Está en la página 1de 91

PERUBAHAN KONSUMSI PANGAN PADA MAHASISWI PESERTA PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI IPB, BOGOR

ANDI WALUYA

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

RINGKASAN
ANDI WALUYA. Perubahan konsumsi pangan pada mahasiswi peserta program pemberian makanan tambahan di IPB, Bogor. Di bawah bimbingan Ir. Dodik Briawan, MCN. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji perubahan konsumsi pangan pada mahasiswi peserta program pemberian makanan tambahan di IPB, Bogor. Secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis perubahan konsumsi pangan pada saat awal, tengah, dan akhir program PMT; 2. Menganalisis perubahan asupan gizi pada saat awal, tengah, dan akhir program PMT; 3. Menganalisis perubahan tingkat kecukupan gizi pada saat awal, tengah, dan akhir program PMT. Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan di asrama putri TPB IPB. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive. Waktu penelitian dari persiapan hingga penulisan laporan adalah tujuh bulan, dimulai dari bulan Februari 2007-Agustus 2007. Populasi penelitian adalah mahasisiwi TPB IPB yang tinggal di asrama putri TPB IPB yang mengikuti program Pemberian Makanan Tambaban (PMT). Kriteria dalam pengambilan contoh yaitu mahasiswi yang tinggal di asrama dengan syarat: 1. IMT <25; 2. Uang saku setiap bulannya <Rp 500 000/bulan; 3. Tidak menderita penyakit kronis. Jumlah contoh ditentukan dengan asumsi power of studi 95%, presisi 10% dan prevalensi gizi normal (IMT = 18.5 25.0) 80%, sehingga diperoleh 62 orang dari 298 orang mahasiswa putri TPB IPB peserta Feeding program. Teknik penarikan contoh yang digunakan adalah pengambilan contoh secara acak sederhana (simple random sampling). Kepada 62 contoh yang terpilih, diberikan kuisioner yang diisi sendiri setelah diberikan penjelasan, dan selanjutnya dilakukan verifikasi isi kuisioner. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari kegiatan Feeding program IPB kerjasama Departemen Gizi Masyarakat, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Southest Asia Food and Agriculture Science and Tecnology (SEAFAST) Center tahun 20052006, yang meliputi data karakteristik contoh, status gizi, frekuensi makan, dan catatan konsumsi pangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata usia contoh ialah 18.6 tahun, dengan persentase terbesar (56.5%) pada rentang usia 19-20 tahun. Rata-rata uang saku yang diterima oleh contoh adalah Rp 302 250,-. Lebih dari separuh contoh (59.7%) mendapatkan uang saku antara Rp 210 000 Rp 390 000 setiap bulannya. Alokasi uang saku digunakan untuk pengeluaran pangan dan nonpangan. Rata-rata pengeluaran pangan yang terdiri dari pengeluaran untuk makanan, minuman, dan jajanan contoh per bulan berturut-turut ialah sebesar Rp 192 500,-, Rp 25 350,-, dan Rp 23 150,-. Persentase terbesar contoh (77.4%) mempunyai pengeluaran per bulan untuk makanan sekitar Rp 140 000 Rp 240 000. Untuk pengeluaran minuman lebih dari separuh contoh (80.6%) mempunyai pengeluran per bulan untuk minuman sekitar Rp 4 900,- Rp 45 700,-, tidak jauh berbeda dengan alokasi dana untuk pengeluaran minuman, lebih dari separuh contoh (79.1%) dalam penelitian ini mengalokasikan uang sakunya untuk pengeluaran jajanan per bulan sekitar Rp 3 200,- Rp 43 100,-. Untuk pengeluaran non pangan didapat bahwa lebih dari separuh contoh (74.2%) mempunyai pengeluaran non pangan perbulan sekitar Rp 76 000,- Rp 260 000,- dengan rata-rata sebesar Rp 169 800,- setiap bulannya. Rata-rata IMT contoh ialah 19.7 kg/m2 pada saat awal program, 19.9 kg/m2 pada saat tengah

program, dan 20.3 kg/m2 pada saat akhir program. Lebih dari separuh contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program memiliki IMT anatara 18.5 kg/m2 25.0 kg/m2 (normal), dan terdapat peningkatan proporsi jumlah pada saat awal, tengah dan akhir program. Pada awal program 67.7% contoh yang memiliki IMT normal, kemudian meningkat pada tengah program yakni 74.2% contoh memiliki IMT normal, dan meningkat lagi pada saat akhir program menjadi 79%. Terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada peningkatan konsumsi nasi saat tengah program dan akhir program jika dibandingkan dengan saat awal program, konsumsi sayuran pada saat akhir program,jika dibandingkan dengan saat awal program, konsumsi buah contoh pada saat akhir program jika dibandingkan dengan saat awal program, konsumsi lauk nabati pada saat akhir program jika dibandingkan dengan saat awal program, konsumsi pangan hewani saat akhir program jika dibandingkan dengan saat awal program, konsumsi jajanan non PMT pada saat akhir program jika dibandingakn dengan saat awal program. Terdapat penurunan rata-rata konsumsi minyak pada saat tengah program dan saat akhir program, dan hasil uji Oneway Anova menyatakan bahwa penurunan tersebut berbeda nyata (p<0.05). Terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada peningkatan asupan energi saat tengah dan akhir program jika dibandingkan dengan saat awal program, asupan protein saat tengah program jika dibandingkan dengan saat awal program, asupan vitamin A saat akhir program jika dibandingkan dengan saat awal program, asupan zat besi pada saat tengah program jika dibandingakn dengan saat akhir program. Terdapat penurunan rata-rata asupan protein pada saat akhir program jika dibandingkan dengan saat tengah program, dan hasil uji Oneway Anova menyatakan bahwa penurunan tersebut berbeda nyata (p<0.05). Terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada peningkatan tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada saat tengah program dan akhir program. Untuk tingkat kecukupan energi, vitamin A, dan zat besi peningkatan rata-rata tingkat kecukupanya terjadi baik pada saat tengah program maupun pada saat akhir program, tetapi untuk tingkat kecukupan protein, peningktan hanya terjadi pada saat tengah program. Terdapat perbedaan yang nyata pada penurunan tingkat kecukupan protein, (p<0.05), dimana terjadi penurunan rata-rata tingkat kecukupan saat akhir program jika dibandingkan dengan saat awal program. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada peningkatan rata-rata tingkat kecukupan vitamin A pada saat tengah program dengan awal program, tingkat kecukupan vitamin A saat akhir program dengan tengah program, tingkat kecukupan zat besi pada saat tengah program dengan saat awal program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat peningkatan konsumsi pangan contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program, hanya saja untuk sebagian konsumsi pangan peningkatan konsumsinya belum sesuai dengan yang dianjurkan yakni masih kurang, hal ini akan berpengaruh terhadap asupan gizi dan tingkat kecukupan gizi contoh. Oleh karena itu, masih diperlukan peningkatan konsumsi pangan tersebut.

PERUBAHAN KONSUMSI PANGAN PADA MAHASISWI PESERTA PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI IPB, BOGOR

Skripsi Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : ANDI WALUYA A54103049

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

JUDUL

: PERUBAHAN MAHASISWI

KONSUMSI PESERTA

PANGAN

PADA

PROGRAM

PEMBERIAN

MAKANAN TAMBAHAN DI IPB, BOGOR. Nama Nomor Pokok : Andi Waluya : A54103049

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Dodik Briawan, MCN NIP 131 879 330

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

Tanggal Disetujui :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 17 Agustus 1984. Penulis merupakan anak ke-3 dari empat bersaudara dari pasangan E. Mustopa Sogir dan Hasanah. Pendidikan SD ditempuh dari tahun 1991 sampai tahun 1997 di SDN 01 Pasir Suren. Tahun 1997 Penulis melanjutkan sekolah di SLTPN 1 Palabuan Ratu hingga tahun 2000. Pada tahun yang sama Penulis melanjutkan sekolah di SMUN 4 Bogor dan lulus pada tahun 2003. Selepas SMU, Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada tahun 2003 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. Selama menyelesaikan studinya di IPB, Penulis aktif dalam kelembagaan yang ada di kampus. Pada tahun pertama di IPB, Penulis diamanahi sebagai anggota komisi Badan Advokasi dan Keasramaan (BAK) DPM TPB periode 2003/2004. Pada tahun kedua, Penulis aktif di Fortis 40 sebagai ketua kreativitas dan seni. Pada tahun berikutnya Penulis juga aktif dalam IPB Debating Club (IDC). Selain aktif di kelembagaan, Penulis juga tercatat sebagai panitia acaraacara yang diadakan di tingkat kampus, maupun departemen, seperti Open House SUM41, Hari Pelepasan Sarjana (HPS), Food and Nutrition Competition (FNC), dan kegiatan-kegiatan seminar yang diadakan di departemen GMSK seperti Sunset on December pada tahun 2006. Sebagai syarat kelulusan menjadi sarjana Gizi Masyarakat, Penulis melakukan penelitian dalam rangka Penulisan skripsi yang berjudul Analisis Perubahan Konsumsi Pangan Pada Mahasiswi Peserta Program Pemberian Makanan Tambahan di Asrama Putri TPB IPB, Bogor dibawah bimbingan Ir. Dodik Briawan, MCN.

