Está en la página 1de 17

TUGAS SISTEM SENSORI PERSEPSI

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERSEPSI TELINGA

Oleh : A5.A KELOMPOK 4 1) Adi Parwata 2) I Gede Agus Murdika 3) Ni Komang Ayu Sriasih 4) Bunga Cahya Ningrum 5) Ni Wayan Dendy Andriana Artari 6) Ni Nyoman Diah Kumala Dewi 7) Ni Putu Eka Widiastuti 8) Made Krisna Jayanti 9) Ni Komang Putri Swantari (11.321.1040) (11.321.1042) (11.321.1048) (11.321.1049) (11.321.1050) (11.321.1055) (11.321.1063) (11.321.1069) (11.321.1077)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI 2013

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Anatomi Fisiologi Sistem Persepsi Telinga ini tepat pada waktunya. Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan dan sumber data yang kami peroleh terbatas maka makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini ada manfaatnya bagi kita semua. Om Santhi Santhi Santhi Om

Denpasar, 14 Maret 2013

Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem sensori adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari reseptor sensori yang menerima rangsangan dari lingkungan eksternal maupun internal, jalur neural yang yang menyalurkan informasi dari reseptor ke otak dan bagian otak yang terutama bertugas mengolah informasi tersebut. Informasi yang diolah oleh sistem sensori mungkin dapat menyadarkan kita tentang adanya stimulus atau tidak menyadari adanya stimulus tertentu. Jalannya proses sensori hingga dipersepsikan dimulai dari adanya rangsangan menuju ke reseptor masuk ke saraf sensori hingga sumsum tulang belakang dan otak kemudian disalurkan ke saraf motoris dan efektor, maka otak mengirimkan hasil berupa persepsi. Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan lingkungan. Indra yang kita kenal ada lima, yaitu Indra penglihat (mata), Indra pendengar (telinga), Indra peraba (kulit), Indra pengecap (lidah), dan Indra pencium (hidung). Kelima indra tersebut berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan luar, oleh karenanya disebut eksoreseptor. Reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam, misalnya nyeri, kadar oksigen atau karbon dioksida, kadar glukosa dan sebagainya, disebut interoreseptor. Sel-sel interoreseptor misalnya terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sesungguhnya interoreseptor terdapat di seluruh tubuh manusia. Interoreseptor yang membantu koordinasi dalam sikap tubuh disebut kinestesis. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor karena memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. Telinga menerima gelombang suara yang frekuensi yang berbeda, kemudian menghantarkan informasi pendengaran ke susunan saraf pusat. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi sistem sensori persepsi telinga? C. Tujuan
5

1. Mengetahui bagaimana Anatomi dan Fisiologi sistem sensori persepsi telinga. BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi

Telinga adalah organ pendengaran yang memiliki tiga bagian: telinga luar (bagian yang kita lihat di sepanjang sisi kepala kita di belakang pelipis), telinga tengah, dan telinga bagian dalam. Mendengar melibatkan semua bagian telinga serta korteks pendengaran di otak. Telinga luar membantu mengkonsentrasikan getaran udara pada gendang telinga dan membuatnya bergetar. Getaran ini diteruskan oleh serangkaian tulang kecil di telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di sana mereka merangsang serat-serat saraf pendengaran untuk mengirimkan impuls ke otak.

B. Anatomi Sistem Sensori Persepsi Telinga

1. Anatomi Telinga Luar


8

a. Aurikula : berfungsi untuk mengumpulkan getaran udara, bentuknya berupa lempeng tulang rawan yang elastic dan tipis yang ditutupi kulit, memiliki otot intrinsic dan ekstrinsik, serta dipersarafi oleh nervus fasialis. Seluruh permukaan diliputi kulit tipis dengan lapisan subkutis pada permukaan anterolateral, serta ditemukan rambut kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. b. Meatus akustikus eksterna : tabung berkelok-kelok yang terbentang antara aurikula dan membrane timpati, berfungsi menghantarkan gelombang suara dari aurikula ke membrane timpani dengan panjang sekitar 2,5 cm. Pada bagian luar banyak ditemukan rambut yang berhubungan dengan kelenjar sebasea, sedangkan dalam liang ditemukan serumen berwarna coklat yang berfungsi sebagai pelindung. Serumen merupakan modifikasi kelenjar keringat bergabung dengan kelenjar sebasea yang bermuara langsung ke permukaan kulit.

