Está en la página 1de 41

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasioanal. Hal ini dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 1989:12). Sektor pertanian masih dianggap sebagai sektor pertanian yang mampu menyerap tenaga kerja sangat besar, dan merupakan mata pencaharian dominan bagi masyarakat indonesia, bahkan sektor pertanian ini mampu memberikan sumbangan yang cukup besar dalam menunjang

perekonomian bangsa indonesia, baik dalam komposisi sumbangannya terhadap product domestic bruto maupun dalam penyerapan tenaga kerja (Khairuddin, 2000 : 136). Menurut Khairuddin (2000 : 136), pembangunan pertanian sebagai sektoral dari pembangunan masyarakat desa, mau tidak mau harus merupakan titik tekan dalam pembangunan nasional, karena pada dasarnya di sektor inilah sebagian besar kehidupan masyarakat indonesia bergantung. Pembangunan pertanian memberikan sumbangan kepada pembangunan secara umum tersebut serta menjamin bahwa pembangunan menyeluruh itu akan benar-benar bersifat umum, dan mencakup penduduk yang hidup dari bertani. Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memberikan arti kepada arah yang hendak dicapai (Khairuddin, 2000 : 28). Sektor Pertanian sebagai mata pencaharian utama bagi penduduk Indonesia. Sebagian besar rumah tangga di Indonesia adalah rumah tangga pertanian yang berada di pedesaan. Rumah tangga pertanian merupakan rumah tangga petani pengguna lahan, baik lahan sawah maupun lahan kering. Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelolah lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya

hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam. Perkebunan atau plantation, tidak hanya dikenal di indonesia tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi, apabila dikelolah secara baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa negara. Pekebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan serta devisa negara dan peliharaan sumberdaya alam (Mubyarto, 1989 : 21). Lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditi perdagangan (pertanian) dalam skala besar untuk dipasarkan. Tebu di Provinsi Gorontalo dari tahun 2011 sampai dengan 2012 produksinya 32.521 ton dan 2012 mencapai 35.324 ton. Di kabupaten gorontalo terutama kecamatan tolangohula telah diupayakan peningkatan produksi tebu dan menjadi kawasan sentra produksi tebu. Dimana data produksi tebu di Kabupaten Gorontalo tahun 2011 sampai 2012 menunjukkan bahwa rata-rata produksi per/ha sebesar 185 kw/ha, dan rata-rata produksi per/ton sebesar 2.056 ton (Dinas Perkebunan Gorontalo, 2012 : 4). Namun upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi tebu bisa berjalan lancar apabila harus diimbangi dengan upaya memperbaiki teknik pembudidayaan tanaman tebu. Pada umumnya Desa Bina Jaya memiliki potensi pertanian yang cukup luas dan sangat besar serta menjadi salah satu sentra produksi tanaman perkebunan yang secara rutin diusahakan oleh petani karena tebu merupakan bahan baku pembuat gula. Perkembangan perkebunan tebu dapat dilihat dengan banyaknya lahan pertanian yang ditanami tebu hal ini dikarenakan permintaan pasaran akan tebu meningkat. Keadaan tersebut merupakan salah faktor pendorong bagi petani tebu yang ada di Desa Binajaya untuk meningkatkan produksi tebu karena merupakan salah satu unggulan sektor perkebunan karena masih menjadi sektor unggulan yang diharapkan dapat memberikan lapangan pekerjaan serta mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Akan tetapi tersedianya sarana atau faktor produksi belum berarti produktivitas yang diperoleh

petani akan tinggi, namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien. Peningkatan produksi tebu akan sangat dipengaruhi oleh skala usaha atau skala produksi. Biasanya semakin besar skala usaha atau skala produksinya cenderung akan menunjukkan tingkat penggunaan faktor-faktor produksi sehingga produksi tebu meningkat. Berdasarkan uraian diatas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor Produksi dan Skala Ekonomi Usahatani Tebu di Desa Binajaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah faktor-faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk, dan obat-obatan) berpengaruh pada total produksi usahatani tebu di Desa Binajaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. 2. Bagaimana skala ekonomi usahatani tebu di Desa Binajaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh Penggunaan faktor-faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk, dan obat-obatan) berpengaruh pada usahatani tebu di Desa Binajaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. 2. Skala ekonomi usahatani tebu di Desa Binajaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo.

D. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi petani Tebu, diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dalam menyikapi kemungkinan timbulnya permasalahan, serta dalam pengambilan keputusan dalam usahatani Tebu. 2. Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian pada bidang yang sama. 3. Bagi Instansi terkait, diharapkan dapat menjadi tambahan masukan dalam melengkapi bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pembangunan sektor pertanian khususnya pembangunan pertanian tanaman perkebunan di dareah tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Karakteristik Tebu
Tebu (Saccharum officinarum L.) tumbuhan yang digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat gula tebu atau gula pasir. Termasuk Famili Gramineae, dapat tumbuh di ketinggian antara 1 2300 m dpl dan tumbuh dengan baik pada bulan Januari hingga Juni. Asal tumbuhan tebu tidak diketahui secara pasti, namun ada beberapa pendapat mengenai asal tebu ini. Ada yang berpendapat tebu berasal dari India kemudian meluas ke seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan tebu berasal dari Irian Barat di sekitar Merauke, hal ini diduga karena masih terdapat banyak tebu liar di dalam hutan daerah tersebut (Muljana, 2006 : 2). Tebu dibiak dari keratan yang sehat berumur 7-9 bulan. Batang pohon tebu ini berdiri lurus, batang terdiri dari beruas-ruas, setiap ruas dengan ruas dibatsi dengan buku-buku. Pada umumnya besar batang pohon tebu antara 3-4 cm bila diukur garis tengahnya, sedangkan tingginya bisa mencapai 2 sampai 5 meter. Mata tunas yang ada dibawah tanah akan tumbuh keluar dan berbentuk rumput. Akar pohon ini tidak panjang dan termasuk tumbuh-tumbuhan berakar serabut. Daunnya panjang tak bertangkai, namun berpelepah seperti daun jagung. Helai daun berbentuk lurus dan mengecil kemudian meruncing daun ini agak keras dan berbulu agak kasar tepinya seperti rata namun sebenarnya sangat halus. Pohon tebu ini juga bisa berbunga, bentuk bunganya seperti kerucut dengan panjang 50 80 cm ( Muljana, 2006 : 9).

B. Usahatani Tebu
Ditinjau dari sudut ekonomi produksi, usahatani merupakan suatu perusahaan karena kegiatannya bersifat ekonomis. Usahatani merupakan suatu organisasi produksi yang bersifat reproduksi biologis dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang diperoleh secara komersial dengan tujuan untuk memperoleh keluaran yang memberikan keuntungan maksimum.

Ilmu usahatani didefinisikan secara berbeda oleh beberapa orang. Mubyarto (1989 : 66 ), mengatakan bahwa usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak. Mosher (1968 : 57), mendefinisikan usahatani sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap, atau manajer yang digaji. Sedangkan menurut Firdaus (2008 :7), usahatani adalah organisasi dari alam (lahan, tenaga kerja, dan modal yang ditujukkan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaanya berdiri sendiri dengan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolaannya. Istilah usahatani telah mencakup pengertian yang luas, dari bentuk yang paling sederhana sampai yang paling modern. C. Teori Produksi Hasil akhir dari suatu produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi yang antara lain di sebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dapat dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang baik dilaksanakan dengan baik dan begitu pula sebaliknya, kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 1994 : 12). Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, harus ada barang dan jasa. Barang dan jasa sebagai alat pemuas kebutuhan harus dibuat. Barang dan

jasa ini akan beredar dan tersedia dalam masyarakat. Membuat barang dan jasa pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih berguna dan berharga. Setiap upaya yang meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih bernilai dan berharga disebut kegiatan produksi (Chourmain, 1997:44). Menurut Winardi (1982 : 30), produksi yang sebenarnya tidak lain daripada tindakan menciptakan nilai guna suatu benda sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi meliputi perubahan dalam sifat atau bentuk. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi bagi kebanyakan orang.

