Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
1. Latar belakang
Menurut hipocrates epilepsy diidentifikasi sebagai masalah yang ada kaitannya dengan otak epilepsy dapat menyerang segala kelompok usia.juga segala jenis bangsa dan keturunan di seluruh dunia,pada kebanyakan kasus mungkin terdapat interaksi antara predisposisi pembawaan dan factor-factor lingkuangan,insiden epilepsy lebih sering di jumpai pada keturunan orang yang menderita epilpsy jika di banding dengan penduduk lain pd umumnya. Epilepsi merupakan salah satu kelainan neorologis yang terbanyak setelah stroke. Epilepsi adalah gangguan sementara system saraf akibat pelepasan listrik secara tiba-tiba dan berlebihan dari neuron serebral yang dapat mengakibatkan kejang, gangguan sensasi, dan kehilangan kesadaran. Epilepsi sering terjadi pada anak yang berusia di bawah 20 tahun, dan orang tua yang berusia 60 tahun, karena hal ini berhubungan dengan stroke, tumor otak, penyakit alzhimer atau akibat proses penuaan. Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapatkan epilepsi. Untuk itulah di dalam makalah ini akan di bahas hal-hal apa saja mengenai penyakit epilepsi, apa penyebabnya, siapa saja yang beresiko menderita epilepsi dan cara pengobatannya. Epilepsi merupakan salah satu kelainan neorologis yang terbanyak setelah stroke. Epilepsi adalah gangguan sementara system saraf akibat pelepasan listrik secara tiba-tiba dan berlebihan dari neuron serebral yang dapat mengakibatkan kejang, gangguan sensasi, dan kehilangan kesadaran. Epilepsi sering terjadi pada anak yang berusia di bawah 20 tahun, dan orang tua yang berusia 60 tahun, karena hal ini berhubungan dengan stroke, tumor otak, penyakit alzhimer atau akibat proses penuaan. Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapatkan epilepsi. Untuk itulah di dalam makalah ini akan di bahas hal-hal apa saja mengenai penyakit
Page 1
epilepsi, apa penyebabnya, siapa saja yang beresiko menderita epilepsi dan cara pengobatannya.
2. Rumusan masalah
Agar penjelasan dalam makalah ini terlihat jelas dan dapat dimengerti, maka penulis membatasi hal-hal yang akan dibahas, yaitu :
Apa pengertian epilepsy.? Apa Insidens yang terjadi pada epilepsy.? Apa Penyebab epilepsy.? Bagaimana patologi dan diagnosis.? Klasifikasi epilepsy.? Bagaimana manifestasi Klinis.? Bagaimana manajemen pengobatan epilepsy.? 3. Tujuan Untuk mengetahui apa itu epilepsy. Untuk mengetahui insidens yang terjadi pada epilepsy. Untuk mengetahui penyebab epilepsy. Untuk mengetahui patologi dan diagnosis. Untuk mengetahui klasifikasi epilepsy. Untuk mengetahui manifestasi klinis. Untuk mengetahui manajemen pengobatan pada epilepsy.
Page 2
BAB II PEMBAHASAN
disimpulkan,
Epilepsi terkadang disebut ayan atau sawan yang berarti serangan. Epilepsi merupakan gejala-kompleks dari banyak gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan yaitu modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekelompok besar sel-sel otak yang bersifat spontan, singkron, berirama dan berkala serta dikarakteristikkan oleh kejang berulang atau kehilangan kesadaran dan gangguan perilaku. Bangkitnya epilepsi terjadi apabila proses eksitasi di dalam otak lebih dominant dari pada proses inhibisi. Epilepsi yang sukar untuk mengendalikan secara medis, sebab mayoritas pasien dengan epilepsi adalah bersifat menentang, kebanyakan yang sering terserang terlebih dahulu yaitu bagian kepala. Sakit kepala sukar sekali untuk diperlakukan secara pharmakologis, walaupun obat antiepileptic sudah secara optimal diberikan sekitar 30-40% penderita biasanya melakukan operasi pembedahan untuk menghilangkan rasa sakit untuk sementara, tetapi gejala akan timbul sesekali. Epilepsi adalah suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktivitas otonom dan berbagai gangguan fisik. Epilepsy merupakan gangguan serebral kronik dengan berbagai macam etiologi yang di cirikan oleh timbulnya serangan,paroksimal yang berkala akibat
MAKALAH KMB (SISTEM PERSYARAFAN)
Page 3
lepasnya muatan listrik neuron-neuron serebral secara berlebihan,tergantung pada jenis gangguan dan daerah serebral yang secara berkala melepaskan muatan listriknya maka terdapat berbagi jenis epilepsy. Walaupun penyakit ini telah lama dikenal dalam masyarakat, terbukti dengan adanya istilah-istilah bahasa daerah untuk penyakit ini seperti sawan, ayan, sekalor, dan celengan, tapi pengertian akan penyakit ini masih kurang bahkan salah sehingga penderita digolongkan dalam penyakit gila, kutukan dan turunan sehingga penderita tidak diobati atau bahkan disembunyikan. Akibatnya banyak penderita epilepsi yang tak terdiagnosis dan mendapat pengobatan yang tidak tepat sehingga menimbulkan dampak klinik dan psikososial yang merugikan baik bagi penderita maupun keluarganya.