PRAKATA
Syukur Alhamdulillah, Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang hanya atas kepastian-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan atas semua keikhlasan bantuan yang telah di berikan, kepada: 1. Ir. Dodik Briawan, MCN. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan arahan, dan dorongan dengan penuh pengertian dan kesabaran sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini. 2. 3. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MKes. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. Dr. Ir. Diah K Pranadji, MSi. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan, arahan, dan masukan yang berharga selama ini. 4. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS. selaku dosen pemandu seminar atas ketersediaannya 5. 6. menjadi dosen pemandu seminar skripsi dan memberikan saran bagi perbaikan skripsi ini. Staf pengajar departemen GMSK atas ilmunya selama ini. Orang tua ku tersayang ayah, mama, adik dan kakak-kakak yang kucintai (Anggih Junilar, a Alex, teh Risna, mba Wati, a Cecep), aki Anda, keluarga bapak Hendra Sulistia (amang, bi Susi, Tia, Zulfa), keluarga bapak Aep mulyana, Wa Enang, my sunshine, serta keluraga besar di Pasir-Suren. Terimakasih atas doa, perhatian, dukungan dan kasih sayangnya yang tak pernah putus untuk keberhasilan Penulis. 7. Dr. Ir. Kudrat Sunandar, MT, Mba Resi, Mba Nisa, Mas Rena, Pak Ugan, dan Dewi Kartika Puri (teman seperjuanganku) terimakasih atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Mandiin Yu (Malie, Inna, Devi) thank you so much for everything, you are the best friends that I ever had, Crew Chiler (Iman, Aldo, Hakim, Rio, Rico, Rama, Okti, Dina, Meri, Kiki, Nitnit, Aisyah, Gita & Mia) so nice to have friends like you in my life. All ganks in GMSK Jimsbar (Jowie, Ira, Mutia, Betsy, Asty, Ratna, & Selly), the junctions, ketorak A.K.A tiara, jingga, club cowo 40 (Andhika, Aris, Bambang, Darmaning, Irul, Kuswan, Sendi & Udin). Terimaksih atas semangat dan kecerian yang telah diberikan (see you on 10 -11- 2012)

9.

Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Akhir kata, semoga apa yang diberikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin Bogor, September 2007

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................. DAFTAR TABEL ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................. Tujuan ................................................................................................ Kegunaan .......................................................................................... TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Remaja ........................................................................ Remaja .................................................................................... Status Gizi Remaja ..................................................................... Pengeluaran Pangan.................................................................. Program Pemberian Makanan Tambahan ........................................... Kebiasaan Makan dan Konsumsi Pangan Pada Remaja ....................... Asupan dan Kecukupan Energi dan Zat Gizi Lainnya ........................ KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................ METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... Jumlah dan Cara Penarikan Contoh .................................................. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................... Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... Definisi Operasional .......................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh ........................................................................... Konsumsi Makanan Pada Contoh Saat Awal, Tengah, dan Akhir Program PMT ..................................................................................... Asupan Gizi Pada Contoh Saat Awal, Tengah, dan Akhir Program PMT ...................................................................................... Tingkat Kecukupan Gizi Pada Contoh Saat Awal, Tengah, dan Akhir Program PMT ...................................................................................... 19 27 35 39 14 14 14 15 17 4 4 5 6 7 8 10 12 1 3 3 viii ix x xi

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ......................................................................................... Saran .................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. LAMPIRAN ............................................................................................... 43 44 45 47

DAFTAR TABEL
Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 Batas ambang IMT untuk Indonesia (Depkes 1995) .............................. Anjuran jumlah porsi bahan makanan menurut PUGS (2005) pada wanita usia 19-29 tahun ..................................................................... Sebaran contoh menurut karakteristik contoh ..................................... Sebaran contoh menurut IMT pada saat awal, tengah, dan akhir program PMT ....................................................................................... Sebaran contoh menurut frekuensi konsumsi makan ......................... Rata-rata konsumsi pangan pada contoh saat awal, tengah, dan akhir program PMT............................................................................... Rata-rata asupan gizi pada contoh saat awal, tengah, dan akhir program PMT ...................................................................................... Rata-rata tingkat kecukupan gizi pada contoh saat awal, tengah, dan akhir program PMT ....................................................................... 6 10 21 23 25 30 36 40

DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 2 Kerangka pemikiran perubahan konsumsi pangan pada mahasiswi peserta program PMT di Institut Pertanian Bogor.... Rata-rata konsumsi jajanan PMT dan non PMT pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT......................................... 13 35

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Usia dan uang saku per bulan contoh................................................ Pengeluaran pangan dan nonpangan contoh..................................... Indeks Massa Tubuh (IMT) contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program............................................................................................... Konsumsi pangan contoh pada saat awal, tengah, dan akhir Program.............................................................................................. Konsumsi jajanan non PMT dan jajanan PMT contoh pada saat awal,tengah, dan akhir program PMT................................................. Asupan gizi contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program......... Angka kecukupan energi dan zat gizi contoh...... Tingkat kecukupan gizi contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program................................................................................................ Konsumsi nasi pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT ................................................................................................... 48 50 52

54 60 62 68 70 76 76 76 76 77 77 77 77 77 78 78

10 Konsumsi sayuran pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT ..................................................................................... 11 Konsumsi buah pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT .................................................................................................... 12 Konsumsi lauk nabati pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT ..................................................................................... 13 Konsumsi pangan hewani pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT ..................................................................................... 14 Konsumsi minyak pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT .................................................................................................... 15 Konsumsi gula pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT ........................................................................................................ 16 Rata-rata konsumsi jajanan non PMT pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT...................................................................... 17 Rata-rata konsumsi jajanan PMT pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT............................................................................. 18 Asupan energi pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT ........................................................................................................ 19 Asupan protein pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT .........................................................................................................

20 Asupan Vitamin A pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT ............................................................................................................. 78 21 Asupan zat gizi besi pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT.... ......................................................................................................... 78

22 Tingkat kecukupan energi pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT ......................................................................................... 23 Tingkat kecukupan protein pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT ........................................................................................ 24 Tingkat kecukupan vitamin A pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT .......................................................................................... 25 Tingkat kecukupan zat besi pada contoh saat awal, tengah dan akhir program PMT ........................................................................................

79 80 7 78

PENDAHULUAN

Latar belakang
Populasi remaja sekarang ini tergolong cukup besar, data BKKBN tahun 2002 menunjukan bahwa jumlah remaja di Indonesia mencapai angka 65 juta jiwa atau sekitar 30% dari total populasi. Remaja sebagai bagian dari masyarakat mempunyai peranan penting dalam menentukan pola konsumsi masyarakat mengingat remaja adalah kelompok masyarakat potensial sebagai konsumen dalam pemenuhan kebutuhan pokok maupun kebutuhan sekunder. Pada masa remaja banyak anak, khususnya remaja putri, dengan berat badan normal tidak puas dengan bentuk tubuh dan berat badannya, mereka ingin menjadi lebih kurus. Remaja putri pada umumnya menginginkan bentuk badan yang langsing, ramping, dan menarik sehingga untuk mencapai hal tersebut, mereka tidak segan-segan melakukan hal-hal yang justru tidak mereka sadari dapat membahayakan diri dan kesehatannya. Agar tampak langsing dan menarik mereka biasanya tidak mau makan pagi, mengurangi frekuensi makan, bahkan melakukan diet yang berlebihan (Gunawan 1997) Kesalahan persepsi dalam melihat perubahan dalam diri seorang remaja putri menyebabkan mereka tidak memperhatikan asupan makanan yang bergizi. Padahal, makanan yang bergizi sangat penting untuk mengimbangi perubahanperubahan yang sangat pesat, baik fisik, psikologi maupun sosial pada periode growth spurt remaja. Kebutuhan zat gizi pada masa remaja yang tinggi mengakibatkan remaja tergolong dalam kelompok rawan gizi. Bila remaja berusaha mengurangi berat badan dengan mengurangi porsi makanannya, akan terjadi kurang gizi yang disebabkan kurangnya asupan energi dan zat gizi pada tubuh yang diperlukan untuk mengimbangi growth spurt dan tingginya aktivitas yang dilakukan pada saat remaja. Hasil studi yang dilakukan oleh Wardle dan Masslam diacu dalam Bani (2002), menyatakan bahwa 50% gadis remaja merasa terlalu gemuk dan berharap dapat mengurangi berat badannya. Remaja juga menghindari konsumsi makanan yang bernilai gizi seperti telur, susu, dan sebagainya, yang berakibat kekurangan zat makanan. Menurut Robinson (1997), remaja memiliki kebiasaan makan dengan asupan vitamin A, vitamin C, dan kalsium yang kurang. Pola makan remaja biasanya berbeda dengan kelompok umur lainnya. Remaja adalah golongan anggota keluarga yang biasanya kurang mendapatkan

