Está en la página 1de 6

Metoda pemberian air irigasi dapat dibagi menjadi 4 bagian besar yakni: (a) Irigasi Permukaan (b) Irigasi

Genangan (c) Irigasi Siraman (sprinkler) (d) Irigasi Tetes (drip) Metoda irigasi yang akan digunakan tergantung pada faktor ketersediaan air, tipe tanah, topografi lahan dan jenis tanaman. Apapun metoda irigasi yang dipilih, sesuatu yang diperlukan adalah merancang sistim irigasi sehingga menghasilkan pemakaian air oleh tanaman yang paling efisien. 1. Metoda irigasi permukaan Pada irigasi permukaan, air diberikan secara langsung melalui permukaan tanah dari suatu saluran atau pipa dimana elevasi muka airnya lebih tinggi dari elevasi lahan yang akan diairi (sekitar 10~15 cm). Air irigasi mengalir pada permukaan tanah dari pangkal ke ujung lahan dan meresap ke dalam tanah membasahi daerah perakaran tanaman. Terdapat dua syarat penting untuk mendapatkan sistim irigasi permukaan yang efisien, yaitu perencanaan sistim distribusi air untuk mendapatkan pengendalian aliran air irigasi dan perataan lahan (land grading) yang baik, sehingga penyebaran air seragam ke seluruh petakan. Pada irigasi permukaan air irigasi diberikan lewat permukaan tanah. Air irigasi akan mengalir di permukaan tanah dari bagian pangkal ke ujung petakan, sambil meresap ke dalam tanah mengisi lengas tanah di daerah perakaran tanaman. Proses aliran air irigasi terdiri dari: (a) awal jelajah aliran air (advance stream) sepanjang lereng permukaan lahan, (b) periode pembasahan dimana seluruh aliran berinfiltrasi ke dalam tanah, (c) aliran resesi sejak dimana pasok air irigasi dihentikan. Prosedur pelaksanaan irigasi dalam irigasi permukaan adalah dengan menggunakan debit yang cukup besar, maka aliran akan mencapai bagian ujung secepat mungkin, dan meresap ke dalam tanah dengan merata. Setelah atau sebelum mencapai bagian ujung, aliran masuk dapat diperkecil debitnya (cut-back flow) sampai sejumlah air irigasi yang diinginkan sudah diresapkan. Pasok aliran air dihentikan dan proses resesi sepanjang lahan akan terjadi sampai proses irigasi selesai. 1.1 Irigasi border

Pada irigasi border, dalam petakan lahan dibuat pematang sejajar sebagai pengendali lapisan aliran air irigasi yang bergerak ke arah kemiringan lahan. Lahan dibagi menjadi beberapa petakan yang sejajar yang dipisahkan masing-masing oleh pematang rendah, kemiringan biasanya satu arah.

Masing-masing petakan (border) diberikan air irigasi secara terpisah. Air irigasi menyebar merata sepanjang kemiringan lahan yang dikendalikan oleh pematang tersebut. Lebar border umumnya berkisar antara 3 ~ 15 m, tergantung pada debit yang tersedia dan derajat kemiringan lahan. Jika debit yang tersedia kecil, maka lebar border akan berkurang. Tetapi akan tidak ekonomis jika lebar border lebih kecil dari 3 m, karena akan terlalu banyak lahan yang dipakai untuk pematang. Panjang border tergantung pada bagaimana cepatnya lahan tersebut dibasahi air irigasi secara seragam sepanjang border tersebut. Jadi tergantung pada laju infiltrasi tanah, kemiringan dan debit aliran. Border seharusnya mempunyai kemiringan yang seragam. Jika kemiringan terlalu besar maka air irigasi mengalir terlalu cepat, sehingga di bagian pangkal border tidak cukup merembeskan air sedangkan di bagian ujung terjadi kehilangan karena perkolasi yang besar. Selain itu juga dapat menyebabkan erosi yang cukup besar. Sebaliknya kemiringan yang terlalu kecil menyebabkan aliran air terlalu lambat sehingga perkolasi di bagian pangkal cukup besar sedangkan di bagian ujung tidak cukup air. 1.2 Check basin irrigation

Lahan dibagi menjadi petakan-petakan kecil yang hampir datar. Pematang sekeliling petakan dibentuk untuk menahan air irigasi supaya tergenang di petakan dan berinfiltrasi. Dalam irigasi padi sawah atau untuk keperluan pencucian garam tanah (leaching) diperlukan tinggi genangan tertentu selama periode tertentu, sehingga pemberian air biasanya kontinyu. Ukuran basin beragam mulai dari 1 m2 sampai 1 atau 2 ha. Jika lahan dapat didatarkan secara ekonomis, maka bentuk basin biasanya segi-empat. Tetapi jika topografinya bergelombang maka pematang dibuat mengikuti kontur. Biasanya beda elevasi antar pematang bervariasi dari 6 ~ 12 cm untuk tanaman palawija dan 15 ~ 30 cm untuk tanaman padi. Ukuran basin tergantung pada debit yang tersedia, ukuran pemilikan lahan dan karaktersitik infiltrasi. Untuk irigasi buah-buahan biasanya dibuat basin berbentuk lingkaran atau segi-empat pada setiap pohon. Pada irigasi basin padi sawah dengan konsolidasi lahan bentuk petakan dibuat teratur segiempat, sedangkan tanpa konsolidasi lahan bentuk petakan mengikuti garis kontur alami. 1.3 Irigasi alur (furrow irrigation)

