Está en la página 1de 26

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1.

Analisis Situasi

4.1.1. Geografi Puskesmas Ulak Karang terletak di Kecamatan Padang Utara, Kota Padang, dengan luas wilayah kerja 370 ha, terdiri dari 2 kelurahan yaitu Kelurahan Ulak Karang Selatan dan Kelurahan Lolong Belanti. Wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang termasuk daerah pusat Kota Padang dengan sebagian wilayahnya terletak di sepanjang pantai yaitu Kelurahan Ulak Karang Selatan. Sedangkan Kelurahan Lolong Belanti berada di daerah daratan. Seluruh wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. 4.1.2. Sosial Ekonomi Tabel 4.1.Distribusi Penduduk berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2010 No Pekerjaan Frekuensi (f) 1. Pegawai Negeri Sipil 1515 2. TNI/Polri 1252 3. Nelayan 1120 4. Pedagang 988 5. Wiraswasta 857 6. Buruh 791 7. Lainnya 336 Sumber : Data Kantor Camat Padang Utara 2010 Persentase (%) 22 18 17 15 12 11 5

Tabel 4.1. menunjukkan pekerjaan penduduk yang terbanyak secara berturutturut adalah pegawai negeri sipil 22%, TNI/Polri 18%, Nelayan 17%, pedagang 15%, wiraswasta 12%, buruh 11%, dan lainnya 5%.

4.1.3. Demografi
44

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk per Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2011 No. 1. 2. Kelurahan Ulak Karang Selatan Lolong Belanti Jumlah Jumlah Jiwa Jumlah RT RW Laki-laki Perempuan 3969 3973 7942 43 13 4353 4178 8531 33 7 8322 8151 16473 76 20 KK 2.38 6

Sumber : Data Kantor Camat Padang Utara 2011 Pada tabel 4.2. diketahui jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang. Jumlah penduduk terbanyak adalah Kelurahan Lolong Belanti 8.531 jiwa dibandingkan Kelurahan Ulak Karang Selatan 7.942 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak menurut jenis kelamin adalah laki-laki 8.322 jiwa. 4.1.4. Tenaga Kerja Kesehatan Tabel 4.3. Distribusi Staf Puskesmas Ulak Karang Tahun 2011 No 1 2 3 4. 5 6 Jenis Tenaga Dokter Umum Dokter Gigi Sarjana Kesehatan Masyarakat Bidan Perawat Analis Pendidikan S1 S1 S1 D4 D3 D1 D3 SPK D3 SMAK D3 SMF/SAA D4 D1 D3 SPRG CP Akper
Jumlah

4 4 3 2 2 5 7 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1

Jenis Kelamin LK PR 0 4 0 4 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 2 5 7 2 1 2 1 2 1 1 1 0 1

Status Kepegawaian PNS PTT 4 0 4 0 3 0 2 2 4 7 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 8 9 10

Asisten Apoteker Gizi Perawat Gigi

Pekarya Kesehatan Sumber : Data Puskesmas Ulak Karang 2011


45

Pada tabel 4.3. diketahui distribusi staf

Puskesmas Ulak Karang yang

terbanyak secara berturut adalah 9 bidan, 9 perawat, 3 dokter umum, 3 dokter gigi, 3 analis, 3 asisten apoteker, 2 ahli gizi, 2 perawat gigi, dan 1 pekarya kesehatan.

4.2.

