Está en la página 1de 20

1. Pendahuluan Karya sastra secara umum sebenarnya merupakan gambaran kehidupan nyata.

Hal ini karena terciptanya suatu karya tidak lain adalah hasil dari penghayatan penulis terhadap suatu kehidupan. Untuk itu tidak berlebihan bila dikatakan bahwa sastra terutama dalam hal ini novel merupakan kehidupan yang dikisahkan lewat media tulis. Dr. Effendi seorang pengamat sastra juga dosen di Pascasarjana UNJ mengatakan bahwa sebuah karya sasra diciptakan melalui proses kreatif yaitu imajinasi dan kontemplasi sastrawan terhadap pengalaman yang didapatnya dari kehidupan (alam). Dan segala yang didapat oleh sastrawan melalui proses kreatif itu dituangkan ke dalam bahasa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan Dalam peristiwa sastra, pengalaman itu diungkapkan dengan bahasa(Sumardono dan Saini, 1994). Tidak salah juga apabila Faruk dalam bukunya Sosiologi Sastra (1994) mengambil pendapat Goldmann yang melibatkan fakta kemanusiaan dalam proses terciptanya karya sastra. Pada Sebuah Kapal (PSK) merupakan novel karya seorang perempuan yang isinya menceritakan kehidupan seorang perempuan sehingga sangat wajar apabila kita mencoba melihat novel ini sebagai suatu refleksi dari feminisme sastra di Indonesia. NH. Dini pengarang wanita kelahiran Semarang 29 Pebruari 1936 yang oleh Soenardjati Djajanegara dalam tulisannya yang berjudul Dari Marginalisasi ke: Masalah Perkembangan Penulis Wanita di Amerika dikategorikan sebagai salah satu wanita Indonesia yang merupakan pelopor lahirnya feminis sastra di Indonesia (Wahyudi, 2004). Feminisme adalah paham feminis. Feminis itu sendiri berasal dari kata femme (woman), berarti perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak perempuan (jamak), sebagai kelas sosial (Ratna, 2004). Jadi feminisme adalah paham yang memperjuangkan masalah-masalah keperempuanan mulai dari keinginan untuk diakui kedudukannya yang tidak hanya sebagai objek melulu sampai pada persamaan hak dan derajat sebagai manusia. Adapun yang menjadi dasar pemikiran dalam peneletian sastra berperspektif feminis adalah upaya pemahaman kedudukan dan peran perempuan seperti tercermin dalam karya sastra (Endraswara, 2004). Dalam sastra, feminis dikaitkan dengan cara-cara memahami karya sastra baik dalam kaitannya dengan proses produksi maupun resepsi (Ratna, 2004). 2. NH. Dini dan Karyanya Seperti yang dikemukakan pada bagian pendahuluan bahwa karya sastra tidak lepas dari kehidupan itu sendiri, demikian juga dengan NH. Dini dalam novelnya Pada sebuah Kapal. Banyak persamaan antara apa yang terdapat dalam novel dengan kisah hidup pribadi pengarang, misalnya saja dalam penggunaan latar belakang yaitu menggunakan latar belakang Semarang yang merupakan tempat kelahiran penulis, Kobe dan Perancis yang merupakan tempat bermukim pengarang setelah menikah dengan Yves Coffin. Selain itu novel ini juga menceritakan seorang tokoh yang ingin menjadi pramugari namun tidak kesampaian, dan dalam kehidupan nyata NH. Dini setamatnya dari SMA bagian Sastra (1956),

mengikuti Kursus Pramugari Darat GIA Jakarta (1956). Ada satu hal lagi yang memiliki persamaan yaitu kisah perkawinan tokoh dengan orang berkebangsaan asing dan kehidupan rumah tangganya kurang bahagia, demikian juga dengan NH. Dini dalam kehidupan nyata, menikah dengan seorang berkebangsaan asing dan berakhir dengan perceraian. 3.Sinopsis Novel Pada Sebuah Kapal Novel ini disajikan dalam dua bagian satu sisi dari tokoh Sri sebagai seorang penari dan satu sisi lagi dari tokoh Michel seorang pelaut. Namun isi keduanya mengarah pada pertemuan tokoh utama perempuan dan tokoh utama laki-laki, berikut adalah sinopsis dari kedua bagian tersebut (Penari dan Pelaut) dari novel PSK. Sri begitu kehilangan ketika sosok ayahnya yang begitu baik dan banyak memperkenalkan dirinya pada dunia seni meninggal dunia.. Satu-satunya orang yang dapat diajak bicara dan dapat menentramkan hatinya adalah Satopo kakak lelakinya yang juga hidup dalam dunia seni. Beranjak remaja lewat temannya semasa mengikuti seleksi untuk menjadi pramugari Sri berkenalan dengan Saputro seorang pilot Angkatan Udara. Sri sendiri akhirnya tidak menjadi pramugari karena alasan kesehatan, akhirnya ia tetap menggeluti karir pertamanya yaitu menjadi penyiar radio dan sesekali mengajar tari. Sejak kecil ia memang suka menari. Perkenalan dengan Saputro membuahkan cinta yang begitu mendalam sampai-sampai Sri rela memberikan segalagalanya termasuk kehormatannya kepada Saputro. Tidak disangka ternyata Saputro yang sudah menjadi tunangannya meninggal beberapa hari menjelang pernikahannya. Kejadian ini sangat menyedihkan Sri. Dengan harapan dapat melupakan Saputro ia menikah dengan seorang diplomat Perancis bernama Charles Vincent yang tidak dicintainya, walaupun kakaknya Satopo sudah melarangnya bahkan menganjurkannya untuk menerima cinta Carl seorang pemuda berkebangsaan Amerika yang kaya raya. Ia juga tidak menerima cinta Yus seorang teman kakaknya yang begitu mencintainya. Setelah menikah Sri tinggal di Kobe, Jepang. Sikap dan prilaku suaminya berubah menjadi kasar, sangat pelit, egois, dan suka merendahkannya begitu menyakitkan namun ia tidak berani menceritakan hal ini pada siapun. Walaupun sudah hadir seorang anak cinta diantara suami istri itu tidak juga bersemi bahkan semakin surut. Terutama bagi Sri sikap suaminya itu membuat Sri tidak lagi bisa menikmati hidup dengan bahagia. Tanpa diduga sebelumnya ia berkenalan dengan seorang pelaut bernama Michel Dubanton pada perjalanan liburan dari Saigon menuju Merseile. Rupanya Michel yang juga sedang mengalami keretakan rumah tangga karena istrinya (Nicole) terlalu egois, cerewet, dan kasar itu juga mencintai Sri. Di kapal itulah cinta diantara kedua insan yang mendambakan kelembutan dan kehangatan cinta bersemi. Hubungan mereka terus berlanjut walaupun keduanya mengalami kesulitan untuk melepaskan diri dari suami/istri mereka. Mereka begitu sulit untuk melupakan kebahagiaan yang mereka temukan ketika mereka berduaan dan bercintaan, sehingga terus saja melakukan hubungan itu secara diam-diam.