1. Fungsi Produksi
Dalam fungsi produksi faktor produksi disebut juga korbanan produksi (input) yaitu unsur-unsur produksi yang secara spesifik telah dipergunakan untuk menjadikan barang-barang baru. Barang-barang baru yang diperoleh dari proses produksi atau hasil proses produksi disebut dengan produk atau output. Fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (Soekartawi, 1994 :15). Menurut Soekartawi (1994 : 15), adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut disebabkan karena berapa hal, antar lain: a. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti. b. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antar variabel yang dijelaskan (dependent variabel), Y, dan variabel yang

menjelaskan (independent variabel), X, serta sekaligus mengetahui hubungan antara variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Y = f (X1, X2, X3,.....Xn). Dengan fungsi produksi seperti ini, maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1, X2...Xn dan X lainnya juga dapat diketahui. 2. Fungsi Produksi Cobb-Douglas Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut variabel dependent, yang dijelaskan, (Y), dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan, (X) (Soekartawi, 1994 : 159). Dalam fungsi produksi, maka fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi produksi yang ingin memperlihatkan pengaruh input yang digunakan dengan output yang diinginkan. Dalam dunia ekonomi, pendekatan Cobb-Douglas merupakan bentuk fungsional dari fungsi produksi secara luas digunakan untuk mewakili hubungan output untuk input. Menurut Soekartawi (1994 : 173), secara sistematik fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan Y sama dengan a X1b1X2b2...........Xibi.........Xnbn eu, dimana Y sama dengan produksi, X sama dengan intersep, a,b sama dengan koefisien regresi penduga variabel ke-I, sama dengan bilangan natural ( = 2,7182), u sama dengan kesalahan. Pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b1, dan b2 adalah tetap walaupun variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini dapat dimengerti karena b1, dan b2 pada fungsi Cobb-Douglass adalah sekaligus

menunjukkan elastisitas X terhadap Y, dan jumlah elastisitas adalah merupakan return to scale. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penggunaan penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglass dalam penyelesaiannya selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk menjadi fungsi produksi linier. Penggunaan fungsi produksi CobbDouglas diatas didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: a. Penggunaan fungsi Cobb-Douglas adalah dalam keadaan Law Diminishing of return untuk masing-masing input sehingga informasi yang diperoleh dapat

digunakan untuk melakukan upaya agar setiap penambahan input dapat menghasilkan tambahan output yang lebih besar. b. Parameter penduga ( bi ) dapat langsung menunjukkan elastisitas produksi dari produksi yang bersangkutan ( Xi ) c. Jumlah elastisitas dari masing-masing factor produksi yang diduga merupakan pendugaan skala usaha ( return to scale ). Bila jumlah bi < 1, maka proses produksi berada pada skala yang menurun. Bila jumlah bi = 1, maka proses produksi terjadi pada skala yang konstan. Dan bila bi > 1, maka proses produksi terjadi pada skala yang menaik. d. Perhitungan fungsi produksi Cobb-Douglas sederhana karena dapat ditransfer dengan mudah kedalam bentuk linier. e. Bentuk fungsi Cobb-Douglas dapat mengurangi kemungkinan terjadinya masalah heteroskeditas. f. Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi produksi yang sering digunakan dalam penelitian optimalisasi produk usahatani. Beberapa hal yang menjadi alasan fungsi produksi Cobb-Douglass lebih banyak dipakai para peneliti adalah (Soekartawi, 1994 : 173) yaitu : a. Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglass relatif lebih mudah

dibandingkan dengan fungsi yang lain. b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglass akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas. c. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to scale.
3. Return To Scale

Return to Scale (RTS) atau keadaan skala usaha perlu diketahui untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatu usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah increasing, constant atau decreasing returns to scale. Terdapat tiga kemungkinan dalam nilai Return to Scale, yaitu: (Soekartawi, 1994 : 167).

a.

Decreasing return to scale, bila (b1 + b2) < 1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi melebihi penambahan produksi.

b.

Constant return to scale, bila (b1 + b2) = 1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

c.

Increasing return to scale, bila (b1 + b2) > 1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan yang proporsinya lebih besar. Tiga bentuk kenaikan hasil produksi ini digunakan untuk mengukur skala

ekonomi usahatani tebu apakah meningkat, tetap atau menurun.

D. Faktor-Faktor Produksi Usahatani Tebu


Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi (Soekartawi, 1999 : 47). Dalam praktek faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: a. Faktor biologi seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit, varitas, pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya. b. Faktor sosial ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan tingkat pendapatan, tersedianya kredit dan sebagainya. Menurut Chourmain (1997 : 51) faktor-faktor produksi adalah tiap unsur sumber daya ekonomi dengan mana manusia dapat melakukan kegiatan budidaya ekonomi. Dengan budidaya ekonomi itu manusia dapat menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian akan menentukan sampai kapan atau sampai dimana suatu perusahaan dapat menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa. Dalam pertanian, untuk menghasilkan keluaran atau output yang maksimal diperlukan kemampuan yang maksimal petani dalam mengkombinasikan faktor-fakor produksi yang

10

dimiliki agar output atau produksi yang dihasilkan maksimal. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses kegiatan pertanian adalah sebagai berikut :
1. Lahan Pertanian

Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1989 : 89). Tanah mempunyai sifat istimewa antara lain bukan merupakan barang produksi, tidak dapat diperbanyak, dan tidak dapat dipindah-pindah. Oleh karena itu, tanah dalam usahatani mempunyai nilai terbesar. Penggunaan tanah baik secara permanen ataupun siklus terhadap suatu kumpulan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang secara keseluruhannya disebut lahan dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya. Berarti dengan melihat pola penggunaan tanahnya, maka dapat mengetahui aktivitas ekonomi yang menonjol diwilayah tersebut dan budaya masyarakatnya. Dalam usahatani tebu umumnya di tanam di tanah tegalan atau tanah kasuran yang membentuk bantalan serta memiliki got/tanah galian yang dimaksudkan agar petani dengan mudah mengontrol pertumbuhan tanaman tebu. Luas lahan yang dimaksud adalah luas lahan yang dimiliki/atau yang ditanami tebu pada lahan perkebunan ( Muljana, 2006 : 3). 2. Tenaga Kerja Menurut Daniel (2004 : 86), dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia, yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan (Soekartawi, 1990 : 7).