makanan seimbang, sehingga banyak yang mengalami kurang gizi tertentu seperti zat besi dan kalsium. Makanan yang mengandung zat besi dan kalsium terdapat pada susu dan protein hewani dan biasanya remaja tidak mau mengkonsumsi karena mereka takut menjadi gemuk. Selera makan remaja juga sangat berubah-ubah dari hari ke hari. Remaja pada umumnya ingin mempunyai bentuk badan yang langsing sehingga mereka tidak mau makan pagi (Corputty 1984, diacu dalam Bani 2002). Kebiasaan makan remaja sangat khas dan berbeda jika dibandingkan dengan usia lainnya, seperti : 1) tidak makan (missing meals) terutama makan pagi atau sarapan; 2) kegemaran makan snacks dan kembang gula serta soft drink; 3) remaja cenderung memilih-milih makanan, ada makanan yang disukai dan yang tidak disukai. Jenis makanan tersebut berbeda untuk tiap budaya, antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, remaja terutama putri biasanya percaya bahwa mereka dapat mengontrol berat badannya dengan cara tidak makan pagi atau siang (Robert & Williams 1996, diacu dalam Bani 2002). Menurut survei yang dilakukan oleh Hurlock (1991), remaja suka sekali jajan snack. Jenis makanan ringan yang dikonsumsi adalah kue-kue yang rasanya manis, pastry, serta permen. Golongan sayuran dan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C tidak populer atau jarang dikonsumsi oleh remaja, sehingga dietnya cenderung rendah akan zat besi, vitamin C dan zat gizi lainnya. Selain itu, hasil survei menunjukkan bahwa remaja menyukai minuman ringan, soft drink, teh dan kopi yang frekuensinya lebih sering dibandingkan minum susu. Salah satu permasalahan konsumsi pangan biasanya disebabkan oleh keterbatasan makanan. Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) merupakan salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan diadakannya program PMT diharapkan dapat melengkapi dan menambah kontribusi konsumsi pangan tetapi tidak menggantikan menu konsumsi seharihari dari peserta program PMT. Dari hasil PMT-AS yang telah dilakukan oleh Depkes maupun Depdikbud, banyak dampak positif yang dapat dicapai yang berkaitan dengan peningkatan status gizi dan kesehatan, presensi sekolah dan perolehan nilai. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian antara lain perbedaan persepsi tentang PMT-AS terutama mengenai tujuan dan pemberian makanan yang belum sesuai dengan kaidah-kaidah gizi (Anonymous 1996, diacu dalam Hajatuddin dkk 1998).

Salah satu permasalahan konsumsi pangan biasanya disebabkan oleh keterbatasan makanan. Melihat permasalahan tersebut IPB bekerjasama dengan Departemen Gizi Masyarakat, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Southeast Asia Food and Agriculture Science and Technology (SEAFAST) Center tahun 2005-2006) melakukan suatu program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan tujuan untuk memperbaiki konsumsi pangan setiap mahasiswanya. Kegiatan ini dilakukan di asrama putri TPB IPB. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui dan menganalisis perubahan konsumsi pangan pada saat awal, tengah, dan akhir program. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengkaji perubahan konsumsi pangan, asupan gizi, dan tingkat kecukupan gizi pada mahasiswi peserta program pemberian makanan tambahan di IPB, Bogor. Tujuan Khusus 1. Menganalisis perubahan konsumsi pangan contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program pemberian makanan tambahan. 2. Menganalisis perubahan asupan energi dan zat gizi contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program pemberian makanan tambahan. 3. Menganalisis perubahan tingkat kecukupan energi dan gizi gizi contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program pemberian makanan tambahan. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perubahan konsumsi pangan, asupan energi dan zat gizi, dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada mahasiswi peserta program pemberian makanan tambahan. Disamping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan bagi institusi dalam hal ini IPB dalam peningkatan gizi bagi para mahasiswanya.

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Remaja Remaja Masa remaja merupakan salah satu periode penting pertumbuhan dan kematangan jaringan dan organ tubuh. Masa remaja adalah fase terakhir dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia menjadi dewasa. Selain pada masa bayi dan anak, pertumbuhan tinggi badan paling cepat terjadi pada masa ini. Proses pematangan fungsi-fungsi organ tubuh juga berahir pada masa remaja. Sehingga apakah seseorang pada masa dewasanya kelak berbadan pendek atau tinggi ditentukan oleh keadaan gizi dan kesehatan pada masa remaja (Husaini & Husaini 1989). Perkembangan seorang anak menjadi dewasa merupakan suatu tahap yang penting, Remaja dianggap sebagai suatu periode dalam kehidupan yang secara gizi perlu diperhitungkan karena tiga sebab (Spear, diacu dalam Rickret 1995). a. Pada masa remaja, terjadi peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi yang sangat besar akibat pertumbuhan dan perkembangan fisik yang pesat . b. Berubahnya gaya hidup dan kebiasaan makan remaja yang mempengaruhi asupan dan kebutuhan zat gizi. c. Adanya kelompok remaja yang mempunyai kebutuhan gizi khusus, misalnya remaja yang aktif dalam berolahraga, hamil, diet berlebih, atau pecandu alkohol dan narkoba. Periode ini penting dalam kehidupan manusia, karena pada periode remaja terjadi pertumbuhan fisik yang pesat (growth spurt) tahap kedua setelah tahap pertumbuhan pesat yang pertama di usia balita. Pertumbuhan pesat ini dapat dilihat dari adanya penambahan berat badan dan tinggi badan yang drastis pada periode ini. Hal ini merupakan akibat dari pertumbuhan skeletal, penambahan ukuran hati, ginjal, penambahan jaringan lemak pada perempuan, penambahan jaringan otot pada laki-laki, dan sebagainya yang dipacu oleh perubahan hormon (Rickret 1995). Remaja merupakan kelompok yang berbeda yang berada diantara usia anak-anak dan dewasa, yaitu umur berumur antara 12 sampai 21 tahun. Pada umumnya remaja masih belajar di sekolah menengah. Masa remaja dibagi menjadi masa remaja awal (12-15 tahun), dan masa remaja akhir (18-21) tahun (Monks, Knoers, & Haditono 1994, diacu dalam Marzuki 2006).

Seperti halnya dengan semua periode yang penting dalam kehidupan, masa remaja memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum ataupun sesudahnya. Menurut Hurlock (1991), karakteristik tersebut adalah : 1) masa remaja sebagai periode penting; 2) masa remaja sebagai peride peralihan; 3) masa remaja sebagai masa perubahan; 4) masa remaja sebagai usia bermasalah; Masa remaja sebagai masa mencari identitas; 5) masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan; 6) masa remaja masa yang tidak realistik; 7) masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Status Gizi Remaja Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang, maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik atau tidak (Riyadi 1995). Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, dan penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja menderita atau mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain anemia dan Indeks Massa Tubuh (IMT) kurang dari batas normal atau kurus (Permaisih 2003). Keadaan status gizi remaja pada umunya dipengaruhi oleh pola konsumsi makan, kebanyakan dari mereka konsumsi zat gizinya rendah, hal ini disebabkan oleh keterbatasan makanan atau membatasi sendiri makanannya karena faktor ingin langsing (Karyadi 1995). Jika konsumsi makan seorang remaja kurang dari angka kecukupan yang dianjurakan dan hal ini berangsurangsur lama, maka akan berpengaruh terhadap status gizi remaja. Menurut Permaisih (2003), status gizi pada remaja putri di Indonesia biasanya kurang zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak), dan kurang zat gizi mikro (vitamin, mineral). Kurang zat gizi makro dan mikro menyebabkan tubuh menjadi kurus dan berat badan turun drastis, tinggi badan tidak normal, anemia, dan sakit terus-menerus Status gizi dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu: melalui penilaian konsumsi pangan, antropometri, biokimia, dan klinis. Setiap cara penilaian status gizi tersebut melengkapi cara yang lainnya, dengan demikian membantu dalam

penyediaan indikator tambahan untuk mendukung penilaian yang lebih lengkap (Riyadi 1995) Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi saat ini (Riyadi 1995). Indeks masa tubuh diukur dengan menggunakan rumus IMT= BB/TB (kg/m). Batas ambang indeks masa tubuh ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara (Depkes 1995). Batas ambang IMT untuk Indonesia secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Batas ambang IMT untuk Indonesia (Depkes 1995)
Kategori Kurus Normal Gemuk Keterangan Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat berat IMT < 17.0 17.0 - 18.5 18.5 - 25.0 > 25.0 27.0 > 27.0

Pengeluaran pangan Berg (1986) menyatakan bahwa pendapatan merupakan faktor tidak langsung yang mempengaruhi konsumsi pangan, tetapi pendapatan termasuk penentu baik atau buruknya keadaan gizi seseorang atau sekelompok orang. Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang dibeli. Seseorang dengan tingkat pendapatan tinggi dapat membeli pangan yang lebih beragam dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tingkat pendapatan yang rendah. Dengan meningkatnya pendapatan seseorang terjadilah perubahanperubahan dalam susunan makanan. Akan tetapi pengeluaran uang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan. Kadangkadang perubahan utama yang terjadi dalam kebiasaan makan adalah pangan yang dimakan itu lebih mahal. Bukti menunjukan bahwa kebiasaan makan cenderung berubah dengan naiknya pendapatan (Suhardjo 1989). Namun, sekalipun pengeluaran untuk makan bertambah, tapi pertambahan pendapatan tidak selalu membawa perbaikan pada susunan makanan. Orang lebih banyak membelanjakan uangnya untuk makanan mungkin akan makan lebih banyak, tetapi belum tentu mutu makanannya lebih baik (Berg 1986). Pada umumnya perempuan memiliki kebutuhan per bulan lebih banyak daripada laki-laki, sehingga orang tua memberi uang saku lebih banyak kepada