4. Emansipasi Wanita dalam Novel Pada Sebuah Kapal Emansipasi wanita terus saja bergema, untuk di Indonesia sudah dimulai dengan adanya pejuang wanita misalnya Martha Christina Tiahahu, Raden Ayu Ageng Serang, dan yang sangat terkenal dengan kegigihannya dalam merperluas pendidikan bagi kaum perempuan yaitu RA. Kartini, serta masih banyak yang lainnya. Dalam dunia sastra NH.Dini merupakan sosok pelopor yang memunculkan idealisme keperempuanan. Berbeda dengan pengarang wanita masa kini seperti Ayu Utami ataupun Djenar Maesa Ayu yang lebih terbuka bahkan kadang terkesan vulgar, goresan tinta NH.Dini masih terlihat malu-malu dalam menyajikan apa yang diinginkan dan dirasakan oleh kaum perempuan. Namun, dengan sifat yang malu-malu inilah makin terlihat feminisnya. Dengan gaya ketenangan seorang wanita, NH.Dini mampu menghadirkan perjuangan, pergulatan, dan pemberontakan wanita dalam mencari jati diri dan kebebasan. Walau sekecil apapun kebebasan yang didapat, tokoh Sri dalam novel PSK tampak dengan gigih memperjuangkannya. Apabila kita melihat ke dalam tampaknya novel PSK menghadirkan dua sisi dari emansipasi wanita, yaitu sisi positif maupun sisi negatif. Kedua sisi ini dikemas apik dan menarik oleh kepiawaian NH.Dini merangkai jalinan cerita. Berikut disajikan kedua sisi emansipasi tersebut dengan dilengkapi cuplikan dari novel PSK yang mengarah pada keterangan yang dimaksud. Apa yang menjadi uraian berikut lebih menitikberatkan pada tokoh Sri sebagai pelaku utama. Hal ini dikarenakan bahasan yang diambil menyangkut masalah yang berkaitan dengan feminisme. a. Sisi Positif Emansipasi Wanita Novel PSK Pertama, terlihat pada sosok Sri (tokoh utama) yang mencerminkan keinginan seorang perempuan untuk bisa menjadi dirinya sendiri dan hidup mandiri. Keinginan untuk mandiri tentu saja harus didukung dengan pengetahuan, begitulah yang dilakukan oleh tokoh Sri. Inilah yang terutama mendorongku buat tekun mempelajari segala sesuatu yang sealiran dengan zaman untuk tetap menjadi pemegang utama ruangan-ruangan yang bersifat kewanitaan.

Kedua, Tokoh Sri yang berwatak lembut namun dalam hal-hal tertentu terlihat keras merupakan perpaduan dua sifat yang sangat menakjubkan. Bagaimana kelembutan seorang wanita yang digambarkan dengan kegemaran dan kebiasaannya menari ternyata bisa melakukan pemberontakan kecil yang hasilnya maha dasyat. - Tetapi ia tak perlu memberitahuku segala sesuatu sampai kepada hal-hal kecil, yang paling remeh seolah-olah aku ini orang bodoh yang tidak tahu sama sekali cara-cara hidup moderen.

- karena kau tidak pernah memberiku kesempatan untuk mengucapkan pikiranku sendiri! jawabku dengan cepat. Dan setelah kau lihat pekerjaanku, tidak perlu kau bertanya apakah ada orang lain yang membantuku.

Ketiga, hal positif lainnya dalam novel PSK adalah gambaran kemampuan seorang wanita berbuat/memutuskan jalan hidupnya sendiri dengan kebulatan tekad. - Setiap orang mempunyai watak sendiri-sendiri untuk menanggapi suasana sekitarnya. - Aku banyak memikirkan kehidupan yang telah kupilih.

b. Sisi Negatif Emansipasi Wanita dalam Novel PSK Sisi negatif dari emansipasi wanita tidak dapat dihindari dan NH. Dini secara halus melukiskannya dalam novel PSK. Adapun sisi negatif ini terlihat dengan adanya keinginan untuk memperoleh kebebasan yang sama dengan seorang pria sampai pada cara pemenuhan kebutuhan biologis menurut caranya sendiri. Kalau selama ini sex bebas yang dilakukan pria baik yang tertutup maupun yang terang-terangan mendapat pertentangan dari berbagai pihak, apalagi dengan wanita yang selama ini dikenal memiliki perasaan malu yang cukup besar. Walaupun ada usaha pembenaran NH.Dini atas penyimpangan yang dilakukan tokoh karena mungkin ia sendiri adalah seorang wanita dan ingin membela apa yang diperbuat kaumnya. Namun pembelaan itu sendiri sebenarnya merupakan cerminan dari rasa malu mengakui bahwa perbuatan sang tokoh memang tidak benar, di sinilah letak keunikan NH. Dini atas sisi negatif dari emansipasi wanita. - Aku mencintainya. Biar dia tidur dengan wanita manapun. Tapi aku tak bisa menipu diriku lagi. Dada yang penuh dan birahi terpendam merangsangku untuk bekata yang sebenarnya. Dalam kamarnya yang temaram aku menerimanya menyelinap dalam kehangatan tubuhku.

Hal lain yang menunjukkan sisi negatif dari novel PSK adalah adanya kenyataan yang memang sulit dipungkiri, kadang-kadang wanita (sebenarnya tidak hanya wanita), yang ingin mengembangkan diri terlihat terlalu mementingkan materi dan dunianya sendiri. Sehingga untuk tingkatan yang lebih serius ia terkesan egois dan mementingkan dirinya sendiri, tragisnya lagi sosok seperti ini bisa menghilangkan sisi keibuan dari wanita yang lembut sekalipun. - Sehari-hari aku hanya berpikir bagaimana caranya bisa mendapat uang yang lebih dari gaji yang kuterima tiap bulan.

- Kau hanya memikirkan hasil keduniaannya saja, kata Yus kemudian. - Aku tidak peduli apakah kau percaya atau tidak. Bagiku anakku akan menjadi penghambat yang besar kalau aku harus bekerja mencari nafkah di Eropah. kau selu berkata bahwa aku tidak akan bisa mengerjakan sesuatu apapun di negerimu. Tetapi aku akan mencoba dan aku akan membuktikan bahwa aku juga sanggup mencari kehidupan di negeri itu sebagaimana orang-oarang sana. Selain kalimat-kalimat yang secara jelas menunjukkan sisi positif dan sisi negatif emansipasi wanita dalam novel PSK, ada juga kalimat-kalimat yang bias diantara keduanya. Misalnya dalam hal yang berkaitan dengan keberanian seorang wanita mengemukakan pendapat. Aku juga tidak peduli apakah itu menarik hatimu atau tidak.

Aku mengangkat muka dan menatapnya. Sejenak hendak kukeluarkan semua isi hatiku, segala kemualan perasaanku terhadapnya. Aku akan mengatakan apa sebabnya akau berteriak sedemikian rupa di depan orangorang lain. Ialah karena aku sudah bosan.

Dari sisi positif cuplikan di atas mampu menunjukkan keberanian sekaligus kebebasan wanita mengungkapkan pendapat/isi hatinya. Dengan cara seperti ini kebanyakan orang percaya bahwa wanita bisa lebih maju. Namun, di sisi negatif cuplikan di atas menunjukkan ketidaksopanan bahkan mungkin bisa dikatakan pembangkangan seorang istri kepada suaminya. Tokoh Sri yang digambarkan sebagai sosok yang lembut ternyata demi kebebasannya mampu berkata keras dan kasar, bahkan sambil menatap suaminya. 5. Penutup NH. Dini sebenarnya telah berusaha menghindarkan gaya tulisannya yang sangat feminis dengan menampilkan cerita menjadi dua bagian satu dari sisi wanita dan satu lagi dari sisi pria, namun gaya berceritanya yang lembut dan agak malu-malu tampaknya masih menunjukkan sisi keperempuanan yang menonjol.