11

Skala usaha mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan menentukan pula kerja yang bagaimana diperlukan. Biasanya usaha pertanian skala kecil akan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga yang tidak memerlukan tenaga ahli. Sebaliknya pada usaha pertanian skala besar, lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dengan cara sewa dan sering dijumpai diperlukannya tenaga kerja yang ahli, misalnya tenaga kerja pria, wanita, anak-anak, dan ternak. Perbedaan tentang hal ini karena setiap jenis tahapan pekerjaan dalam suatu usaha pertanian berbeda dan juga faktor kebiasaan menentukan. Misalnya pekerjaan mengelolah tanah yang memerlukan tenaga kerja yang keras kebanyakan dilakukan oleh pria atau ternak. Sebaliknya pekerjaan menanam atau membersihkan rumput-rumput masih banyak dilakukan oleh kaum wanita (Soekartawi, 1999 : 9). Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah : a. Tersedianya tenaga kerja, setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang memadai. b. Kualitas tenaga kerja, dalam proses produksi selalu diperlukan tenaga kerja spesialis ini diperlukan yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu. c. Jenis kelamin mempengaruhi kualitas tenaga kerja, apalagi dalam proses produksi pertanian. d. 3. Tenaga kerja musiman sebagian besar berasal dari keluarga petani sendiri. Modal Dalam pengembangan pertanian, ketersediaan modal dalam modal cukup dan tepat waktu merupakan unsur penting dan strategis. Modal dalam bentuk uang tunai sangat diperlukan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi lebih daripada itu untuk membeli sarana produksi pertanian. Misalnya, bibit, pupuk, obat-obatan dan lain-lain yang memungkinkan petani melakukan proses produksi, yang selanjutnya untuk mendapatkan uang dari hasil penjualan produk usahataninya. Dengan demikian modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses

12

produksi tersebut. Sebaliknya modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses produksi tersebut (Hanafie, 2010 : 98). a. Bibit Bibit yang bermutu tinggi yang biasanya berasal dari varietas unggul yang merupakan salah satu faktor penentu untuk memperoleh kepastian hasil usahatani tebu. Tidak heran saat ini ada bibit-bibit unggul selalu muncul dengan berbagai kualitas yang berbeda-beda. Jenis tebu yang akan ditanam merupakan bibit stek (potongan tebu) yang benar-benar diseleksi diluar kebun (di tempat yang telah disediakan). Penyeleksiannya meliputi apakah bibit itu baik dan apakah bibit itu berpenyakit atau tidak, dan sebagainya. Jadi bibit yang akan ditanam di kebun harus dalam keadaan baik. Penyortiran bibit ini sangat penting untuk menghindar bibit tebu mati. Syarat benih tebu yang baik adalah: 1) jenis tebu hasil produksinya tinggi. 2) tidak cacat. 3) bebas dari hama dan penyakit (Sutardjo, 1994 : 12). b. Pupuk Pada dasarnya pupuk sangatlah bermanfaat dalam mempertahankan kandungan unsur hara yang ada didalam tanah serta memperbaiki atau menyediakan kandungan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia ditanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur. Pemberian pupuk organik, terutama dapat memperbaiki struktur tanah dengan menyediakan ruang pada tanah untuk udara dan air. Manfaat lain dari pupuk yaitu memperbaiki kemasaman tanah. Tanah yang masam dapat ditingkatkan pHnya menjadi pH optimum dengan pemberian kapur dan pupuk organik. Menurut Sutardjo (1994 : 10), Pupuk yang digunakan untuk pertumbuhan tebu yaitu pupuk ZA/Urea dan pupuk phonska agar memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tebu dan untuk kesuburan tanah.

13

c. Obat/Pestisida

Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya. Di satu sisi pestisida dapat menguntungkan usaha tani namun di sisi lain pestisida dapat merugikan petani. Pestisida dapat menjadi kerugian bagi petani jika terjadi kesalahan pemakaian baik dari cara maupun komposisi. Kerugian tersebut antara lain pencemaran lingkungan, rusaknya komoditas pertanian, keracunan yang dapat berakibat kematian pada manusia dan hewan peliharaan. 4. Manajemen Menurut Soekartawi (1994 : 12), dalam usahatani modern, peranan manajemen menjadi sangad penting dan strategis. Manajemen dapat diartikan sebagai seni dalam merencanakan, mengorganisasi dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Karena proses produksi ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai tingkatan, maka manajemen berarti pula bagaimana mengelola orang-orang tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan pross produksi.Kesulitan dalam pengukuran variabel manajemen dalam analisa ekonomi pertanianakan terlihat kalau terjadi multikolilearitas antara variabel manajemen ini dengan variabel independen yang lain. Namun demikian pwrlu diakui bahwa semakin baik pengelolaan suatu usaha pertanian maka akan semakin tinggi produksi yang diperoleh. Manajemen terdiri dari merencanakan, mengorganisir, dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Karena proses produksi ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai tingkatan, maka manajen berarti pula bagaimana mengelola orang-orang tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan ptrose produksi. Faktor manajemen dipengaruhi oleh : 1) tingkat pendidikan, 2) pengalam berusahatani, 3) skala usaha, 4) besar kecilnya kredit, dan 5) macam komoditas (Soekartawi, 1994 : 12). Pengawasan pada suatu usahatani meliputi pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian, dengan

14

pengawasan yang baik terhadap penggunaan faktor produksi dapat menentukan efisien tidaknya suatu usahtani (Soekartawi, 1999 : 11).

5. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu memberikan pengamatan yang berbedabeda pada pola pengambilan data, metode analisis dan hasil yang dicapai. Berikut adalah penelitian terdahlu yang meneliti mengenai pendapatan pada sektor agribisnis: Yolanda Pido (2012), yang berjudul Pengaruh Penggunaan Input Terhadap Produksi Usahatani Jagung Di Desa Pulubala, Kecamatan Pulubala, Kabupaten Gorontalo, menggunakan metode analisis data yang dilakukan menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Penggunaan input atau factor-faktor produksi (luas lahan, tenaga kerja, benih, dan pupuk phonska) berpengaruh terhadap total produksi jagung di desa Pulubala, Kecamatan Pulubala, Kabupaten Gorontalo. Selanjutnya skala ekonomi usahatani jagung di desa pulubala berada pada keadaan Increasing Return To Scale yang artinya penambahan faktor produksi melebihi proporsi peubah produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar dalam hal tambahan produk sebesar 2,394 kilogram jagung. Tutik Widarwati (2008), yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Gula di PG Pagottan, menggunakan metode analisis data fungsi produksi Cobb Douglass yang diolah dengan pendugaan OLS (Ordinary Leas Square) kemudian dilanjutkan dengan analisis terhadap efisiensi kegiatan produksi gula, dengan asumsi terdapat kendala biaya. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi gula di PG Pagottan, yaitu jumlah tebu, rendemen, jam mesin, tenaga kerja tetap, tenaga kerja musiman, bahan pembantu, dan lama giling. Dari hasil analisis regresi dengan memenuhi asumsi OLS (uji normalitas, homoskedastisitas, non autokorelasi, tidak terdapat gejala multikolinearitas) dan uji statistik , maka diperoleh faktor-faktor yang secara nyata berpengaruh terhadap produksi gula di PG Pagottan. Faktor-faktor produksi tersebut, yaitu jumlah tebu, rendemen, jam mesin, dan tenaga kerja pada selang kepercayaan 95 persen . Nilai