2. Anatomi Telinga Tengah (kavum timpani)

Telinga tengah (kavum timpani) adalah ruang berisi udara dalam pars peterosa ossis temporalis yang dilapisi oleh membrane mukosa, didalamnya terdapat tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membrane timpani ke telinga dalam. Atap kavum timpani dibentuk oleh lempeng tulang tipis yang dinamakan teg,mentum timpani, merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis yang memisahkan kavum timpani dari meninges dan lobus temporalis dalam fossa kranii media. a. Membrane timpani : adalah membrane fibrosa tipis yang berwarna kelabu. Permukaan luar ditutupi epitel berlapis gepeng, sedangkan permukaan dalam oleh epitel silindris, terpasang secara serong menghadap ke bawah, depan, dan lateral. Membrane timpani berbentuk bulat dengan garis tengah sekitar 1 cm, pinggirnya menebal tertanam ke dalam alur sisi tulang yang disebut sulkus tympani. Membrane timpani sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh nervus auditorius. b. Osikula auditus : terdiri atas malleus, incus, dan stapes. Maleus dan incus berputar pada sumbu anterior posterior yang berjalan melalui : 1) Ligamentum yang menghubungkan prosesus anterior malleus dengan dinding anterior kavum timpani 2) Prosesus anterior malleus dengan prosesus brevis inkudis 3) Ligamentum yang menghubungkan prosesus brevis inkudis dengan dinding posterior kavum timpani Selama penghantaran getaran dari membrane timpani ke perilimf melalui osikula mengalami pembesaran dengan 1,3:1 dan luas membrane timpani + 17 kali lebih besar dari luas basis stapes yang berakibat tekanan efektif pada perilimf meningkat menjadi 22:1.

10

c. Tuba auditiva : bagian ini meluas dari dinding anterior kavum timpani ke bawah, depan dan medial sampai ke nasofaring. Bagian 1/3 posterior terdiri atas tulang dan 2/3 anterior tulang rawan. Berhubungan dengan nasofaring setelah berjalan diatas muskulus kontriktor faring superior. Tuba auditiva berfungsi membuat seimbang tekanan udara dalam kavum timpani dan nasofaring. d. Antrum Mastoideum : bagian ini terletak dibelakang kavum timpani dalam pars petrosa ossis temporalis bentuknya bundar dengan garis tengah 1 cm. dinding anterior berhubungan dengan kavum timpani dan dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideum dan serebellum. e. Sellulae mastoidea : prosesus mastoideus mulai berkembang pada tahun kedua kehidupan. Sellulae mastoid adalah suatu rongga yang berhubungan dalam prossesus mastoid, berhubungan dengan antrum dan kavum timpani sebelah atasnya, serta dilapisi membrane mukosa. 3. Anatomi Telinga Dalam

11

Suatu system saluran dan rongga didalam pars petrosum tulang temporalis, didalmnya terdapat labirin membranosa yang merupakan suatu rangkaian saluran dan rongga-rongga, labirin membranosa berisi cairan endolimf, dinding labirin mempunyai membranosa yang memisahkan endolimf dengan perilimf. Labirin terletak dalam pars petrosa ossis temporalis, medial terhadap telinga tengah terdiri atas bagian-bagian berikut : a. Labirintus osseus (labyrinthus osseus) : terdiri atas vestibulum, semisirkularis dan koklea. Ketiganya merupakan rongga-rongga yang terletak dalam substansi tulang padat terstruktur, dilapisi endosteum dan berisi cairan bening (perilimf) yang terletak dalam labirintus membraneus. 1) Vestibulum : bagian pusat labirintus osseus pada dinding lateral terdapat fenestra vestibule yang ditutup oleh basis stapedis dan fenestra koklea. Dalam vestibulum terdapat sakulus dan utrikulus labirintus mambranaseus. 2) Kanalis semisirkularis : bermuara pada bagian posterior vestibulum, terdiri atas tiga kanalis, yaitu kanalis superior, posterior dan lateralis. Tiap kanalis melebar pada salah satu ujungnya yang disebut ampula dan ketiganya bermuara ke dalam vestibulum melalui lima lubang. Dalam setiap kanalis terdapat duktus semi sirkularis. 3) Koklea : bermuara pada bagian anterior vestibulum, puncaknya menghadap ke anterolateral dan basisnya ke posteromedial. Perilimf dalam skala vestibule dipisahkan dari kavum timpani oleh basis stapedis dan ligamentum anulare pada fenestra vestibuli, sedangkan perilimf dalam skala tympani dipisahkan dari kavum timpani oleh membrane timpani sekunder pada fenestra koklea. Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan mediolus terdapat ganglion spiralis yang sebagian besar diliputi tulang bagian bawah dan menyatu dengan membrane basilaris melintasi duktus koklearis dan melekat pada ligamentum basilaris. Membrane basilaris : dibentuk oleh lapisan serat-serat kolagen, permukaan bawah yang menghadap skala timpani diliputi oleh jaringan skala fibrosa yang mengandung pembuluh darah. Membrane vestibularis : adalah suatu lembaran jaringan ikat tipis,diliputi pada permukaan atas vestibular oleh pelapis rongga perilimf yaitu jaringan epitel selapis gepeng yang terdiri atas sel mesenkim.