Akhirnya apapun yang coba disampaikan NH. Dini dengan gayanya yang lembut, pelan, dan halus, namun punya greget, patut diacungkan jempol. Novel ini mampu membuka mata dan menyentuh hati siapa saja yang membacanya terutama mereka yang mempunyai keinginan memperjuangkan hak-hak kaum wanita. Dengan adanya sisi positif dan sisi negatif dari emansipasi wanita dalam novel ini, Pada Sebuah Kapal bisa menjadi bahan renungan. Ternyata biar bagaimanapun kebebasan yang dituntut oleh seorang wanita sebaiknya tetap memperhatikan norma-norma yang ada terutama norma agama.

Karena tanpa berpegangan pada agama seorang wanita hanya akan mendapatkan kebebasan raga dan dunia. Sementara jiwanya akan terbelenggu oleh rasa bersalah yang akan terus dibawa dan dipertanggungjawabkan sampai saat kematian tiba. Kemiripan kisah NH. Dini dalam kehidupan nyata dengan isi cerita novel PSK entah disengaja atau tidak tentu saja mengandung makna. Dan dengan kecerdasannya merangkai cerita, kisah ini menjadi sangat menarik untuk dibaca. PUSTAKA RUJUKAN

Dini, NH., Pada Sebuah Kapal, Jakarta: Depdiknas, 2004. Effendi, S., Sastra Dan Apresiasi Sastra, Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2001. Endraswara, Suwardi, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta: Pustaka Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994. Ratna, Nyoman Kutha, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, Yogyakarta,: Pustaka Pelajar, 2004. Sumardjo, Jacob dan Saini KM., Apresiasi Kesusastraan, Jakarta: PT> Gramedia Pustaka Utama, 1994. Widyatama, 2003.

Sinopsis
Novel Pada Sebuah Kapal terdiri dari dua bagian, penari dan pelaut. Di bagian pertama, Sri, seorang perempuan Jawa, menjadi narator tokoh; di bagian kedua, Michel, seorang warga negara Perancis yang ditemui Sri pada perjalanan kapal dari Saigon ke Marseilles, mengambil alih peran tersebut. Dalam penari sejumlah peristiwa dalam kehidupan Sri disajikan secara kronologis mulai ia berusia tiga belas sampai tiga puluh tahun. Masa kecilnya di Semarang dan tahun-tahun bekerja di Jakarta diceritakan secara bertahap. Bagian pelaut dibuka pada suatu titik yang sudah diceritakan dalam penari, yakni perjalanan kapal dari Saigon ke Marseilles. Peristiwa-peristiwanya tidak dikisahkan secara kronologis, melainkan diselang-selingi kilas balik tentang masa lalu Michel. Pelaut berhenti dengan kabar dari Sri kepada Michel bahwa ia, suami dan anaknya akan pindah ke Paris. Novel itu berakhir di sini, dengan menyisakan kemungkinan bahwa Sri dan Michel akan meneruskan hubungan diluar nikah. Penentangan terhadap Konvensi Sosial Kehidupan di Jakarta adalah awal keberanian Sri untuk menentang konvensi sosial yang sudah mengakar di otaknya. Cerita ini dimulai dalam jangka waktu singkat selama delapan belas bulan di Jakarta. Di sana Sri bertemu dua laki-laki, Saputro dan Charles (PSK;67-144). Dua laki-laki itulah yang selanjutnya

mewarnai kehidupan Sri. Pertama, dengan Saputro. Pertemuan Sri dengan Saputro bukan sekedar pertemuan, tetapi berlanjut pada hubungan percintaan. Rasa cinta keduanya sangat kuat, sehingga mereka yakin dan tidak ragu melakukan hubungan suami-istri sebelum menikah (PSK;120). Namun sayang, tepat sebelum pernikahan mereka, Saputro meninggal dalam sebuah kecelakaan. Setelah sepuluh bulan peristiwa menyedihkan itu terjadi, Charles Vhincent hadir. Sri menikah dengan Charles, hidup dan membangun rumah tangga bersamanya. Hal menarik pada bagian ini bukan terletak pada hubungan Sri dengan Charles, tetapi hubungan dengan Saputro. Keberanian Sri melepas keperawanannya dengan Saputro adalah gambaran jelas penentangan terhadap konvensi sosial. Sri, sebagai gadis Jawa tidak mempedulikan norma-norma yang telah diajarkan sejak kecil. Keharusan menjaga kesucian keperawanan ia lepaskan. Sri tidak menganggap penting menjaga kesucian sampai saat pernikahan dan ia yakin bahwa tidur dengan laki-laki yang dicintai adalah hal yang benar meski berlawanan dengan konvensi sosial. Sri sangat menyadari apa yang ia lakukan saat melanggar batas-batas yang ditetapkan atasnya sebagai gadis Jawa. Sebagai seorang pramugari pun, ia menjalani hidup yang ditentang oleh orang lain karena menurut standar masyarakat Jawa, pekerjaan tersebut memberikan terlalu banyak kebebasan bagi perempuan. Namun, ia tetap ingin mendapatkan kebebasan. Gambaran ini terlihat pada bagian: Aku tidak menunggu saat perkawinan kami lagi seperti kebanyakan gadis-gadis dari keluarga baik-baik. Saputro telah kembali. Dan aku mencintainya. Apakah lagi yang mesti kami tunggu untuk saling melumat satu dengan lainnya, masa bodohkan hukum yang hanya dibikin oleh manusia abad-abad terakhir (PSK:120) Penentangan terhadap Sangkar Keluarga Seperti yang telah dijelaskan, Sri berasal dari sebuah keluarga Jawa. Ia pindah dari Semarang ke Jakarta dan kemudian meninggalkan Indonesia untuk hidup di luar negeri (Jepang dan Perancis). Sebelum hijrah ke luar negeri, Sri banyak mempraktikkan tarian tradisional Jawa dan Bali. Dari situ ia banyak memperoleh identitas ke-Indonesiaan yang merupakan bagian dari identitas pribadinya. Sayangnya, suaminya, Charles, tidak menghargai bakat Sri sebagai penari dan tidak memberikannya dukungan (PSK:168-173). Sri terpaksa menyerahkan sebagian identitasnya karena pernikahan dan sikap Charles. Penilainan Sri terhadap Charles seluruhnya bersifat negatif. Baginya, Charles adalah laki-laki kasar yang sama sekali tidak dapat memahami posisi dan perasaan-perasaannya, serta tidak mampu memberikan keseimbangan emosional dalam pernikahannya. Sri semakin merasa terkucil. Pernikahan dan sikap Charles benar-benar menjadi sangkar bagi Sri. Sri menggambarkan Charles sebagai pihak yang bersalah atas kegagalan pernikahannya, dan dirinya adalah korban. Itulah yang membuat Sri muak pada Charles. Gambaran perasaan ini terlihat dalam pernyataan: Pada saat-saat berdua, dia lebih nampak kelembutannya dan mulai membicarakan bayi yang akan segera lahir. Aku tidak memperhatikannya. Kalau bayi itu lahir biarlah dia berbuat sekehendak hatinya.Dengan hati-hati aku memalingkan mukaku untuk tidak melihat kemarahannya, dan kuusap perlahan perutku untuk melembutkan perasaan muak dan benciku kepada bapak anak yang kukandung (PSK;155-156)