15

koefisien regresi dari faktor-faktor produksi tersebut masing-masing sebesar 0,066, 1,01, 1,03, dan -0,239. Nilai elastisitas yang negatif menunjukkan bahwa jika terdapat peningkatan satu persen tenaga kerja maka akan mengurangi produksi gula sebesar 0,239 persen. Sawa Suryana (2007), yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Di Kabupaten Blora, menggunakan metode model regresi umum yang menggunakan lebih dari dua variabel independen dengan model persamaan linier. Secara keseluruhan model produksi jagung yang diestimasikan memberikan hasil yang positip karena semua variabel independen yang diamati terlihat bahwa variabel Luas lahan (X1), Varietas Bibit (X2), Jarak dan jumlah tanaman (X3), Biaya tenaga kerja (X4) dan variabel Biaya pembelian pupuk berpengaruh terhadap hasil Produksi Jagung Hibrida (Y). Berdasarkan analisis nampak bahwa F hitung sebesar = 32,197 adalah signifikan, karena p > .05. Dengan demikian, Ho1 yang menyatakan bahwa : Tidak ada pengaruh luas lahan, varietas bibit, jarak dan jumlah tanaman, biaya tenaga kerja, dan biaya pembelian pupuk terhadap hasil produksi jagung hibrida, ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa: Ada pengaruh luas lahan, varietas bibit, jarak dan jumlah tanaman, biaya tenaga kerja, dan biaya pembelian pupuk terhadap hasil produksi jagung hibrida di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora , diterima. Dipo Notarianto (2011), yang berjudul Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Organik Dan Padi Anorganik Di Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sregon, menggunakan metode model fungsi produksi frontier. bahwa variabel luas lahan, bibit, dan pupuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi padi organik, sedangkan tenaga kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan. Unsur kandungan pada tanah adalah faktor utama pada usahatani padi organik. Untuk usahatani padi anorganik, variabel luas lahan dan pupuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi padi anorganik, variabel pestisida berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan bibit dan tenaga kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan. Nilai efisiensi teknis dalam penelitian padi organik ini sebesar 0,963 maka dapat

16

dikatakan bahwa usahatani padi organik di daerah penelitian tidak efisien secara teknis. Untuk usahatani padi anorganik, nilai efisiensi teknis sebesar 0,814 maka dapat dikatan bahwa usahatani padi anorganik di daerah penelitian juga tidak efisien secara teknis. Nina Puranama Sari (2008), dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usahatani Jamur Tiram Putih (Studi Kasus Kelompok Tani Kaliwung Kalimuncar Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor), menggunakan analisis data yakni Fungsi Produksi Cobb Douglass. Pada model dugaan dari fungsi produksi Cobb-Douglas diperoleh hasil bahwa faktorfaktor produksi serbuk kayu (X3), bekatul (X4), kapur (X5), plastik (X7), dan cincin paralon (X9) berpengaruh nyata terhadap produksi jamur tiram putih. Serbuk kayu (X3), kapur (X5), dan plastik (X7) berpengaruh nyata pada taraf lima persen. Bekatul (X4) berpengaruh nyata pada taraf nyata sepuluh persen, sedangkan cincin paralon (X9) berpengaruh nyata pada taraf nyata satu persen. Bibit (X1) dan kapas (X6) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jamur tiram putih. Berdasarkan hasil olah data dari fungsi produksi Cobb Douglas tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 98,4 persen. Hal ini

menunjukkanbahwa 98,4 persen dari variasi produksi dijelaskan oleh model fungsi produsksi, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain dari model, seperti kelembaban,suhu, cahaya, ruang sterilisasi, dan sebagainya. 6.

Kerangka Pikir
Usahatani secara umum adalah kegiatan untuk memproduksi di

lingkungan pertanian untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Untuk dapat mendapat keuntungan tersebut banyak faktor yang mepengaruhinya seperti kesuburan tanah, varietas bibit, tersedianya pupuk, tenaga kerja serta teknologi yang digunakan. Oleh karena itu dapat upaya peningkatan pendapatan petani itu harus memperhitungkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya. Mengacu pada teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat disusun suatu model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

17

USAHATANI TEBU

FAKTOR PRODUKSI 1. Luas Lahan 2. Bibit - Varietas Tolangohula 3. Pupuk - Urea - Phonska 4. Obat/Pestisida - Gramason Pengaruh Fungsi Produksi Cobb Douglas Produksi Tebu Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis Faktor-Faktor Produksi dan Skala Ekonomi Usahatani Tebu

Skala Ekonomi Usahatani Ekonomi Tebu

Dari Gambar 1 dapat dijelaskan usahatani tebu merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petani dalam mengusahakan tanaman tebu, karena tebu

merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi bahan dasar pembuat gula. Dalam pengelolaan usahatani terdapat faktor produksi yang memiliki peranan yang sangat penting, dengan adanya kombinasi dari masukan faktorfaktor produksi dapat mempengaruhi produksi suatu usahatani, faktor produksi yang dimaksud adalah luas lahan, bibit, pupuk urea/phonska, dan obat diazinon, masukan faktor produksi ini diharapkan dapat menghasilkan peningkatan produksi usahatani tersebut. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah Analisis
Fungsi Produksi Cobb-Douglas yakni untuk mengetahui faktor produksi apa saja yang berpengaruh nyata terhadap produksi, kemudian dilakukan analisis Return To Scale untuk mengetahui skala ekonomi usahatani tebu yang sudah dijalankan di daerah penelitian.

18

7.

Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka,

penelitian terdahulu dan kerangka teoritis, maka dirumuskan hipotesis : 1. Luas lahan, bibit, pupuk urea, phonska, dan obat-obatan, secara bersamasama berpengaruh terhadap produksi usahatani tebu. 2. Skala ekonomi usahatani tebu berada pada increasing return to scale.

19

BAB III METODE PENELITIAN


A. Lokasi dan Waktu Peneletian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Binajaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo yang dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra penanaman tebu. Untuk penelitian di lapangan dilaksanakan selama dua bulan dari bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2013. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey. Penelitian survey adalah suatu pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan atau wawancara dengan tujuan untuk mengetahui suatu informasi dari responden. C. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang langsung dari petani responden melalui hasil observasi, wawancara. Data sekunder meliputi data-data penunjang dari data primer, yang didapatkan melalui studi kepustakaan dari berbagai sumber, baik publikasi yang bersifat resmi seperti, buku-buku, hasil penelitian maupun publikasi terbatas arsip-arsip data lembaga/instansi yang terkait dari Dinas Pertanian baik Propinsi Gorontalo maupun Dinas Pertanian daerah setempat. D. Teknik Pengambilan Sampel Yang dimaksud dengan populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Sampel sendiri memiliki arti sebagai unit yang akan diteliti atau dianalisa. Populasi petani tebu yakni 44 orang. Dalam penelitian ini akan menggunakan sampel. Untuk menentukan ukuran sampel dari populasi dapat mengunakan dengan rumus :

20

N n= N (d)2+1

Dimana : n N e

= ukuran sampel = ukuran populasi = nilai presisi 95% atau sig = 0,05

Berdasarkan rumus diatas maka sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

n=

44 44 x (0.05)2 + 1

44 44 x 0,0025 + 1

44 0,11 + 1

= 39,6 = 40

Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (SAS). Cara ini dilakukan karena populasinya homogen, dimana seluruh petani yang menjadi populasi adalah petani tebu, sehingga semua petani mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara secara langsung dengan responden yaitu para petani tebu yang terpilih sebagai sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam bentuk kuisioner/angket.