Ukuran dan bentuk alur tergantung pada jenis tanaman, alat/mesin pembuat alur yang digunakan, tekstur tanah dan jarak antar baris tanaman. Istilah alur (furrow) adalah parit dangkal antar barisan tanaman dimana air irigasi dialirkan. Dalam bahasa Indonesia dikenal juga istilah guludan yang berarti bagian lahan yang ditanami tanaman antar alur. Pada jarak antar alur yang lebar dimana baris tanaman terdiri dari 2 atau lebih baris tanaman, maka lahan yang ditanami disebut dengan bedengan.

Terdapat 2 jenis alur yakni (a) alur lurus (straight furrow), (b) alur kontour (contour furrow). Berdasarkan ukuran dan jarak antar alur dapat diklasifikasikan menjadi alur dalam (deep furrow) dan alur dangkal (corrugation). Untuk irigasi tanaman pohon buah-buahan, jumlah dan spasing alur diatur sesuai dengan pertumbuhan tanaman dan perkembangan perakaran. Pada tanaman muda umur 1~2 tahun satu alur untuk mengairi 2 baris pohon. Pada waktu tanaman dewasa 2~5 tahun jumlah alur irigasi ditambah menjadi 2 alur untuk satu baris pohon. Pada waktu tanaman mulai berbuah produktif diperlukan banyak air, maka arah alur diubah menjadi berbentuk zig-zag. Alur lurus dan Alur kontur Pada alur lurus, alur diletakkan atau berada searah lereng. Sesuai untuk lahan dengan kemiringan tidak lebih dari 0,75%. Untuk daerah dengan intensitas hujan tinggi kemiringan tidak lebih dari 0,5% untuk menghindarkan bahaya erosi . Pada alur kontur, alur diletakkan melintang kemiringan lahan. Sesuai untuk lahan yang berkemiringan sampai 5%. Untuk daerah dengan hujan tinggi, panjang alur harus cukup pendek untuk menghindari terjadinya luapan air permukaan yang dapat merusak tubuh alur itu sendiri. Pengaliran air ke alur dapat menggunakan pipa fleksibel (siphon) atau pipa berpintu yang dapat digeser (slide gated pipe). Pola pembasahan air irigasi pada irigasi alur berbeda dengan irigasi border, sebab perembesan terjadi secara lateral dan vertikal. Pola pembasahan pada tanah bertekstur pasir cenderung ke arah vertikal, sedangkan pada tanah bertekstur liat cenderung ke arah horizontal. Pola pembasahan ini akan menentukan jarak antar alur. Variabel dominan yang mempengaruhi laju aliran di dalam alur adalah debit aliran, laju infiltrasi, ukuran dan bentuk penampang basah alur, kemiringan dan tahanan hidrolik (kekasaran permukaan). Kriteria untuk mendapatkan pola resapan air irigasi yang seragam sepanjang alur adalah sama seperti pada irigasi border, yakni waktu kesempatan untuk berinfiltrasi. Pengukuran laju infiltrasi dalam irigasi alur biasanya dilakukan dengan: (a) metoda infiltrometer ganda, (b) metoda inflow-simpanan (storage), dan (c) metoda inflow-outflow. Dalam metoda inflow-outflow alur dibagi menjadi sejumlah penampang. Tiap penampang dipasang alat ukur debit Parshal Flume atau tipe sekat ukur lainnya. Penampang alur diukur untuk setiap penampang uji dengan point gauge. Laju jelajah dan kedalaman aliran pada setiap penampang uji dicatat.

2. Irigasi Genangan.

Pemberian air dengan cara irigasi genangan ini dilakukan dengan cara menggenangi lahan pertanian degan air irigasi. Air ini dibawa dari sumbernya dengan ienggunakan saluran tanah. saluran pasangan atau pipa - pipa. Penggunaan saluran tanah atau tanpa perkuatan. dilakukan kalau tanah dasar cukup baik sehingga kehilangan debit akibat rembesnya air pada saluran tidak terlalu besar. Atau juga kalau kecepatan aliran pada saluran cukup rendah sehingga tidak mungkin mengakibatkan erosi pada saluran. Kalau diperkirakan rembesan akan besar, maka perlu dipertimbangkan untuk menggunakan saluran pasangan atau pipa-pipa.

Umumnya pemakaian air untuk irigasi genangan ini cukup besar, karena itu pada daerah yang debit tersedianya tidak cukup besar, sitem ini sebaiknya dihindari. Apalagi untuk daerah yang tanah pertaniannya mempunyai permeabilitas yang tinggi. sehingga rembesan dan perkolasinya tinggi. sistem ini sebaikya tidak digunakan.