anak perempuan. Uang saku yang didapat digunakan untuk keperluan seharihari, sehingga jika uang saku yang didapat sedikit maka kebebasan memenuhi kebutuhan pangan dan nonpangan juga akan semakin terbatas. Berdasarkan hasil penelitian Marzuki (2006) terdapat perbedaan uang saku yang didapat oleh perempuan dan laki-laki. Rata-rata uang saku per bulan untuk perempuan ialah Rp 332 000,- sedangkan untuk laki-laki rata-rata uang saku per bulannya ialah Rp 358 000,- . Program Pemberian Makanan Tambahan Pada dasarnya manusia membutuhkan makanan yang cukup secara kuantitas dan kualitas agar memiliki keadaan atau status gizi yang baik. Keadaan gizi yang baik akan meningkatkan kemampuan fisik dan kognitif serta status kesehatannya. Banyak kita temui berbagai macam program dari pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi penduduknya. Salah satu program dari pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi ialah program Pemberian makanan tambahan yang biasanya dilaksanakan pada anak usia sekolah dasar yang lebih di kenal dengan nama program PMT-AS. Fakta adanya anak sekolah makan kurang dari tiga kali sehari menunjukan kemungkinan adanya anak yang defisiensi gizi. Selain pertumbuhan fisik yang terhambat, kemampuan kognitif anak sekolah juga menjadi tidak optimal apabila kebutuhan gizinya tidak terpenuhi (Karyadi & Muhilal 1985). Secara keseluruhan anak sekolah menyukai makanan kudapan yang diberikan pada PMT-AS. Perbedaan yang ada hanyalah prioritas kesukaan anak sekolah terhadap kudapan, contohnya pisang goreng. Anak sekolah di IDT pedesaan menempatkan pisang goreng diurutan ke-4 sementara anak sekolah di IDT perkotaan menempatkan pisang goreng di urutan ke-3 (Rosinta, Hardinsyah, & Ikeu Tanziha 1997). Manfaat PMT-AS bagi anak sekolah ternyata belum dipahami oleh seluruh anak sekolah itu sendiri sebagai sasaran utama PMT-AS. Secara Nasional, manfaat PMT-AS baru dipahami oleh 68.7% anak sekolah, tertinggi dipahami oleh anak sekolah di Jawa, kemudian Sumatera dan terendah di lokasi lainnya (Pranadji & Hardinsyah 1999). Menurut hasil pengamatan terbatas kegiatan PMT-AS oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi (Puslitbang Gizi) Departemen Kesehatan dan jurusan GMSK-Faperta-IPB tahun 1996/1997 menunjukan adanya berbagai kelemahan dalam penyelenggaraan PMT-AS, terutama pada tingkat sekolah, desa/kelurahan, dan kecamatan. Beberapa kelemahan tersebut antara lain

disebabkan oleh kurangnya pemahaman petugas pelaksana dan pengelola tentang penyelenggaraan PMT-AS yang benar, kurangnya kemampuan petugas dalam membina penyelenggaraan PMT-AS terutama dalam proses pemanfaatan dan pengembangan pangan lokal serta pemberdayaan masyarakat ; terjadinya hal-hal yang belum sesuai dengan pedoman, seperti nilai kudapan yang belum sesuai dengan persyaratan gizi, keamanan pangan, citarasa, dan penggunaan dana yang belum optimal, serta terlalu dominannya peran pihak-pihak tertentu (Tim Studi PMT-AS 1997, diacu dalam Hardinsyah & Kustiyah 1999) Kebiasaan Makan dan Konsumsi Pangan Remaja Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam satu hari sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Keadaan ini tercermin dari derajat kesehatannya, tumbuh kembangnya, serta produktivitasnya yang optimal, namun, dengan pergeseran gaya hidup akibat pengaruh urbanisasi, globalisasi dan industrialisasi, dapat pula menyeret sebagian masyarakat Indonesia untuk cenderung menyukai makanan siap santap yang kandungan gizinya tidak seimbang. Pada umumnya, makanan siap santap ini mengandung lemak dan garam yang tinggi, tetapi kandungan seratnya rendah (PUGS, diacu dalam Depkes 2005). Kebiasaan makan dapat berubah karena pendidikan dan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, serta aktivitas perdagangan makanan. Selain itu, tingkat pendapatan juga merupakan makan, salah satu secara faktor utama dalam dengan mempengaruhi kebiasaan dimana signifikan,

meningkatnya pendidikan, konsumsi makan mahal akan dibeli dan dikonsumsi lebih banyak. Terkait dengan pendapatan, jumlah anggota keluarga juga berpengaruh secara tidak langsung terhadap kebiasaan makan seseorang, karena jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap pendapatan perkapita yang akan menentukan kemampuan pembelian makan (Hartog, Van Steveren & Brouwer 1995). Kebiasaan makan remaja sangat khas dan berbeda jika dibandingkan dengan usia lainnya, seperti : 1) tidak makan (missing meals) terutama makan pagi atau sarapan; 2) kegemaran makan snacks dan kembang gula serta soft drink; 3) mereka cenderung memilih-milih makanan, ada makanan yang disukai dan yang tidak disukai. Jenis makanan tersebut berbeda untuk tiap budaya, antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, remaja terutama putri biasanya

percaya bahwa mereka dapat mengontrol berat badannya dengan cara tidak makan pagi atau siang (Robert & Williams 1996). Kebiasaan makan yang tergesa-gesa, termasuk kurang mengunyah akan membawa efek yang kurang menguntungkan bagi pencernaan dan mengakibatkan cepat merasa lapar kembali. Rasa lapar yang sering muncul berakibat pada konsumsi makan yang tidak pada waktunya dan berlebihnya intake makanan yang terlalu panjang menyebabkan adanya kecenderungan untuk makan lebih banyak dan melebihi batas (Wirakusumah 1994). Mantra (1996) menyatakan bahwa status gizi berhubungan langsung dengan makanan dan kebiasaan makan dari individu, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Perbaikan gizi pada dasarnya adalah upaya mengubah kebiasaan yang berhubungan dengan makanan pada individu, keluarga masyarakat secara keseluruhan untuk status gizi yang baik. Pola makan remaja biasanya berbeda dengan kelompok umur lainnya. Remaja adalah golongan anggota keluarga yang biasanya kurang mendapatkan makanan seimbang, sehingga banyak yang mengalami kurang gizi tertentu seperti zat besi dan kalsium. Penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Penilaian secara kualitatif dilakukan dengan pengumpulan data yang lebih di titik beratkan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan kebiasaan makan dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan seseorang atau masyarakat, misalnya yang berhubungan dengan kebiasaan makan adalah frekuensi makan, frekuensi menurut jenis makanan yang dikonsumsi, maupun cara memperoleh makanan, sedangkan penilaian secara kuantitatif biasanya cara yang sering digunakan adalah inventaris, pendaftaran, penimbangan dan recall (Altshul 1993). Berdasarkan anjuran PUGS yang diacu dalam Depkes (2005), kebiasaan makan dan konsumsi pangan seseorang harus sesuai dengan butir-butir yang terdapat dalam 13 pesan dasar gizi seimbang yang diantaranya ialah makanlah aneka ragam makanan dan biasakan makanan pagi. Penjabaran anjuran jumlah porsi bahan makanan menurut kecukupan energi pada perempuan kelompok umur 19-29 tahun dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 2.

Tabel 2. Anjuran jumlah porsi bahan makanan menurut PUGS yang diacu dalam Depkes (2005) pada wanita usia 19-29 tahun. Bahan Jumlah Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Makanan (porsi) (gram) Nasi 4.5 450 Sayuran 3 300 Buah 5 250 Lauk nabati 3 150 Pangan hewani 3 150 Minyak 5 25 Gula 2 20 Asupan dan Kecukupan Energi dan Zat Gizi Remaja Makanan sehari-hari yang baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, maka tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu (Almatsier 2002). Remaja memerlukan asupan gizi yang beragam karena masa remaja adalah masa dimana pertumbuhan dan perkembangan berlangsung sangat cepat dan membutuhkan pasokan zat-zat gizi yang cukup (Gunawan 1997). Asupan gizi akan berpengaruh terhadap angka kecukupan gizi. Dalam WKNPG (2004), angka kecukupan energi dan zat gizi gizi adalah jumlah masing-masing energi dan zat gizi yang sebaiknya dipenuhi seseorang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktifitas agar semua orang sehat. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas untuk mencegah terjadinya defisiensi gizi (Muhilal, Jalal, & Hardinsyah 1998). Penilaian untuk mengetahui tingkat konsumsi gizi dilakukan dengan membandingkan antara konsumsi zat gizi aktual (nyata) dengan kecukupan gizi yang dinyatakan dalam persen (Hardinsyah & Briawan 1994). Setiap orang dianjurkan makan cukup hidangan mengandung sumber zat tenaga atau energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatannya sehari-hari seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial, dan kegitan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak (Depkes 1995). Kebutuhan energi yang dianjurkan untuk remaja putri menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), ialah 1900 kkal/hari untuk usia 19-21 tahun, sedangkan