21

F. Teknik Analisis Data Data primer dikumpulkan melalui kuisioner yang telah dibuat terlebih dahulu dan memuat seluruh pertanyaan yang dibutuhkan berdasarkan data yang diinginkan. Data yang dikumpulkan diolah sesuai dengan alat analisa yang digunakan yaitu :

1. Fungsi Produksi Cobb-Douglas


Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen (Y) dan variabel lain yang menjelaskan disebut independent (X) (Soekartawi , 1994 : 159). Secara sistematik fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut: Y = a.X1b1.X2b2.X3b3.X4b4.X5b5.eu Keterangan : Y X1 X2 X3 X4 X5 a b1-b5 e = Produksi = Luas Lahan = Bibit = Pupuk Urea = Pupuk Phonska = Obat Gramason = Intersep = Koefisien regresi penduga variabel ke-i = Logaritma Natural

Selanjutnya untuk mengetahui Return To Scale atau keadaan skala ekonomi usaha digunakan kriteria penilaian sebagai berikut : a. Decreasing return to scale, bila (b1 + b2) < 1. Dalam keadaan demikian, bahwa proporsi penambahan faktor produksi melebihi penambahan produksi. Artinya Skala ekonomi usahatani tebu menurun. b. Constant return to scale, bila (b1 + b2) = 1. Dalam keadaan demikian, bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh. Artinya Skala ekonomi usahatani tebu tetap. c. Increasing return to scale, bila (b1 + b2) > 1. Dalam keadaan demikian, bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan

22

yang proporsinya lebih besar. Artinya Skala ekonomi usahatani tebu meningkat. G. Definisi Operasional Untuk memudahkan pengambilan data, diwujudkan dalam konsep operasional sebagai berikut : 1. Usahatani tebu merupakan kegiatan petani dalam mengusahakan tanaman tebu dengan memanfaatkan faktor produksi dan sarana produksi. 2. Petani tebu adalah petani yang menanam tebu untuk memenuhi kebutuhan pasar. 3. Faktor produksi dan sarana produksi usahatani tebu merupakan input yang digunakan untuk memproduksi tebu berupa luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk phonska dan pestisida. 4. Luas Lahan adalah luas lahan yang diusahakan untuk menanam tanaman tebu. Luas lahan dinyatakan dengan satuan hektar. 5. Bibit adalah bibit yang digunakan dalam usahatani tebu yang dinyatakan dalam satuan kilogram, selama satu kali musim tanam. 6. Pupuk ZA dan pupuk Phonska adalah bahan anorganik yang diberikan pada tanaman tebu untuk menambah unsur hara yang digunakan selama berusahatani dalam satu musim tanam dalam satuan kilogram. 7. Obat/pestisida, yaitu merupakan zat kimia dan bahan lain yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman selama satu kali musim tanam dalam satuan liter. 8. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah fungsi produksi yang digunakan untuk melihat pengaruh inputyang digunakan dengan output yang diinginkan. 9. Return To Scale atau keadaan skala usaha digunakan untuk melihat bentuk kenaikan hasil produksi tebu apakah meningkat, tetap atau menurun. 10. Produksi tebu adalah hasil panen yang diperoleh petani selama satu kali musim tanam yang dinyatakan dalam bentuk ton.

23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Keadaan Umum Wilayah
1. Letak dan Keaadan Geografis Desa Bina Jaya merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Desa ini terdiri dari enam dusun yaitu dusun I Binakarya, Dusun II Satria, Dusun III Pilomuta, Dusun IV Tanala, Dusun V Mekarjaya, dan Dusun VI Tonala Selatan. Daerah ini dipilih sebagai penelitian karena sebagian petani mengusahakan tanaman perkebunan yaitu tanaman tebu. Desa Bina Jaya terletak di Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo dengan luas wilayah 362 ha. Desa Bina Jaya terletak 7 km dari ibukota kecamatan. Jarak desa ke ibukota kabupaten adalah 163 km dengan waktu tempuh lebih kurang tiga jam. Sarana transportasi untuk mencapai Desa Bina Jaya belum begitu baik, baik dari fasilitas jalannya maupun kendaraan yang dapat digunakan untuk sampai di desa tersebut. Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo berbatasan dengan, 2. Utara Timur Selatan Barat : Kecamatan Sumalata : Kecamatan Mootilango : Molohu dan Suka Makmur Utara : Tamaila

Pola Penggunaan Lahan Lahan merupakan komponen dari lingkungan sebagai tempat

melaksanakan aktivitas usahatani. Lahan yang ada di Desa Bina Jaya di gunakan untuk berbagai jenis penggunaan lahan ad beberapa sektor yang memiliki potensi untuk di kembangkan. Tanaman perkebunan yang sering dikembangkan di Desa Bina Jaya salah satunya tanaman tebu. Adapun pola penggunaan lahan di Desa Bina Jaya dapat dilihat pada Tabel 1.

24

Tabel 1.

Pola Penggunaan Lahan di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Luas (Ha) 89 107 196 Persentase (%) 45,4 54,6 100

No Penggunaan Lahan 1 Lahan Perkebunan 2 Lahan Pertanian Jumlah


Sumber : Kantor Desa Bina Jaya, 2013

Berdasarkan Tabel 1, diketahui luas lahan di Desa Bina Jaya mencapai 196ha, dimana lahan tersebut paling banyak digunakan untuk lahan pertanian yaitu mencapai 107 ha atau 54,6 % dari 196 ha. Sedangkan Lahan Perkebunan yaitu 89 ha atau 54,6 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa pola penggunaan lahan di Desa Bina Jaya sebagian besar digunakan untuk bidang pertanian.

2. Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan salah satu modal bagi suksesnya kegiatan pembangunan. Peranan yang dilakukan oleh penduduk akan dapat menentukan perkembangan wilayah pada suatu daerah, baik yang bersifat regional maupun bersifat nasional . Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo mempunyai jumlah penduduk 1758 orang yang terbagi atas laki-laki 926 jiwa dan perempuan 832 jiwa. Keadaan penduduk di Desa Bina Jaya berdasarkan tingkat pendidikan dan lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Jumlah (Orang) 718 72 31 5 826 Persentase (%) 86,92 8,72 3,75 0,61 100

No 1 2 3 4

Tingkat Pendidikan Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Sarjana Srata Satu (S1) Jumlah

Sumber : Kantor Desa Bina Jaya, 2013

Kesadaran penduduk tentang pentingnya pendidikan ternyata masih kurang, hal ini dapat dilihat dari Tabel 2. Dari tabel tersebut diketahui, bahwa

25

tingkat pendidikan penduduk di Desa Bina Jaya yang tamat Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah terbanyak yaitu mencapai 718 orang atau 86,92 % , 72 orang tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan persentase 8,72 %, 31 orang tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan persentase 3,75 %, dan Sarjana merupakan tingkat pendidikan yang paling sedikit hanya dengan persentase 0,61 %. Tabel 3. Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Jumlah (Orang) 6 2 408
5

berjumlah 5 orang

No 1 2 3 4 5 6 7

Jenis Lapangan Usaha PNS TNI Swasta Pedagang Petani Nelayan Tukang Jumlah

Persentase (%) 1,43 0,48 96,9


1,19

421

100

Sumber : Kantor Desa Bina Jaya, 2013

Mata pencaharian merupakan sumber penghasilan dari setiap individu dalam meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidupnya. Mata pencaharian yang ada di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo di perinci berdasarkan lapangan usaha. Berdasarkan Tabel 3, Untuk petani 408 orang dengan jumlah persentase 96,9 % merupakan lapangan usaha yang paling banyak sebagai profesi penduduk yang ada di Desa Bina Jaya, sedangkan untuk lapangan usaha yang PNS berjumlah 6 orang dengan persentase 1,45 %, sedangkan TNI dan Swasta tidak ada, kemudian penduduk yang berprofesi sebagai pedagang 2 orang dengan persentase 0,48 %., untuk nelayan tidak ada, dan tukang 5 orang dengan persentase 1,19 %.

3. Keadaan Pertanian
Sebagian besar petani yang ada di Desa Bina Jaya memanfaatkan lahan pertanian dan perkebunan dengan menanam beberapa komoditas. Dan salah satunya komoditas perkebunan. tanaman perkebunan yang sering diusahakan 26

adalah tebu, karena tanaman ini mempunyai potensi produksi yang besar yang dapat meningkatkan taraf hidup petani. Produksi tanaman tebu mencapai 120 ton/Ha.

