Está en la página 1de 8

1

Critical Review

Capitalism, Modernity, and the Nation State: a Critique of Hannes Lacher


Authored by Tony Burns, Publication Title: Capital & Class Sage Publications, Inc. Vol. 34, Issue 2, London-June 2010, pages 235-255 ISSN 03098168, Source: http://search.proquest.com. Social Science Education Department, Postgraduate Program, Semarang State University

Reviewed by Didi Pramono

The Content of Journal


Jurnal ini merupakan kritik Tony Burns terhadap pandangan Hannes Lacher, dan khususnya uraiannya yang rinci tentang sisi luar globalisasi: Kapitalisme, Teritorialitas dan Hubungan Internasional Modernitas, yang dimaksudkan sebagai kontribusi terhadap pendekatan materialis historis untuk hubungan internasional. Tiga isu utama yang dibahas yaitu: (1) pemahaman Lacher tentang materialisme historis; (2) pemahaman Lacher tentang hubungan antara kapitalisme dan negara-bangsa; dan (3) pandangan Lacher tentang hubungan antara kapitalisme dan modernitas. Tiga isu utama ini, Tony berpendapat bahwa pandangan Lacher itu berbeda secara signifikan dengan Marx dan Marxisme. Di awal kritiknya, Tony menyampaikan bahwa kritiknya tersebut sama sekali tidak memiliki muatan politis apapun. Secara singkat, kritik Tony terhadap Lacher adalah sebagai berikut: 1. Metodologi: Marxisme dan Materialisme Historis Globalisasi memiliki akses untuk menambahkan dalam pemahaman kita tentang materialisme historis, Marxisme, dan hubungan antara keduanya. Marxisme dan materialisme historis sangat erat kaitannya satu sama lain. Statemen ini bertahan paling tidak selama abad 20. Randall D. Germain menyatakan bahwa jika meterialisme historis menganggap serius subjektivitas, maka harus memiliki cakupan yang lebih luas dan lebih dalam daripada historiografi Marxis. Germain menambahkan bahwa kita tidak boleh membandingkan materialisme historis dengan varian Marxis. Jika ini dilakukan, maka resiko yang akan diterima aalah pengkaburan dan pengabaian kontribusi dari pra-, pascaMarxis, dan nonmaterialisme historis. Kritik-kritik yang berkembang belakangan ini adalah kaitannya dengan pengembangan versi non-Marxis dari perspektif materialisme historis. Berdasarkan fakta di atas, kritik-kritik yang disampaikan oleh Tony pada Lacher adalah: a. Apa sebenarnya niat Lacher perihal kasus di atas, apakah untuk mengadvokasi seorang Marxis atau versi non-Marxis dari perspektif materialisme historis? b. Apa Lacher benar-benar menawarkan kepada pembaca bukunya, perihal versi nonMarxis dari perspektif materialisme historis? c. Tony beranggapan bahwa Lacher sendiri menolak Marxisme, karena: - Lacher mengusulkan sebuah kerangka materialis revisi sejarah atau pendekatan materialisme sejarah. - Lacher berkecenderungan mengaitkan tidak hanya satu bentuk Marxisme, namun banyak Marxisme pada umumnya, dengan pendekatan penjelasan sejarah yang reduksionis dan dererminis. - Lacher (dalam bukunya) berupaya mengasosiasikan determinisme dan reduksionisme dengan Marxisme. Upaya ini dilakukan dengan jalan merevisi materialisme historis, sehingga sampai pada simpulan bahwa jika kita menolak materialisme historis maka kita juga harus menolak Marxisme, padahal di satu sisi kita perlu meng-iya-kan revisi materialisme historis karya Lacher.
2