Karakteristik Responden

4.2.1. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui distribusi umur responden yang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut : Tabel 4.4. Distribusi Umur Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012 Variabel Umur Mean 29,52 SD 4,925

Berdasarkan tabel 4.4. diketahui rata-rata umur responden adalah 29,5 tahun dengan standar deviasi 4,9 tahun. 4.2.2. Pekerjaan Responden Dari hasil penelitian dapat diketahui distribusi frekuensi pekerjaan responden yang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut : Tabel 4.5. Distribusi Pekerjaan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012 Jenis Pekerjaan Ibu Rumah Tangga PNS Pegawai BUMN Pegawai Swasta Wiraswasta/Pedagang Jumlah f 57 11 1 8 10 87 % 65,5 12,6 1,1 9,2 11,5 100

Berdasarkan tabel 4.5. diketahui lebih dari setengah responden pekerjaannya adalah ibu rumah tangga yaitu 57 dari 87 responden (65,5%). 4.3. Analisis Univariat
46

4.3.1. Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi frekuensi pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi seperti pada gambar 4.1. berikut :
Tidak Lengkap 35,6 %

Lengkap 64,4%

Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012 Pada gambar 4.1. dapat diketahui lebih dari setengah responden yang memiliki bayi telah mengimunisasi bayinya dengan lengkap yaitu 56 dari 87 responden (64,4%). 4.3.2. Pendidikan Ibu Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan seperti pada gambar 4.2. berikut :
Rendah 20,7%

Tinggi 79,3%

Gambar 4.2.Distribusi Frekuensi berdasarkan Pendidikan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012 Pada gambar 4.2. dapat diketahui sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu SMA keatas dengan 69 orang dari 87 responden (79,3%).
47

4.3.3. Pengetahuan Ibu Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan seperti pada gambar 4.3. berikut :
Rendah 35,6%

Tinggi 64,4%

Gambar 4.3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Pengetahuan Responden tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012 Pada gambar 4.3. dapat diketahui lebih dari setengah responden memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai imunisasi dasar lengkap yaitu 56 orang dari 87 responden (64,4%). Hasil pengetahuan responden ini diperoleh dari rekapan pertanyaan pengetahuan yang terdiri dari 9 pertanyaan seperti pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden menurut Pertanyaan Penelitian mengenai Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara tahun 2012 No Kuesioner Menjawab Benar

48

f 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Manfaat imunisasi Tempat bayi diimunisasi Jenis imunisasi yang diberikan pada bayi Sejak kapan pemberian imunisasi diberikan Berapa kali imunisasi Hepatitis B diberikan Berapa kali imunisasi BCG diberikan Berapa kali imunisasi DPT-HB diberikan Berapa kali imunisasi Polio diberikan Fungsi imunisasi BCG 67 15 44 77 20 48 22 17 37

% 77 17,2 50,6 88,5 23 55,2 25,3 19,5 42,5

Berdasarkan tabel 4.6. dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling sedikit terjawab dengan benar adalah tentang tempat bayi diimunisasi yaitu sebanyak 15 dari 87 responden (17,2%), berapa kali imunisasi Polio diberikan yaitu sebanyak 17 dari 87 responden (19,5%), berapa kali imunisasi Hepatitis B diberikan yaitu sebanyak 20 dari 87 responden (23%) dan berapa kali imunisasi DPT-HB diberikan yaitu sebanyak 22 dari 87 responden (25,3%).

4.3.4.

Sikap Ibu Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi frekuensi

responden berdasarkan sikap seperti pada gambar 4.4. berikut :

49

Negatif 21,8%

Positif 78,2%

Gambar 4.4.Distribusi Frekuensi berdasarkan Sikap Responden tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012 Pada gambar 4.4. dapat diketahui sebagian besar responden memiliki sikap yang positif mengenai imunisasi dasar lengkap yaitu 68 orang dari 87 responden (78,2%). Hasil sikap responden ini diperoleh dari rekapan pernyataan sikap yang terdiri dari 10 pernyataan sikap positif dan 6 pernyataan sikap negatif seperti pada tabel 4.7. dan 4.8 berikut : Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Sikap Positif Responden menurut Pernyataan mengenai Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara tahun 2012 No.
(1)

Pernyataan Positif
(2)

Frekuensi (f)
(3)

Persentase (%)
(4)

1. 2.

Imunisasi penting dilakukan a. Setuju b. Sangat setuju Imunisasi dapat menunjang tumbuh kembang anak a. Kurang setuju b. Setuju c. Sangat setuju

34 53 9 28 50

39,1 60,9 10,3 32,2 57,5

(1)

(2)

(3)

(4)

3.

