah erbentuk endapan talk dalam larutan yang bentyknya seperti butiran-butira kristal kecil. Maka, dpaat disimpulkan bahwa reaksi yang berlangsung sudah tepat.

Nipagin Nipagin + air


panaskan

putih ungu tua

(setelah didinginkan) + FeCl3

Sulfaguanidin Sulfaguanidin + NaOH + larutan asam + CuSO4


kocok

bening, ada endapa netral

bening, sedikit endapan

Analisis senyawa S4 Senyawa S4 adalah campuran senyawa nipagin dan talk. Hal ini dilihat dari warnanya yang putih keruh dengan tekstur yang halus serta bau khasnya yang menunjukan talk sedangkan nipagin dapat dilihat dari tekstur yang halus dan rasa mint-pahit serta reaksi khusus yang menunjukan warna coklat pada perlakuan pendidihan dalam air dan penambahkan FeCl3 .

Kesimpulan -

También podría gustarte