Lacher menolak materialisme historis dalam hal konsep cara produksi, menurutnya konsep cara produksi tidak cukup untuk memahami peristiwa sejarah. Lacher beranggapan bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah revisi mendasar dari model Marxis materialisme historis. Bagi beberapa Marxis, pemikiran Lacher tidak dapat dikecualikan, karena beberapa upaya revisi merupakan agenda Marxisme sejak tahun 1920-an. Tony beranggapan bahwa upaya Lacher untuk merevisi materialisme historis mengarah pada upaya untuk meninggalkan konsep tersebut. Lacher melakukan kesalahan dalam hal penolakannya terhadap kategorikategori teoretis sepenuhnya, bahwa memungkinkan bagi materialisme historis untuk mengatasi perangkap determinisme ekonomi dan implikasi perangkap Marxisme. Selain konsep cara produksi, Lacher juga mengkaji formasi sosial. Formasi sosial membantu Marxis untuk memahami dinamika perkembangan sejarah dengan dilengkapi gagasan tentang cara produksi. Formasi sosial mengandung lebih dari satu cara produksi dan struktur kelas yang kompleks, serta muncul kelas-kelas penguasa dan kelas superior. Implikasinya, rawan terjadinya konflik kepentingan antara kelas-kelas superior. Tony mempermasalahkan mengenai pertimbangan Lacher tentang kapitalisme. Menurut Lacher kapitalisme merupakan salah satu pertimbangan bagi upaya merevisi materialisme historis. Kapitalisme terbaik, jika dipahami sebagai jenis ekonomi yang menentukan organisasi sosial pada umumnya. Manurut Tony ini salah, kesalahan berpikir kepitalisme dalam hal ekonomi sebagai mode produksi. 2. Kapitalisme dan Teritorialitas: Marxisme dan Negara-Bangsa Lacher berpendapat bahwa telah terjadi dua peristiwa sejarah besar munculnya kapitalisme dan negara-bangsa di Eropa Barat, yang tidak memiliki hubungan sebab-akibat sama sekali. Perkembangannya kini, negara-bangsa bisa eksis tanpa kapitalisme dan kepitalisme juga tetap bisa eksis tanpa negara bangsa. Studi kasus tentang bangsa Perancis, abad ke-17 dan 18 mereka adalah masyarakat yang belum kapitalis, dan tetap bisa eksis. Tony menganggap Lacher tidak begitu jelas, bahwa klaim tentang jawaban afirmatifnya di atas. Hal ini disebabkan karena pada tahap tertentu dalam sejarah Eropa Barat menunjukkan adanya hubungan yang erat antara kemunculan dan perkembangan kapitalisme serta kegiatan negara bangsa. Kapitalisme tidak bisa secara tiba-tiba muncul dalam suatu masyarakat tanpa bantuan negara-negara bangsa. Lacher mempertanyakan Marx/Marxis, mengapa masyarakat kapitalisme sipil harus mengambil bentuk politik sebagai sistem nasional, negara teritorial. Ini merupakan salah satu hal yang menarik perhatian bahwa hal ini tidak menjawab atau bahkan ditangani oleh Marx dan Marxis. Kekuasaan politik harus diselenggarakan oleh beberapa pusat dan bersaing secara terorganisir untuk kedaulatan teritorial. Lacher berpendapat inilah titik lemah teori Marxis, argumen ini telah melakukan spekulasi tentang hubungan internasional, yang sangat memungkinkan untuk gagal. Tony mengkritik pendapat Lacher yang mengatakan bahwa teori Marxis di masa lalu agak sembrono. Kritik Tony adalah bahwa tidak demikian adanya, bahwa di era modern didominasi oleh kapitalisme negara-bangsa tidak hanya, tetapi juga harus menjadi unit dasar dari kegiatan politik pada umumnya, dan khususnya, aktor utama dalam lingkup (kapitalis) hubungan internasional. 3. Kapitalisme dan Modernitas Lacher mengatakan bahwa kapitalisme adalah konsep dari jaman yang penting, fenomena khas modern. Tony mengritik bahwa: 1) apakah pemahaman Lacher sama dengan Marx; 2) pernyataan Lacher ini ambigu, tidak jelas apakah istilah kapitalisme di sini mengacu pada
3

