Está en la página 1de 11

BAB I PENDAHULUHAN

A. Latar Belakang Menuanya organ tubuh tak lebih dari sebuah proses alamiah. Namun, "sangat sulit membedakan antara penuaan normal yang tidak bisa dicegah dengan kerusakan organ akibat penuaan yang sebenarnya dapat dicegah. Dari seluruh penyakit yang mendera lansia, penyakit kardiovaskular menempati urutan paling atas. Kerusakan akibat penuaan biasanya akan mengalami dua macam interaksi, yang berasal dari penuaan itu sendiri atau proses patologis yang mengikuti penyakit jantung tersebut. Kelompok ini pun sering mengalami kelainan klinis akibat komorbiditas serta polifarmasi. (Muin Rahman, A, 2010) Penyakit jantung merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup. Angka harapan hidup yang semakin meningkat ditambah peningkatan golongan usia tua semakin memperbesar jumlah penderita penyakit jantung yang sebagian besar diderita oleh orang tua. (Wikipedia, 2008) Sekitar 83% penderita gagal jantung merupakan lansia. Gagal jantung diastolik merupakan masalah utama disfungsi pendarahan pada lansia. Dari para lansia berusia di atas 80 tahun yang menderita gagal jantung, 70% di antaranya memiliki fungsi sistolik yang normal. Sedangkan para penderita gagal jantung yang berusia di bawah 60 tahun hanya kurang dari 10% yang fungsi sistoliknya masih bagus. Artinya, sebagian besar penderita lansia tidak memiliki kelainan pada fungsi sistolik, namun mengalami kelainan diastole. Sementara itu, hampir 75% pasien geriatri menderita gagal jantung, hipertensi dan atau penyakit arteri koroner. Sedangkan para lansia penderita gagal jantung diastolik akan mengalami gagal jantung dekompensasi karena biasanya tekanan darahnya relatif tinggi dan tidak terkontrol. Selain itu, sulit membedakan secara klinis antara gagal jantung diastol atau sistol karena keduanya sering bercampur pada orang tua. Gejala yang mendadak merupakan tanda umum gagal jantung akibat kelainan fungsi diastol. Gejala dan tanda gagal jantung akibat penuaan relatif sama pada gagal jantung orang muda, namun biasanya gejala klinis dan keluhan utama pasien tua seringkali berbeda dan sangat tersembunyi. Biasanya pasien tidak sadar dengan penyakitnya, yang dia alami ialah sebuah perasaan yang tidak berharga, tidak berguna, dan relatif menerima keadaan apa adanya seiring dengan bertambahnya usia. Namun biasanya, karena gagal jantung orang tua

cenderung berupa kegagalan diastol, maka gejalanya akan timbul tiba tiba dan membuat orang tua jadi uring uringan. Secara umum, lansia dengan gagal jantung mesti bed rest agar mengurangi risiko tromboemboli dan kondisi lain yang membuat fisik menjadi lemah. Penggunaan stocking untuk kompresi dibarengi antikoagulan (terbatas sampai gejala dekom berkurang) dapat dilakukan guna menghindari emboli dan trombosis vena. Diet restriksi cairan tidak perlu dilakukan karena biasanya orang tua yang sedang sakit akan sangat sulit untuk makan secara normal. Lansia pun cenderung cardiac cahexia dengan mekanisme yang belum jelas, namun menyebabkan sangat rendahnya absorbsi dan penimbunan lemak pada lansia dengan penyakit jantung. Sebelum sampai pada tata laksana farmakologis, sangat penting peran dokter untuk menyemangati hidup para lansia ini, mengajak keluarganya untuk merawat bersama, serta meyakinkan bahwa mereka akan mendapatkan penanganan yang prima. Sebab, kekuatan psikologis jauh lebih berarti mengingat banyaknya obat yang cenderung menjadi 'tidak mempan' untuk orang-orang tua akibat penurunan fungsi organ yang hampir total.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk Mengetahui Gangguan Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia. 2. Tujuan Khusus 1) Mampu memahami dan mengindentifikasi masalah pada lansia dengan gagal jantung. 2) Mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan gagal jantung. 3) Mampu merumuskan diaganosa keperawatan pada lansia dengan gagal jantung. 4) Mampu menyusun rencana / intervensi keperawatan pada lansia dengan gagal jantung. 5) Mampu mengaplikasikan tindakan nyata / implementasi pada lansia dengan gagal jantung. 6) Mampu menilai / mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.