B. Identitas Petani Sampel


Identitas petani sampel meliputi umur, pendidikan, pengalaman usahatani dan jumlah tanggungan keluarga. Identitas petani sampel dapat dilihat pada Tabel 4 berikut : Tabel 4. Kisaran dan Rata-rata Umur, Pendidikan, Pengalaman Berusahatani dan Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo, 2013. Satuan Tahun Tahun Tahun Orang Kisaran 24-60 6 0-15 (SD-PT) 0-10 Rata-rata 39.57 6.45 6.85 3.35

No Uraian 1 Umur 2 Pendidikan 3 Pengalaman Berusahatani 4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Sumber : Data Diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa umur petani sampel rata-rata 39,57 tahun, ini menunjukkan petani yang ada di Desa Bina Jaya rata-rata telah produktif dalam meningkatkan usahataninya. Tingkat pendidikan petani sampel di Desa Bina Jaya hanya sampai pada tingkat pendidikan SD dengan nilai rata-rata 6,45 tahun dengan kisaran lembaga pendidikan yang diikuti dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pengalaman usahatani secara umum rata-rata 6,85 tahun, sedangkan jumlah tanggungan keluarga rata-rata 3,35 orang. 1. Umur Petani Umur petani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan petani dalam mengelola usahatani tebu. Selain itu juga ditinjau dari segi fisik, umur merupakan salah satu faktor penentu dalam meningkatkan produktivitas. Kisaran umur petani sampel dapat dilihat pada Tabel 5.

27

Tabel 5. Umur Petani Responden Pada Usahatani Tebu di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo, 2013. No 1 2 3 Interval Umur (Tahun) 0-15 16-60 >60 Jumlah Jumlah (Orang) 40 40 Persentase (%) 100 100

Sumber : Data Diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa pada umur 0 15 tahun, pada umur ini petani belum produktif dan masih dalam kisaran umur wajib sekolah, karena pada umur ini kemampuan fisik petani belum maksimal. Petani yang berumur 16 60 tahun berjumlah 40 orang dengan persentase sebesar 100 %, pada umur ini petani telah produktif kerena pada umur ini kemampuan fisik petani sangat besar, sehingga sangat menunjang dalam meningkatkan produktivitas usahataninya. Dan petani yang berumur lebih dari 60 tahun tidak ada, pada umur ini petani termasuk tidak produktif untuk melakukan usahatani. Jadi dapat disimpulkan bahwa petani yang tergolong pada usia 16 50 tahun aktif dalam pertanian.

2. Pendidikan Petani
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikaan formal yang perna di tempuh oleh petani sampel mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi petani karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup petani. Pendidikan formal petani responden minimum adalah pernah bersekolah di sekolah dasar. Secara lengkap tingkat pendidikan formal petani responden dapat dilihat pada Gambar 2.

28

2.50% 5% 7.50% Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA 85%

Gambar 2.

Pendidikan Petani Responden Usahatani Tebu di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo, 2013

Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa tingkat pendidikan petani sampel rata-rata umumnya tamat SD mencapai 85 % atau sebanyak 34 orang. Sedangkan petani tamat SMA dengan persentase 7,5 % berjumlah 3 orang, tamat SMP dengan persentase 5 % berjumlah 2 orang, sedangkan petani sampel yang tidak tamat SD 1 orang dengan persentase 2,5 %. Tingkat pendidikan ini merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usahatani selain didukung oleh pengalaman dalam berusahatani.

3. Jumlah Tanggungan Keluarga


Tanggungan keluarga adalah banyaknya keluarga yang sampai saat ini masi menjadi tanggungan responden dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Setiap petani bekerja pada umumnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Besar kecilnya kebutuhan hidup dari seorang petani dipengaruhi oleh jumlah anggota yang harus ditanggungnya, sehingga mendorong seseorang petani untuk lebih giat bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga demi terciptanya kesejahteraan. Jumlah tanggungan petani sampel di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut.

29

7.50%

0-5 6 sd 10 > 10 92.50%

Gambar 3.

Jumlah Tanggungan Petani Responden Usahatani Tebu di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo, 2013.

Berdasarkan Gambar 3, dapat diketahui bahwa petani sampel yang memiliki jumlah tanggungan keluarga dari 0 5 orang sebanyak 37 orang dengan persentase 92,5 %, jumlah tanggungan 6 10 orang sebanyak 3 orang dengan persentase 7,5 %, dan jumlah tanggungan > 10 tidak ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa 92 % dari petani tebu mempunyai tanggungan yang banyak.

4. Pengalaman Berusahatani
Pengalaman usahatani merupakan faktor penentu dalam keberhasilan usahatani. Semakin lama usahatani yang dilakukan maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh untuk mengelolah usahataninya. Apabila dilihat dari segi pengalaman petani responden dalam usahatani tebu, maka hampir semua petani responden memiliki pengalaman bertahun-tahun. Petani responden dibagi atas tiga kelompok, yaitu petani dengan pengalaman 0-5 tahun, 6-10 tahun, dan 10 tahun ke atas. Sebaran petani responden menurut pengalaman dapat dilihat pada Gambar 4. Pengalaman usahatani petani sampel dapat dilihat pada gambar berikut :

30

5% 27.50%

0-5 6 sd 10 > 10

67.50%

Gambar 4.

Pengalaman Usahatani Responden di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo, 2013.

Gambar 4 menunjukkan, bahwa lama pengalaman usahatani petani sampel kisaran 0 5 tahun berjumlah 11 orang dengan persentase 27,5 %, pada 6 10 tahun berjumlah 27 orang dengan persentase 67,5 %, dan pada lama berusahatani > 10 tahun berjumlah 2 orang dengan persentase 5 %. Lama pengalaman usahatani menggambarkan kemampuan petani dalam mengelola usahatani tebu. Pengalaman petani sampel dalam mengelolah usahatani tebu sebagian besar telah memiliki pengalaman yang lama, hal ini menunjukkan bahwa petani sudah berpengalaman dalam berusahatani tebu. 5. Deskripsi Usahatani Tebu Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman yang diusahakan oleh masyarakat di Desa Bina Jaya. Kegiatan usahatani tebu petani sampel dilakukan di lahan kering, lahan yang digunakan untuk pembudidayaan tanaman tebu sebagian besar berada dekat pemukiman penduduk dan berada pada daratan rendah adapula yang berada di dataran tinggi. Rata-rata petani sampel berusahatani pada lahan milik sendiri. Petani yang mengusahakan tanaman tebu sebanyak 40 orang dengan rata-rata luas lahan yang digunakan untuk menanam tebu sebanyak 0,93 ha.