cara produksi atau untuk jenis tertentu dari formasi sosial; 3) apakah pernyataan di atas adalah kebenaran kontingen atau kebenaran yang diperlukan. Kritik Tony dijelaskan secara rinci sebagai berikut: a. Apa yang diduga modern: kapitalisme sebagai cara produksi atau sebagai fenomena sosial? Tony mencoba ikut untuk menjelaskan kekeliruan yang dilakukan Lacher. Hal pertama yang coba diluruskan oleh Tony adalah tentang kapitalisme. Pemahaman Marx tentang kapitalisme adalah cara produksi, karena ini merupakan hal yang sifatnya esensial. Empat fitur kapitalisme menurut Marx adalah: 1) produksi komoditas pasar; 2) dengan cara gratis kerja upahan; 3) sehingga menghasilkan nilai lebih (surplus value) bagi majikan; dan 4) dalam situasi di mana ada persaingan antara ibukota individu atau kapitalis, dan karenanya juga suatu keharusan untuk inovasi teknologi yang berhubungan dengan proses yang berkesinambungan dari akumulasi modal. Tony menambahkan satu lagi fitur bagi kondisi kapitalisme, yakni: 5) ) adanya produksi komoditi umum untuk pasar, yaitu situasi di mana cara produksi kapitalis telah diperpanjang sejauh untuk menjadi ekonomi dominan dalam formasi sosial tertentu pada waktu tertentu, dibandingkan dengan mode produksi lainnya. Bersumber dari karya Marx, Das Capital Volume 1, Marx sudah menyatakan bahwa produksi kapitalis sudah dikembangkan di Eropa sejak abad 14 atau abad 15. Sedangkan formasi sosial kapitalistik muncul di abad 16. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa kapitalisme bukanlah fenomena modernitas, justru kapitalisme muncul dari celah-celah formasi sosial yang feodal di Eropa Barat di abad pertengahan. b. Apakah kapitalisme selalu merupakan fenomena modern? Tony mencoba menganalisis pernyataan kapitalisme adalah fenomena khas modern melalui status logis. Bisa jadi pernyataan itu adalah kebenaran kontingen, dan bisa juga itu adalah sebuah tautologi maka dari itu pernyataan tersebut merupakan suatu kebenaran logis. Pada asumsi bahwa kapitalisme adalah kebenaran kotingen, munculnya kapitalis pertama terjadi di Eropa Barat di era awal modern, tepatnya di Inggris, terutama ketika sistem ekonomi masyarakat Inggris didominasi oleh modus produksi kapitalis di bidang pertanian. Lacher memahami fenomena kapitalisme dengan jalan memasukkan referensi waktu. Menurutnya ini bukan perkara klaim empiris melainkan perkara definisi, yang berkaitan dengan sifat kapitalisme, , bahwa tidak ada masyarakat atau cara produksi yang terletak dengan baik sebelum atau sesudah era modern bisa dikatakan sebagai kapitalis. Hal inilah yang mendasari Lacher mengatakan bahwa kapitalisme adalah fenomena modern. Lacher mengemukakan pendapat bahwa Marxis mengklaim bahwa ada hubungan sebab akibat secara empiris yang dapat diamati melalui penelitian sejarah, antara fenomena kapitalisme dan orang-orang yang berkaitan dengan modernitas, yang pertama menjadi penyebab yang kedua. Marxis memiliki kecenderungan untuk mengumpulkan semua hal yang biasanya ditunjuk modern dan kemudian menyatakan percaya diri bahwa mereka semua berasal dari modal. Tony, dalam kesempatan ini sepakat dengan Lacher untuk berpikir bahwa untuk menggabungkan dua kategori adalah dengan jalan menganggap mereka memiliki arti yang sama. Tony berusaha meleburkan dua istilah jika memang istilah tersebut memiliki sense yang sama. Termasuk dalam hal ini dalam memaknai kapitalisme dan modernitas. Di akhir pembahasan sub bab ini Tony menyimpulkan bahwa bukan Marx dan Marxisme, namun Lacher sendiri yang keliru dalam meleburkan konsep kapitalisme dan modernitas.
4

