Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
TIK : Mahasiswa dapat memahami cara pengukuran, perhitungan dan penggambaran polygon secara benar yang dapat diterapkan di lapangan. Pokok Bahasan : Polygon Deskripsi Singkat :
Akan dibahas cara-cara pengukuran, perhitungan dan penggambaran polygon dan kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada pengukuran di lapangan.
2.
PD
III.
Kerjakan soal-soal/test pada bagian akhir bab IV ini dan dikumpul sebelum perkuliahan XIII .
C w
w w
1.
.s
re
ns
3.
a ca t
ft.
co
2.
e o !
1.
2
IV - 0
I.
Bahan Bacaan
Tr ia l
BAB IV POLYGON
3.1.
Pendahuluan
Deskripsi singkat. Akan dibahas cara-cara pengukuran, perhitungan dan penggambaran polygon dan
Relevansi.
Polygon merupakan suatu cara yang digunakan dalam pengukuran untuk menentukan letak titik-titik di lapangan secara tepat guna perencanaan/
A.
Pengantar.
Poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah
PD
ditentukan
dari
C w
pengukuran
w w
.s
3.2
Penyajian
re
a ca t
lapangan.
ns
Pengukuran polygon,
ft.
e o !
co
TIK :
m
pekerjaan
menetapkan stasiun-stasiun polygon dan membuat pengukuran-pengukuran yang perlu, adalah salah satu cara paling dasar dan paling banyak dilakukan untuk menentukan letak nisbi titik-titik. Ada dua bentuk dasar polygon : tertutup dan terbuka. Pada polygon tertutup, (1) garis-garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segibanyak (tertutup secara matematis dan geometris) seperti diperlihatkan pada Gambar 41(a), atau (2) berakhir distasiun lain yang mempunyai ketelitian letak sama atau lebih besar dari pada ketelitian letak titik awal. Jenis kedua (geometris terbukan, matematis tertutup), ditunjukkan pada Gambar 4-1(b), harus mempunyai arah
2
IV - 1
Tr ia l
acuan penutup misalnya garis E-Az Mk2. Poligon tertutup memberikan pengecakan pada sudut-sudut dan jarak-jarak tertentu, suatu pertimbangan yang sangat penting. Poligon tertutup dipakai secara luas dalam pengukuranpengukuran titik control, konstruksi, pemilikan tanah dan topografik. Poligon terbuka (terbuka secara geometris dan matematis) (Gambar 4-2), terdiri atas serangkaian garis yang berhubungan tetapi tidak kembali ke titik awal atau terikat pada sebuah titik dengan ketelitian sama atau lebih tinggi ordenya. Poligon terbuka kadang-kadang dipakai pada pengukuran jalur lintas, tetapi pada umumnya patut dihindari karena tidak memberikan cara pengecekan untuk menentukan galat dan kesalahan. Dalam polygon terbuka, pengukuranpengukuran harus diulang untuk mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan.
PD
C w
w w
.s
diukur sudut.
re
ns
beraspal. Pada beton semen Portland, tanda-tanda dibuat dengan pahatan atau cat.
a ca t
ft.
co
e o !
baja, atau pipa dipasang pada setiap stasiun polygon A, B, C, dan seterusnya,
Tr ia l
IV - 2
B. B.1.
B.1.1. Pengukuran Polygon dengan Sudut Arah Kompas. Kompas juru ukur dirancang untuk pemakaian sebagai instrument polygon. Sudut arah terbaca langsung pada kompas sewaktu bidikan sepanjang garis (jurusan) polygon. Transit insinyur yang dilengkapi dengan kompas dapat pula dipakai untuk membaca sudut arah dengan langsung. Tetapi, biasanya jika polygon sudut arah sedang diukur dengan transit, akan dipakai sudut arah terhitung berdasarkan pembacaan lingkaran horizontal dan pembacaan kompas dipakai sebagai pengecakan saja. Dalam prosedur ini, yang khususnya cocok untuk melacak
PD
B.1.2. Pengukuran Polygon dengan Sudut Dalam. Sudut dalam, misalnya ABC, BCD, CDA, dan EAB pada Gambar 4-1(a), dipakai hamper khusus pada polygon pengukuran hak milik. Sudut-sudut itu bias dibaca
C w
w w
.s
re
a ca t
ns
ft.
dihitung berdasarkan sudut arah lama dan ditetapkan pada sudut arah belakang
e o !
co
Tr ia l
IV - 3
baik searah maupun berlawanan arah jarum jam, sewaktu regu pengukuran maju keliling polygon ke kanan atau ke kiri dalam urutan ABC, seperti yang diperlihatkan. Tetapi, merupakan praktekk yang baik bila semua sudut diukur searah jarum jam. Secara panggah memakai satu metode, mengurangi keasalahan pembacaan, pencatatan dan penggambaran. Sudut-sudut luar juga boleh diukur secara keliling. B.1.3. Pengukuran Polygon dengan Sudut Belokan.
Pengukuran jalur lintas biasa dilakukan dengan sudut belokan diukur ke kanan atau ke kiri dari garis-garis memanjang, seperti ditunjukkan pada Gambar 4-2. Sudut belokan tidak lengkap bila tidak disertai sebutan Ka atau Ki dan, tentu saja, tidak lebih dari 180o. Masing masing sudut harus diukur dua atau empat kali untuk mengurangi galat-galat instrument, dan ditentukan sebuah harga purata.