untuk tingkat kecukupannya menurut Muhilal et. al (1993), dikatakan kurang jika tingkat konsumsi < 80%, atau cukup jika tingkat konsumsi 80%. Protein dibutuhkan oleh remaja untuk pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat gizi, dan sebagai sumber energi pada saat tubuh tidak mampu memenuhi kecukupan energi (Rickret 1995). Protein merupakan salah satu zat gizi yang harus di penuhi oleh tubuh. Hal ini disebabkan protein berguna sebagai zat pembangun untuk pertumbuhan tubuh dan mengganti jaringan-jaringan yang rusak, sebagai zat pengatur untuk bahan pembentuk hormon dan enzim, serta sebagai cadangan energi. Kecukupan protein yang dianjurkan untuk remaja putri Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), ialah 50 gram/hari untuk usia 19-21 tahun dan 55 gram tiap harinya untuk usia 16-18 tahun. Untuk tingkat kecukupannya menurut Muhilal et. al (1993), dikatakan kurang jika tingkat konsumsi < 80%, latau cukup jika tingkat konsumsi 80%. Vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh, sangat penting bagi kesehatan mata, melawan bakteri dan infeksi, mempertahankan jaringan epitel, serta membantu pembentukan tulang dan gigi. Kelebihan dosis vitamin A (50.000 IU/hari) atau lebih dapat menimbulkan hiperavitaminosis jika tidak terdapat gejala defisiensi (Solikhah 2003). Menurut Muhilal dan Sulaeman (2004), kebutuhan vitamin A yang dianjurkan untuk remaja putri ialah 500 RE/hari untuk usia 16-18 tahun dan 600 RE tiap harinya untuk remaja putri yang berusia 19-21 tahun. Untuk tingkat kecukupannya dibedakan menjadi dua, yaitu dikatakan cukup jika tingkat konsumsi 77% dan kurang jika tingkat konsumsi < 77% (Gibson 2005). Salah satu fungsi zat besi ialah untuk pembentukan hemoglobin dan mioglobin, membantu metabolisme protein, serta meningkatkan pertumbuhan. Kekurangan zat gizi besi mengakibatkan kelemahan, kulit yang pucat, konstipasi dan anemia. Pemberian 100 mg per hari dalam waktu yang lama dapat menimbulkan efek toksik (Solikhah 2003). Remaja putri terkadang kurang mendapatkan asupan zat besi yang cukup, padahal masa remaja merupakan masa yang harus mendapatkan asupan zat besi yang cukup. Kecukupan zat besi (Fe) yang dianjurkan untuk remaja putri ialah 26 mg tiap harinya (Kartono & Soekantri 2004). Untuk tingkat

kecukupannya menurut Gibson (2005) dibedakan menjadi dua, yaitu dikatakan cukup jika tingkat konsumsi 77% dan kurang jika tingkat konsumsi < 77%.

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian analisis perubahan konsumsi pangan dan gizi pada mahasiswi peserta program pemberian makanan tambahan ini adalah cross sectional. Pemilihan lokasi penelitian bertempat di asrama putri TPB IPB, pemilihan lokasi dilakukan secara purposive. Waktu penelitian dari persiapan hingga penulisan laporan adalah enam bulan, dimulai dari bulan Februari 2007Juli 2007. Cara Pemilihan Contoh Populasi penelitian ini adalah mahasisiwi Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB yang tinggal di asrama putri TPB IPB yang mengikuti program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Kriteria dalam pengambilan contoh yaitu mahasiswi yang tinggal di asrama dengan syarat: 1) IMT <25; 2) Uang saku setiap bulannya <Rp 500 000,-/bulan; 3) Tidak menderita penyakit kronis. Jumlah contoh ditentukan dengan asumsi power of studi 95%, presisi 10% dan prevalensi gizi normal (IMT = 18.5 25.0) 80% diperoleh 62 orang dari 298 orang mahasiswa putri TPB IPB peserta Feeding program. Teknik penarikan contoh yang digunakan adalah pengambilan contoh secara acak sederhana (simple random sampling). Kepada 62 contoh yang terpilih, diberikan kuisioner yang diisi sendiri setelah diberikan penjelasan, dan selanjutnya dilakukan verifikasi isi kuisioner. n = [ (Z1- /2)2 p x q] / d2 = [ (1.96)2 (0.8) (0.2) ] / 0.12 = 61.4 ~ 62 = 62 orang Keterangan : n = jumlah contoh Z = nilai pada saat distribusi normal standar = tingkat kemaknaan statistik p = prevalensi gizi normal (IMT = 18.5 25.0) q=1p d = batas kevalidan yang diinginkan pada populasi Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari hasil kegiatan Feeding program IPB kerjasama

Departemen Gizi Masyarakat, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Southest Asia Food and Agriculture Science and Tecnology (SEAFAST) Center tahun 2005-2006, yang meliputi data karakteristik contoh, status gizi, food frekuensi, dan record konsumsi pangan. Karakteristik individu atau contoh dapat diketahui melalui pengumpulan data melalui wawancara dengan alat bantu kuisioner yang meliputi nama, jenis kelamin, umur, uang saku, dan asal daerah. Pengumpulan data frekuensi makan dilakukan dengan melakukan wawancara memakai alat bantu kuisioner food frekuensi yang terdiri dari frekuensi konsumsi 11 jenis pangan, yaitu : pangan sumber karbohidrat, daging, ikan, telur, lauk nabati, susu, sayuran, buahbuahan, minuman, suplemen dan snack. Catatan konsumsi pangan didapat melalui kuisioner food record yang diisi oleh responden, kuisioner food record dibagikan pada tiga tahapan yaitu pada awal, tengah, dan akhir program, pada awal program food record diisi selama 2 x 24 jam untuk konsumsi pangan hari libur, dan 2 x 24 jam untuk konsumsi pangan pada hari kuliah, sedangkan pada saat tengah, dan akhir program, food record hanya diisi selama 1 x 24 jam konsumsi pangan pada hari libur, dan 1 x 24 jam konsumsi pangan pada hari kuliah. Pengolahan dan Analisis Data Dari data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dengan menggunakan tabulasi frekuensi dan tabulasi silang. Proses pengolahan meliputi editing, coding, entry, dan analysis hasil. Data diolah dengan menggunakan program Microsoft Excell dan SPSS for Windows Version 13.0. Penentuan frekuensi konsumsi pangan menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Data food frequency terdiri dari frekuensi konsumsi 11 jenis pangan, yaitu : pangan sumber karbohidrat, daging, ikan, telur, lauk nabati, susu, sayuran, buah-buahan, minuman, suplemen dan snack. Yang dinyatakan dalam hari atau minggu atau bulan. Frekuensi konsumsi pangan selanjutnya dibedakan menjadi empat yaitu sering (5-6 kali/minggu), kadang-kadang (3-4 kali/minggu) jarang (1-2 kali/minggu) dan tidak pernah (0 kali/minggu). Data karakteristik contoh meliputi usia, uang saku, pengeluran pangan, dan status gizi. Usia contoh dikelompokkan menjadi usia 17 - 18 tahun dan 19 20 tahun. Uang saku dibedakan menjadi tiga yaitu < Rp 300 000,-/bulan, Rp 300 000,-, Rp 400 000,-/bulan, dan > Rp 400 000,-/bulan. Batas minimum ini (Rp 300

000,-/bulan) diperoleh dari batas minimal pengeluaran untuk makan dalam sehari pada sebagian mahasiswa yang diasumsikan mengelurakan Rp 10 000,-/hari, sehingga menjadi Rp 300 000/,-bulan. Pengeluran uang saku yang meliputi pengeluran untuk pangan dan non pangan, dikelompokan dengan melihat ratarata pengeluran contoh dan standar deviasinya. Konsumsi pangan dilihat berdasarkan perubahan konsumsi pangan contoh pada saat awal, tengah dan akhir program PMT, yang disesuaikan dengan anjuran PUGS. Anjuran jumlah porsi bahan makanan pada wanita usia 19 29 tahun dapat dilihat pada Tabel 2 halaman 10. Setelah konsumsi pangan pada saat awal, tengah, dan akhir program diketahui, kemudian dihitung asupan energi dan zat gizinya berupa protein, lemak, zat besi, dan vitamin A yang mengacu pada Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang diperoleh dari kegiatan Feeding Program. Angka kecukupan energi, protein, zat besi, vitamin A, dan vitamin C diacu dalam WKNPG (2004). Angka kecukupan energi yang dianjurkan untuk remaja putri yang berusia 19-29 tahun adalah 1900 kkal/hari (Hardinsyah & Tambunan 2004). Angka kecukupan protein yang dianjurkan untuk remaja putri yang berusia 19-29 tahun adalah 50 g/hari (Hardinsyah & Tambunan 2004). Angka kecukupan vitamin A untuk remaja putri yang termasuk kategori usia usia 19-29 tahun adalah 500 RE/hari (Muhilal & Sulaeman 2004). Angka kecukupan besi untuk remaja wanita yang termasuk dalam kategori usia 19-29 tahun adalah 26 mg/hari (Kartono & Soekatri 2004). Setelah diperoleh angka kecukupan energi dan zat gizi, juga asupan energi dan zat gizinya maka dapat dihitung tingkat kecukupan energi dan zat gizinya dengan cara membandingkan antara konsumsi energi dan zat gizi aktual dengan angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan, dengan menggunakan rumus tingkat kecukupan energi dan zat gizi sebagai berikut: TKGi = Ki AKGi Keterangan TKGi Ki : = Tingkat kecukupan energi dan zat gizi (%) = Konsumsi energi dan zat gizi (sesuai satuannya) x 100%

AKGi = Kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan (sesuai satuannya).

Adapun tingkat kecukupan energi dan protein menurut Muhilal et. al (1993), dikatakan kurang jika tingkat konsumsi < 80%, cukup jika tingkat konsumsi 80 %, Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dibedakan menjadi dua, yaitu dikatakan cukup jika tingkat kecukupan 77 % dan kurang jika < 77 % (Gibson 2005). Data-data yang diperoleh akan dianalisis melalui proses editing, skoring, entry dan analisis. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensia statistik. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 13.0 for Windows. Uji yang dilakukan untuk membedakan konsumsi pangan, asupan energi dan zat gizi, serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada saat awal, tengah, dan akhir program PMT adalah uji beda oneway Anova yang kemudian dilakukan uji lanjut LSD untuk mengetahui perbedaan konsumsi pangan, asupan energi dan zat gizi gizi, serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi per tiap tahapan program, sedangkan uji Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara besarnya uang saku yang didapat setiap bulan dengan alokasi uang saku untuk makanan.