31

Pemeliharaan tanaman tebu dalam setiap musim tanam dilakukan oleh petani sampel dengan menggunaakan pupuk dan obat-obatan yang berguna untuk memelihara tanaman dari gangguan hama penyakit. Karena bila tidak dilakukan pemeliharaan dengan baik bisa saja pertumbuhan tanaman dapat terhambat. Keadaan Produksi tebu ini ditunjang pula oleh penyedian saprodi yang memadai seperti, bibit, pupuk, dan obat-obatan. Keadaan faktor produksi tebu berpengaruh pada hasil yang akan diperoleh petani. Budidaya tanaman tebu secara sederhana dapat dilakukan dengan mempersiapkan faktor-faktor dan sarana produksi yang memadai. Hal yang paling utama dilakukan yaitu : Segala macam cocok tanam, pertanian dan perkebunan tidak bisa lepas dari masalah tanah, bahkan boleh dikatakan masalah tanah merupakan masalah pokok. Tanah yang paling cocok untuk jenis tanaman perdu adalah tanah yang sifatnya kering-kering basah. Setiap penanaman tebu kita harus mengetahui cara pengelolaan tanah agar dapat menghasilkan hasil yang optimal. Setelah kita mendapatkan tanah yang cocok untuk tebu kita harus memperhatikan jarak barisan tanah hal ini dilakukan agar tebu tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah dilakukan dengan membalikkan tanah sehingga tanah yang berada pada lapisan dalam dapat terangkat kepermukaan. Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan mesin bajak Setelah mempersiapkan tanah yang harus dilakukan yaitu memilih bibit tebu yang baik, karena penggunaan bibit yang baik mempengaruhi suatu produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan pemilihan bibit yang tidak cacat atau tidak berpenyakit. Dalam pengembangbiakan tanaman tebu ini kita mengenal dua macam cara yang pertama adalah cara generatif yaitu, dengan cara mengawinkan bunga tebu secara silang, dan kemudian menanam biji dari hasil perkawinan silang tersebut. khusus untuk mencari bibit-bibit unggul yang nantinya bisa dipakai untuk mendapatkan jenis tebu yang mempunyai kadar gula lebih tinggi. Kemudian cara berikutnya ialah cara vegetatif, dilakukan dengan penyetekan yaitu dengan mengumpulkan pucuk-pucuk pohon tebu kurang lebih memiliki tiga atau empat ruas. Hal ini dilakukan khusus untuk mencari bibit-bibit unggul yang

32

nantinya bisa dipakai untuk mendapatkan jenis tebu yang mempunyai kadar gula lebih tinggi. Dalam ketersediaan sarana produksi seperti halnya pupuk dan obat-obatan. Petani dihadapi dengan adaanya keterbatasan modal, akan tetapi hal ini tidak menjadi kendala bagi petani mereka tetap berusaha untuk menyediakannya, hal ini dilakukan agar supaya usahatani yang dijalankan dapat memberikan hasil yang maksimal. Dalam mengelolah usahatani petani menggunakan berbagai peralatan. Adapun alat-alat tersebut ialah cangkul, arit, meteran. Peralatan ini akan sangat berguna dan bahkan penting untuk cocok tanam tebu, sebab mulai dari penggarapan tanah hingga tanam dan nantinya tebang. Pengairan merupakan faktor penting dalam melakukan teknik budidaya. Lokasi lahan dekat dengan sumber pengairan, dimana sistem pengairan meggunakan sistem irigasi, yaitu dengan pembuatan selokan-selokan untuk menyalurkan air ke areal pertanaman. Selain irigasi, sumber pengairan berasal dari hujan turun. Penyiraman tanaman dilakukan semaksimal mungkin. Pemberantasan hama penyakit merupakan tindakan yang dilakukan petani terhadap perlindungan tanaman dari ancaman keusakan. Usaha yang dilakukan oleh petani tergantung dari gejala dan serangan hama penyakit, sebab setiap hama dan penyakit yang menyerang tanaman akan menimbulkan gejala yang spesifik. Pemberantasan dilakukan dengan cara menyemprot dengan meggunakan obatobatan. Dalam penggunaannya, terdapat berbagai jenis obat salah satunya gramason. Produksi merupakan hasil akhir dari usahatani yang diusahakan oleh petani. Untuk masa panen tanaman tebu dilakukan setelah masa tanam 12 bulan. Hal ini juga dapat dilihat pada batang tebu yang sudah besar dan memiliki diameter 3-4 cm dan tinggi mencapai 2,5 m sampai 5 m. Proses panen menggunakan tenaga kerja dengan cara menebang pohon tebu yang sudah tua. Produksi merupakan hasil akhir dari usahatani yang diusahakan oleh petani. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh petani yaitu setelah batang tebu di tebang kemudian di angkut ke pabrik gula untuk di proses menjadi gula. Petani menjual tebu kepada pabrik dengan harga Rp.55.000/ton.

33

C. Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas


Analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dapat menentukan pengaruh penggunaan faktor produksi (input), dan skala ekonomi usaha. 1. Pengaruh Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pengaruh penggunaan faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk phonska, dan obat) pada usahatani tebu dapat diketahui melalui analisis fungsi produksi Cobb-Douglas. Dengan analisis fungsi produksi ini, melalui nilai koefisien regresi (elastisitas) dapat diketahui seberapa besar pengaruh input atau penggunaan faktor produksi yang diberikan terhadap jumlah produksi (output) yang dihasilkan. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui nilai koefisien regresi (bi) atau nilai elastisitas dari masing-masing faktor produksi seperti pada Tabel 6. Dan berdasarkan nilai elastisitas tersebut dapat pula dilihat skala ekonomi produksi tebu petani responden. Tabel 6. Nilai Elastisitas Dan Pengaruh Penggunan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Tebu Di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. F-hitung 249,764 t-hitung 0,123 3,075 1,484 2,071 1,805 Sig 0,000a Sig 0,903 0,004 0,147 0,046 0,080 Nilai Elastisitas (bi) 0,014 0,297 0,242 0,427 0,248 1,228

Uraian Faktor-faktor Produksi Jenis Input (Xi) 1. Luas Lahan (X1) 2. Bibit (X2) 3. Pupuk Urea (X3) 4. Pupuk Phonska (X4) 5. Obat-obatan (X5) Jumlah Koefisien Korelasi (R) = 0,99 Koefisien Determinasi (R2)= 0,97 Nilai a = - 0,367 Sumber : Data Diolah 2013

Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat dilihat hasil signifikan uji F menerangkan bahwa penggunaan input atau faktor-faktor produksi secara

34

bersama-sama berpengaruh sangat nyata terhadap total produksi usahatani tebu. Ini berarti, bahwa penggunaan faktor-faktor produksi memberikan dampak terhadap jumlah produksi. Dari Tabel 6, diperoleh persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas yang menunjukkan hasil sebagai berikut: Y = - 0,367.X10.014.X20.927.X30.242.X40.427.X50.248 Selanjutnya dari tabel tersebut, diperoleh koefisien determinasi (R2) = 0,97 yang berarti koefisien determinasi sebesar 97 persen. Artinya produksi usahatani tebu (Y) sebesar 97 % secara bersama-sama dipengaruhi oleh luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk phonska, dan obat-obatan, sedangkan sisanya 3 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hubungan antara produksi dan faktor produksi dapat diketahui melalui koefisien koefisien korelasi (R) yang bernilai 0,99, hal ini berarti memiliki hubungan yang kuat. Selanjutnya pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap hasil produksi dapat diketahui dengan menggunakan uji t. Pengaruh dari masing-masing variabel terhadap produksi dapat diuraikan sebagai berikut : a. Luas Lahan Variabel luas lahan berdasarkan hasil uji t pada taraf kepercayaan 95 % menunjukkan penggunaan luas lahan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi tebu, karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,903. Artinya bahwa penambahan faktor produksi lahan tidak akan memberikan pengaruh terhadap produksi tebu. Luas lahan berpengaruh tidak nyata terhadap total produksi tebu disebabkan karena keadaan tanah yang berada dipegunungan, tanah yang tidak rata dan berbukit-bukit. Besaran elastisitasnya (b1) menunjukkan bahwa penambahan satu ha luas lahan dapat memberikan tambahan produksi tebu sebesar 0,014 ton. Dengan demikian luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi tebu. b. Bibit Variabel bibit pada hasil uji t pada taraf kepercayaan 99 % berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah produksi tebu, karena nilai signifikan lebih kecil 35