12

Duktus koklearis : duktus ini mengandung pigmen, bentuknya lebih tinggi dan tidak beraturan, dibawahnya terdapat jaringan ikat yang banyak mengandung kapiller yang disebut stria vaskularis. Duktus koklearis merupakan tempat sekresi endolimf dan termasuk organ korti. b. Labirintus membranosus : terdapat dalam labirintus osseus. Struktur ini berisi endolimf dan dikelilingi oleh perilimf, terdiri atas utrikulus dan sakulus yang terdapat dalam vestibulum terdiri atas duktus semi sirkularis, didalam kanalis sirkularis dan duktus kokhlearis, struktur ini saling berhubungan dengan bebas. Labirintus membranosus merupakan suatu system yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf. Dinding labirintus membranosus melekat pada periosteum yang melapisi labirin tulang oleh perilimf. 1) Utrikulus : bagian yang terbesar terdiri atas dua buah sakus yang mempunyai hubungan tidak langsung dengan sakulus dan duktus endolimfatikus (ductus endolymphaticus) melalui ductus utrikulosakularis (ductus utriculosaccularis). 2) Sakulus : bentuknya bulat berhubungan dengan utrikulus dan bergabung dengan duktus utrikulosakularis berlanjut dan berakhir pada kantong buntu kecil yaitu sakus endolimfatikus yang tereltak dibawah durameter pada permukaan posterior pars petrosa ossis temporalis. Utrikulus dan sakulus mempunyai dinding dengan lapisan jaringan ikat halus yang mengadung sejumlah fibroblast dan melanosit, macula utrikulus dinding lateral berbentuk ovoid. Pada permukaan macula terdapat suatu lapisan gelatin disebut membrane otolik. Membrane ini mengandung badan Kristal kecil yang terdiri atas kalsium karbonat dan protein. Perubahan posisi kepala mengakibatkan perubahan dalam tekanan atau tegangan membrane otolik akibatnya terjadi rangsangan pada sel rambut. Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang terletak pada sel-sel rambut. c. Duktus semisirkularis : meskipun diameternya jauh lebih kecil dari kanalis semi sirkularis tetapi memiliki konfigurasi yang sama. Ketiganya tersusun tegak lurus satu terhadap yang lainnya. Bila kepala digerakkan lebih cepat atau lebih lambat maka kecepatan gerakan endolimf dalam duktus semisirkularis akan berubah terhadap dinding duktus semisirkularis. Perubahan ini dideteksi oleh reseptor sensoris dalam ampula duktus semisirkularis.