Definisi Operasional
Program PMT ialah program pemberian makanan tambahan berupa snack dan susu yang dilakukan selama enam bulan yang dibagi ke dalam tiga tahapan program pemberian makanan tambahan yakni tahap awal program, tengah program, dan akhir program yang semuanya dilakukan selama delapan minggu pertiap tahapan dengan menu makanan yang bervariasi. Contoh ialah mahasiswi TPB IPB tahun ajaran 2005/2006 yang mengikuti kegiatan program pemberian makanan tambahan. Uang saku/bulan ialah banyaknya uang yang diterima contoh setiap bulan dari orang tua atau seseorang yang mempunyai tanggungan terhadapnya, atau juga yang diterima dari beasiswanya. Pengeluaran uang saku ialah jumlah uang yang digunakan untuk pengeluaran pangan (makanan, minuman, dan jajanan) dan pengeluaran non pangan. Kebiasaan makan ialah perilaku individu yang diukur dalam hal biaya makan, frekuensi makan, frekuensi sarapan pagi, frekuensi konsumsi susu, frekuensi konsumsi lauk hewani, dan frekuensi lauk nabati.

Konsumsi pangan ialah jumlah dan jenis pangan (nasi, buah-buahan, sayuran, lauk nabati, pangan hewani, gula, minyak, jajanan non PMT, dan jajanan PMT) dalam gram/hari yang dikonsumsi oleh contoh. Konsumsi nasi ialah banyaknya jumlah konsumsi pangan sumber karbohidarat dalam satuan gram. Konsumsi lauk nabati ialah konsumsi pangan yang berasal dari kacangkacangan dan hasil olahannya seperti tahu, tempe, dan oncom dalam satuan gram. Konsumsi pangan hewani ialah konsumsi daging ayam, hati sapi, ikan segar, ikan asin, dan telur yang dipakai sebagai pengganti bahan makanan daging dalam satuan gram. Asupan energi dan zat gizi ialah jumlah energi, protein, vitamin A, dan zat besi yang diperoleh dari total konsumsi pangan contoh setelah dikonversi dengan menggunakan DKBM. Angka kecukupan energi dan zat gizi ialah jumlah energi, protein, vitamin A, dan zat besi yang dianjurakan untuk dikonsumsi setiap hari berdasarkan WKNPG (2004). Tingkat kecukupan energi dan zat gizi adalah rasio intake zat gizi aktual dengan angka kecukupan yang dianjurkan (AKG) 2004 yang dinyatakan dalam %.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Contoh Usia Penelitian ini dilakukan pada mahasiswi putri yang termasuk dalam kategori usia remaja (12 20 tahun). Contoh pada umumnya termasuk usia remaja akhir, yaitu 19 20 tahun. Masa remaja dibagi menjadi masa remaja awal (12-15 tahun), dan masa remaja akhir (18-21) tahun (Monks, Knoers, & Haditono 1994, diacu dalam Marzuki 2006). Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata usia contoh adalah 18.6 tahun dan lebih dari separuh contoh berusia 19 20 tahun. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebanyak 56.5% contoh termasuk dalam kategori remaja akhir. Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian Marzuki (2006) yang dilakukan pada mahasiswi yang tinggal di asrama putri TPB IPB didapat bahwa separuh contoh (50%) berusia antara 19-21 tahun. Uang saku Populasi penelitian ini adalah mahasiswi TPB IPB yang tinggal di asrama putri TPB IPB yang mengikuti program pemberian makanan tambahan (PMT) yang salah satu kriterianya ialah jumlah uang saku per bulan < Rp 500 000,-, uang saku yang didapat contoh digunakan untuk keperluan sehari-hari yakni untuk pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan seperti membeli pulsa, biaya fotocopy tetapi tidak digunakan untuk membayar SPP atau kontrakan. Rata-rata uang saku yang didapat contoh ialah Rp 302 250,-/bulan, Tabel 3 menunjukan bahwa proporsi terbesar (75.8%) contoh mendapatkan uang saku < Rp 300 000,-/bulan. Sebanyak 4.8 % contoh mendapatkan uang saku antara Rp 300 000,-/bulan Rp 400 000,-/bulan, dan 19.4% contoh mendapatkan uang saku > Rp 400 000,-/bulan. Lebih dari separuh contoh mendapatkan uang saku < Rp 300 000,-/bulan hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Marzuki (2006) yang dilakukan pada mahasiswi yang tinggal di asrama putri TPB IPB didapat bahwa proporsi terbesar dari contoh yakni sekitar 43.7% mendapatkan uang saku antara Rp 250 000,/bulan Rp 350 000,-/bulan. Uang saku yang didapat digunakan untuk keperluan sehari-hari, sehingga jika uang saku yang didapat sedikit maka kebebasan memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan juga akan semakin terbatas.

Pengeluaran pangan Pengeluaran pangan terdiri dari pengeluaran untuk makanan, minuman dan jajanan, semakin sedikit uang saku yang didapat maka kebebasan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan akan terbatas. Rata-rata pengeluaran pangan yang terdiri dari pengeluran untuk makanan, minuman, dan jajanan contoh per bulan berturut-turut ialah sebesar Rp 192 500,-, Rp 25 350,-, dan Rp 23 150,-. Hampir separuh contoh yaitu sekitar (77.4%) mempunyai pengeluaran per bulan untuk makanan sekitar Rp 140 000,-/bulan Rp 240 000,/bulan, sementara itu contoh yang pengeluran makanan per bulannya < Rp 140 000,-/bulan sebesar (12.9%) dan sisanya yaitu sekitar (9.7%) contoh mempunyai pengeluaran per bulan untuk makanan > Rp 240 000,-/bulan (Tabel 3). Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh contoh (80.6%) mempunyai pengeluran per bulan untuk minuman sekitar Rp 4 900,/bulan Rp 45 700,-/bulan, sekitar 17.7% contoh memiliki pengeluran per bulan untuk minuman > Rp 45 700,-/bulan, dan sisanya yaitu sekitar (1.6%) contoh pengeluran per bulan untuk minumannya < Rp 4 900,-/bulan. Keterbatasan ini diduga dikarenakan jumlah uang saku yang didapat terbatas sehingga alokasi dana untuk minuman di simpan untuk hal yang lebih prioritas seperti fotocopy bahan kuliah atau membeli makanan pokok. Hal ini sesuai dengan pernyataan Berg (1986) bahwa pendapatan merupakan faktor tidak langsung yang mempengaruhi konsumsi pangan, tetapi pendapatan termasuk penentu baik atau buruknya keadaan gizi seseorang atau sekelompok orang. Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang dibeli. Seseorang dengan tingkat pendapatan tinggi dapat membeli pangan yang lebih beragam dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tingkat pendapatan yang rendah. Berdasarkan hasil uji Sperman didapat bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<0.01) antara uang saku yang didapat oleh contoh setiap bulannya dengan alokasi dana untuk makanan, dimana semakin besar uang saku yang diperoleh, maka semakin besar alokasi uang saku yang digunakan untuk makanan. Tidak jauh berbeda dengan alokasi dana untuk pengeluaran minuman, lebih dari separuh contoh (79.1%) dalam penelitian ini mengalokasikan uang sakunya untuk pengeluaran jajanan per bulan sekitar Rp 3 200,-/bulan Rp 43 100,-/bulan, sementara itu contoh yang mempunyai pengeluaran per bulan untuk jajanan > Rp 43 100,- sebanyak 16.1%, dan sisanya sekitar 4.8% contoh

pengeluaran per bulan untuk jajanannya ialah < Rp 3 200,-/bulan, rata-rata pengeluaran contoh untuk jajanan ialah sebesar Rp 23 100,-/bulan. Tabel 3 Sebaran Contoh menurut karakteristik contoh Karakteristik Contoh Usia Contoh (Tahun) 17 18 19 20 Total Jumlah (n=%) 43.5 56.5 100 18.6 0.7 % 75.8 4.8 19.4 100 302250 91533.7 % 12.9 77.4 9.7 100 192500 50073.5 1.6 80.6 17.7 100 25350 19950.7 4.8 79.0 16.1 100 23150 19950.7 % 12.9 74.2 12.9 100 169800 93401.9

x SD
Uang saku (Rp/bulan) < 300.000 300.000-400.000 > 400.000 Total

x SD
Pengeluaran makanan (Rp/bulan) < 140000 140000 240000 > 240000 Total

x SD
Pengeluaran minuman (Rp/bulan) < 4900 4900 45700 > 45700 Total

x SD Pengeluaran jajanan (Rp/bulan) < 3200 3200 43100 > 43100 Total
x SD
Pengeluaran non pangan (Rp/bulan) < 76.000 76.000 260.000 > 260.000 Total