C. Ruang Lingkup Penulisan Penyusunan ini hanya membahas tentang gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia. D. Metode Penulisan

Penulisan ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia dengan studi literature yang diperoleh dari bukubuku perpustakaan, internet dan hasil dari diskusi kelompok yang disajikan dalam bentuk makalah. E. Sistematika Penulisan Tulisan ini terdiri dari 3 (tiga) bab, yaitu : BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, Ruang Lingkup dan Sistematika Penulisan. BAB II : Landasan teoritis

BAB III : Asuhan Keperawatan Gangguan Kardiovaskuler BAB IV : Penutup, Kesimpulan, dan Saran.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perubahan Sistem Kardiovaskuler pada Lansia Pada orang orang sehat, peruhahan anatomik fisiologik tersebut merupakan bagian dari proses menua, Usia Ianjut bukanlah merupakan penyakit, tetapi merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres atau pengaruh lingkungan. Proses menua melandasi berbagai kondisi yang terjadi pada usia lanjut (Kumar et al, 1992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999) Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh adalah disebabkan oleh proses menua dan bukan disebabkan oleh peayakit yang menyertai proses menua, ada 4 kriteria yang harus dipenuhi (Widjayakusumah, 1992. R Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999) : 1. Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifat universal, artinya umum terjadi pada setiap orang. 2. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti perubahan fungsi sel dan jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di dalam sel dan bukan oleh faktor luar. 3. Proses menua terjadi secant progresif, berkelanjutan, berangsur Iambat dan tidak dapat berbalik lagi. 4. Proses menua bersifat proses kemunduran/kerusakan (injury).

B. Perubahan Anatomik Fislologik Sistem Kardiovaskuler Pada Usia Laniut Menua (Aging) adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Proses ini berlangsung terus-menerus sepanjang hidup seseorang. Tidak seperti kondisi patologis, setiap manusia pasti akan mengalami proses menua. Aging sudah terprogram dalam genetik masing-masing individual, tapi faktor eksternal sangat berperan dalam memodifikasi proses ini, sehingga proses menua-pun berlangsung dengan tingkat kecepatan yang berbeda pada tiap orang. Hal inilah yang menjelaskan mengapa beberapa orang dapat tampak lebih tua atau muda dari usia kronologisnya. Status kondisi fisik dan aktivitas

seseorang dapat secara radikal mempengaruhi fungsi kardiovaskular saat mereka dia tua. (Marilyn, 1991). Perubahan atau gangguan akibat dari usia lanjut dibagi menjadi 2 yaitu anatomi dan fisologi dari sistem kardiovaskuler yang akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut : A. Perubahan Anatomi Komponen-komponen utama pada sistem kardiovaskular adalah jantung dan vaskularisasinya. Jantung pada lansia normal tanpa hipertensi atau penyakit kliniks tetap mempunyai ukuran yang sama atau menjadi lebih kecil dari pada usia setengah baya. Secara umum, frekuensia denyut jantung menurun, isi sekuncup menurun, dan curah jantung berkurang sekitar 30%-40%. Penambahan usia tidak akan menyebabkan otot jantung mengecil (atrofi) seperti halnya organ tubuh yang lain, akan tetapi justru terjadi peningkatan ukuran jaringan otot jantung (hipertrofi). Pada batasan usia antara 30 - 90 tahun masa jantung bertambah sekitar 1 gram/tahun pada laki-laki dan 1,5 gram/tahun pada wanita. Perubahan bentuk yang terjadi pada jantung dengan bertambahnya usia adalah :
a.

Elastisitas dinding aorta (pembuluh arteri besar) akan mengalami penurunan dengan bertambahnya usia akibat aterosklerosis.

b.

Perubahan pada daun dan cincin katup aorta, seperti : berkurangnya jumlah inti sel jaringan ikat stroma katup, penumpukan lemak, degenerasi kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa katup tersebut.

c. d. e.

Bertambahnya ukuran katup jantung. Bertambahnya lingkaran katup aorta. Penebalan katup mitral dan aorta yang disebabkan degenerasi jaringan kolagen.

B. Perubahan fungsi pada jantung. Dengan bertambahnya usia akan berpengaruh terhadap fungsi dari jantung, pada usia lanjut akan terjadi perubahan-perubahan fungsi pada jantung seperti :
a.

Penurunan Irama Jantung. Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial (SA) yang merupakan

pengatur irama jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang sebanyak 50%75% sejak manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi fibrosis. Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan kehilangan pada tingkat selular. Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan denyut jantung.

b. c.

Denyut jantung maksimum pada latihan (exercise) menurun. Isi 1 menit jantung (cardiac output) menurun rata-rata 1 % pertahun setelah usia pertengahan.

d. e.

Daya cadang jantung menurun. Fungsi sistolik berkurang.

Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan. Secara umum, perubahan yang disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat dan dengan awitan yang tidak disadari. Penurunan yang terjadi secara berangsurangsur ini sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi. C. Faktor-faktor yang memperburuk fungsi Kardiovaskuler Selain penurunan fungsi paru akibat proses penuaan, terdapat beberapa faktor yang dapat memperburuk gangguan kardiovaskuler (Silverman dan Speizer, 1996). Faktor-faktor yang memperburuk gangguan kardiovaskuler antara lain : Kurang Olahraga Obesitas Stres Merokok Makanan yang banyak mengandung kolestrol dan garam.

D. Masalah penyakit yang terjadi di sistem kardiovaskuler pada lansia. Penyakit jantung yang dijumpai pada orang-orang lanjut usia ada beberapa macam, yaitu : 1. Penyakit Jantung Koroner. Akibat yang besar dari penyakit jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan makanan ke jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri koroner berkurang. Penyakit jantung koroner lebih banyak menyerang pria daripada wanita, orang kulit putih dan separoh baya sampai dengan lanjut usia. Penyebab dari penyakit jantung koroner ini adalah aterosklerosis, pada aterosklerosis terjadi plak lemak dan jaringan serat sehingga menyempitkan bagian dalam arteri jantung. Penyebab lainnya adalah faktor keturunan, hipertensi, kegemukan, merokok, diabetes, stress, kurang olahraga dan kolesterol tinggi.

Gejala yang muncul pada penyakit jantung koroner ini adalah angina, yaitu ketidakcukupan aliran oksigen ke jantung. Perasaan sakit angina terjadi seperti: terbakar, tertekan, dan tekanan berat di dada kiri yang dapat meluas ke lengan kiri, leher, dagu dan bahu. Tanda yang khas saat penyerangan adalah timbulnya rasa mual, muntah, pusing, keringat dingin dan tungkai serta lengan menjadi dingin. Mencegah adalah cara paling efektif dan sangat diperlukan sekali untuk menghindari penyakit jantung koroner, seperti: diet dengan mengurangi kalori, mengurangi konsumsi garam, lemak, kolesterol, sering berolahraga, dan kurangi merokok. Pencegahan lainnya adalah dengan kontrol tekanan darah, menurunkan trigliserida darah dan makan 2,5 gram aspirin setiap hari (untuk mencegah pembekuan darah). 2. Serangan Jantung. Serangan jantung terjadi apabila salah satu arteri jantung tidak sanggup lagi mensuplai darah ke bagian otot jantung yang dialirinya. Apabila terjadi keterlambatan dalam pengobatan akan mengakibatkan kematian. Hampir separoh dari kematian mendadak karena serangan jantung terjadi sebelum pasein tiba di rumah sakit. Penyebab dari serangan jantung ini adalah karena pembentukan arterisklerosis (pengerasan arteri jantung) yang berakibat pada penurunan aliran darah. Faktor resikonya meliputi: faktor keturunan, tekanan darah tinggi, merokok, kolesterol tinggi, diabetes, kegemukan, kurang olahraga, pemakaian obat-obatan (terutama kokain), umur dan stres. Gejala utama serangan jantung ini adalah rasa sakit seperti menusuk-nusuk dan bersifat persisten pada dada kiri, menyebar ke lengan, rahang, leher, dan bahu sampai 12 jam lamanya atau bahkan lebih. Tanda lain adalah perasaan seperti bingung (bodoh), lelah, mual, muntah, sesak napas, dingin di lengan dan tungkai, keringat dingin, cemas dan gelisah. 3. Penyakit jantung hipertensi. Kebanyakan dengan bertambahnya usia seseorang, maka tensi atau tekanan darahnya akan mengalami kenaikan. Berbagai penelitian telah dilakukan dan disimpulkan bahwa di Indonesia rata-rata hipertensi (kanaikan tekanan darah) berkisar 5 - 10% dan menjadi lebih dari 20% jika sudah memasuki usia 50 tahun keatas. Hipertensi sistolik pada mulanya dianggap suatu gangguan kecil, akan tetapi sekarang ini telah diakui sebagai pemegang peranan yang besar sebagai faktor resiko serangan jantung. Pada usia lanjut tekanan darah cenderung mengalami labilitas dan mudah mengalami hipotensi (tekanan darah rendah). Untuk itu dianjurkan selalu mengukur tekanan darah pada waktu periksa maupun saat kontrol pengobatan. Apabila tidak dilakukan kontrol rutin terhadap tekanan darah, akan memperbesar terjadinya penyakit jantung hipertensi.