Kemuakan Sri terhadap Charles diproyeksikan pula pada hubungan dengan anak perempuannya : Aku melihat anakku baru keesokannya..dia tidak tampan, tiba-tiba aku berkata seorang diri. Aku mengingini seorang anak laki-laki tetapi yang lahir adalah seorang bayi perempuan yang amat jelek. Sebentar aku merasakan kekecewaan yang dalam (PSK;157) Kalau anakku menangis, aku tidak selalu dapat menengoknya ke atas. Dan untuk seterusnya dia kubiarkan tumbuh tanpa aku sering-sering di sampingnya (PSK:158) Tidak berbeda dengan pandangan terhadap Charles, selain sebagai proyeksi kebencian, Sri juga memandang anaknya sebagai sangkar bagi langkahnya. Aku juga mempunyai keputusan, kataku perlahan. Kalau terjadi apa-apa dengan dirimu aku tidak akan menangisimu. Aku juga tidak akan mau bersusah payah karena langkahku terhambat oleh seorang anak kecil yang lahir dari kau. Dia akan kuberikan pada sebuah penitipan anak-anak. Aku tidak mau membawanya bersamaku.( PSK: 186-187). Kau tidak bersungguh-sungguh. Kau gila serunya. Aku tidak percaya aku tidak perduli apakah kau percaya atau tidak. Bagiku anakku akan merupakan penghambat yang besar kalau aku harus bekerja di Eropah Kau bawa anakmu kalau kau mau, aku tidak membutuhkannya ( PSK: 186-187).

Gambaran-gambaran di atas telah menunjukkan bahwa suami dan anak bagi Sri adalah sangkar yang merebut kebebasannya. Pertama, Charles tidak mengizinkannya untuk tetap menari, dan kedua, kehadiran anak menjadi penghambat yang besar untuk meneruskan karier di Eropa. Sebagai bentuk pemberontakan, tepatnya pada perjalanan kapal selama tiga minggu dari Saigon ke Marseilles (PSK : 188-229), Sri berani memutuskan melanjutkan cintanya pada Michel, laki-laki yang baru ditemuinya di kapal. Sri berani mengambil konsekuensi perselingkuhannya dengan laki-laki itu. Sembilan bulan usai perjalanan tersebut, kita diberitahu bahwa perkawinan Sri tetap seperti sedia kala, serta bahwa Sri dan Michel bertemu dua kali lagi di Jepang. Lingkaran Kebebasan Pada dua bagian di atas, terlihat betapa Sri melakukan beberapa upaya untuk mendapatkan kebebasan. Upaya-upaya tersebut ditempuh dengan cara yang paling kontroversial. Dalam kesempatan pertama, ia melanggar aturan kesucian sebelum menikah, dan dalam kesempatan kedua, ia melanggar monogami. Namun, benarkah dengan upaya tersebut, Sri mendapatkan kebebasan dan hidup dalam kebebasan itu? Ternyata tidak. Jawaban ini terlihat pada saat Saputro meninggal, dimana Sri tidak bisa melepaskan diri dari tekanan sosial. Masyarakat sekitar mengutuknya karena ia menjadi perempuan lajang yang sudah tidak suci lagi. Perbedaan dalam hal kebebasan seksual di Timur dan Barat menjadi penting bagi Sri sejak saat itu. Bahkan itu merupakan alasan utama menikahi Charles meski belum mengenalnya dengan baik.

Aku kawin dengan dia karena aku suka padanya, dan karena aku takut. Aku sadar akan kehilanganku. Pemuda-pemuda di negeriku menganggapku seorang wanita yang telah kehilangan kesuciannya sebagai sesuatu yang rendah. (PSK:154). Sebelum kawin dia telah mengetahui bahwa aku pernah mencintai dan memberikan keperawananku kepada orang lain. Orang-orang Barat kebanyakan tidak keberatan akan masih suci atau tidaknya seorang perempuan yang menarik hatinya yang akan dikawininya (PSK: 150) Pernikahan dengan Charles adalah tebusan rasa bersalah serta ketakutan akan penolakan sosial (PSK:133,154), sekaligus alat untuk melindungi diri dari rasa malu. Demikian halnya dengan upaya kedua, dimana Sri melanggar aturan dan menjalin hubungan dengan Michel. Hubungan dengan Michel adalah satu langkah menuju kebebasan pribadi. Namun, hubungan tersebut tidak memberikan solusi yang tepat bagi permasalahannya. Sri tetap terperangkap dalam kekangan penindasan perkawinannya yang berantakan. Ia tetap tergantung pada Charles, dan tetap berperan sebagai ibu dari anaknya, meski ia menyatakan sebaliknya. Sri tidak banyak menunjukan semangat juang dalam upayanya dalam mengubah hidup. Misalnya saja, dalam suatu kesempatan, ia meminta Charles mempertimbangkan perceraian (PSK:241). Ketika Charles bertanya apakah ada laki-laki lain, dia tidak menjawab. Artinya, Sri menghindar untuk mengatakan kebenaran (PSK;234-44). Sri tidak punya cukup inisiatif serta keberanian untuk menjalankan rencananya. Di akhir cerita, ia tetap menjalani pernikahan yang tidak bahagia. Ini memberikan makna ganda pada tindakannya. Di satu sisi, ia memutuskan pola-pola lama dan memberi kesempatan pada dirinya untuk berubah; di sisi lain, ia menarik diritakut terhadap kemungkinan menjalani hidup sebagai seorang perempuan yang benar-benar mandiri dan bebas. Novel ini tidak terlihat mengajak perubahan yang radikal terhadap nilai dan norma yang telah ada. ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan tidak benar-benar dihapuskan di sini, terutama sekali ketika Sri jatuh lagi ke dalam peran tradisional dalam hubungannya dengan Michel. Mengenal Nh. Dini Nh Dini adalah salah satu dari sekian banyak penulis perempuan yang ikut mewarnai dunia sastra Indonesia. Menganalisis karyanya menunjukan bahwa ia berprespektif feminis. Melalui tulisannya, Nh Dini menjadi wakil wanita untuk menyampaikan usul dan protes serta menjadi suara dari kebisuan perempuan. Karena berprespektif feminis, karya-karya Nh Dini sering kali digugat sebagai sastra seksual. Nh Dini telah lama melakukan perlawanan terhadap konstruksi seksualitas perempuan sejak tahun 1970-an. Salah satu karyanya yang disunting untuk melakukan perlawanan adalah Kemayoran, yang menggugat mitos malam pertama dengan menekankan kesakitan perempuan yang biasanya terbisukan oleh wacana kejantanan laki-laki. Beberapa karya Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin yang dikenal dengan nama NH Dini, ini yang terkenal,