Sudut sudut diukur searah jarum jam dari bidikan belakang pada garis
azimut dari garis belakang. Prosedur yang dipakai mirip dengan pengukuran
nol dan bukan azimuth belakang. Sudut-sudut dapat dicek (dan diperbaiki)
PD
kompas. Selalu memutar sudut kearah jarum jam menghilangkan kekacauan dalam pencatatan dan penggambaran, serta cocok dengan susunan pembagian skala pada semua transit dan teodolit, termasuk instrument-instrumen reiterasi.. Sudut-sudut belokan dapat diperoleh dengan mengurangkan 1800 dari dari sudutsudut ke kanan. B.1.5. Pengukuran dengan Azimut. Pengukuran pengukuran topografik sering dilaksanakan dengan azimuth, sebuah proses yang langsung memberikan pembacaan azimuth semua garis, jadi tidak memerlukan hitungannya. Dalam Gambar 4-3, azimuth diukur searah jarum
dengan pengukuran rangkap dua atau diuji harga kasarnya dengan pembacaan
C w
polygon azimuth kecuali bahwa bidikan belakang dibuat dengan piringan terbaca
w w
.s
re
a ca t
ns
ft.
e o !
co
Tr ia l
IV - 4
jam dari ujung utara meridian lewat titik sudut. Transit diorientasikan di setiap pemasangan instrument degan bidikan pada titik sebelumnya dengan azimuth bekang pada lingkaran (jika sudut berputar ke kanan) atau azimuth garis di piringan (jika yang diputar adalah sudut belokan. B.1.6. Pengukuran Panjang. Panjang masing-masing garis polygon biasanya diperoleh dengan cara paling sederhana dan paling ekonomis yang memenuhi persyaratan kesaksamaan proyeknya. Alat-alat elektronik dan pengukuran dengan pita paling paling sering digunakan dan membrikan tingkat ketelitian paling tinggi. Bila dipakai EDM, prosedurnya disebut pengukuran polygon elektronik. Jarak jarak yang diukur
PD
Kesaksamaan yang ditentukan untuk sebuah polygon untuk menetapkan batas-batas adalah berdasarkan nilai tanah dan biaya pengukuran. Pada pekerjaan konstruksi, batas kesalahan penutup yang dibolehkan tergantung pada pemakaian dan luas polygon, serta jenis proyeknya. Penempatan jembatan misalnya, menuntut kesaksamaan tinggi.
C w
w w
.s
re
a ca t
ns
ft.
e o !
co
suatu pekerjaan geologis atau pertanian, pengukuran jarak dengan langkah boleh
pada kedua arah secara optis menghasilkan control yang cocok untuk berbagai
Tr ia l
IV - 5
Dalam polygon tertutup, tiap garis diukur dan dicatat sebagai jarak terpisah. Pada polygon panjang terbuka untuk jalanan raya dan jalan baja, jarajarak dibawa peruntun bersinambungan dari stasiun awal. Dalam Gambar 4-2 misalnya, mulai dengan stasiun 0 + 00 di titik A, stasiun-stasiun 100-ft (1 + 00,2 + 00,3 + 00, dan 4 + 00) ditandai hingga patok B dicapai pada stasiun 4 + 00,0-. Kemudian stasiun-stasiun 5 + 00,6 + 00,7 + 00,8 + 00, dan 8 + 19,6 dipasang sepanjang arah BC ke C, dan seterusnya. Panjang garis sebuah polygon terbuka adalah selisih antara stasiun-stasiun ujungnya; jadi, panjang garis BC adalah 819,6 400,0 = 419,6. B.1.7. Memilih Titik Polygon.
pengukuran. Pada pengukuran hak milik, stasiun diletakkan pada tiap pojok jika
PD
tahap-tahap penggunaan tanah dan pengerasan permukaan jalan pada pekerajaan jalan raya.
berlaku sebagai kerangka untuk acuan detail seperti jalan, bangungan, sungai dan bukit. Lokasi stasiun harus dipilih agar dapat meliputi wilayah yang dipetakan. Cabang yang terdiri dari satu garis atau lebih, dapat membentuk polygon terbuka untuk mencapai titik-titik yang menguntungkan. Tetapi pemakaian cabangcabang demikian tidak dianjurkan, karena kedudukannya tidak dapat dicek.
mulai, dan dibuat lagi setelah selesai. Sebuah polygon-simpangan perlu selama
C w
dan lokasi lainnya di mana perlu untuk memperoleh data topografik atau
w w
.s
re
a ca t
ns
ft.
e o !
co
garis batas-sebenarnya tidak terhalang dan dapat diduduki alat. Jika garis
Kedudukan yang dipilih untuk memasang stasiun polygon beragam menurut jenis
Tr ia l
IV - 6
Stasiun-stasiun polygon, seperti titik tetap duga (bench marks), bias hilang kalau tidak dijelaskan dan dijaga seperlunya. Pengikatan dipakai untuk membantu menemukan titik pengukuran, atau untuk menetapkan kembali titik itu
yang cocok untuk mengikat sebuah titik dijalan raya atau di tempat lain. Patok
PD
(kurang dari 100 ft) memudahkan bila sedang dipakai pita baja, tetapi tentu saja jarak ke titik unik dan tertentu adalah factor pengontrol. Dua ikatan, lebih disukai yang hamper tegak lurus satu sama lain, sudah cukup, tetapi bila dibuat tiga masih memudahkan kalau sebuah rusak. Ikatan ke pohon dapat diukur dalam perseratusan foot bila digunakan paku yang ditancapkan.
w w
C w
.s
digunakan tetapi tidak disukai untuk perentangan benang. Pada susunan manapun
re
ns
antara titik ikat berhadapan diagonal bila tak terlalu panjang jarak-jaraknya.
a ca t
e o !
ft.
co
Tr ia l
IV - 7
Jenis pengukuran dan tanahnya menentukan besarnya regu yang diperlukan. Satu
untuk sebuah pengukuran transit-pita; dan sebuah regu terdiri dari dua orang telah
PD
pekerjaan, tetapi produksi yang ditingkatkan harus diimbangi biaya yang lebih besar untuk menugaskan anak buah. Seorang petugas pita depan yang giat dan bersemangat adalah lebih berharga dari pada seorang yang cepat melayani instrument dalam menjaga gerak sebuah regu pengukuran rekayasa. Pada beberapa pengukuran lebih baik ada kepala regu yang bebas bergerak ke sana ke mari dan mengumpulkan informasi tentang garis, stasiun, tanda-tanda acuan, nama-nama pemegang hak milik, dan butir-butir lainnya. Pemegang instrument atau petugas pita depan dapat bertindak sebagai pemimpin regu, tetapi keluangan geraknya menjadi terbatas.