13

Sebuah Krista ditemukan dalam setiap ampula menyilang sumbu panjang saluran yang dibentuk saluran penyokong seperti sel rambut pada macula, mikrovili, stereosilia, dan linosilia yang terbenam dalam suatu massa gelatinosa yang disebut kupula. Krista ampularis dan sel rambut dirangsang oleh geralan endolimf akibat percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf mengakibatkan tergeraknya stereosilia dan kinosilia. Dalam macula, sel-sel rambut juga akan terangsang, tetapi perubahan posisi kepala dalam ruang mengakibatkan suatu peningkatan atau penurunan tekanan pada sel-sel rambut oleh membrane otolik. d. Duktus kokhlearis : berbentuk segitiga pada potongan melintang dan berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens. Epitel yang terletak diatas lamina bassilaris membentuk organ korti (spiralis) dan mempunyai reseptor-reseptor sensoris untuk mendengar. Epitel lapis duktus koklearis mengandung pigmen, bentuknya lebih tinggi dan tidak beraturan, dibawahnya terdapat jaringan ikat mengadung banyak kapiler disebut stria vaskularis dan merupakan sekresi endolimf. e. Organ korti : terdiri atas sel penyokong yang berjalan sepanjang koklea berbentuk kerucut ramping. Bagian yang lebar mengandung init disebut apeks masuk kedalam permukaan bawah kepala sel tiang dalam. Sel rambut organ korti terletak dalam basis yang melebar, mengandung 50-60 sel rambut stereosilia dan bagian apical sel rambutnya tanpa kinosila. Permukaan organ korti diliputi oleh suatu lembaran gelatinosa yang terdiri atas substansi dasar homogen yang mengandung serat yang menyebar diatas sel rambut. f. Ganglion spiral : merupakan neuron bipolar cabang dari sentral akson, bermielin membentuk nervus akustikus. Cabang perifer (dendrite) yang bermielin akan berjalan dalam saluran-saluran pada tulang yang mengitari ganglion. Gelombang punyi dikonduksi dari perilimf dalam skala vestibule ke endolimf dalam duktus koklearis, dengan cara tertentu memengaruhi sel-sel rambut. Nervus akustikus mempunyai bagian vestibularis untuk asupan dari bagian labirin dan beberapa serat yang bergabung dengan nervus koklearis. C. Fisiologi Pendengaran Telinga luar menangkap gelombang bunyi lalu diubah menjadi getaran-getaran oleh membrane timpani. Getaran ini diteruskan oleh rangkaian tulang pendengaran dalam telinga
14

tengah ke perilimf dalam vestibulum hingga meimbulkan gelombang tekanan dalam perilimf dan pergerakan cairan dalam skala vestibule dan skala timpani. Membrane timpani pada tingkap bulat bergerak bebas sebagai katup pengaman dalam pergerakan cairan ini, yang juga menggerakkan duktus koklearis dan membrane basiliarisnya. Membrane basilaris pada basis koklea peka terhadap bunyi berfrekuensi tinggi, sedangkan bunyi berfrekuensi rendah lebih diterima pada bagian lain dari duktus koklearis. D. Keseimbangan Nervus vestibularis yang tersebar hingga kanalis semisirkularis, mengantarkan impulsimpuls menuju ke otak. Impuls-impuls itu dibangkitkan dalam kanal-kanal tadi, karena adanya perubahan kedudukan cairan dalam kanal atau saluran-saluran itu. Hal ini mempunyai hubungan erat dengan kesadaran kedudukan kepala terhadap badan. Apabila seseorang didorong ke arah satu sisi, maka kepala orang itu cenderung untuk miring kea rah lain (berlawanan dengan arah badan yang didorong) guna mempertahankan keseimbangan, berat badan diatur, posisi berdiri dipertahankan dan jatuhnya badan dapat dihindarkan. Perubahan kedudukan cairan dalam saluran semisirkuler inilah yang merangsang impuls, yang segera dijawab badan berupa gerak refleks, guna memindahkan berat badan serta mempertahankan keseimbangan.

15

BAB III PENUTUP

A. Simpulan Telinga adalah organ pendengaran yang memiliki tiga bagian: telinga luar (bagian yang kita lihat di sepanjang sisi kepala kita di belakang pelipis), telinga tengah, dan telinga bagian dalam. Mendengar melibatkan semua bagian telinga serta korteks pendengaran di otak. Telinga luar membantu mengkonsentrasikan getaran udara pada gendang telinga dan membuatnya bergetar. Getaran ini diteruskan oleh serangkaian tulang kecil di telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di sana mereka merangsang serat-serat saraf pendengaran untuk mengirimkan impuls ke otak. Kedudukan cairan dalam kanal atau saluran-saluran telinga mempunyai hubungan erat dengan kesadaran kedudukan kepala terhadap badan.

16

DAFTAR PUSTAKA

Syaiffuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia.

17

También podría gustarte