di antaranya Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) atau Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998), belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan. Budi Darma menyebutnya sebagai pengarang sastra feminis yang terus menyuarakan kemarahan kepada kaum laki-laki. Terlepas dari apa pendapat orang lain, ia mengatakan bahwa ia akan marah bila mendapati ketidakadilan khususnya ketidakadilan gender yang sering kali merugikan kaum perempuan. NH Dini dilahirkan dari pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima bersaudara. Ayahnya wafat semasih duduk di bangku SMP Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Jakarta dalam acara Tunas Mekar. Ketika menginjak bangku SMA di Semarang. Ia mulai mengirimkan cerita-cerita pendeknya ke berbagai majalah. Ia bergabung dengan kakaknya, Teguh Asmar, dalam kelompok sandiwara radio bernama Kuncup Berseri. Sesekali ia menulis naskah sendiri. Dini benar-benar remaja yang sibuk. Selain menjadi redaksi budaya pada majalah remaja Gelora Muda, ia membentuk kelompok sandiwara di sekolah, yang diberi nama Pura Bhakti. Langkahnya semakin mantap ketika ia memenangi lomba penulisan naskah sandiwara radio se-Jawa Tengah. Pada 1960 Dini dipersunting Yves Coffin, Konsul Prancis di Kobe, Jepang,. Dari pernikahan itu ia dikaruniai dua anak, Marie-Claire Lintang dan Pierre Louis Padang. Sebagai konsekuensi menikah dengan seorang diplomat, Dini harus mengikuti ke mana suaminya ditugaskan. Ia diboyong ke Jepang, dan tiga tahun kemudian pindah ke Pnom Penh, Kamboja. Kembali ke negara suaminya, Prancis, pada 1966, Dini melahirkan anak keduanya pada 1967. Selama ikut suaminya di Paris, ia tercatat sebagai anggota Les Amis dela Natura (Green Peace). Dia turut serta menyelamatkan burung belibis yang terkena polusi oleh tenggelamnya kapal tanker di pantai utara Perancis. Setahun kemudian ia mengikuti suaminya yang ditempatkan di Manila, Filipina. Pada 1976, ia pindah ke Detroit, AS, mengikuti suaminya yang menjabat Konsul Jenderal Prancis. Dini berpisah dengan suaminya, Yves Coffin pada 1984, dan mendapatkan kembali kewarganegaraan RI pada 1985 melalui Pengadilan Negeri Jakarta.

Pada Sebuah Kapal (NH Dini)

SINOPSIS CERITA NOVEL PADA SEBUAH KAPAL Ketika usia Sri baru mennginjak tiga belas tehun, ayahnya meninggal dunia. Ia sangat mengagumi ayahnya sehingga ia merasa sangat kehilangan. Sejak kematian ayahnya, ia membantu ibunya untuk berjualan kue dan membatik. Setamat SMA, Sri yang mempunyai hobi dan bakat menari ini bekerja di RRI Semarang, kota kelahirannya. Selama bekerja disana, kegiatan menarinya menjadi berkurang. Hanya tiga tahun ia bekerja di RRI Semarang. Kemudian ia melamar sebagai pramugari. Setelah lulus dari tes-tes yang diadakan di Semarang ia dipanggil ke Jakarta untuk mengikuti tes selanjutnya. Namun, ia tidka lulus karena paru-parunya dinyatakan tidak sehat. Ia merasa kecewa. Beberapa bulan kemudian, Sri mendapat panggilan dari temannya yang pernah mengurus tesnya. Ia ditawarkan untuk menjadi wartawan majalah di temannya tersebut, namun tawaran itu ditolaknya karena ia lebih tertarik bekerja di RRI Jakarta. Sambil bekerja, ia juga menyempatkan diri untuk menari. Ia sering menerima tawaran menari dalam pesta perkawinan. Bahkan, ia juga pernah diundang ke Istana Negara untuk menari di hadapan tamu Negara. Tujuh bulan setelah ia berada di Jakarta, ibunya meninggal dunia di Semarang. Ia pun pergi ke Semarang untuk mengurus pemakaman ibunya. Setelah selesai, ia kembali ke Jakarta. Karena supel dan cantik, Sri banyak dikagumi oleh pemuda-pemuda Jakarta. Namun, di antara sekian banyak pemuda yang menyatakan cintanya, ia hanya menerima Saputro, seorang penerbang. Hubungan keduanya telah melangkah lebih jauh, tidak bedanya seperti suami istri sehingga keduanya sepakat untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Namun rencana mereka tidak dapat menjadi kenyataan, karena Saputro mengalami kecelakaan pesawat terbang. Untuk menghilangkan kesedihannya, Sri pergi ke Yogyakarta. Di kota itu ia berkenalan dengan beberapa orang pemuda yang kemudian menaruh hati kepadanya. Di antara mereka adalah Yus seorang pelukisdan, dan Carl seorang warga Negara asing yang bertugas membantu mahasiswa-mahasiswa yang berada di Negara berkembang. Namun keduanya ditolak oleh Sri secara halus.

Pemuda berikutnya yang berhasil menggaet hati Sri adalah Charles Vincent, seorang diplomat kebangsaan Perancis. Sri tertarik kepadanya karena menurutnya Charles memiliki kepribadian yang baik dan ia pun sangat lembut. Walaupun tidak disetujui oleh keluarganya, Sri memutuskan untuk menikah dengan lelaki itu. Setelah menikah Sri baru mengetahui bahwa Charles adalah lelaki yang egois, keras kepala, kasar, dan tidak mau kalah dengan ketenarannya sebgai penari. Pernikahan mereka sangat tidak bahagia, karena keduanya sering bertengkar. Bahkan pertengkaran itu terus berlangsung hingga kelahiran anak pertama mereka. Semula Sri beranggapan bahwa dengan kelahiran anak pertama, kehidupan rumah tangganya akan bahagia. Namun harapannya ternyata sia-sia. Kehidupan rumah tangga mereka tetap diselimuti oleh pertengkaran. Perseteruan antara suami istri itu semakin terlihat ketika keduanya ke Perancis. Pada saat itu Charles mendapatkan cuti. Lelaki itu menggunakan pesawat terbang, sedangkan Sri menggunakan kapal laut. Di sinilah terjadinya penyelewengan Sri terhadap suaminya. Di dalam kapal laut Sri manjalin hubungan dengan seorang pelaut bernama Michel Dubanton, seorang lelaki berkebangsaan Perancis. Hubungan keduanya terjadi ketika mereka menceritakan ketidakbahagiaan kehidupan perkawinan mereka. Sri menceritakan bahwa ia merasa terkekang selama menikah dengan Charles. Suaminya itu sangat kasar dan egois. Demikian pula halnya dengan Michel. Ia menceritakan bahwa istrinya Nicole sangat pencemburu sehingga ia tidak boleh bergaul dengan wanita manapun. Ia juga menceritakan bahwa sebelum menjadi pelaut, ia adalah seorang tentara, yang pernah membela negaranya melawan agresi Jerman. Karena seringnya bertemu, bertukar cerita dan pembawaan Michel yang lembut dan romantic, Sri jatuh hati kepadanya, Demikian pula sebaliknya. Itulah sebabnya selama di kapal, hubungan keduanya semakin akrab, bahkan keduanya sering melakukan perbuatan terlarang tanpa dihantui oleh perasaan berdosa sedikitpun. Keduanya tidak pernah merasa berdosa pada Tuhan. Mereka tidak peduli dengan masalah dosa, yang penting mereka merasa bahagia. Sesampainya di Perancis Sri mulai membanding-bandingkan perilaku suaminya dengan Michel. Ia mulai menemukan perbedaan yang mencolok antara keduanya. Michel adalah lelaki