C w
w w
.s
dan dua petugas pita yang juga bertindak sebagai petugas rambu telah cukup
re
ns
a ca t
e o !
ft.
co
2
IV - 8
Tr ia l
Di wilayah bersemak atau berhutan, satu atau dua orang dengan kampak dan/atau pemotong semak mungkin diperlukan untuk merintis jalur. B.1.9. Catatan Polygon. Karena sebuah polygon merupakan hasil akhir pada pengukuran hak milik dan dasar untuk semua data lain dalam pemetaan, sebuah kesalahan atau penghapusan saja dalam pencatatan sudah terlalu banyak. Oleh karena itu harus dibuat segala pengecekan yang mungkin baik di lapangan maupun di kantor. Catatan lapangan untuk pengukuran poligon-poligon harus lengkap. B.1.10.Kesalahan Penutup Sudut.
Kesalahan-penutup sudut untuk poligon sudut dalam adalah selisih antara jumlah sudut-sudut terukur dan jumlah sudut polygon yang benar secara geometris.
mudah dijabarkan dari kenyataan yang diketahui. Jumlah sudut dalam segitiga
yang ditambahkan pada ketiga sisi dalam segitiga menaikkan jumlah sudut
PD
sudut dalam terukur sama dengan 54000 2 , k e s a l a h a np e n u t u ps u d u t a d a l a h2 menit. Kesalahan penutup yang dibolehkan didasarkan pada terjadinya galat acak yang dapat meningkatkan atau menurunkan jumlah sudut sudut terukur. Ini dapat dihitung dengan rumus c = K n Dimana n adalah banyaknya sudut dan K adalah pecahan (a) satuan nonius transit atau (b) pembagian terkecil skala teodolit, dalam menit atau sekon. Pecahan
sebesar 180o.
C w
w w
.s
adalah 1800; dalam segiempat, 360o; dan dalam segilima, 540o. Jadi setiap sisi
re
ns
di mana n adalah banyaknya sisi atau sudut pada polygon. Rumus ini dengan
a ca t
ft.
=( n -2) 180o
e o !
co
Tr ia l
IV - 9
tergantung pada banyaknya repetisi yang dipakai dan ketelitian sudut yang diinginkan. Untuk pekerjaan transit biasa, harga K yang wajar adalah sampai 1 menit, dan kesalahan penutup untuk segilima 1 sampai 2 menit. Jumlah aljabar sudut-sudut belokan dalam polygon tertutup segibanyak adalah 3600, dengan anggapan belokan searah jarum jam (kanan) plus dan lawan arah jarum jam (kiri) minus. Ketentuan ini berlaku bila garis-garis tidak saling ptong, atau kalau garis-garis memotong sebanyak kali bilangan genap. Bila garisgaris berpotongan sebanyak kali bilangan ganjil, jumlah belokan kanan sama dengan jumlah belokan kiri.
Bila dipakai sebuah transt, pembacaan sudut-sudut arah magenetik juga Pengecekan ada tersedia pada sudut sudut arah dihitung dari sudut-sudut
polygon panjang, garis-garis antara dapat kicek dengan cara yang sama. Penting untuk memperhatikan sudut arah magnetic sebagai pembuktian kasar. Walaupun
PD
tak dapat dibaca barangkali lebih dekat daripada 15 menit, akan terungkat kesalahan sudut yang serius. Untuk polygon sebanyak tertutup, sudut arah garis pertama seharusnya selalu dihitung kembali, memakai sudut terakhir untuk pengecekan setelah maju mengelilingi bentuk polygon. Poligon azimuth segibanyak tertutup dicek dengan memasang alat pada titik awal kedua kalinya setelah menduduki stasiun-stasiun berturut-turut kelioling polygon dan mengorientasikan dengan azimut belakang. Azimut sisi pertama seharusnya sama dengan harga semula. Kalau ada perbedaan, selisihnya adalah kesalahan penutup. Jika titik pertama tidak ditempati kembali, sudut-sudut dalam yang dihitung dari azimur azimur akan dengan sendirinya mengecek
w w
hasil yang diperoleh dari pengukuran matahari atau polaris yang lain. Pada
C w
.s
re
sudut terukur dipakai untuk menghitung sudut arah semua garis termasuk yang
ns
diketahui antara keduanya, atau dari pengamatan matahari atau polaris. Sudut-
a ca t
ft.
boleh ditentukan dari dua stasiun yang saling dapat melihat dengan azimuth
co
belokan sebuah polygon terbuka. Arah atau sudut arah sebenarnya garis pertama
e o !
membantu menetapkan sudut putaran kiri yang salah catat menjadi ke kanan.
Tr ia l
IV - 10
jumlah geometric yang tepat walaupun salah satu azimuth atau lebih adalah tidak benar. Sebuah garis pintas, misalnya CE pada Gambar 4-1(a), dibuat antara dua stasiun pada polygon, menghasilkan bentuk-bentuk tertutup yang lebih kecil untuk membantu dalam pengecekan dan mengucilkan kesalahan besar. Pengukuran-pengukuran tambahan meningkatkan pengamatan - lebih karenanya meningkatkan kesaksamaan. Sebuah cara untuk mengecek poligon terbuka adalah dengan mengadakan pengukuran serangkaian garis terpisah dengan tingkat kesaksamaan sama atau kurang, untuk menutup poligon. Bidikan-bidikan panjang dan jarak-jarak optis boleh dipakai, misalnya, utuk memperoleh pengecekan kasar. dan
kesalahan dan menghemat banyak waktu lapangan. Sebagi contoh, bila jumlah sudut dalam polygon sisi-lima memberikan kesalahan penutup yang buruk misalnya 10o0 3 mungkin saja telah terjadi satu kesalahan 10o dan beberapa galat kecil sebesar 1 menit. Cara untuk menentukan letak stasiun secara grafis di mana terjadi kesalaha, sehingga hanya satu titik perlu diduduki kembali, akan dijelaskan. Prosedur yang ditunjukkan untuk polygon sisi-lima dapat dipakai untuk polygon dengan banyak sisi sembarang.