4.

Penundaan/penolakan imunisasi akan beresiko terkena penyakit menular a. Kurang setuju b. Setuju c. Sangat setuju Vaksin yang diberikan dalam imunisasi merupakan
50

18 31 38

20,7 35,6 43,7

5.

6.

7.

8.

9. 10.

produk yang aman a. Kurang setuju b. Setuju c. Sangat setuju Seharusnya bayi diimunisasi sedini mungkin a. Tidak setuju b. Kurang setuju c. Setuju d. Sangat setuju Seharusnya bayi diimunisasi sebelum umur 1 tahun a. Tidak setuju b. Kurang setuju c. Setuju d. Sangat setuju Rasa sakit, kemerahan di tempat penyuntikan merupakan reaksi normal dan tidak berbahaya a. Tidak setuju b. Kurang setuju c. Setuju d. Sangat setuju Jika ragu mengenai efek samping tanyakan pada petugas kesehatan a. Setuju b. Sangat setuju Penyuluhan imunisasi penting dilakukan a. Setuju b. Sangat setuju Program imunisasi harus ditingkatkan a. Setuju b. Sangat setuju

20 37 30 2 22 34 29 1 21 40 25 6 30 31 20 63 24 62 25 55 32

23,0 42,5 34,5 2,3 25,3 39,1 33,3 1,1 24,1 46 28,7 6,9 34,5 35,6 23 72,4 27,6 71,3 28,7 63,2 36,8

Berdasarkan tabel 4.7. diketahui bahwa pernyataan sikap positif responden terbanyak yaitu imunisasi penting dilakukan secara berturut-turut adalah sangat setuju 53 dari 87 responden (60,9%), dan setuju 34 dari 87 responden (39,1%), program imunisasi harus ditingkatkan secara berturut-turut adalah sangat setuju 32 dari 87 responden (36,8%), dan setuju 55 dari 87 responden (63,2%), penyuluhan imunisasi penting dilakukan secara berturut-turut adalah sangat setuju 25 dari 87 responden (28,7%), dan setuju 62 dari 87 responden (71,3%). Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Sikap Negatif Responden menurut Pernyataan mengenai Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara tahun 2012
51

No. 1.

Pernyataan Negatif Bayi akan kebal penyakit infeksi walaupun tidak diimunisasi a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju Vaksin yang disuntikkan terbuat dari zat haram a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju Imunisasi menyusahkan keluarga karena bayi pasti sakit a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Jika timbul gangguan setelah diimunisasi, bayi tidak diimunisasi lagi a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju Anak sakit flu tidak boleh diimunisasi a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Anak saya sehat tidak perlu diimunisasi a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju

Frekuensi (f) 20 53 14 13 56 18 1 24 49 13 21 49 17 32 31 18 6 1 18 49 19

Persentase (%) 23 60,9 16,1 14,9 64,4 20,7 1,1 27,6 56,3 14,9 24,1 56,3 19,5 36,8 35,6 20,7 6,9 1,1 20,7 56,3 21,8

2.

3.

4.

5.

6.

Berdasarkan tabel 4.8. diketahui bahwa pernyataan sikap negatif responden terbanyak adalah anak sakit flu tidak boleh diimunisasi secara berturut-turut adalah sangat setuju 32 dari 87 responden (36,8%), setuju 31 dari 87 responden (35,6%), kurang setuju 18 dari 87 responden (20,7%), dan tidak setuju 6 dari 87 responden (6,9%), imunisasi menyusahkan keluarga karena bayi pasti sakit secara berturut-turut adalah sangat setuju 1 dari 87 responden (1,1%), setuju 24 dari 87 responden (27,6%), kurang setuju 49 dari 87 responden (56,3%), dan tidak setuju 13 dari 87 responden (14,9%), jika timbul gangguan setelah diimunisasi bayi tidak diimunisasi