x SD

Pengeluaran non pangan Pengeluran non pangan merupakan alokasi dana contoh untuk keperluan pendidikan, transportasi, iuran asrama, pembelian pulsa, dan biaya keorganisasian tetapi tidak untuk pembayaran SPP ataupun kontrakan. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh contoh (74.2%) mempunyai pengeluaran non pangan per bulan sekitar Rp 76 000,-/bulan Rp 260 000,-/bulan. Sementara itu 12.9% contoh mempunyai pengeluaran non pangan per bulan < Rp 76 000,-/bulan, dan sisanya sama yakni sekitar 12.9% contoh mempunyai pengeluaran non pangan > Rp 260 000,-/bulan. Uang saku yang besar akan menyebabkan alokasi dana untuk pengeluaran non pangan lebih besar daripada pengeluaran untuk pangan, karena semakin banyak uang saku yang didapat maka akan meningkatkan kualitas dan kuantitas dari pangan atau produk non pangan yang dibeli. Status Gizi Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi saat ini (Riyadi 1995). Indeks masa tubuh diukur dengan menggunakan rumus IMT= BB/TB (kg/m). Batas ambang indeks masa tubuh ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO. Untuk penggunaan di Indonesia, batas ambang dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara yakni dikategorikan kurus jika IMT < 17.0, normal jika IMT 18.5 kg/m 25.0 kg/m, dan gemuk jika memiliki IMT > 25.0 kg/m (Depkes, 1995). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata IMT pada saat awal, tengah, dan akhir berada dalam kategori normal. Pada saat awal program ratarata IMT contoh ialah 19.7 kg/m, kemudian meningkat menjadi 19.9 kg/m, dan meningkat lagi pada saat akhir program menjadi 20.3 kg/m. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program memiliki IMT antara 18.5 kg/m 25.0 kg/m (normal), dan terdapat peningkatan proporsi jumlah pada saat awal, tengah dan akhir program, pada awal program 67.7% contoh yang memiliki IMT normal, kemudian meningkat pada tengah program yakni 74.2% contoh memiliki IMT normal, dan meningkat lagi pada saat akhir program menjadi 79%. Tidak terdapat contoh yang memiliki IMT > 25 kg/m pada awal, dan tengah program, tetapi 1.6% contoh pada akhir program memiliki IMT > 25 kg/m dimana contoh masuk ke dalam kategori gemuk.

Terdapat penurunan proporsi jumlah contoh yang memiliki IMT < 18.5 kg/m (kurus) pada saat awal, tengah dan akhir program. Sekitar 32.2% contoh pada saat awal program memiliki IMT < 18.5 kg/m (kurus) kemudian menurun pada saat tengah program yakni 25.8% memiliki IMT < 18.5 kg/m, dan menurun lagi pada saat akhir program menjadi 19.4% (Tabel 4). Berdasarkan hasil uji Oneway Anova tidak terdapat perbedaan yang nyata antara IMT contoh pada awal program dengan pada saat tengah program berlangsung (p>0.05) begitupun juga pada saat akhir program. Secara keseluruhan contoh memiliki IMT normal (18.5 kg/m - 25.0 kg/m) hal ini sejalan dengan penelitian Nurhayati (2006) yang dilakukan di asrama putri TPB IPB bahwa Indeks Masa Tubuh (IMT) contoh pada umumnya normal. Tabel 4 Sebaran contoh menurut Indeks Massa Tubuh pada saat awal, tengah, dan akhir program Tahapan PMT Indeks Massa Tubuh Awal Tengah Akhir contoh n % n % N % Kurus <18.5 20 32.3 16 25.8 12 19.4 Normal 18.5-25 Gemuk >25 Total x SD 42
-

67.7
-

46
-

74.2
-

49 1 62

79.0 1.6 100

62

100

62

100

19.71.9

19.91.9

20.31.9

Frekuensi Konsumsi Makanan Frekuensi makanan merupakan salah faktor penentu dalam kebiasaan makan, frekuensi makan bisa menjadi penduga tingkat kecukupan konsumsi gizi, artinya semakin tinggi frekuensi makan maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi juga semakin besar (Khomsan 1993). Penentuan frekuensi konsumsi pangan menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Data food frequency terdiri dari frekuensi konsumsi 11 jenis pangan, yaitu : pangan sumber karbohidrat, daging, ikan, telur, lauk nabati, susu, sayuran, buah-buahan, minuman, suplemen dan snack, yang dinyatakan dalam hari, minggu atau bulan. Frekuensi konsumsi pangan selanjutnya dibedakan menjadi empat yaitu sering (5-7 kali/minggu), kadang-kadang (3-4 kali/minggu), jarang (1-2 kali/minggu), dan tidak pernah (0 kali/minggu). Nasi merupakan salah satu jenis pangan sumber karbohidrat. Hampir seluruh contoh (98.4%) dalam penelitian ini mengkonsumsi makanan sumber

karbohidrat dalam kategori sering (4-6 kali/minggu), hal ini terjadi karena pangan sumber karbohidrat merupakan makanan pokok yang memang biasa dikonsumsi secara rutin setiap harinya. Sisanya 1.6% contoh kadang-kadang (2-3 kali/minggu) mengkonsumsi pangan sumber karbohidrat. Daging yang merupakan sumber protein yang mudah dicerna dan memiliki nilai bioavailabilitas tinggi. Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebesar 37.1% contoh jarang mengkonsumsi daging (1 kali/minggu), harga dari daging yang mahal merupakan pertimbangan contoh untuk mengkonsumsinya dalam jumlah yang sedikit hal ini sesuai dengan rata-rata uang saku contoh yang < Rp 500.000. Selanjutnya 27.4% contoh kadang-kadang mengkonsumsi daging (2-3 kali/ minggu), 22.6% contoh tidak pernah mengkonsumsi daging hal ini berkaitan dengan makanan pantangan dari contoh yakni tidak diperbolehkan mengkonsumsi daging, dan hanya 12.9% dari total contoh dalam penelitian ini sering mengkonsumsi daging (5-6 kali/minggu). Frekuensi ikan contoh meliputi konsumsi ikan dan hasil laut lainnya. Sebesar 30.6% contoh jarang mengkonsumsi ikan (1 kali/minggu), selanjutnya 24.2% contoh kadang-kadang mengkonsumsi ikan (2-3 kali/minggu), masih dalam jumlah yang sama yakni 24.2% contoh tidak pernah mengkonsumsi ikan (0 kali/minggu), dan sisanya yakni sebanyak 21.0% contoh sering mengkonsumsi ikan (5-6 kali/minggu). Dilihat dari rata-rata pengeluaran makanan contoh sekitar Rp 192 000,-/bulan maka wajar jika contoh jarang mengkonsumsi ikan, karena harga ikan yang relatif mahal. Telur merupakan sumber protein hewani yang baik, dan merupakan protein yang bermutu tinggi. Sebanyak 38.7% dari contoh pada penelitian ini sering mengkonsumsi ikan (5-6 kali/minggu), selanjutnya 35.5% contoh kadangkadang mengkonsumsi ikan (2-3 kali/minggu), dan 19.4% contoh jarang mengkonsumsi telur (1 kali/minggu), hanya 6.5% dari keseluruhan contoh dalam penelitian ini yang tidak pernah mengkonsumsi ikan (0 kali/minggu). Lauk nabati berasal dari kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu, tempe, oncom, dan lainnya. Protein nabati berperan sebagai pelengkap kebutuhan protein tubuh. Lebih dari separuh (74.2%) contoh dalam penelitian ini sering mengkonsumsi lauk nabati (5-6 kali/minggu), harga pangan sumber protein hewani yang tinggi menyebabkan kebutuhan tubuh dipenuhi dari pangan sumber nabati, selanjutnya 16.1% contoh kadang-kadang (2-3 kali/minggu) mengkonsumsi lauk nabati, dan sisanya yakni 6.5% contoh jarang

mengkonsumsi lauk nabati (1 kali/minggu) dan hanya 3.2% contoh dalam penelitian ini tidak pernah mengkonsumsi lauk nabati (0 kali/minggu). Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi makan dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi pangan Jenis pangan Tdk pernah n % 0 0 14 15 4 2 10 10 3 9 22.6 24.2 6.5 3.2 16.1 16.1 4.8 14.5 Frekuensi Konsumsi KadangJarang kadang n % n % 0 0 1 1.6 23 19 12 4 16 16 2 10 37.1 30.6 19.4 6.5 25.8 25.8 3.2 16.1 17 15 22 10 13 13 11 10 27.4 24.2 35.5 16.1 21 21 17.7 16.1 Total Sering n % 61 98.4 8 13 24 46 23 23 46 33 12.9 21 38.7 74.2 37.1 37.1 74.2 53.2 n 62 62 62 62 62 62 62 62 62 % 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Nasi Daging Ikan Telur Lauk nabati Susu Sayur Buah Snack

) Frekuensi Konsumsi: tidak pernah= 0 kali/minggu, jarang= 1 kali/ minggu, kadangkadang= 3-4 kali/minggu, sering= 5-7 kali/minggu.

