Está en la página 1de 3

HASIL VS PUSTAKA STEK Berdasarkan hasil yang didapat pada praktikum peranan auksin terhadap perakaran stek yang

dilakukan selama 2 minggu ternyata hasil yang didapat pada perlakuan hormon IAA dan NAA pada stek btang bugenvile menunjukkan hasil yang tidak sigifikan untuk meningkatkan pertumbuhan stek yang berakar. Pada perlakuan hormon IAA pada jumlah akar yang tumbuh dengan konsentrasi 0 ppm didapatkan rata-rata 0.33 dan total yang didapat 1, sedangkan pada konsentrasi 50 ppm hormon IAA mendapatkan rataan 0.67 dan total 2 dan pada konsentrasi 100 ppm rataan yang didapat adalah 1.33 dan totalnya adalah 4. Sedangkan pada perlakuan pemberian hormon NAA menunjukkan hasil yang tidak nyata pada semua konsentrasinya karena tidak ada pertumbuhan jumlah akar yang didapat. Hal di atas juga terjadi pada panjang akar yang didapat dari hasil stek batang yaitu pada perlakuan IAA dengan konsentrasi 0 ppm rataan yang didapat yaitu 0.60 dan total yang didapat adalah 1.80, sedangkan pada konsentrasi 50 ppm memiliki rataan 0.17 dan total 0.50, dan pada konsentrasi 100 ppm rtaan yang didapat yaitu 1.13 dan totalnya 3.40. Sedangkan pada perlakuan hormon NAA pada semua konsentrasi tidak menunjukan hasil apapun atau memilki hasil 0 pada rataan dan juga totalnya. Ini berarti hormon IAA dan NAA menunjukkan hasil yang tidak nyata dalam merangsang perakaran stek batang bougenvile, sehingga proses perakaran menjadi lebih lambat. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1990); Wudianto (1993); Kusumo (1984); Yasman dan Smits (1988), yang mengemukakan bahwa manfaat dari hormon sangat tergantung dari dosis yang diberikan, jika dosisnya tepat akan sangat membantu dan didapatkan sistem perakaran yang baik dalam waktu relatif singkat. Selain itu, pengguntingan stek yang tidak tepat pada tempatnya akan menghambat proses perakaran, sehingga pengguntingan harus dilakukan pada nodum atau sedikit dibawah nodum karena hormon tumbuh banyak terdapat pada nodusnodus tersebut (Yasman dan smits, 1988). Dalam perkembangan akar, rhizokalin adalah salah satu subtansi yang diproduksi selama perpanjangan akar utama dan turut berperan didalamnya (Kusumo,1984). Penambahan zat pengatur tumbuh pada konsentrasi yang tepat mampu mempercepat tumbuhnya akar. Stek yang perakarannya lebih dahulu terbentuk tentunya mempunyai akar yang lebih panjang. Proses pembentukan akar dimulai dari sekelompok sel meristem yang secara terus-menerus membelah dan membentuk

sekelompok sel kecil (primordia akar) yang terus-menerus berkembang, kemudian akan membentuk ujung akar dan bertambah panjang (Arteca, 1996). Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan F hitung yang diperoleh

adalah 0.94, sedangkan F tabel adalah 3.11 pada panjang akar terpanjang. Sedangkan pada jumlah akar yang tumbuh F hitung yang diperoleh adalah 1.71, sedangkan F table adalah 3.11. Data ini menunjukkan bahwa hasilnya tidak signifikan atau tidak berbeda nyata, karena F hitung < F tabel.

KESIMPULAN: 1. Pada jumlah akar yang tumbuh perlakuan pemberian hormon IAA konsentrasi 0 ppm didapat rataan 0.33, pada konsentrasi 50 ppm didapatkan rataan 0.67 dan pada konsentrasi 100 ppm didapatkan rataan 1.33. Sedangkan, pada perlakuan hormon NAA pada semua konsentrasi didapatkan rataan 0. 2. Pada panjang akar terpanjang perlakuan pemberian IAA pada konsentrasi 0 ppm didapat rataan 0.60, pada konsentrasi 50 ppm didapatkan rataan 0.17 dan pada konsentrasi 100 ppm didapatkan rataan 1.13. Sedangkan, pada perlakuan hormon NAA pada semua konsentrasi didapatkan rataan 0. 3. Hasil yang didapat pada tabel anava yaitu F hitung yang diperoleh adalah 0.94, sedangkan F tabel adalah 3.11 pada panjang akar terpanjang. Sedangkan pada jumlah akar yang tumbuh F hitung yang diperoleh adalah 1.71, sedangkan F tabel adalah 3.11. Data ini menunjukkan bahwa hasilnya tidak signifikan atau tidak berbeda nyata, karena F hitung < F tabel.

DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro, D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta. Kusumo, S. 1984. Zat Pengatur Tum buh Tanaman. Penerbit CV. Yasaguna. Jakarta. Wudianto,R. 1993. Membuat Setek, cangkok dan Okulasi. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Yasman, I dan W. T. M. Smits. 1988. Metode Pembuatan Stek Dipterocarpaceae. Balai Penelitian Kehutanan. Samarinda. Arteca. Richard N. 1996. Plant Growth Substances. Principles and Applications. The Pennsylvania State University. Chapman and Hall. New York. 332p.

DOMINANSI APIKAL: FAKTOR-FAKTOR YANG EMPENGARUHI DOMINANSI APIKAL (point 5) Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan tanaman diduga melalui : Mengiduksi sekresi ion H+ keluar sel melalui dinding sel. Pengasaman dinding sel menyebabkan K+ diambil dan pengambila ini mengurangi potensial air dalam sel. Akibatnya air masuk ke dalam sel dan sel membesar. Mempengaruhi metabolisme RsNA yang berarti metabolisme protein mungkin melalui trasnkripsi molekul RNA. Memacu terjadinya dominansi apikal. Dalam jumlah sedikit memacu pertumbuhan akar (Catala, 2000). Menurut Wattimena (1987), faktor dari dalam mempengaruhi terjadinya dominansi apikal adalah zat pengatur tumbuh, faktor genetik, faktor lingkungan, dan dipengaruhi pula oleh usia fisiologis dari tanaman itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA Catala, C., Rose, J.K.C., Bennett, A.B., 2000. Auxin-Regulated Genes Encoding Cell Wall-Modifying Proteins are Expressed During Early Tomato Fruit GrowthPlant. Physiol 122 : 527 534. Wattimena, G.A. 1987. Zat Pengatur Tumbuh. PAU Bioteknologi IPB, Bogor.

También podría gustarte