52

lagi secara berturut-turut adalah setuju 21 dari 87 responden (24,1%), kurang setuju 49 dari 87 responden (56,3%), dan tidak setuju 17 dari 87 responden (19,5%). 4.3.5. Dukungan Suami Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan suami seperti pada gambar 4.5. berikut :

Mendukung 35,6%

Tidak Mendukung 64,4 %

Gambar 4.5.Distribusi Frekuensi berdasarkan Dukungan Suami tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012 Pada gambar 4.5. dapat diketahui lebih dari setengah responden tidak mendapatkan dukungan suami dalam pemberian imunisasi dasar lengkap yaitu 56 dari 87 responden (64,4%). Hasil dukungan suami responden ini diperoleh dari rekapan kuesioner yang terdiri dari 4 pernyataan seperti pada tabel 4.9. berikut :

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Responden Menurut Pernyataan mengenai Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara tahun 2012 Menjawab Ya No 1 Kuesioner Suami menyarankan agar ibu membawa bayi diimunisasi
53

f 69

% 79,3

2 3 4

Suami mengingatkan ibu tentang jadwal imunisasi Suami mengantarkan ibu mengimunisasi bayi Suami memberikan pujian ibu jika telah mengimunisasi bayi

54 35 14

62,1 40,2 16,1

Berdasarkan tabel 4.9. dapat dilihat bahwa pernyataan dukungan suami yang paling banyak tidak menjawab ya adalah suami memberikan pujian ibu jika telah mengimunisasi bayi yaitu 14 dari 87 responden (16,1%), dan suami mengantarkan ibu untuk mengimunisasi bayi yaitu 36 dari 87 responden (41,4%).

4.4.

Analisa Bivariat

4.4.1. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Tabel 4.10. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012
Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Tidak Lengkap Lengkap f
Rendah Tinggi Jumlah 12 19 31

Total OR f
18 69 87

Pendidikan

%
100 100 100 5,26

95% CI

p value

%
66,7 27,5 35,6

f
6 50 56

%
33,3 72,5 64,4

1,729-16,023

0,005

Keterangan f : Frekuensi OR : Odds Ratio CI : Confidence Interval

Dari tabel 4.10. terlihat bahwa persentase pemberian imunisasi dasar lengkap lebih banyak pada ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi (72,5%) dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah (33,3%). Berdasarkan hasil uji statitistik terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi dengan nilai (p value <0,05) dan Odd Ratio (OR) = 5,26

54

artinya ibu dengan pendidikan tinggi

mempunyai peluang 5,26 kali untuk

memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi. 4.4.2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Tabel 4.11. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012
Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Tidak Lengkap Lengkap f
Rendah Tinggi Jumlah 16 15 31

Total OR f
31 56 87

Pengetahuan

%
100 100 100 2,916

95% CI

p value

%
51,6 26,8 35,6

f
15 41 56

%
48,4 73,2 64,4

1,162-7,314

0,037

Keterangan f : Frekuensi OR : Odds Ratio CI : Confidence Interval

Dari tabel 4.11. terlihat bahwa persentase pemberian imunisasi dasar lengkap lebih banyak pada ibu dengan tingkat pengetahuan yang tinggi (73,2%) dibandingkan dengan yang berpengetahuan rendah (48,4%). Berdasarkan hasil uji statitistik terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi dengan nilai (p value <0,05) dan Odds Ratio (OR) 2,92 artinya ibu dengan pengetahuan tinggi mempunyai peluang 2,92 kali untuk memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi. 4.4.3. Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Tabel 4.12. Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012
Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Tidak Lengkap Lengkap 55 Total OR f 95% CI

Sikap

p value

f
Negatif Positif Jumlah 11 20 31

%
57,9 29,4 35,6

f
8 48 56

%
42,1 70,6 64,4 19 68 87 100 100 100 3,30 1,155-9,426 0,043

Keterangan f : Frekuensi OR : Odds Ratio CI : Confidence Interval

Dari tabel 4.12. terlihat bahwa persentase pemberian imunisasi dasar lengkap lebih banyak pada ibu yang memiliki sikap positif (70,6%) dibandingkan dengan sikap ibu yang negatif (42,1%). Berdasarkan hasil uji statitistik terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi dengan nilai (p value <0,05) dan Odds Ratio = 3,3 artinya ibu dengan sikap positif mempunyai peluang 3,3 kali untuk memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi.