1.2.
Insidens
Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan bayi yang baru lahir. Angka kejadian pada pria lebih tinggi dibangdingkan wanita yaitu 1-3% penduduk akan menderita epilepsi seumur hidup. Di inggris satu orang diantara 131 orang mengidap epilepsy. Setidaknya 456000 pengidap epilepsy di inggris. Di AS, satu diantara 100% populasi penduduk terserang epilepsy dan kurang lebih 2,5 juta telah menjalani pengobatan pada lima tahun terakhir.
Menurut WHO, sekitar 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsi (2004 epilepsi.com). di indonesia penyandang epilepsi berkisar 1% dari total jumlah penduduk, atau sebanyak 2 juta jiwa.
1.3.
Page 4
1.4.
Patofisiologi
Menurut para penyelidik bahwa sebagian besar bangkitan epilepsi berasal dari sekumpulan sel neuron yang abnormal di otak, yang melepas muatan secara berlebihan dan hypersinkron. Kelompok sel neuron yang abnormal ini, yang disebut juga sebagai fokus epileptik mendasari semua jenis epilepsi, baik yang umum maupun yang fokal (parsial). Lepas muatan listrik ini kemudian dapat menyebar melalui jalur-jalur fisiologis-anatomis dan melibatkan daerah disekitarnya atau daerah yang lebih jauh letaknya di otak.
Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan epilepsi klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron diserebellum di bagian bawah batang otak dan di medulla spinalis, walaupun mereka dapat melepaskan muatan listrik berlebihan, namun posisi mereka menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi. Sampai saat ini belum terungkap dengan pasti mekanisme apa yang mencetuskan sel-sel neuron untuk melepas muatan secara sinkron dan berlebihan (mekanisme terjadinya epilepsi).
1.5.
Page 5
1.6.
Manifestasi klinis
1.7.
penderita biasanya merasa pusing, pandangan berkunang-kunang, Alat pendengaran kurang sempurna. Selain itu, keluar keringat berlebihan dan mulut keluar busa. Penderita jatuh pingsan diiringi dengan jeritan. Semua urat-urat mengejang, Lengan dan tungkai menjulur kaku, tangan menggenggam dengan eratnya, Biasanya penderita sulit bernafas, Muka merah atau kebiru-biruan
- Dilantin (Difenilhidantoin), dosis 5-10 mg/Kg BB/hari. - Mysolin (Primidion), dosis 12-25 mg /Kg BB/hari. Hingga kini belum diketahui obat yang sungguh-sungguh mujarab untuk menyembuhkan penyakit ayan. Usaha terpenting adalah menghilangkan dulu sebab-sebab yang dapat mengakibatkan serangan ayan, misalnya sisa-sisa penyakit raja singa, urat darah mengeras, penyakit-penyakit otak, racun alkohol, cacing-cacing dalam perut dan lain-lain. Untuk usaha dalam mengurangi timbul serangan ayan dan memperkecil bahaya-bahaya bagi penderita ayan adalah antara lain: 1. Hendaknya si penderita menjaga dalam kehidupan sehari-hari, badan dan fikirannya jangan terlampau berat dalam bekerja agar tidak menjadi penat. Jangan diperbolehkan si penderita minum minuman keras, kopi atau teh yang pekat dan jangan terlalu banyak makan daging. Si penderita seharusnya harus banyak memakan sayur-sayuran dan cukup istirahat serta usahakan dapat buang air besar dengan teratur. 2. Si penderita jangan di perbolehkan melakukan sesuatu perbuatan yang sekiranya dapat membahayakan dirinya seperti memanjat pohon atau tangga, meniti jembatan sempit, berdiri dipinggir sungai atau kolam ataupun api, berenang, bersepeda, berjalan sendiri di jalan besar dan berdiri di dekat mesin yang sedang berputar dan lain sebagainya. Karena itu semua, membahayakan si penderita apabila ayan sedang kambuh. 3. ika tampak tanda-tanda bahwa si penderita akan terserang ayan, maka suruhlah ia menelan 1 atau 2 sendok teh garam dan menghirup bau bawang putih yang sudah ditumbuk halus. Dan juga kaki dan tangannya bisa juga diikat dengan erat, boleh pakai kain atau tali yang besar. Dengan cara demikian, biasanya serangan ayan dapat dihindarkan. 4. Apabila si penderita sudah jatuh pingsan, hendaklah dibaringkan terlentang dan pakaiannya agak dilonggarkan, jika perlu disela-sela gigi atas dan bawah dimasuki kain bersih yang sudah dilipat atau sendok, untuk menghindari lidah tergigit dan biarkan sampai ia sadar kembali.