PD
w w
Analisa numeris atau grafis dapat dipakai untuk menentukan letak sebuah
C w
.s
re
Survey untuk tiap Negara bagian, dan tugu-tugu tetap telah dipasang untuk
ns
koordinat bidang datar Negara bagian telah dibentuk oleh National Geodetic
a ca t
ft.
co
kedudukannya,
karenanya
berubah
e o !
menjadi
titik-titik awal dan akhir dengan pengikatan ke titik yang diketahui polygon tertutup, dan
Tr ia l
IV - 11
Dalam Gambar 4-6(a), polygon telah digambar dengan memakai panjang G a r i st e g a k l u r u sd i t i t i kt e n g a hg a r i sA A , m a k as t a s i u nd i m a n at e r j a d i g a l a t b e r h a d a p a nd e n g a nA A . D e n g a np e r k a t a a nl a i n , j i k ak e s a l a h a np e n u t u ps u d u t A D A , m a k a Da d a l a h s t a s i u n y a n g m e m u n y a i g a l a t . Untuk kesalahan pada sebuah panjang garis polygon, curigailah sisi yang
PD
Beberapa sumber galat dalam pengukuran polygon adalah : 1. Galat-galat dalam pengukuran sudut dan jarak. 2. Pemilihan stasiun yang buruk, menyebabkan keadaan bidikan yang buruk akibat (a) berselang-seling panas dan teduh, (b) kenampakan hanya pada puncak rambu, (c) garis bidik lewat terlalu dekat permukaan tanah, (d) garis-garis yang terlalu panjang dan terlalu pendek, dan (e) pembidikan ke matahari. 3. Lalai mengukur sudut-sudut biasa dan luar biasa yang sama banyaknya.
B.1.11.Sumber-sumber Galat.
w w
C w
.s
re
ns
a ca t
ft.
co
adalah stasiun yang bila di situ digambar kesalahan penutup sudutnya akan
e o !
Tr ia l
IV - 12
B.1.12.Kesalahan-Kesalahan Besar. Beberapa kesalahan dalam pengukuran polygon adalah : 1. Menempati atau membidik pada stasiun yang salah. 2. Orientasi yang tak benar. 3. Mengacukan sudut ke kanan dan kiri. 4. Tidak mengambil tindakan lebih hati-hati dalam pengukuran sudut yang mempunyai satu atau dua kaki pendek.
B.2.
HITUNGAN POLIGON
Cara membuat suatu polygon adalah cara pertama untuk menentukan tempat lebih dari satu titik. Telah diketahui pula, bahwa pada ujung awal poligoon
keadaan menjadi simetris, maka pada ujung akhir dibuat titik yang tentu pula dan
tertentu pulan.
maka lebih dahulu harus diteliti pengukuran poligoon. Karena untuk dapat
pada poligoon adalah sudut-sudut dan jarak-jarak pada poligoon itu. Maka yang
PD
harus diteliti sudut-sudut dan jarak-jarak pada poligoon itu. Untuk dapat melakukan penelitian, maka harus dikethaui dan ditentukan lebih dahulu syaratsyarat apakah yang harus dipenuhi oleh suatu poligoon. Diukur pada poligoon semua sudut antara sisi-sisi poligoon dan panjang semua sisi. Telah diketahui, bahwa sudut-sudut jurusan dierlukan untuk mencari koordinatkoordinat. Maka akan dicari sudut jurusan semua sisi poligoon. Dari gambar 4-7 dapat dilihat, bahwa ;
C w
w w
.s
re
ns
diakhiri pada titik-titik tertentu dan diikat pada kedua ujung pada dua jurusan
a ca t
diikat pada jurusan yang tentu lagi. Umumnya suatu poligoon dimulai dan
e o !
diperlukan satu titik yang tentu dan sudut jurusan yang tentu pula. Supaya
ft.
co
Tr ia l
IV - 13
PD
Ruas kiri adalah jumlah sudut-sudut yang diukur, sedang ruas kanan terdiri atas dua suku dengan suku pertama selisih antara sudut jurusan akhir dan sudut
C w
w w
.s
re
a ca t
ns
e o !
Gambar 4-7
ft.
co
m
IV - 14
Tr ia l
jurusan awal; suku kedua adalah kelipatan dari 1800. Sudut jurusan akhir dan sudut jurusan awal dapat dihitung dengan koordinat-koordinat titik-titik A, P, B dan Q : t g Yb) bq = (Xq - Xb) : ( Yq tg Ya). ap = (Xp - Xa) : (Yp Dengan demikian didapatlah syarat yang harus dipenuhi oleh sudut-sudut poligoon yang diukur, yakni ; Jumlah sudut-sudut yang diukur sama dengan selisih sudut jurusan akhir dan sudut jurusan awal ditambah dengan kelipatan dari 1800.
Untuk mendapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sisi-sisi poligoon yang diukur, proyeksikanlah sisi-sisi poligoon pada sumbu X dan sumbu Y. dan proyeksi pada sumbu Y ada d1 d a ns e t e r u s n y as e l a l ud i d a p a t p u l ad i , d2 sebagai sisi miringnya (lihat Gambar 4-7) d1 = d 1 sin a1 d2 = d2 sin 12 d3 = d 3 sin 23 Misalkan proyeksi sisi-sisi poligoon pada sumbu X ada d1 , d dan seterusnya 2 dalam segitiga-segitiga sekur-siku dengan sisi-sisi poligoon d1, d2 dan seterusnya Dari Gambar 4-7 dapatlah dengan mudah diketemukan :
d4 = d 4 sin 3b
PD
d1 +d +d +d + 2 3 4= d 1 sin a1 + d2 sin 12 + d3 sin 23 + d4 sin 3 sedang d1 d2 +d +d =X Xa, sehingga : 3 4 b d1 sin Xa a1 + d2sin 12 + d3 sin 23 + d4 sin 3b = Xb atau ; ds i n= Xb Xa Dengan perkataan : Jumlah d sin harus sama dengan selisih absis titik akhir dan absis titik awal polygon.