3. Irigasi Siraman (sprinkler irrigation) Irigasi siraman ada!ah sistem irigasi dimana air diberikan kepada tanaman dengan menyemprotkan air keatas sehingga menyerupai hujan ketika air jatuh ketanah. Suatu keuntungan yang paling utama dalam penggunaan sistem ini ialah : dapat digunakan untuk kondisi dimana irigasi permukaan/genangan tidak dapat diterapkan atau tidak effisien. Sistem ini sangat berguna kalau: a. Lahan tidak dapat. disiapkan untuk irigasi permukaan/ genangan. b. Kemiringan medan terialu besar. c. Keadaan topografi lahan tidak teratur. d. Lahan mudah tererosi. e. Tanah mempunyai permeabilitas sangat tinggi atau sangat rendah. f. Kedalam tanah dangkal diatas kerikil atau pasir. Irigasi ini memerlukan peralatan dan kelengkapan yang lebih rumit dan mahal seperti: Pompa, pipa-pipa, keran-keran dan sebagainya. Namun ada beberapa hat yang. menyebabkan sistem ini lebih menguntungkan : a. Tidak memerlukan biaya penyiapan lahan yang terlalu mahal. b. Memerlukan debit air yang relatif kecil, sehingga pemakaian air dapat dihemat. c. Tenaga terlatih untuk melaksanakan/mengelola. irigasi permukaan tidak diperlukan. d. Areal dapat dihemat karena tidak ada bagian areal yang digunakan untuk saluran-saluran, bangunan-bangunan dan sebagainya. e. Tanah dapat segera dikembangkan untuk produktifitas yang tinggi karena jaringan irigasinya dapat segera terpasang.

Irigasi sprinkler ini selain untuk membasahi tanah, dapat juga digunakan untuk keperluan lain seperti : a. Untuk mengatur suhu terutama didaerah yang beriklim dingin. pada waktu musim dingin yang disemprotkan mempunyai suhu normal. b. Untuk menyebarkan pupuk dan obat anti hama, karena pupuk dan obat tadi langsung dicampur dengan air yang akan disemprotkan. Tapi perlu diperhatikan bahwa ada obat-obatan yang, merusak pipa karena korosifitasnya tinggi. Namun demikian ada beberapa kekurangan/kelemahan dari sistem ini yaitu : a. Angin dapat mempengaruhi penyemprotan air. b. Supaya penggunaan peralatan dapat ekonomis, diperlukan sumber air yang konstan. c. Diperlukan air yang bersih dan bebas pasir dan sebagainya. d. Investasi awal cukup tinggi. e. Penggunaan daya untuk menyemprotkan cukup tinggi. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan pengabut (nozzle ) yang bentuknya antara lain seperti berikut ini. Pengabut pada gambar tersebut memiliki dua pengabut : a. Pengabut penggeser. b. Pengabut penyebar. Pada waktu air memancar melalui pengabut penggeser, maka air akan mendorong pemukul untuk berputar pada poros tegaknya. Namun dengan adanya pegas, maka pemukul tersebut akan segera kembali dan memukul pengabut penggeser sehingga pengabut secara keseluruhan akan berputar pada poros tegaknya. Akibat dari gerakan ini menyebabkan pengabut dapat menyebarkan air secara berkeliling. Pada waktu air mengenai pemukul, maka pancaran air akan dipantulkan, sehingga penyiraman terjadi pada daerah sekitar pengabut. Sedangkan pada waktu pemukul terdorong, maka pengabut akan menyemprotkan air cukup jauh, sehingga dapat mencapai radius yang besar. Daerah yang tidak tercapai oleh pancaran pengabut penggeser akan diisi oleh pengabut penyebar. Dengan demikian maka penyebaran air cukup merata. Keuntungan Irigasi siraman: pengukuran air lebih mudah tidak mengganggu pekerjaan pertanian dan hemat lahan efisiensi air tinggi investasi dengan mempertimbangkan kebutuhan jaringan distribusi luwes dan memungkinkan otomasi sehingga O&P lebih murah

4. Irigasi Tetes Irigasi tetes yaitu suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring ke dalam tanah melalui suatu pemancar. Debitnya relatif kecil dan konstan serta bertekanan rendah. Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya tergantung jenis tanah, kelembaban, permeabilitas tanah, dan jenis tanaman Keuntungan irigasi tetes: 1. Efisiensi sangat tinggi (evaporasi , tidak ada gerakan air di udara, tidak ada pembasahan daun, runoff , pengairan dibatasi di sekitar tanaman pokok) 2. Respon tanaman lebih baik (produksi, kualitas, keseragaman) Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu dengan unsur hara, tekanan rendah, tidak mengganggu keseimbangan kadar lengas Mengurangi perkembangan serangga, penyakit, dan jamur Penggaraman/pencucian garam efektif karena ada isolasi lokasi. 3. Lahan tidak terganggu karena pengolahan tanah, siraman, dll. Meningkatkan drainasi permukaan. 4. Perencanaan dan konstruksi murah bila penyumbatan tidak terjadi dan pemeliharaan emiter minimum. O&P murah. 5. Bisa diletakkan di bawah mulsa plastik,bisa diterapkan di daerah bergelombang

También podría gustarte