yang penuh pengertian, gagah dan baik hati. Sedangkan Charles adalah lelaki yang sangat kasar dan egois. Ia semakin menyadari keburukan tabiat Charles ketika adiknya Charles juga menceritakan tentang kekasaran dan keegoisan lelaki itu. Akibatnya, Sri semakin mencintai Michel dan ia tetap menjalani hubungan dengannya. Setelah masa cuti Charles berakhir, Sri dan suaminya berangkat ke Jepang karena Charles ditugaskan ke Negara tersebut. Selama di Jepang kehidupan rumah tangga mereka tetap diselimuti pertengkaran dan ketegangan. Itulah sebabnya Sri mangajukan cerai kepada suaminya, namun permintaan itu tidak ditanggapi oleh Charles. Hal itu semikin menyiksa Sri. Untung saja Michel tetap hadir dalam kehidupannya sekalipun wanita itu berada di Jepang, sehingga ia merasa sedikit terhibur. Setelah selesai menjalankan tugasnya di Jepang, Charles berangkat lagi ke Perancis. Kepindahan Sri ke Perancis diketahui oleh Michel melalui seorang temannya. Michel yang ketika itu memutuskan untuk bekerja di Yokohama kemudian membatalkan niatnya. Dia mengajukan kepada pimpinannya agar ia tetap bekerja sebagai pelaut dan ia minta ditempatkan di daerah pelayaran di Perancis. Hal itu ia lakukan karena ia tidak ingin jauh dari Sri, wanita yang sangat

Sinopsis Novel Pada Sebuah Kapal


Sri berumur tiga tahun waktu ayahnya meninggal. Dan kebetulan saat itu ayahnya telah pergi. Yogya adalah tempat tersedia untuk tanah peristirahatan bagi keluarga yang meninggal. Neneknya di sana memiliki sebuah rumah berpendapa besar yang kini telah menjadi milik pamannya sebagai bangsal sekolah menari yang diurus seorang guru muda. Ayah Sri bukan seorang yang luar biasa pemilik indra keenam yang tidak dimiliki oleh setiap orang. Dia keluar sekolah menengah atas kemudian bekerja sebagai penyiar radio di kotanya, Semarang . Lima tahun bosan, dia keluar untuk menceburkan diri ke pendidikan pramugari udara. Kebetulan dia ketemu dengan kawan kelas 5 SD bernama Sunarti. Namun, sayang ia ditolak perusahaan penerbangan tersebut untuk menjadi pramugari dengan ditukar menjadi wartawan mingguan. Untuk itu, ia

harus menjalani tes kesehatan. Ditunggunya hasil tes tersebut, dia tetap mengudara di radio walaupun sudah meminta keluar. Kemudian Sri pergi ke dokter kenalan ayahnya di kota Semarang, namanya dr. Martono. Dokter menyarankan dia berobat sungguh-sungguh berhubung penyakitnya masih gejala dan memintanya pindah ke kota yang lebih sejuk. Sri putuskan untuk pindah ke Salatiga dengan pertimbangan yang matang. Masih sebagai penyiar yang berstatus pegawai negeri, dia hanya wajib membayar sebagian biaya pengobatan dan penginapan. Kebetulan bertemu dengan Yus, teman kakaknya. Selama sembilan minggu dia di penginapan, Sri pun diizinkan pulang. Bulan depan, Sri pergi ke Jakarta untuk bekerja sebagai penyiar radio. Dia menginap di rumah pamannya. Suatu saat, Sri melihat mobil jip angkutan udara berhenti di depan rumah pamannya, ternyata ada Sunarti, dan kedua temannya, Mokar dan Saputro. Dia dianggap hebat oleh Narti karena keahliannya, sambil melepaskan rindu dengan bercerita. Mereka berjanji akan nonton bareng di kala tiada kesibukkannya masing-masing. Dia mengiyakan karena mudah untuk mengatur jadwal dinas penyiar dengan latihan menari, dan dimaklumi oleh atasan Sri. Selama di sanggar tari, dia mencintai Basir yang bertepuk sebelah tangan karena kriteria idaman Basir tidak ada sedikitpun pada dirinya. Di tempat kerjanya, Sri dikucilkan teman-temannya. Belum sempat memikirkan kesalahannya, kakaknya yang di Semarang mengabarkan berita duka kematian ibunya karena serangan jantung. Langsung saja sorenya, Sri, Sutopo, serta pamannya pergi ke Semarang. Dia mencoba tegar menghadapi semua ini. Tiga hari kemudian, mereka kembali ke Jakarta. Sri meneruskan rutinitasnya sebagai penyiar radio dan latihan menari. Tak lama, Sri diundang menari di istana. Sekembalinya dari istana, suasana kantor memanas akibat cibiran rekan sekerjanya bahwa dia dianggap sebagai wanita panggilan bagi pejabat istana. Suatu sore, Yus datang ke Jakarta menemuinya. Malam hari, mereka keluar makan. Di tengah pembicaraan makan malam, Yus mengungkapkan cintanya dan ingin menikahinya. Namun, ditolak Sri karena dia belum ingin menikah dalam waktu dekat. Seselesainya, mereka kembali ke rumah pamannya dengan becak. Yus mengantarnya sampai di depan pintu dan Yus langsung menarik tangannya sambil dipeluk dan dicium. Dia marah dan berjanji tidak pernah menemui Yus lagi. Itulah ciuman pertama Sri. Sri sering menari di istana. Suatu hari, Sri mengunjungi rumah Sutopo, kakaknya. Di sana ada teman Sutopo berkebangsaan Amerika yang kemudian

dikenalkan Sutopo padanya. Carl namanya, orang kaya yang berniat membeli lukisan Sutopo. Suatu pagi, dia pergi ke Kedutaan Perancis menuju bagian penerjemahan untuk menanyakan ucapan sebuah nama lagu yang tidak dia kenal. Kemudian, dia dititipi kartu nama Charles Vincent, orang yang begitu mencintainya. Pada malam kesenian Kongres Pemuda se-Asia, Sri diminta menari oleh pimpinan seni tari. Kebetulan, Saputro, temannya Sunarti, yang dulu pernah berkenalan dengannya juga hadir. Saputro kagum akan keahliannya menari. Kemudian, Saputro sebagai mengajak Sri keluar rumah untuk nonton atau makan. Mereka saling mencintai. Namun, karena Saputro sebagi pilot, maka acara-acara mereka sering dibatalkan. Awalnya, Sri memang dinomorduakan, tapi akhirnya Sri sadar profesi kekasihnya. Suatu hari, Saputro harus terbang ke Eropa selama tiga bulan. Dia pun merindukaannya. Sampai kedatangan Saputro, mereka tidak bisa menahan rasa rindu yang terpendam, malam itu juga, Sri menyerahkan keperawanannya kepada Saputro. Esoknya, Saputro membawakan gelang emas dan cincin bermata berlian untuk Sri sebagai tanda pertunangan. Dia pun mempersiapkan segala pernikahannya. Enam minggu usai pernikahan, Saputro harus kembali terbang ke Malang untuk beberapa hari. Kemudian, Saputro kembali ke Jakarta dengan menumpang pesawat lain dan menggantikan Nyoman, teman kerjanya yang sakit menuju Halim untuk mengambil pesawatnya. Paginya, di tempat dinas Sri, ada seorang berpakaian seragam angkatan udara yang mengabarkan bahwa Saputro telah gugur karena pesawatnya jatuh di Bandung setelah jam delapan dua belas menit terbang dari Malang bersama Kapten Suwarno melalui Semarang. Sri tidak terima atas kematian Saputro. Esok hari, dia dan pamannya menuju Bandung untuk melihat prosesi pemakaman Saputro. Kemudian, mereka menuju Semarang menemui ibu, ayah, dan keluarga Saputro yang telah menunggu. Esoknya, Sri kembali ke Jakarta untuk bekerja. Seminggu kemudian dia mengajukan cuti tanpa dibayar selama lima bulan yang dikabulkan atasannya. Sri berencana menenangkan diri setelah kematian Saputro menuju Yogya di rumah temannya Sutopo. Rencananya berhasil, Sri ditemani Nyoman menuju Yogya du a hari lagi. Nyoman bertanggungjawab atas kematian Saputro. Kebetulan, Carl minggu depan berencana menuju Yogya dan Carl mengajak Sri bareng, namun ditolaknya karena Sri akan diantar oleh Nyoman. Setibanya di Yogya, dia menghabiskan waktunya dengan Carl. Carl mengungkapkan isi hatinya dan berniat menikahinya, namun diragukan oleh Sri karena Carl menyombongkan hartanya dan terlalu berbeda gaya hidup dengan Sri.