Page 7
5. Berikanlah salah satu nutrisi-nutrisi herbal di bawah ini untuk membantu kesembuhan si penderita ayan yang diantaranya adalah: a. Children Nutrient High Calcium Powder dosis (11) dengan Cordyceps Mycellium Capsules dosis (22) Untuk Anak-Anak. b. Nutrient High Calcium Powder dosis (11) dengan Beneficial Capsules dosis (23) dan dibantu dengan Vigor Rousing Capsules dosis (22) untuk dewasa.
Page 8
2.1.2. SIRKULASI
Gejala : Iktal : Hypertensi, peningkatan nadi, sianosis. Postiktal : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan.
2.1.4. ELIMINASI
Gejala : Inkontinensia episodik. Tanda : Iktal : peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter. Postiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia (baik urine / fekal).
2.1.6. NEUROSENSORI
Gejala : Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pingsan, pusing. Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi serebral. Adanya aura (rangsangan visual, auditorius, area halusinogenik). Postiktal : kelemahan, nyeri otot, area parestese / paralisis. Tanda : Karakteristik kejang : - Kejang umum. - Kejang parsial (kompleks). - Kejang parsial (sederhana).
2.1.8. PERNAFASAN
Gejala : Fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun / cepat; peningkatan sekresi mukus. Fase postiktal : apnea.
2.1.9. KEAMANAN
Gejala : Riwayat terjatuh / trauma, fraktur. Adanya alergi. Tanda : Trauma pada jaringan lunak / ekimosis. Penurunan kekuatan / tonus otot secara menyeluruh.
2.2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL : 1. Resiko tinggi terhadap trauma b/d perubahan kesadaran; kelemahan; kehilangan koordinasi otot besar atau kecil. 2. Bersihan jalan nafas tidak efektif / pola nafas tidak efektif b/d kerusakan neuromuskuler; obstruksi trakeobronkial. 3. Gangguan dengan persepsi harga diri / identitas diri b/d terkontrol; stigma berkenaan dengan kondisi; ditandai dengan : takut penolakan, perubahan persepsi tentang diri, kurang mengikuti / tidak berpartisipasi pada terapi 4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi dan aturan pengobatan b/d kurang pemajanan, salah interpretasi informasi, kurang menginat, ditandai dengan : kurang mengikuti aturan obat, pertanyaan, kurang kontrol aktivitas kejang.
Page 11
2.2.2. Bersihan jalan nafas tidak efektif / pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan kerusakan neuromuskuler; obstruksi trakeobronkial. RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI :
Rasional : jika memasukkannya di awal untuk membuka rahang, alat ini untuk mencegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi saat melakukan penghisapan lendir atau memberi sokongan terhadap pernafasan jika diperlukan.
2.2.3. Gangguan dengan persepsi harga diri / identitas diri b/d terkontrol;
stigma berkenaan dengan kondisi; ditandai dengan : takut penolakan, perubahan persepsi tentang diri, kurang mengikuti / tidak berpartisipasi pada terapi. RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI :
Page 13
Rasional : tidak adanya pemahaman terhadap obat-obatan yang didapat merupakan penyebab dari kejang yang terus menerus tanpa henti.
Page 15
3.2.
Saran Bahwa setelah membaca makalah ini, para pembaca dapat mengetahui dan menghindari hal-hal apa yang dapat menyebabkan epilepsi dan bagaimana cara pencegahan dan perawatan bagi penderita.
Page 16
DAFTAR PUSTAKA Behrman, Kliegman, Arvin. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Vol. 3. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Page 17