1. Penyakit Gagal Jantung. Gagal jantung adalah ketidaksanggupan jantung memompa darah untuk kebutuhan tubuh. Kegagalan ini biasanya terjadi pada bilik kiri yang merupakan ruangan jantung yang bekerja paling besar. Akan tetapi kadang juga terjadi pada bilik kanan atau bahkan keduanya mengalami kegagalan dalam waktu yang bersamaan. Penyebab dari timbulnya gagal jantung adalah: 1) Otot jantung abnormal, sehingga terjadi serangan jantung. 2) Aliran darah terlalu sedikit yang mengalir ke jantung karena terjadinya pengerasan pembuluh darah. 3) Gangguan mekanisme yang mengurangi pengisian darah didalam ventrikel (bilik). 4) Kerusakan aliran darah yang mengganggu daya pompa jantung. Gejala gagal jantung kiri mengakibatkan pernapasan memendek, kesulitan bernapas kecuali bila berdiri tegak lurus, bersin, batuk, kekurangan oksigen dibadan, kulit pucat atau kebiru-biruan, ritme jantung ireguler dan tekanan darah meningkat. Gejala gagal jantung kanan mengakibatkan kaki bengkak, hati dan limpa membesar, pembekakan vena di leher, pembentukan cairan di lambung, perut busung, penurunan berat badan, ritme jantung ireguler, mual, muntah, nafsu makan berkurang, kelelahan, gelisah, dan bisa pingsan. Untuk mencegah terjadinya gagal jantung, penderita dianjurkan: menghindari makanan yang mengandung garam, dan banyak memakan makanan yang mengandung kalium (pisang, aprikot dan jus jeruk).

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM KADIOVASKULER PADA LANSIA

A. Pengkajian Pengkajian keperawatan meliputi : 1. Riwayat Kesehatan sekarang 2. . 3.

B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang 1) Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF 2) EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika disebabkan IMA), Ekokardiogram. 3) Fungsi tiroid pada usia lanjut harus dinilai untuk mendeteksi tiritoksikosis. 4) Pemeriksaan Lababoratorium meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah. C. D. Diagnosa Keperawatan. Masalah Keperawatan yang Muncul pada Gangguan Kardiovaskuler : 1. Gangguan rasa nyaman . 2. Penurunan curah jantung. 3. Gangguan perfusi jaringan. 4. Kurang perawatan diri. 5. Gangguan mobilitas. 6. Resiko cedera. 7. Gangguan integritas kulit. 8. Gangguan komuniasi. 9. Kecemasan berhubungan dengan ketakutan akan kematian. 10. Kurang pegetahuan. E. Intrrvensi. Intervesi keperawatan yang umum 1. Kaji penyebab peningkatan tekanan darah. 2. Kaji penyebab ketegangan atau kecemasan.

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Modifikasi gaya hidup untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskler. Diet makanan rendah garam dan lemak serta manis. Anjurkan untuk makan sayur dan buah. Turunkan bera badan jika diperlukan. Latih fisik atau olahraga secara teratur sesuai kemampuan. Anjurkan untuk berhenti merokok bagi perokok aktif. Lakukan pemeriksaan tekanan darah berkala.bila ada penyakit lain yang menyertai segera konsultas ke pelayanan kesehatan. 10. Bantu untuk minum obat yang telah dianjurkan.

F. Evaluasi

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia : a) Elastisitas dinding aorta menurun. b) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan menurunnya kontraksi dan volumenya akibatnya hipotensi. c) Kehilangan elastisitas pembuluh darah d) kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi e) Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun dan pusing mendadak. f) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. g) Penebalan dinding jantung pada ventrikel kiri. Terjadi ini menyebabkan jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun terdapat pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga melambat.

h) Katup jantung menebal menjadi kaku dan membentuk penonjolan. i) Jumlah sel pacemaker menurun. j) Arteri menjadi kaku dan tidak lurus pada kondisi dilatasi. k) Vena mengalami dilatasi, katup2 menjadi tidak kompeten. l) Penurunan kekuatan kontraktil. m) Gangguan aliran darah melalui katup. n) Umum terjadi disritmia.

DAFTAR PUSTAKA Doengoes, Marilyn C, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 Jakarta: EGC, 1999 Hudak, Gallo, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Edisi IV, Jakarta, EGC: 1997 Price, Sylvia, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta: EGC, 1999 Smeltzer, Bare, Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner & Suddart, Edisi 8, Jakarta, EGC, 2001 Angela, et.al, 1996. Essentials of gerontological nursing, adaptation to the aging process, JB Lipincott, comp. Annete, GL. 1996. Gerontological nursing, Mosby year Book, St, Louis Miss. Mariam, Siti.2010 Djuwantoro D, 2006. Overactive Bladder. Patofisiologi dan Penatalaksanaan. Medika no.6 Tahun XXXI, juni 2006.

Soejono CH, 2004. Pasien Geriatri dan Permasalahannya. Medika no.5 tahun XXX, Mei 2004.

También podría gustarte