Sepuluh bulan kemudian, dia memilih dengan Charles Vincent, tapi ditolak Sutopo karena Sri belum terlalu mengenal Charles. Ternyata benar, Charles selalu mencemoohkan Sri, Charles terlalu egois. Otoriter, dan terlalu banyak ikut campur dalam urusan rumah tangganya. Sampai ketika usia anak mereka dua tahun. Suatu waktu Charles mengajukan cuti panjang untuk berlibur di Jakarta karena sebelumnya mereka tinggal di Jepang. Kemudian, mereka melanjutkan liburannya ke Marseille, Perancis. Setelah itu, Charles berlibur sendirian ke India dengan pesawat, sedngkan Sri ditinggalkan di Saigon, Vietnam bersama anaknya dengan kapal pesiar. Di kapal itulah cinta terlarang Sri dengan seorang komandan kapal yang sudah beristri dan mempunyai dua orang anak dimulai, komandan tersebut bernama Michel, Michel adalah seorang laki-laki yang telah dikecewakan oleh istrinya Nicole, sebelum Michel menikah dengan Nicole yang sekarang menjadi istrinya, tidak ada sedikitpun rasa cinta dalam diri Michel, karena Michel merasa bahwa karakter yang terdapat dalam diri Nicole tidak sedikitpun menggambarkan wanita impiannya, Nicole berumur lima tahun lebih tua dari Michel. Michel menikahi Nicole karena ibu Michel sendiri yang menginginkan pernikahan itu terjadi, karena ibu Michel sudah mengetahui gaca pacaran Michel dan Nicole. Sri yang selama ini tidak merasakan kebahagiaan dari suaminya, dia merasa ada suatu getaran yang amat sangat mendalam ketika bertemu dengan komandan kapal, Karena kekuatan akan ketenangan, kenyamanan dan kelembutan ketika Sri berada di samping Michel. Sri melakukan hubungan badan dengan Michel sebelum Sri mengetahui siapa nama orang yang sudah tidur bersama dirinya. dikarenakan ketampanan, kegagahan dan kelembutan dari sosok Michel. Michel pun merasakan bahwa Sri adalah wanita yang selama ini dicarinya karena keibuannya, kelembutannya, keramahannya dan kemanisannya. Kekaguman Michel kepada Sri bertambah ketika Sri menari tarian Jawa di pesta yang diadakan oleh para pengelola kapal, bukan hanya Michel saja yang terkagum, seluruh awak kapal pun merasa tersanjung atas kepiawaian Sri dalam menarikan tarian Jawa, meskipun Sri menari dengan pakaian tari yang tidak lengkap, karena Charles suaminya selalu melarang Sri untuk melakukan kegiatan yang berunsurkan budaya timur (Indonesia). Selama perjalanan mulai dari Saigon sampai Marseille, Sri merasa dirinya telah menemukan kebahagiaan yang selama ini dia harapkan dari sesosok suaminya. Namun sayang orang yang bisa menenangkan hatinya itu adalah

kekasihnya, bukan suaminya. Malam itu adalah malam perpisahan Sri dengan Michel. Sri dan Michel pun merasa tidak percaya akan adanya perpisahan yang akan mereka alami besok. Karena ketidakrelaan Michel untuk melepaskan kekasihnya itu, maka Michel memutuskan untuk tidak melihat Sri turun dari kapal meninggalkan dirinya, apalagi ketika melihat Sri dijemput oleh suaminya, Charles. Dan akhirnya mereka berpisah. Sri dan Charles meneruskan liburannya di Perancis, seperti biasanya, Charles tidak memperdulikan Sri sebagai istrinya, selama liburan Sri hanya diperlakukan sebagai kacungnya, tanpa memikirkan bagaimana perasaannya. Setelah pertengahan musim gugur, mereka kembali ke Kobe, Jepang, sesampainya mereka di Kobe, Sri mendapatkan surat dari Michel, di mana surat yang sudah datang dari dua minggu yang lalu berisikan kabar bahwa ada kemungkinan buat Michel untuk membawa kapal yang akan berlabuh di Jepang. Dengan susah payah Sri mencari informasi melalui pegawai pelabuhan tentang kedatangan Michel di Jepang. Akhirnya Sri mendapatkan informasi bahwa kapal yang akan dibawa Michel akan datang dua bulan lagi. Sri selalu menunggu datangnya bulan itu, untuk mengatasi kejenuhannya menunggu Michel yang akan datang dua bulan lamanya, Sri menyibukkan diri untuk membantu dua mahasiswa yang akan menyelenggarakan pengumpulan amal untuk panti asuhan dengan pagelaran seni tari. Carl yang ketika Sri baru pulang dari Prancis sudah ada di Jepang. Dia sedang melanjutkan studinya di Kobe . Sekarang Carl sudah menikah dengan teman wanitanya semenjak kecil. Namun ketika kehadiran Carl yang kedua kalinya dalam hidup Sri dan mungkin dengan kondisi rumah tangga Sri saat itu, maka Sri merasakan suatu getaran yang berbeda dari sebelumnya. Namun kekuatan getaran itu tidak menggoyahkan hati Sri yang terlalu tegak oleh tongkat cinta yang diberikan Michel kepadanya. Acara penggalangan amal pun dilaksanakan, Charles dan Carl pun hadir pada acara tersebut. Carl adalah donatur yang paling banyak menyumbangkan uangnya untuk anak-anak panti asuhan di kota itu. Dengan berjalannya waktu, keadaan rumah tangganya semakin tidak bersahabat, mungkin karena rasa kebencian dan kemuakan Sri terhadap Charles yang semakin hari semakin menjadi-jadi. Dan akhirnya waktu yang selama ini ditunggu di mana Michel berada di negara yang sekarang dia tempati. Dua kali Sri mencari alasan kepada Charles agar dia bisa bertemu dengan Michel. Hari pertama Sri menemui Michel dengan alasan akan menonton pertunjukan seni tari. Dengan berat hati Charles pun mengizinkan dan Sri pun pergi dari rumah sendirian dengan meminjam mobil nyonya Darti, istri kepala konsul