C w
w w
.s
re
a ca t
ns
e o !
ft.
co
Tr ia l
IV - 15
Terhadap proyeksi pada sumbu Y dapat ditulis : d1 =d 1 cos a1 d2 =d 2 cos 12 d3 =d3cos 23 d4= d4 cos 3b d1 + d2 + d3 + d4= d1 cos a1 + d2 cos a12 + d3 cos 23 + D4 cos 3b. dan karena d1 +d +d +d Ya maka : 2 3 4= Y b atau : dc o s = Yb - Ya d1 cos Ya a1 + d2 cos 12 + d3cos 23 + d4 cos 3b = Yb
Umumnya hasil pengukuran sudut dan jarak tidak segera memenuhi tiga syarat di
PD
d s i n d c o s
Di dalam rumus-rumus nama f , fx dan fy berturut-turut fkesalahan pada sudutsudut yang diukur, fx kesalahan pada proyeksi di sumbu X dan fy kesalah pada proyeksi di sumbu Y. Kesalahan fdibagi rata kepada sudut-sudut. Tetapi adakalanya ftidak dapat dibagi habis dengan banyaknya sudut. Maka koreksi sudut yang berlainan
w w
Syarat ketiga
C w
: d c o s
.s
Syarat kedua
: d s i n
re
ns
a ca t
ft.
co
Dengan perkataan : jumlah d cos harus sama dengan selisih ordinat titik akhir
e o !
2
IV - 16
Tr ia l
dengan koreksi yang telah dibulatkan diberikan kepada sudut poligoon yang mempunyai kaki-kaki sudut terpendek, karena pengukuran sudut dengan kaki yang pendek kurang teliti disebabkan oleh besarnya bayangan titik-titik ujung kaki yang pendek, sehingga mengarahkan garis bidik ke titik tengah bayangan yang kelihatan besar itu menjadi sukar dan kurang tepat. Misalkan f=2 5 d a n ada 6 sudut poligoon, maka tiap-t i a p s u d u t h a r u s d i b e r i k o r e k s i 2 4 : 6 =4 , 2 d a n d i b u l a t k a nm e n j a d i4 ;m a k a5 s u d u th a r u sd i b e r ik o r e k s i4 y a n gt e l a h dibulatkan itu diberikan kepada sudut poligoon yang mempunyai kaki sudut terpendek.
Kesalahan fx dan fy dibagi pada absis x dan ordinat y titik-titik poligoon dengan perbandingan yang lurus dengan jarak-jarak. Misalkan kepada titik I absisnya diberi koreksi
jurusan semua sisi. Sebagai penelitian pada jurusan terkahir harus didapat c. Hitunglah dengan sudut-s u d u t j u r u s a nh a s i l ds i n d a ndc o s . J u m l a h l a h s e m u a ds i nd a ns e m u a dc o s . T e n t u k a nX Yawal akhir - Xawal dan Yakhir dan hitunglah fx dan fy. Bagilah fx dan fy kepada absis dan ordinat titik-titik poligoon dengan perbandingan lurus dengan jarak-jaraknya.
PD
d. Akhirnya dapatlah dihitung koordinat-koordinat titi-titik poligoon yang didapat dari koordinat-koordinat titik-titik di mukanya, karena : X2 = X1 + d1 sin 12 Y2 = Y1 + d1 cos 12
C w
b. Hitunglah dengan awal dan sudut-sudut yang telah diberi koreksi sudut-sudut
w w
.s
re
a ca t
ns
e o !
ft.
co
m
IV - 17
Tr ia l
B.2.2. POLYPON TERTUTUP. Sudut-sudut atau arah-arah terukur sebuah polygon tertutup mudah diselidiki sebelum meninggalkan lapangan. Pengukuran-pengukuran linier, jika diukur dengan pita walaupun diulang, adalah sangat mungkin merupakan sumber galat dan juga harus dicek. Walaupun hitungan-hitungan lebih panjang lebar daripada pengecekan sudut- sudut, dengan kalkulator saku masa kini dapat juga dikerjakan di lapangan untuk menentukan sebelum meninggalkan apakah polygon telah memenuhi persyaratan kesaksamaan. Jika ketentuan-ketentuan telah dipenuhi, k e m u d i a np o l y g o nd i r a t a k a nu n t u km e n c i p t a k a n p e n u t u p y a n gs e m p u r n aa t a u kepanggahan geometris di antara sudut-sudut dan sisi-sisi; bila tidak, pengukuran lapangan harus diulang sampai diperoleh hasil-hasil yang cukup.
penentuan sudut-sudut arah atau azimuth, menghitung perubahan Y dan perubahan X dan meratakannya untuk penentuan kesalahan penutup, dan menghitung koordinat-koordinat tegaklurus stasiun-stasiun poligon. Mengoreksi Sudut-Sudut. Langkah pertama dalam hitungan poligon adalah mengoreksi sudut-sudut
PD
(4) a.
w w
(1)
C w
.s
re
ns
a ca t
ft.
co
e o !
Tr ia l
IV - 18
metode :
ada keadaaan pengukuran yang lemah. 3. Sebuah koreksi rata-rata ditemukan dengan membagi seluruh kesalahan
PD
CONTOH Untuk polygon pada Gambar 4-8, sudut-sudut dalam terukur ada 3 dalam Tabel 4-1 . Hitunglah sudut-sudut diratakan memakai metode 2 dan 3.