4.4.4. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Tabel 4.13. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012.
Dukungan Suami Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap 56 Total OR 95% CI p value

Tidak Lengkap f
Tidak Mendukung Mendukung Jumlah 17 14 31

Lengkap f
39 17 56

f
56 31 87

%
100 100 100 0,529 0,213-1,313 0,251

%
30,4 45,2 35,6

%
69,6 54,8 64,4

Keterangan f : Frekuensi OR : Odds Ratio CI : Confidence Interval

Dari tabel 4.13. terlihat bahwa persentase pemberian imunisasi dasar lengkap lebih sedikit pada suami yang mendukung (54,8%) dibandingkan dengan suami yang tidak mendukung (69,6%). Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi dengan nilai (p value >0,05).

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1.

Keterbatasan Penelitian
57

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan desain cross sectional, dimana dilakukan pada waktu yang bersamaan. Desain tersebut memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat. Hubungan hanya dapat menunjukkan keterkaitan antara variabel independen dengan dependen.

5.2.

Analisis Univariat

5.2.1. Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Berdasarkan hasil penelitian diketahui lebih dari setengah responden yang memiliki bayi yaitu 64,4% di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara tahun 2012 telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulnas (2009) di wilayah kerja Puskesmas Limau Purut Kabupaten Padang Pariaman yaitu didapatkan pencapaian imunisasi dasar lengkap hanya 35,6%.
26

Penelitian ini juga masih belum

sesuai dengan apa yang diharapkan pemerintah yang menetapkan pencapaian imunisasi dasar lengkap yaitu minimal 90% secara merata pada bayi di seluruh desa atau kelurahan. 5.2.2. Pendidikan Ibu Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang didapatkan bahwa sebagian besar responden 69 orang dari 87 responden (79,3%) berpendidikan tinggi. Hasil penelitian ini sama dengan yang didapatkan oleh Irfani (2010) di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Medan yang diketahui 77,8% responden termasuk dalam kategori pendidikan tinggi dan memberikan imunisasi dasar lengkap.27 Tingkat pendidikan responden merupakan faktor yang sulit untuk diintervensi, upaya yang dapat dilakukan adalah pengembangan tingkat pengetahuan
58

bagi masyarakat melalui promosi kesehatan sehingga ibu-ibu mampu untuk memahami tentang pentingnya imunisasi untuk anaknya. Kesadaran ibu akan pentingnya imunisasi pada bayi dapat berpengaruh pada kelengkapan imunisasi. Ibu yang berpendidikan formal tinggi akan lebih mudah menerima dan menyerap informasi yang didapat, sebaliknya ibu yang berpendidikan formal rendah akan sulit menerima dan menyerap informasi yang didapat dalam hal ini adalah informasi yang tentang imunisasi.28 Tingkat pendidikan formal ibu akan mempengaruhi sikap dan perilaku ibu dalam menerima informasi. Tingkat pendidikan formal ibu berkaitan dengan pengetahuan dalam pemeliharaan anak dalam hal ini imunisasi. Tingkat pendidikan formal akan mempengaruhi sikap dan tindakan ibu untuk mengimunisasikan anaknya karena pendidikan berkaitan dengan kemampuan menerima informasi yang berhubungan dengan kesehatan. 5.2.3. Pengetahuan Ibu Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang didapatkan bahwa lebih dari setengah responden 56 orang dari 87 responden (64,4%) berpengetahuan tinggi tentang imunisasi dasar lengkap. Hasil penelitian ini sama dengan yang didapatkan Effendi dan Astuti (2010) di Banjar Kalimantan Selatan bahwa terdapat 69,8% responden yang berpengetahuan tinggi.13 Ada beberapa pertanyaan dalam menguji pengetahuan responden tentang pemberian imunisasi secara lengkap yang paling sedikit dijawab responden dengan benar. Pertanyaan tersebut yaitu tentang tempat bayi diimunisasi, berapa kali imunisasi Polio, Hepatitis B, dan DPT-HB diberikan kepada bayi. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil tahu dari seseorang yang terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek
59