Lacher keliru dalam menyatakan bahwa kapitalisme yang dikembangkan pada ranah kapital (modal) adalah teori modernitas. 4. Bisakah Kapitalisme Dikatakan telah Ada di Dunia Kuno? Tony menganggap Lacher salah, terutama pada statemen Lacher yang mengatakan bahwa kapitalisme adalah fenomena modern. Tony menyarankan bahwa fenomena kapitalisme dan modernitas merupakan analisis kontingen, hal ini dapat diilustrasikan pada kehidupan Athena. Dalam hal ini, kriteria yang digunakan untuk menentukan modus produksi kapitalis adalah ada atau tidaknya buruh bebas upah. Masyarakat Athena menunjukkan adanya praktik produksi kapitalis. Di Athena hubungan produksi disusun berdasarkan keterikatannya dengan produksi perbudakan dan hubungan produksi yang disusun atas pekerja yang tidak berupah (buruh/budak). Ini merupakan kasta terakhir bagi masyarkat Athena, golongan individu yang bekerja untuk hidup meskipun tidak mendapatkan upah. Fakta ini menyiratkan bahwa masyarakat klasik Athena adalah masyarakat kapitalis. Marx sendiri sebenarnya tidak pernah memberikan analisisnya tentang kapitalisme dengan masyarakat Athena. Marx hanya bicara bahwa kapitalisme muncul pada akhir abad pertengahan. Namun, sejarawan kuno lah yang mengatakan bahwa ada beberapa tenaga kerja bebas upah di masyarakat klasik Athena. Tony beranggapan bahwa jika memang benar keberadaan tenaga kerja bebas upah di Athena, dan jika memang ini merupakan syarat untuk membangun proposisi tentang modus produksi kapitalis dalam masyarakat tertentu dan waktu tertentu, maka hal ini jauh dari kejelasan. Lacher dalam hal ini tepat untuk mengatakan bahwa modus produksi kapitalis tidak mungkin ada di masyarakat pra-modern, termasuk orang-orang dari dunia kuno, karena pada dasarnya kapitalisme adalah fenomena modern. Hal ini sama sekali tidak ada kejelasan, bahwa ini masuk akal (secara logis maupun historis), untuk mengklaim bahwa tidak hanya kapitalisme eksis di masyarakat klasik Athena. Klaim ini dapat dikritisi sebagai kemungkinan yang apriori dan perlu dibantah melalui argumen yang berdasarkan pertimbangan logika dan bukti yang relevan dan empiris-historis.

Problems

Masalah yang dibahas dalam jurnal ini hakikatnya berkisar pada kritik Tony terhadap analisis Lacher tentang Marx dan Marxis. Kritik Tony meliputi: 1. pemahaman Lacher tentang materialisme historis; 2. pemahaman Lacher tentang hubungan antara kapitalisme dan negara-bangsa; dan 3. pandangan Lacher tentang hubungan antara kapitalisme dan modernitas.

Goals

Tujuan yang hendak dituju dari jurnal yang ditulis Tony ini adalah untuk meluruskan kembali pemahaman tentang Marx dan Marxis, yang menurutnya telah diselewengkan oleh Lacher. Tiga isu yang coba diluruskan oleh Tony meliputi: 1. pemahaman Lacher tentang materialisme historis; 2. pemahaman Lacher tentang hubungan antara kapitalisme dan negara-bangsa; dan 3. pandangan Lacher tentang hubungan antara kapitalisme dan modernitas.