dari 0,01 yaitu 0,004. Artinya penambahan faktor produksi bibit memberikan pengaruh terhadap jumlah produksi tebu. Menurut Sutardjo (1994 : 12), penggunaan bibit yang bermutu tinggi yang biasanya berasal dari varietas unggul yang merupakan salah satu faktor penentu untuk memperoleh kepastian hasil usahatani tebu. Pada hasil analisis bibit berpengaruh nyata terhadap produksi tebu. Besaran elastisitasnya (b2) yang artinya untuk setiap penambahan bibit pada produksi tebu sebesar satu kilogram akan meningkatkan produksi tebu sebesar 0,297 ton. c. Penggunaan Pupuk Urea Variabel pupuk urea pada hasil uji t pada taraf kepercayaan 95 % pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap produksi tebu karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,147. Artinya bahwa penambahan faktor produksi pupuk tidak akan memberikan pengaruh terhadap produksi tebu. Hal ini disebabkan karena petani belum melakukan pemakaian pupuk yang tepat waktu dan tepat sasaran atau belum melakukan pemakaian dosis pupuk yang seimbang, dan bisa saja dipengaruhi oleh keadaan tanah yang tidak pekah terhadap pupuk. Besaran elastisitasnya (b3) menunjukkan bahwa penambahan satu kilogram pupuk urea akan memberikan tambahan produksi sebesar 0,242 ton. d. Penggunaan Pupuk Phonska Variabel pupuk Phonska terhadap uji t pada taraf kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,046. Artinya penggunaan pupuk Phonska berpengaruh nyata terhadap produksi tebu. penambahan faktor produksi pupuk phonska memberikan pengaruh terhadap jumlah produksi tebu. Pupuk ini berasal dari senyawa kimia yang telah diubah melalui proses produksi, sehingga menjadi bentuk senya kimia yang dapat diserap tanaman (Sutardjo, 1994 : 10). Besaran elastisitasnya (b4) menunjukkan bahwa penambahan satu kilogram pupuk phonska dapat memberikan tambahan produksi sebesar 0,427 ton.

36

e.

Penggunaan Obat/Pestisida Variabel pestisida terhadap uji t pada taraf kepercayaan 95 %

menunjukkan bahwa penggunaan pestisida berpengaruh tidak nyata karena nilai signifikan lebih besar dari 0.05 yaitu 0,080. Artinya penggunaan pestisida tidak berdampak terhadap naik turunnya produksi tebu. Dalam hal ini disebabkan karena petani belum melakukan pengendalian organisme pengganggu tanaman berupa gulma, hama, dan penyakit tanaman dengan baik, secara otomatis dapat mempengaruhi produksi tebu. Besaran elastisitasnya (b5) menunjukkan bahwa jika penambahan satu liter pestisida dapat memberikan tambahan produksi sebesar 0,248 ton. 2. Skala Ekonomi Usaha ( Return To Scale) Berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas pada usahatani tebu tersebut, maka skala ekonomi usaha petani sampel pada usahatani tebu dapat ditentukan dengan menjumlahkan nilai elastisitas (b1 + b2 + b3 + b4 + b5). Maka dapat diketahui return to scale pada usahatani tebu di Desa Bina Jaya sebagi berikut :

bi

b1 + b2 + b3 + b4 + b5

= 0,014 + 0,297 + 0,242 + 0,427 + 0,248 = 1,228 Yang berarti nilai tersebut lebih besar dari satu. Dengan demikian skala ekonomi usahatani tebu petani sampel pada usahatani tebu di Desa Bina Jaya berada pada keadaan increasing return to scale (kenaikan hasil yang semakin bertambah). Artinya bahwa setiap penambahan satu satuan input akan memberikan tambahan produksi sebesar 1,228 ton tebu. Lebih jelasnya, kisaran daerah dan skala produksi tebu petani sampel di Desa Bina Jaya dapat dilihat pada Gambar 5.

37

Gambar 5.

Kisaran Skala Ekonomi Usahatani Tebu di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo.

38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap petani yang mengusahakan usahatani tebu di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Penggunaan faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk phonska, dan obat) secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi tebu. Terdapat dua faktor produksi yang berpengaruh nyata. Faktor-faktor tersebut, yaitu bibit dan pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap produksi tebu di Desa
Bina Jaya.

2.

Skala ekonomi usahatani tebu di Desa Bina Jaya berada pada keadaan increasing return to scale yang artinya bahwa proporsi penambahan produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar, dalam hal ini tebu atau penambahan satu unit faktor produksi memberikan tambahan produk sebesar 1,228 ton tebu.

B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai implementasi dari hasil penelitian sebagai berikut : 1. Hasil studi ini menunjukkan bahwa bibit dan pupuk phonska berpengaruh signifikan terhadap produksi tebu, oleh karena itu disarankan petani hendaknya memperhatikan penggunaan kedua faktor produksi ini. 2. Kepada para petani agar lebih serius dalam mengejarkan/berusahatani mulai dari penanaman, pemeliharaan sampai memanen, dan hendaknya memakai dosis pupuk dan obat-obatan yang tepat sasaran, dan hendaknya meningkatkan penggunaan input produksi agar agar dapat meningkatkan hasil produksi tebu. 3. Perlunya perhatian yang lebih bagi pemerintah daerah terutama bagi dinas perkebunan agar lebih aktif dalam memberikan bimbingan/penyuluhan kepada petani cara budidaya tebu.

39

4.

Petani tetap menjalankan usahatani tebu karena dapat memberikan keuntungan.

5. Dalam kesempatan ini penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengidentifikasi variabel-variabel lainya yang dapat mempengaruhi produksi tebu sebagai pemakaian teknologi dibidang pertanian lainnya.

40

DAFTAR PUSTAKA
Chourmain. 1997.Pengantar Ilmu Ekonomi : Konsep-Konsep Dasar Ekonomi. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Jakarta. Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara Jakarta. Dinas Perkebunan Gorontalo. 2013. Produksi Tebu . Gorontalo. Firdaus. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara Jakarta. Hanafie. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta. Kantor Desa Bina Jaya. 2013. Data Desa. Kabupaten Gorontalo. Khairuddin. 2000. Pembangunan Masyarakat . Liberti Yogyakarta. Mosher, A.T. 1968. Menggerakkan dan membangun pertanian. Yasaguna Jakarta. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT Pustaka LP3ES Indonesia. Muljana, W. 2006. Teori Dan Praktek cocok tanam tebu. Aneka Ilmu Semarang. Notarianto, D.2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Organik Dan Padi Anorganik : Universitas Dipenogoro Semarang. Skripsi. Semarang. Pido, Y. 2012. Pengaruh Penggunaan Input Terhadap Produksi Usahatani Jagung Di Desa Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo. Skripsi. Gorontalo. Sari, N. P .2008. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani jamur tiram ( studi kasus keloopok tani kaliwung. Skripsi. Bogor. Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Pers. Jakarta. .1994. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglas. PT RajaGrafindo Persada Jakarta. . .1995. Pembangunan Pertanian. PT RajaGrafindo Persada Jakarta. .1999. Agribisnis : Teori Dan Aplikasinya PT RajaGrafindo Persada Jakarta. Sutardjo, E. 1994. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara Jakarta. Suryana, S. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Di Kabupaten Blora : Universitas Dipenogoro Semarang. Tesis. Semarang. Widjoyo. 1983. Pengantar Ekonomi Pertanian. Usaha Nasional Surabaya. Widarwati, T. 2008. Analisis factor-faktor yang mempengaruhi produksi gula di pg pagottan. Institut Pertanian Bogor. Skripsi. Bogor.

41

También podría gustarte