tertentu. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih mudah dipahami dan dimengerti dari pada tidak didasari oleh pengetahuan tentang imunisasi.28 5.2.4. Sikap Ibu Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang didapatkan bahwa sebagian besar 68 orang dari 87 responden (78,2%) memiliki sikap yang positif. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Helmi (2008) di Medan Sumatera Utara menyatakan bahwa sikap ibu positif mengenai imunisasi lengkap sebanyak 85,8%.29 Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi dan reaksi perasaan.28,30 5.2.5. Dukungan Suami Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara tentang dukungan suami terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap kepada bayi didapatkan bahwa lebih dari setengah responden yaitu 56 orang dari 87 responden (64,4%) tidak mendapat dukungan dari suami. Hasil penelitian ini berbeda dengan yang didapatkan Effendi dan Astuti (2010) di Banjar Kalimantan Selatan, yang menyatakan bahwa suami yang mendukung pemberian imunisasi yaitu 66,7%.13 Pada penelitian ini, umumnya responden tidak mendapatkan dukungan dari suami. Hal ini dapat dilihat dari rekapan kuesioner pernyataan dukungan suami yang paling banyak tidak menjawab ya adalah suami memberikan pujian jika telah
60

mengimunisasi dan suami mengantarkan untuk mengimunisasi bayi. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden hal tersebut terjadi karena kesibukan dari pekerjaan suami yang tidak bisa mengantarkan bayi untuk diimunisasi karena bekerja di pagi harinya, selain itu juga didukung oleh jadwal imunisasi setiap hari kamis pada minggu kedua dan keempat yang bertepatan dengan hari kerja dan rutinitas rutin suami untuk bekerja sehingga tidak bisa mengantarkan bayi untuk diimunisasi. Menurut teori Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor pendorong (reinforcing) dalam perilaku kesehatan termasuk dalam hal ini untuk memberikan imunisasi kepada anak. Dukungan dari suami sangat dibutuhkan oleh ibu-ibu dalam setiap kegiatan yang dilakukannya termasuk dalam hal pemberian imunisasi. Ibu yang mendapat dukungan suami cenderung berperilaku mengimunisasikan anaknya dibanding dengan ibu yang tidak mendapat dukungan dari keluarga.18

5.3.

Analisa Bivariat

5.3.1. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Berdasarkan hasil penelitian diketahui persentase pencapaian imunisasi lebih banyak pada tingkat pendidikan ibu yang tinggi (72,5%) dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah (33,3%). Berdasarkan hasil uji statitistik terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012 dengan nilai p value <0,05 dan Odds Ratio (OR) = 5,26 artinya ibu dengan pendidikan tinggi mempunyai peluang 5,26 kali untuk memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wati (2007) di Jawa Barat dan Jawa Tengah bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
61

tingkat pendidikan formal ibu dengan status imunisasi dasar bayi dengan nilai p value 0,000 (p<0,05) dan Odds Ratio (OR) = 3,14.31 Tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan seseorang tidak menjamin seseorang untuk berperilaku baik tentang kesehatan. Walaupun tingkat pendidikan seseorang tersebut tinggi misalnya tamatan Akademi/Perguruan Tinggi belum tentu mereka mengetahui tentang manfaat imunisasi dan dapat berlaku sebaliknya walaupun tingkat pendidikan sesorang rendah tetapi mereka dapat mengerti tentang pentingnya imunisasi untuk anak. Hal ini sangat berhubungan dengan informasi kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.28 Dalam penelitian ini ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dapat memberikan imunisasi dasar lengkap pada anaknya. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan dapat berpengaruh terhadap perilaku seseorang, dalam hal ini adalah perilaku kesehatan terutama pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi. Ibu yang berpendidikan tinggi merasa bahwa imunisasi sangat penting bagi anaknya sehingga ibu tersebut sadar akan pentingnya imunisasi.