PENYELESAIAN Hitungan hitungan sebaiknya disusun seperti ditunjukkan pada Tabel 4 1 Bagian pertama perataan terdiri atas penjumlahan sudut-sudut dalam dan menentukan kesalahan penutup, y a n gd a l a mh a l i n i a d a l a h+1 3 0 . Hitungan-
w w
C w
.s
re
ns
menurut jumlah geometric yang benar dengan penerapan salah satu dari tiga
a ca t
e o !
ft.
co
m
IV - 19
Tr ia l
hitungan selanjutnya dimasukkan table, dan dasar pemikiran prosedurnya mengikuti. Untuk pekerjaan dengan kesaksamaan biasa, wajar bila memakai koreksikoreksi yang merupakan kelipatan genap dari (a) satuan nonius transit, (b) aneka tercatat atau aneka . Tabel 4-1 Perataan Sudut
hanya puncak anjir di C yang kelihatan dari pemasangan alat di |B, seluruh
PD
sudut. Karena sudut-sudut terbaca dalam kelipatan menit, menerapkan koreksi 1 8 m e m b e r i k a nk e s a np a l s up a d ak e s a k s a m a a n n y a . O l e hk a r e n ai t ul e b i hb a i k menetapkan sebuah pola koreksi, seperti yang ditunjukkan pada bagian kanan Tabel 4-1. Mula-mula ditabelkan pada kolom, kelipatan dari koreksi purata 18 sekon, disebelah sudut-sudutnya. Dalam kolom gerikunya, masing-masing kelipatan dibulatkan sampai 30 sekon terdekat. Selisih-selisih urut (peralatan untuk masing-masing sudut) didapat dengan mengurangkan harga sebelumnya dalam kolom pembulatan koreksi dari harga yang bersangkutan. Sudut-sudut diratakan yang diperoleh dengan memakai perataan ini harus berjumlah tepat
k o r e k s i s e b e s a r 1 3 0 b i a s s a j a d i k u r a n g k a n d a r i s u d u t d i B . Me t o d e3t e r d i r i a t a sp e n g u r a n g a n1 3 0 / 5= 1 8 d a r i m a s i n g -masing
w w
terpendek. Perataan dalam cara ini ditunjukkan dalam bagian kiri Tabel 4-1. Jika
C w
.s
re
ns
a ca t
e o !
ft.
co
m
IV - 20
Tr ia l
sama dengan jumlah menurut harga geometric sebenarnya. Perataan membentuk sebuah pola dan memberikan perubahan bentuk polygon yang lebih sedikit daripada bila seluruh kesalahan penutup diberikan pada satu sudut saja. Harus diperhatikan bahwa walaupun sudut-sudut diratakan memenuhi syarat geometric sebuah bentuk tertutup, mungkin saja tidak lebih mendekati harga-harga sebenarnya disbanding sebelum perataan. Tidak seperti koreksikoreksi pengukuran linier, perataan terhadap sudut-sudut tidak bergantung ukuran besarnya sudut. b. Hitungan Azimut.
Sudut azimuth menunjukkan arah garis polygon. Perhitungan sin dan cos
dalam mata kuliah Ilmu Ukur Tanah I. c. Selisih Absis dan Ordinat.
Penutup polygon dicek dengan menghitung selisih absis dan ordinat tiap garis pada sumbu
PD
pengukuran utara selatan. Dan sama dengan panjang jurusan dikali selisih absis sebuah jurusan adalah proyeksi ortografiknya pada sumbu pengukuran timurbarat, dan sama dengan panjang jurusan dikalikan sin sudut arah atau azimutnya. Selisih absis kadang-kadang disebut jarak timur atau jarak barat. Dalam bentuk persamaan selisih absis dan ordinat sebuah garis adalah : Selisi ordinat = L c o s Selisih absis =Ls i n
Dimana L a d a l a h p a n j a n g d a n a d a l a h s u d u t a t a u a z i m u t jurusan.
C w
w w
.s
re
a ca t
ns
ft.
maka sudut azimuth garis pertama akan berbeda dengan harga hasil hitungan
e o !
co
yang telah diratakan/dikoreksi terhadap jumlah geometric yang benar; kalau tidak
Tr ia l
IV - 21
Selisi absis dan selisih ordinat dan tak lain adalah komponen-komponen X dan Y sebuah garis dalam sistem kisi tegaklurus, kadang-kadang dise b u t X d a n Y . D a l a mh i t u n g a np o l i g o nj a r a ku t a r a Yd a nj a r a kT i m u r Xd i a n g g a p p l u s ; Yj a r a ks e l a t a nd a n Xj a r a kb a r a t d i a n g g a pm i n u s . U n t u ks u d u t a r a h , besarnya selalu antara 0 dan 90o; karenanya sin dan cos-nya selalu positif. Tanda aljabar yang sesuai untuk selisih absis dan selisih ordinat, karenanya diberikan atas dasar arah sudut-arah, jadi garis dengan sebuah sudut arah UT mempunyai selisih absis dan ordinat plus, jurusan dengan sudut arah SB memperoleh selisih absir dan ordinat minus, dan seterusnya. Azimut yang dipakai dalam menghitung selisih absis dan ordinat berkisar dari 0 sampai 3600., dan tanda-tanda aljabar sin dan cos dengan sendirinya menghasilkan tanda-tanda aljabar yang sesuai untuk selisih absis dan selisih ordinat. Jadi sebuah garis dengan azimut sebesar 13703 0 m e m p u n y a i Y n e g a t i v ed a n Xp o s i t i f ( c o s -nya negatif dan sin-nya positif); sebuah jurusan dengan azimuth 32301 8 m e m p u n y a i Yp o s i t i fd a n Xn e g a t u f . K o m p u t e r elektronik dan kalkulator tangan dengan fungsi-fungsi trigonometric secara otomatik menambahkan tanda-t a n d aa l j a b a r y a n gb e n a r p a d a Xd a n Yd a r i
Selain persyaratan sudut pada penutup polygon yang dibicarakan pada Paragraf
2 e!
(1)
Ju m l a ha l j a b a r s e l u r u h Yp o l y g o ns e g i b a n y a kt e r t u t u p( l i h a t G a m b a r 41 ( a ) ) h a r u s s a m a d e n g a nn o l ( a t a us e l i s i h Ya n t a r a t itik control awal dan akhir untuk polygon tertutup pada Gambar 4-1(b)), dan Ha l y a n g s a m a b e r l a k u p a d a X .
re
at
(2)
w w
sebelumnya, dua syarat lain dapat ditegaskan dalam hitungan polygon. Kedua
sc an
d.