Utilities
Manfaat yang dapat kita ambil dari analisis ini adalah: sebagai kalangan akademisi kita menjadi tahu tentang perkembangan teori-teori dari berbagai teoretisi, dalam hal ini khususnya teori Marx dan turunannya, Marxis. Dinamika teori memang selalu berkembang menurut perkembangan zaman dan dialektika pemikiran para ahli. Selain itu, dalam kajian jurnal ini juga dapat diambil manfaat diantaranya kita dapat mengetahui: 1. pemahaman Lacher tentang materialisme historis; 2. pemahaman Lacher tentang hubungan antara kapitalisme dan negara-bangsa; dan 3. pandangan Lacher tentang hubungan antara kapitalisme dan modernitas.

The Phenomenon in this Journal


Fenomena yang dapat ditangkap dalam jurnal ini yang pertama adalah lebih merupakan fenomena pergulatan pikir, disatu sisi pemikiran Lacher tentang Marx dan Marxis dan di sisi lain tanggapan Tony terhadap pemikiran Lacher. Dialektika teori selalu berjalan dalam dunia akademik. Tesis, dalam hal ini pemikiran Marx dan Marxis diserang melalui antitesis oleh Lacher sehingga menghasilkan sintesis sepihak oleh Lacher. Dalam hal ini, pemikiran Lacher tentang Marx dan Marxis menjadi tesis bagi Tony untuk melayangkan antitesisnya. Akhirnya, jurnal yang kita baca saat ini merupakan sintesis hasil pergulatan pikir antara Lacher dan Tony.

Critical Analysis

1. The Position of Author Posisi penulis, yakni Tony adalah pengkritik atas pemikiran Lacher. Kritik Tony bertujuan untuk menjernihkan kembali pemahaman tentang Marx dan Marxis, yang dianggapnya telah disalahartikan oleh Lacher. Kritik Tony yang pertama adalah mengenai pemahaman Lacher tentang materialisme historis, yang menurut Lacher harus direvisi. Tony menganggap bahwa Lacher memiliki kepentingan tertentu dari upayanya tersebut, yakni mengarahkan pambaca atau bahkan Marxis untuk menolak ide materialisme historis, dan tujuan akhirnya adalah mengamini pemikiran Lacher tentang revisi materialisme historis. Kedua, Tony mengritik Lacher dalam pemahamannya tentang hubungan antara kapitalisme dengan negara bangsa. Menurut Lacher, tidak ada hubungan kausalitas antara kapitalisme dan negara-bangsa. Pendapat ini kemudian diserang oleh Tony bahwa justru antara kapitalisme dan negara bangsa memiliki hubungan yang sangat erat. Kapitalisme tidak dapat lahir, tumbuh, dan berkembang tanpa adanya negara-bangsa. Ketiga, Tony mengritik Lacher dalam pemahamnnya tentang kapitalisme dan modernitas. Sekali lagi Lacher keliru, bahwa sebenarnya kapitalisme yang dimaksud Marx dalam hal ini adalah hal ikhwal mode produksi kapitalis, ini telah tumbuh dan berkembang sejak abad 14 dan 15. Baru setelah itu muncul konsep formasi sosial. Jadi dapat disimpulkan bahwa kapitalisme bukanlah fenomena modernitas, justru kapitalisme lahir dari celah-celah formasi sosial yang feodal di Eropa Barat di abad pertengahan. Fakta ini keliru ditafsirkan oleh Lacher yang mengatakan bahwa kapitalisme adalah fenomena modern.

2. Contribution for Science Jurnal ini memberi kontribusi pada keilmuan dalam hal upaya penjernihan kembali pemahaman tentang Marx dan Marxis yang dia rasa telah diselewengkan oleh Lacher. Dapat juga dimaknai bahwa jurnal ini menguatkan kembali teori Marx dan Marxis di tengahtengah era modern. 3. Strength Kekuatan jurnal ini adalah analisisnya yang kritis dan sesuai dengan pakem yang ditentukan Marx dan Marxis dalam memahami kapitalisme dan modernitas. Tony dengan sangat tegas mengatakan bahwa Lacher keliru dalam memahami Marx dan Marxis. 4. Weakness Kelemahan jurnal ini adalah Tony belum memunculkan argumen pribadi, yang benar-benar terlepas dari teori Marx dan Marxis dalam memaknai kehidupan sosial saat ini yang benarbenar telah kapitalistik dan modernis. Pemikiran tentang kondisi kekinianlah yang sebenarnya urgen, sehingga nantinya dapat dimanfaatkan bagi kemanusiaan.