5.3.2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Beradasarkan hasil penelitian terlihat bahwa persentase pemberian imunisasi dasar lengkap lebih banyak pada tingkat pengetahuan ibu yang tinggi (73,2%) dibandingkan dengan yang berpengetahuan rendah (48,4%). Berdasarkan hasil uji statitistik terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012 dengan nilai p value <0,05 dan Odds Ratio (OR) = 2,92 artinya

62

ibu dengan pengetahuan tinggi mempunyai peluang 2,92 kali untuk memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendi (2010), dan kawan-kawan di wilayah kerja Puskesmas Dalam Pagar Banjarmasin bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu dalam memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi dengan nilai p value 0,005 (p<0,05).13 Berdasarkan rekapan pertanyaan pengetahuan dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling sedikit terjawab dengan benar adalah tentang tempat bayi diimunisasi, berapa kali imunisasi Polio diberikan, berapa kali imunisasi Hepatitis B diberikan dan berapa kali imunisasi DPT-HB diberikan. Hal ini disebabkan karena kurangnya akses informasi masyarakat mengenai informasi kesehatan, dalam hal ini adalah pengetahuan mengenai imunisasi yang komprehensif. Cakupan imunisasi terkait erat dengan dengan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap manfaat mendapatkan imunisasi.32 Ibu yang berpengetahuan tinggi cenderung lebih aktif mengimunisasikan anaknya dibanding dengan ibu yang berpengetahuan rendah. Hal ini sesuai juga dengan pengetahuan yang dimiliki oleh ibu sehingga dia mempunyai keinginan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat.21,30 Hal ini sesuai dengan teori Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) bahwa adanya kecendrungan pengetahuan yang tinggi akan lebih berperilaku baik tentang kesehatan termasuk dalam hal ini untuk berperilaku mengimunisasikan anaknya. 21,30 5.3.3. Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi

63

Beradasarkan hasil penelitian diketahui persentase pemberian imunisasi dasar lengkap lebih banyak pada sikap ibu yang positif (70,6%) dibandingkan dengan sikap ibu yang negatif (42,1%). Berdasarkan hasil uji statitistik terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2012 dengan nilai p value <0,05 dan Odds Ratio (OR) = 3,3 artinya ibu dengan sikap positif mempunyai peluang 3,3 kali untuk memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Nurapliyanti (2009) di Kecamatan Pancoran Mas Depok menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan perilaku mengimunisasikan bayinya dengan nilai p value 0,024 (p<0,05) dan Odds Ratio = 3,846.23 Berdasarkan rekapan pernyataan sikap responden diketahui bahwa pernyataan sikap positif responden terbanyak yaitu imunisasi penting dilakukan, program imunisasi harus ditingkatkan, dan penyuluhan imunisasi penting dilakukan. Sedangkan sikap negatif responden terbanyak adalah anak sakit flu tidak boleh diimunisasi, imunisasi menyusahkan keluarga karena bayi pasti sakit, dan jika timbul gangguan setelah diimunisasi bayi tidak diimunisasi lagi. Padahal jika anak hanya sakit flu yang ringan maka boleh saja dilakukan imunisasi, asalkan anak tidak demam dan tidak rewel. Jika bayi sangat rewel maka tunda melakukan imunisasi 1 hingga 2 minggu. Menurut Seodjatmiko (2009), setiap vaksin memiliki reaksi berbeda-beda, tergantung pada penyimpanan vaksin dan sensitivitas tiap anak. Namun, jika para orangtua mengetahui informasi penting mengenai reaksi yang mungkin timbul setelah imunisasi dan solusinya, sebenarnya orang tua tidak perlu panik dan dapat mengatasinya serta tidak perlu menghentikan imunisasi.2,32