T . r
so f
hitungan polygon.
ia
l t
.c
tanda-tanda sin dan cos-nya. Ini menunjukkan bahwa azimuth mudah untuk
om
IV - 22
e.
Hitungan Y, X , kesalahan penutup linier, dan kesaksamaan untuk polygon segibanyak tertutup, akan dijelaskan dengan sebuah contoh. Sudut-sudut dalam Contoh di atas telah dipakai untuk menghitung sudut-sudut arah pada Gambar 41. Ini berdasarkan sebuah sudut arah yang diketahui untuk garis AB U2601 0 T dan dihitung dengan prosedur yang dijelaskan sebelumnya. Perhatikanlah pada gambarnya bahwa semua sudut arah (yang memakan tempat lebih banyak) diberi huruf tulisan di luar polygon, dan panjangnya masing-masing di dalam. Susunan ini dapat dibalik, tetapi harus ada pengambilan keputusan yang panggah. Panahpanah menunjukkan arah sudut arah yang benar untuk jurusan jurusan di mana sudut arah terbaca dari kiri ke kanan tetapi sebenarnya diukur dari kanan ke kiri.
PD
Formulir baku yang disiapkan, tersusun seperti ditunjukkan dalam Tabel 4-2. Formulir-formulir dicetak dengan garis dan judul kolom untuk menghemat
C w
w w
.s
re
a ca t
ns
ft.
co
e o !
CONTOH
2
IV - 23
Tr ia l
dihilangkan karena hanya membuang waktu bila dibuat sedangkan kakulator dewasa ini mempunyai fungsi-fungsi trigonometric. Y dan X dapat dihitung dalam formulir berbeda yang dibuat mirip dengan Tabel 4-3. In ia d a l a ht a b l eg a b u n g a n , y a n gj u g a t e r m a s u kp e r a t a a n Y d a n X .Tabel ini sering lebih disukai terutama bila memakai kalkulator elektronik. Dengan menjumlahkan Y utara ( + ) dan selatan (-) diperoleh kesalahan penutup Y, -0,70 ft, dan penjumlahan X timur ( + ) dan barat ( - ) menghasilkan kesalahan penutup X, +0,53 ft. Kesalahan penutup linier adalah sisi miring segitiga siku-siku bersisi 0,70 ft dan 0,53 ft, dan merupakan jarak dari t i t i ka w a l Ak et i t i kt e r h i t u n gA a t a s d a s a r p a n j a n gs i s i -sisi dan sudut sudut
Perhatikan bawha galat acak dan barangkali galat sistematik baik pada sudutsudut maupun jarak-jarak mempengaruhi kesaksamaan terhitung, dank arena
PD
perataan sudut dibuat pada awalnya, kesaksamaan sebenarnya tidak diperoleh. Berbagai proyek memerlukan ketelitian yang berbeda, dan beberapa
pengukuran harus memenuhi ketentuan-ketentuan secara ketat bila pekerjaan ingin diterima dan dibayar. Kesaksamaan yang diperlukan untuk pengukuran hak milik dapat ditentukan oleh undang-undang Negara bagian (misalnya, minimum 1/7500 di Minnesota) dan oleh kota-kota serta county (bagian dari state, Negara bagian). Kota kecil mungkin menentukan 1/5000, dan wilayah metropolitan besar 1/10.000,-
w w
C w
.s
ini adalah 0,88/2466 = 1/2800. Penyebut diambil tak lebih dari kelipatan 100 atau
re
penyebut, direduksi dalam bentuk perbandingan. Dalam contoh (lihat Tabel 4-3)
ns
kesalahan penutup linier sebagai pembilang dan jumlah sisi polygon sebagai
a ca t
ft.
co
e o !
ft (lihat Tabel 4-3). Kesalahan penutup tidak boleh disebut galat, karena galat
arah diratakan yang dipakai. Pada contoh ini kesalahan penutup linier adalah 0,88
Tr ia l
IV - 24
IV - 25
re
at
e!
w w
T . r
sc an
so f
ia
l t
.c
om
f.
Untuk sembarang polygon tertutup, kesalahan penutup linear harus diagihkan ke seluruh polygon untuk menutup bentuknya. Ini juga dikerjakan walaupun kesalahan penutup dapat diabaikan dalam penggambaran polygon pada skala peta. Lima metode dasar untuk perataan polygon adalah (1) metode sembarang,, (2) aturan transit, (3) aturan Bowditch atau kompas, (4) metode Crandall, dan (5) metode kuadrat terkecil.
METODE SEMBARANG. Metode ini tidak sejalan dengan aturan atau persamaan tertentu, Nyatanya kesalahan penutup linier dilihkan secara bebas menurut analisa juru-ukur atas dasar keadaan yang ada di lapangan. Sebagai
masing-masing pengukuran.
PD
ATURAN TRANSIT. Secara teoritis aturan transit adalah lebih baik untuk pengukuran pengukuran di mana sudut-sudut diukur dengan ketelitian lebih tinggi daripada jarak-jarak, misalnya pengukuran takimetri, tetapi dalam praktek jarang dipakai karena diperoleh hasil-hasil berbeda untuk tiap meridian yang mungkin. Koreksi-koreksi dikerjakan dengan aturan sebagai berikut :
Koreksi pada Y untuk AB Kesalahan penutup Y Koreksi pada X untuk AB Kesalahan penutup X = Y dari AB Jumlah mutlak seluruh Y X dari AB . Jumlah mutlah seluruh X
w w
pemakaian bobot yang masuk akal berdasarkan ketelitian yang diharapkan dari
C w
.s
re
ns
a ca t
ft.
semacam itu diberi koreksi-koreksi yang lebih besar. Seluruh kesalahan penutup
co
galat yang lebih besar daripada jurusan di tanah datar; oleh karena itu, jurusan
e o !