Indonesia . Mengingat ketidaksenangan Charles terhadap pertunjukan seni. Sri pun berhasil sampai di pelabuhan untuk menemui Michel walaupun sempat kucing-kucingan dengan petugas pelabuhan, mengingat jabatan dari suami Sri adalah sebagai wakil konsul Perancis, sehingga tidak sedikit dari para karyawan kapal yang mengenal Charles dan Sri. Akhirnya mereka pun bisa bertemu kembali dan mereka langsung masuk ke kamar untuk melepaskan rasa rindu karena sudah lama tidak ketemu. Haripun sudah mulai gelap, dan Sri pun meninggalkan kapal untuk bergegas pulang karena anaknya sudah menunggu dia. Pada keesokan harinya Sri pun mencari alasan kembali untuk bertemu dengan Michel. Mengingat hari itu adalah hari terakhir Michel berada di Jepang karena dia berada di Jepang hanya dua hari, dan Sri pun bertemu kembali dengan Michel. Hari itu Sri diajak Michel menikah dan ikut bersama dirinya berlayar keliling dunia dan hidup bahagia bersama Michel. Namun Sri menolak ajakan Michel dengan alasan di antara mereka sudah mempunyai pasangan hidup masing-masing walaupun kehidupan keluarga mereka tidak pernah diselimuti kebahagiaan dan di antara mereka ada seorang anak yangn membutuhkan keduanya. Seolah memberi harapan kepada Michel, Sri menyarankan kepada Michel agar dia pindah kerja dari lautan ke daratan, Sri pun memberi tahu rencananya yang akan pindah ke Paris karena tugas Charles pindah di Paris. Dia akan tinggal di sana paling sedikit tiga tahun. Mereka pun berpisah kembali walaupun dengan hati yang sangat-sangat berat. Michel melanjutkan perjalanannya dan Sri pun melanjutkan hidupnya bersama Charles dan putri cantiknya. Mengingat akan perkataan Sri yang akan pindah ke Paris, Michel pun mempunyai rencana untuk pindah ke darat, namun karena kecintaannya terhadap laut, dan dengan posisi Sri saat ini masih menjadi seorang istri dari Charles, dia memutuskan untuk tidak pindah pekerjaan dari laut ke darat. Selama dua hari Michel berlibur ke Paris , ingat akan perkataan Sri yang rencanya pindah ke Paris , waktu yang sigkat Michel gunakan untuk mengenal kota-kota paris dengan harapan ketika Sri datang ke Paris , Michel akan mengajaknya mengelilingi Paris . Sri telah berkali-kali berselingkuh dengan Michel tanpa sepengetahuan Charles, suaminya. Michel rupanya jatuh hati kepada Sri karena tarian Sri sangat memukau. Sri merupakan satu-satunya penari di kapal pesiar di mana Michel bekerja sebagai perwiranya. Suasana yang tampak begitu romantis terlihat saat Sri dan Michel saling berkecupan. Malam harinya, Michel sengaja mengajak Sri untuk ke kamar tidurnya yang sekaligus berfungsi sebagai ruang kerja. Michel pun tak tahan dengan Sri yang begitu memikat hatinya.,

walaupun Michel telah berkeluarga. Hubungan intim pun terjadi. Hal tersebut mereka lakukan hanya jika Michel tidak sedang bertugas. Beberapa bulan kemudian, Sri memutuskan untuk berhenti menari di kapal pesiar tersebut lantaran kangen akan keadaan suaminya yan selalu melukai dirinya. Seperti biasa, Sri dengan Charles seperti tiada hubungan perkawinan karena Charles memang sibuk dan memperlakukan Sri bukan sebagai seorang istri. Sri pun mulai jenuh dan selalu membantah apa yang dikatakan suaminya. Sewaktuwaktu, Sri kangen akan keromantisan Michel, hingga tak bisa melupakannya. Beberapa bulan menunggu pendaratan Michel, Sri menjumpai Michel di dermaga tepat pada saat kapal pesiar tersebut merapat ke pelabuhan Marseille, Perancis. Seperti dulu, Michel pun mengajak Sri untuk ke ruangan kerja untuk bercumbuan. Hari berlalu, Michel kembali melaut sedangkan Sri tinggal bersama Charles. Keinginan Sri untuk berlibur di Eropa tidak dikabulkan suaminya. Maka dengan nekatny, Sri membawa anaknya hasil perkawinan dengan Charles menuju London di mana Sri bertemu dengan teman-teman lamanya. Selama di London, Sri banyak menceritakan kisah hidupnya kepada mereka. Beberapa minggu kemudian, Sri dan anaknya kembali menemui Charles di Marseille. Selama di Marseille, tak ubahnya seperti dulu, Charles tetap memperlakukan Sri bukan seperti istrinya dan Sri pun terkadang kangen akan keromantisan si perwira tersebut. Beberapa bulan kemudian, Sri bertemu Michel saat pendaratan kapal pesiar tersebut di pelabuhan Marseille. Seperti dulu, Michel mengajak Sri menuju ruang kerjanya untuk memuaskan rasa nafsu birahinya. Hari pun berlalu, Michel kembali melaut. Kali ini Sri ikut dengan Michel menuju negeri sakura, tepatnya di Kobe . Di Kobe, Sri bertemu dengan temantemannya. Beberapa minggu di Kobe , mereka mendengar kabar duka dari Bali , Indonesia , bahwa telah terjadi gempa bumi. untuk itu, mereka pun menggelar pentas amal dengan menyuguhkan pentas tarian Indonesia dan pelelangan lukisan. Kebetulan, Sri bertemu dengan kawan lama yang sempat dicintainya, yaitu Carl dan Sutopo. Mereka bangga akan kerja keras Sri itu. Beberapa hari kemudian, Sri pulang ke Marseille dengan menumpang kapal pesiar yang biasanya. Kali ini, Sri yang menemui Michel ke ruang kerjanya, namun sebelum masuk terdengar suara seorang wanita di ruang kerja Michel. Saat pintu dibuka, ternyata benar, ada seorang wanita yang sedang membicarakan sesuatu dengan Michel. Sri kaget dan langsung keluar menuju geladak karena ada rasa tersakiti. Hal tersebut diketahui Michel dan ia pun berusaha mengejar Sri dan saat bertemu, ia membujuk Sri untuk mendengarkan hal yang sebenarnya dan mendorong Sri untuk menuju kamar kerjanya bahwa yang dikatakan Michel itu benar, dia tidak berselingkuh dengan wanita itu. Sri

percaya dengannya. Seperti biasa, Michel melepaskan hawa nafsunya untuk berhubungan intim dengan Sri sekaligus melepaskan rasa kangen dengan Sri. Sesampainya di Marseille, kelakuan Sri dengan Charles sudah jauh berbeda. Sri berusaha untuk lepas dari ikatan perkawinan dengan Charles, namun Charles keberatan sambil membujuk Sri untuk memaafkan suaminya. Sri mulai berbalasbalan surat lewat telegram untuk melenyapkan kangennya dengan Michel. Seperti itulah kehidupan Sri dengan Michel, tanpa ujung kisahnya

También podría gustarte