64

Berdasarkan rencana operasional promosi kesehatan ibu dan anak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia masih terdapat permasalahan dalam hal kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan efek sampingnya, hal ini disebabkan karena masih kurangnya akses terhadap informasi kesehatan dan penyuluhan secara aktif yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Menurut Alport yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu kepercayaan (keyakinan), kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek dan kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) artinya sikap adalah merupakan komponen mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap merupakan ancangancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). 21,30 Pada penelitian ini terdapat hubungan antara sikap dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi. Karena perilaku seseorang tidak hanya sematamata dipengaruhi oleh sikap tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya yaitu

predisposing, enabling dan reinforcing. Faktor predisposing antara lain berhubungan dengan pengetahuan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Faktor enabling seperti sarana-sarana kesehatan termasuk standar pelayanan di Puskesmas. Faktor reinforcing berupa dukungan dari pihak terkait seperti peran serta masyarakat dan peraturan pemerintah dan lain lain. 21,30 5.3.4. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa proporsi pemberian imunisasi dasar lengkap lebih sedikit pada suami yang mendukung (54,8%) dibandingkan dengan suami yang tidak mendukung (69,6%). Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan pemberian

65

imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja puskesmas ulak karang kecamatan padang utara tahun 2012 dengan nilai p value >0,05. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendi (2010), dan kawan-kawan di wilayah kerja Puskesmas Dalam Pagar Banjarmasin bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan kepatuhan ibu dalam memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi dengan nilai p value 0,009 (p<0,05).13 Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) dapat disimpulkan bahwa keluarga mempunyai peranan penting dalam perilaku kesehatan dan dalam hal ini pemberian imunisasi secara lengkap, jika keluarga tidak mendukung maka akan mempengaruhi perilaku kesehatan terutama dalam kelengkapan imunisasi pada anak. Bentuk dukungan yang diberikan keluarga dalam penelitian ini adalah suami menyarankan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi, mengingatkan jadwal imunisasi, mengantarkan ibu dan bayi ke tempat imunisasi, dan memberikan pujian pada ibu jika telah mengimunisasi bayinya.
21,30

Berdasarkan rekapan pernyataan

dukungan suami dapat dilihat bahwa pernyataan dukungan suami yang paling banyak tidak menjawab ya adalah suami memberikan pujian ibu jika telah mengimunisasi bayi, dan suami mengantarkan ibu untuk mengimunisasi bayi. Pada umumnya dalam penelitian ini ibu-ibu sudah bisa mengambil keputusan sendiri untuk kepentingan kesehatan anaknya dan pada saat posyandu ibu-ibu umumnya sangat mandiri dengan pergi sendiri tanpa harus didampingi oleh suami.

66

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.

Kesimpulan Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan menyangkut

faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian imunisasi dasar lengkap pada


67

bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara, tahun 2012 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Lebih dari separuh responden memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara. 2. Sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara. 3. Lebih dari separuh responden mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara. 4. Sebagian besar responden mempunyai sikap yang positif mengenai pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara. 5. Lebih dari setengah responden tidak mendapatkan dukungan suami dalam pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara. 6. Adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara. 7. Adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara. 8. Adanya hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara.

68

9. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kecamatan Padang Utara.

6.2.

Saran 1. Diharapkan pada petugas posyandu yang memberikan pelayanan imunisasi agar memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu dan para keluarga tentang tempat-tempat bayi yang bisa diimunisasi selain di posyandu, jumlah pemberian tiap-tiap imunisasi, reaksi dan efek samping dari masing-masing jenis imunisasi dan solusi menanganinya agar

meningkatnya pengetahuan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap. 2. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap melalui penelitian kualitatif sehingga jawaban yang diperoleh lebih dalam dan luas.

69

También podría gustarte