contoh, jurusan yang diukur dengan pita pada tanah yang sulit sehingga sering
Tr ia l
IV - 26
ATURAN KOMPAS (BOWDITCH). Aturan kompas atau aturan Bowditch, sesuai untuk pengukuran-pengukuran di mana jarak-jarak dan sudut-sudut diukur dengan kesaksamaan sama, merupakan aturan yang paling umum dipakai dalam praktek. Aturan ini cocok untuk pengukuran transit dengan pita ukur di mana sudut-sudut diukur sampai 1 atau menit terdekat dan jarak diukur dengan pita sampai 0,01 ft, serta untuk poligon elektronik di mana sudut-sudut diukur dengan teodolit dan jarak-jarak diukur dengan instrument EDM. Koreksi-koreksi dibuat atas dasar aturan sebagai berikut :
Koreksi untuk AB pada Y Kesalahan penutut Y
sudut atau jarak. Kesalahan penutup yang kecil dapat diatur agihannya dengan
Tiap-tiap koreksi biasanya ditulis dengan warna tinta berbeda atau ditulis
koreksi ditunjukkan dengan angka miring kecil. Pada contoh ini perataan
PD
d i t a m b a h k a ns e c a r aa l j a b a r p a d a Y utara dan selatan, untuk membuat jumlah Yu t a r ad a ns e l a t a nm e njadi harga yang sama. Perhatikan bahwa tanda-tanda aljabar daripada koreksi koreksi berlawanan dengan tanda-tanda aljabar kesalahan penutup yang bersangkutan masing-masing. Koreksi koreksi yang diterapkan pada harga harga dalam table seharusnya menghasilkan (kesalahan) penutup sempurna. Dalam pembulatan, kelebihan atau kurang 0,01 ft mungkin ada, tetapi ini dihilangkan dengan mengubah salah satu koreksi.
d e n g a np e n s i l d i a t a s Ya t a u Xy a n gd i k o r e k s i . D a l a mT a b e l 1 3 . 3 , k o r e k s i -
C w
w w
.s
pemeriksaan.
re
ns
Kalau tidak, maka harus diberikan bobot-bobot yang sesuai pada masing-masing
a ca t
dengan kecermatan sama dan semua sudut diukur dengan kesaksamaan sama.
e o !
ft.
co
m
IV - 27
Tr ia l
METODE CRANDALL. Dalam perataan polygon metode Crandall, mula-mula kesalahan penutup sudut diagihkan sama besar pada semua sudut terukur. Sudutsudut diratakan kemudian dianggap sudah pasti dan seluruh koreksi lainnya diberikan kepada pengukuran linier melalui prosedur kuadrat terkecil dengan bobot. Metode Crandall lebih makan waktu daripada prosedur aturan transit dan kompas, namun cocok untuk meratakan polygon yang pengukuran liniernya mengandung galat-galat acak yang lebih besar dari pada pengukuran sudutnya misalnya polygon jarak optis.
METODE KUADRAT TERKECIL. Metode kuadrat terkecil, berdasarkan teori kementakan, secara serentak meratakan pengukuran-pengukuran sudut dan liner
g.
PD
Koordinat X dan Y tegaklurus daripada sembarang titik menetapkan posisinya terhadap sepasang sumbu acuan yang dipilih secara sembarang saling tegaklurus satu sama lain. Koordinat X adalah jarak tegaklurus, dalam feet atau meter, dari titik ke sumbu Y; koordinat Y adalah jarak tegaklurus ke sumbu X, Walaupun sumbu-sumbu acuan mempunyai kedudukan bebas, dalam pengukuran tanah biasanya diorientasikan sehingga sumbu Y menunjuk utara-selatan, dengan utara sebagai arah Y positif. Sumbu X terletak timur-barat, dengan timur sebagai arah X positif. Jika diberikan koordinat tegaklurus sejumlah titik, maka kedudukan nisbi titik titik itu tertentu secara unik.
w w
C w
.s
re
ns
paling ketat, tetapi sampai akhir-akhir ini belum dipakai secara luas karena
a ca t
ft.
diberi bobot nisbi. Metode ini merupakan perataan polygon yang terbaik dan
co
e o !
untuk membuat agar jumlah kuadrat residual menjadi minimum. Metode ini
Tr ia l
IV - 28
Koordinat itu berguna dalam berbagai hitungan termasuk (1) penentuan panjang dan arah garis-garis; (2) menghitung luas bidang-bidang tanah; (3) membuat kepastian hitungan kurve; dan (4) menentukan lokasi titik-titik yang tak bisa dicapai. Koordinat juga menguntungkan untuk penggambaran polygon pada peta dasar. Dalam praktek, sistem sistem koordinat bidang datar adalah paling sering dipakai sebagai dasar untuk koordinat tegaklurus dalam pengukuran tanah datar. Tetapi untuk hitungan dapat dipakai sistem sembarang. Sebagai contoh, sebuah stasiun polygon dapat diberi koordinat dengan harga sembarang. Untuk menghindari harga negative X dan Y, sebuah pusat koordinat dianggap ada di selatan dan barat polygon sedemikian rupa sehingga sebuah patok dapat
PD
Y dan X sehingga koordinat titik awal A dihitung kembali. Bila koordinat terhitung kembali tepat sama dengan koordinat awal, maka sudah diperoleh pengecekan koordinat seluruh titik antara.
C w
XB = XA + X garis AB
w w
YB = YA + Y garis AB
.s
re
ns
a ca t
ft.
t i t i kb e r i k u t n y a( B )d i p e r o l e hd e n g a nm e n a m b a h k a n Yg a r i sA Bp a d aY A..
co
e o !
Tr ia l
IV - 29
4.3. A.
Penutup. Kesimpulan. Pengukuran sudut dan arah suatu polygon dapat dilakukan dengan beberapa cara : Sudut arah kompas, sudut dalam, sudut belokan, sudut ke kanan, azimut.. - Perhitungan polygon sebaiknya mengikuti tahapan sebagai berikut :
PD
C w
w w
.s
re
a ca t
ns
e o !
ft.
co
m
IV - 30
Tr ia l
2.
C.
Test/Umpan Balik -
PD
C w
w w
.s
re
a ca t
ns
e o !
ft.
co
Tr ia l
IV - 31