Está en la página 1de 4

Vitiligo Andita Garindra, Benny Abdullah Definisi dan epidemiologi Vitiligo adalah hipomelanosis yang ditandai dengan adanya

makula putih yang dapat meluas. Dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung melanosit, misalnya rambut dan mata. Bercak-bercak hipomelanosis tersebut biasanya berbatas tegas namun tepi tidak rata. Vitiligo berasal dari kata vitelius yang merupakan bahasa latin, yang berarti bercak putih pada anak sapi. Vitiligo merupakan penyakit yg menyebabkan hancurnya melanosit, sehingga menyebabkan bercak-bercak putih (depigmentasi) pada bagian kulit yang terkena. biasanya pertama kali terdapat pada daerah yang terpapar sinar matahari. Bagian tubuh yang paling sering terkena adalah muka, dada bagian atas, punggung, tangan, axilla, mata, hidung, mulut, telinga, umbilicus, penis, vulva, siku, dan lutut. Penyebab vitiligo masih belum diketahui secara pasti. Faktor genetik tampaknya memegang peranan pada 30-40% pasien terdapat riwayat keluarga yang positif. Insidens berkisar 1%. Mengenai kedua jenis kelamin dan ras dengan jumlah yang sama. Ada pengaruh faktor genetic, pada penderita vitiligo,<50% akan mempunyai anak dengan vitiligo. Riwayat keluarga vitiligo 30%. 10% muncul pertama kali pada usia antara 50-30 tahun. Pernah dilaporkan muncul pada bayi baru lahir dan orang tua, tapi insidennya sangat jarang. Etiologi dan Patogenesis Penyebab Vitiligo masih belum diketahuai secara pasti sampai sekarang. Adapun beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi timbulnya vitiligo. Hipotesis Autoimun meyakini bahwa melanosit dihancurkan oleh limfosit tertentu yang tiba-tiba aktif. Hipotesis Neurohumoral. Hipotesis ini didasarkan oleh interaksi melanosit dan selsel saraf. Melanosit sendiri terbentuk dari neuralcrest. Tirosin adalah subsrat untuk pembentukan melanin dan katekol. Kemungkinan adanya produk intermediate yang terbentuk selama sintesis katekol yang mempunyai efek merusak melanosit. Hipotesis Autositotoksik. Hipotesis ini didasarkan oleh hancurnya melanosit oleh bahan-bahan beracun yang secara normal terbentuk pada proses biosintesis melanin. Pajanan terhadap bahan kimiawi. Depigmentasi kulit dapat terjadi terhadap pajanan Mono Benzil Eter Hidrokuinon dalam sarung tangan atau detergen yang mengandung fenol. Faktor pencetus antara lain trauma fisik pada epidermis atau dermis seperti goresan atau luka bekas operasi. Stress merupakan salah satu faktor yang banyak dilaporkan.

Klasifikasi Ada 2 bentuk vitiligo yaitu lokalisata dan generalisata. Lokalisata yang dapat dibagi lagi menjadi fokal, segmental dan mucosal. Generalisata yang dapat dibagi lagi menjadi akrofasial dimana depigmentasi hanya terjadi di bagian distal ekstrimitas, vulgaris dan campuran dimana terjadi depigmentasi secara menyeluruh atau hampir menyeluruh. Gejala klinis Terdapat makula berwarna putih dengan diameter beberapa millimeter sampai dengan beberapa sentimeter, bulat lonjong dengan batas tegas, tanpa perubahan epidermis yang lain. Kadang-kadang terlihat makula hipomelanotik selain makula apigmentasi. Pigmentasi di sekitar folikel rambut pada makula vitiligo mewakili pigmentasi residual atau kembalinya pigmentasi. Kadang ditemukan tepi lesi yang terdapat eritema dan gatal disebut juga inflammatory vitiligo. Daerah yang sering terkena adalah bagian ekestensor tulang terutama diatas jari, periorofisial sekitar mata, mulut, dan hidung, tibialis anterior, dan pergelagan tangan bagian fleksor. Lesi bilateral dapat simetris atau asimetris. Pada area yang terkena trauma dapat timbul vitiligo (fenomena Koebner). Diagnosis Vitiligo didasarkan atas anamnesa dan gambaran klinis. Ditanyakan pada penderita mengenai awitan penyakit, riwayat keluarga, riwayat penyakit kelainan tiroid, alopesia areata, diabetes melitus dan anemia perinisiosa, cari kemungkinan faktor pencetus, misalnya stress, emosi, terbakar surya dan paparan bahan kimia. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan. HE tampak normal kecuali tidak ditemukan melanosit. Dengan lampu wood untuk mengevaluasi makula. Pemeriksaan Histokimia pada kulit yang diinkubasi dengan dopa menunjukan tidak adanya tirosinase. Kadar tirosin plasma dan kulit normal. Diagnosa banding Diagnosis banding untuk vitiligo adalah pitiriasis alba, pitiriasis versikolor, lepra, post inflammatory hipopigmentasi.

Penatalaksanaan Tujuan dari pengobatan vitiligo adalah mengembalikan melanosit pada kulit. Terapi termasuk merangsang melanosit dari folikel rambut untuk berproliferasi dan kembali bermigrasi ke lesi kulit yang terkena depigmentasi. Repigmentasi itu disebabkan oleh aktivasi dan migrasi melanosit dari melanocytic reservoir yang terletak pada folikel rambut. Karena itu kulit dengan bulu yang sedikit atau tidak ada akan memberikan respon buruk pada terapi. Proses ini lambat dan membutuhkan paling sedikit 1 sampai 52 bulan terapi. Wajah, lengan, dada, dan kaki merespon paling baik. Penggunaan tabir surya untuk memberi perlindungan pada kulit yang terkena dari sinar matahari, dan mencegah terbakarnya kulit sehingga produksi melanin bertambah pada pasien dengan tipe kulit yang lebih terang. Alat kosmetik digunakan untuk menutupi atau menyamarkan area yang terkena. Repigmentasi bertujuan untuk mengembalikan pigmen normal pada daerah kulit yang terkena secara permanen. Hal ini dapat dicapai pada makula lokal dengan penggunaan glucocorticoid topical dan UVA(long-wave ultraviolet light) dan untuk makula yang menyebar secara lebih ekstensif menggunakan oral psoralens dan UVA(PUVA). Prognosa Bergantung pada lokasi dari lesi, dan seberapa ekstensif vitiligo itu sendiri. Repigmentasi spontan hanya terjadi pada sekitar 51-21% kasus. Sedangkan repigmentasi dengan terapi berhasil pada 30-40% kasus. Pada penggunan terapi topical steroid selama 1 bulan, didapatkan penderita mengalami perbaikan.

Daftar Pustaka
1. Habif, Thomas P. Clinical Dermatology, Fifth Edition. Chapter 59 2. Abdullah, Benny. Dermatologi-Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah

Sakit.,Airlangga University Press, Surabaya, 2009. Hal 38-45


3. Klaus W, Richard AJ, editors. Vitiligo, In: Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis

of Clinical Dermatology, Sixth Edition. United States of America: McGraw-Hill Companies. p. 331-3245
4. Klaus W, Lowell A, Goldsmith Stephen I, editors. Vitiligo, In: Fitzpatricks

Dermatology in General Medicine, Seventh Edition Volume 5&2. United States of America: McGraw-Hill Companies. p.151-122.
5. Djuanda Adhi. Vitiligo, Dalam: Djuanda A,Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitaas Indonesia 2050. Hal 291-298

También podría gustarte