Reviewer Opinion
Teori selalu mengalami dinamika, mengikuti perkembangan zaman atau situasi dan kondisi sosial-budaya masyarakat. Hal serupa terjadi dalam teori Marx dan Marxis, apa yang dilakukan Lacher merupakan bukti dinamika suatu teori, meski pada akhirnya mendapat kritikan keras dari Tony. Ini merupakan fakta yang wajar adanya, dan perlu disikapi secara bijak bahwa selalu ada dialektika yang pada akhirnya menghasilkan pemahaman baru yang up to date. Ritzer dan Smart (2012: 80) mengatakan bahwa sebagaimana aspek-aspek lain dalam gagasan-gagasannya, kontroversi selalu mengiringi teori Marx tentang perkembangan historis manusia atau konsepsi materialisme historis. Lacher dalam hal ini dapat dikatakan sebagai penerjemah atas karya Marx, karena memang dalam beberapa segi teori Marx memiliki beberapa celah yang sangat terbuka bagi kritik. Seperti apa yang disampaikan Ritzer dan Smart (2012: 82) bahwa konsepsi materialisme historis Marx akan menjadi alat heuristis, bukan doktrin substantif. Dalam beberapa kesempatan materialismenya dipahami secara dermawan: yang disoroti adalah proses kehidupan material sebagai suatu keseluruhan, proses tempat manusia terlibat secara aktif dan bukan secara pasif. Pernyataan ini tepat dikemukakan disini, karena faktanya saat ini (paling tidak apa yang diungkapkan Lacher) banyak kritik dan beberapa sikap kontroversial dalam menyikapi materialisme historis. Menyoal perbedaan perspektif antara Lacher dan Tony, saya lebih menjatuhkan dukungan kepada Tony. Saya menilai ada beberapa proyek yang tidak rasional dari apa yang disampaikan Lacher. Kekeliruan-kekeliruan Lacher tentang materialisme historis, hubungan antara kapitalisme dan negara-bangsa, dan pemahamannya tentang kapitalisme dan modernitas cukup memeberi saya alasan untuk turut memberi kritik kepada Lacher. Tindakan individu selain ditentukan oleh faktor intern individu tersebut, dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor dari luar individu. Demikian halnya dengan Lacher, perlu dicermati perihal latar belakang Lacher, konteks sosial-budaya, tokoh-tokoh yang menginspirasinya dalam berkarya, dan situasi dan kondisi saat dia mengemukakan pendapatnya. Aspek-aspek inilah yang menjadi pertimbangan saya untuk tidak serta merta sepakat dengan apa yang dikemukakan Lacher.

Pelajaran yang dapat diambil oleh kita selaku akademisi adalah berusaha mengikuti setiap dinamika keilmuan dan mengambil sikap dalam proses tersebut. Sikap yang dimaksud disini tentu adalah sikap tegas yang berlandaskan pemahaman komprehensif atas sesuatu, sehingga sikap tersebut tepat, minimal bagi diri individu tersebut.

References

Burns, Tony. 2010. Capitalism, Modernity, and the Nation State: a Criitique of Hannes Lacher. Journal (online). Sage Publications, Inc. Vol. 34, Issue 2, London-June 2010, pages 235255. Sumber: http:// search.proquest.com. diunduh pada hari Sabtu, 16 Maret 2013. Ritzer, Goerge dan Goodman, Douglas J. 2007.Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana. Ritzer, George dan Smart, Barry. 2012. Handbook Teori Sosial. Jakarta: Nusa Media.

También podría gustarte