Susu memiliki kandungan protein yang cukup tinggi sebesar 3.8 g/100 ml, sehingga jika susu dikonsumsi secara teratur dapat meningkatkan asupan protein tubuh. Sebesar 37.1% contoh sering mengkonsumsi susu dengan frekuensi 4-6 kali/minggu, selanjutnya 16.1% contoh kadang-kadang mengkonsumsi susu dengan frekuensi 2-3 kali/minggu, sisanya yakni 25.8% contoh jarang (1 kali/minggu) mengkonsumsi susu, dan 16.1% contoh tidak pernah mengkonsumsi susu dengan frekuensi 0 kali/minggu. Pada contoh yang tidak pernah mengkonsumsi susu diduga dapat terjadi karena keterbatasan uang saku yang didapat sehingga mereka enggan untuk mengkonsumsi susu dikarenakan harga susu relatif mahal dibanding biaya makan yang dimiliki sehingga contoh tidak mampu untuk membeli, selain itu hal ini juga diduga berkaitan dengan body image contoh. Hasil studi yang dilakukan oleh Wardle dan Masslam diacu dalam Heinberg, Wood, dan Thompson (1995), bahwa 50% gadis remaja merasa terlalu gemuk dan berharap dapat mengurangi berat badannya. Remaja juga menghindari konsumsi makanan yang bernilai gizi

seperti telur, susu, dan sebagainya, sehingga berakibat pada kekurangan zat gizi. Sayuran merupakan sumber serat untuk melancarkan pencernaan dan mencegah timbulnya penyakit degeneratif, selain itu sayuran dapat berperan sebagai sumber vitamin dan mineral tubuh. Sayuran dibedakan menjadi sayuran hijau dan sayuran lainnya. Sayuran hijau meliputi bayam, kangkung, dan daun singkong. Sayuran lainnya meliputi wortel, labu siam, nangka muda dan tauge. Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa lebih dari separuh contoh (88.7%) sering mengkonsumsi sayuran dengan frekuensi 4-6 kali/minggu, dan sekitar 8.1% contoh kadang-kadang mengkonsumsi sayuran dengan frekuensi 2-3 kali/minggu. Sisanya yakni sekitar 1.6% contoh jarang mengkonsumsi sayuran dengan frekuensi 1 kali/minggu, masih dalam proporsi yang sama (1.6%) contoh tidak pernah (0 kali/minggu) mengkonsumsi sayuran (Tabel 5). Seperti halnya sayuran buah juga merupakan sumber serat yang dapat melancarkan pencernaan dan juga sumber vitamin dan mineral bagi tubuh. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lebih dari separuh (74.2%) contoh sering mengkonsumsi buah dengan frekuensi 4-6 kali/minggu, selanjutnya 17.7% contoh dalam penelitian ini kadang-kadang (2-3 kali/minggu) mengkonsumsi buah. Proporsi terkecil sekitar 3.2% contoh dalam penelitian ini jarang mengkonsumsi buah dengan frekuensi 1 kali/minggu, dan sisanya yakni 4.8% contoh tidak pernah mengkonsumsi buah dengan frekuensi 0 kali/minggu. Snack merupakan makanan jajanan yang jenisnya sangat beragam dan pada umumnya miskin gizi, kecuali energi. Snack yang dikonsumsi contoh merupakan makanan jajanan yang dikonsumsi di luar jam makan utama dan tidak termasuk dalam menu makanan utama. Snack sangat beragam jenisnya snack yang biasanya dikonsumsi ialah keripik, chiki, dan coklat. Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa hampir separuh contoh (53.2%) dalam penelitian ini sering mengkonsumsi snack dengan frekuensi 4-6 kali/minggu. Hal ini sesuai dengan hasil survei yang dilakukan oleh Hurlock (1991), yakni remaja suka sekali jajan snack. Jenis makanan ringan yang dikonsumsi adalah kue-kue yang rasanya manis, pastry, serta permen. selanjutanya sekitar 16.1% contoh kadang-kadang mengkonsumsi snack dengan frekuensi 2-3 kali/minggu, masih dalam proporsi yang sama yakni sekitar 16.1% contoh jarang (1 kali/minggu) mengkonsumsi sayuran, dan sisanya yang

merupakan persentase terkecil (14.5%) contoh menyatakan tidak pernah (0 kali/minggu)mengkonsumsi snack. Konsumsi Makanan Contoh pada Saat Awal, Tengah, dan Akhir Program Salah satu isi dari 13 Pesan Umum Gizi Seimbang (PUGS) kita dianjurkan untuk makan makanan jenis pangan yang beragam seperti pangan pokok, lauk nabati, pangan hewani, sayur, buah, minyak, dan gula. Berdasarkan anjuran PUGS diacu dalam Depkes (2005), untuk wanita usia 19 - 29 tahun dianjurkan untuk mengkonsumsi nasi sebanyak 450 g/hari, lauk nabati sebanyak 150 g/hari, pangan hewani sebanyak 150 g/hari, sayur sebanyak 300 g/hari, buah sebanyak 250 g/hari, minyak sebanyak 25 g/hari, dan gula sebanyak 20 g/hari. Konsumsi Nasi Nasi dimakan oleh sebagian besar penduduk Asia sebagai sumber karbohidrat utama dalam menu sehari-hari. Nasi sebagai makanan pokok biasanya dihidangkan bersama lauk sebagai pelengkap rasa dan juga melengkapi kebutuhan gizi seseorang. Selain itu nasi merupakan sumber karbohidrat yang mempunyai kandungan gizi yang lengkap. Pada penelitian ini konsumsi nasi contoh dilihat pada tiga fase yakni pada awal program, tengah program, dan saat akhir program. Data konsumsi pangan pada awal program diambil melalui food record yakni dua hari kuliah dan dua hari libur, pada tengah program hanya satu hari kuliah dan satu hari libur, dan saat akhir program diambil data food record selama dua hari kuliah dan satu hari libur. Terdapat peningkatan konsumsi nasi pada saat tengah dan akhir program jika dibandingkan dengan konsumsi nasi pada contoh saat awal program PMT. Rata-rata konsumsi nasi per hari pada saat awal, tengah, dan akhir berturut-turut ialah 368.7 g, 439.4 g, dan 454.7 g. Rata-rata konsumsi nasi pada saat tengah program meningkat sebanyak 70.7 g jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi nasi pada saat awal program berlangsung, dan rata-rata konsumsi nasi pada saat akhir program meningkat sebanyak 15.3 g, dan sebanyak 86 g jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi nasi pada saat awal program. Hasil uji Oneway Anova menyatakan bahwa peningkatan rata-rata konsumsi nasi pada saat tengah program jika dibandingkan dengan saat awal program dan peningkatan rata-rata konsumsi nasi saat akhir program jika dengan saat awal tersebut berbeda nyata (p<0.05), tetapi hasil uji Oneway Anova (Tabel 6)

terhadap perubahan yang terjadi pada saat akhir program jika di bandingkan dengan saat tengah program tidak berbeda nyata (p<0.05). Peningkatan rata-rata konsumsi nasi yang terjadi pada saat tengah maupun akhir program ternyata belum dapat meningkatkan persentase contoh yang konsumsinya belum sesuai dengan rekomendasi Pesan Umum Gizi Seimbang (PUGS). Hal ini dapat dilihat bahwa pada saat tengah program sebanyak 59.7 % contoh konsumsi nasinya masih < 450 g/hari dan begitupun pada saat akhir program hampir separuh contoh (48.4%) konsumsi nasinya < 450 g/hari. Meskipun masih besarnya persentase contoh yang konsumsi nasinya < 450 g/hari (Lampiran 9), pada saat tengah, dam akhir programam, tetapi jika dilihat dari rata-rata konsumsinya pada saat akhir program rata-rata konsumsi nasi pada contoh telah sesuai dengan anjuran PUGS yakni 454.7 g/hari Konsumsi Sayur Konsumsi sayuran dibedakan menjadi sayuran hijau dan sayuran lainnya. Sayuran hijau meliputi bayam, kangkung, dan daun singkong. Sayuran lainnya meliputi wortel, labu siam, nangka muda dan tauge. Berdasarkan anjuran PUGS dalam Depkes (2005) usia 19-20 tahun dianjurakan untuk mengkonsumsi sayuran sebanyak 300 g/hari. Rata-rata konsumsi sayur per hari pada saat awal, tengah, dan akhir berturut-turut ialah 26.5 g/hari, 31.3 g/hari, dan 49.2 g/hari. Rata-rata konsumsi sayur pada saat tengah program mengalami peningkatan sebesar 4.8 g jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi sayur pada saat awal program, tetapi hasil uji Oneway Anova menyatakan bahwa penurunan tersebut tidak signifikan (p>0.05). Pada saat akhir program PMT, rata-rata konsumsi sayur pada contoh juga mengalami peningkatan sebesar 17.9 g jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi pada contoh saat tengah program, dan sebesar 22.7 g jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi sayur pada contoh saat awal program. Hasil uji Oneway Anova (Tabel 6) memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada perubahan rata-rata konsumsi sayur contoh saat akhir program jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi sayur contoh saat tengah program, tetapi terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada peningkatan rata-rata konsumsi saat akhir program jika dibandingkan dengan konsumsi saat awal program. Peningkatan rata-rata konsumsi sayur baik pada saat tengah maupun akhir program ternyata belum dapat meningkatkan proporsi contoh yang

konsumsinya sesuai dengan anjuran PUGS (2005), hal ini diduga dapat terjadi karena berdasarkan survey yang dilakukan oleh Hurlock (1991) bahwa golongan sayuran dan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C tidak populer atau jarang dikonsumsi oleh remaja. Pada saat awal dan tengah program konsumsi sayur seluruh contoh belum sesuai dengan anjuran PUGS (2005), tetapi pada saat akhir terdapat sekitar 1.6 % contoh konsumsinya telah sesuai dengan anjuran PUGS yakni 300 g/hari (Lampiran 10). Konsumsi Buah Terdapat peningkatan rata-rata konsumsi buah contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program. Pada saat awal program rata-rata konsumsi buah contoh ialah 112.8 g/hari kemudian rata-ratanya meningkat pada saat tengah program menjadi 122.8 g/hari, dan meningkat lagi pada saat akhir program menjadi 148.1 g/hari. Jika dilihat dari persentasenya, seluruh contoh pada saat awal program PMT konsumsi buahnya belum sesuai dengan anjuran PUGS yakni masih < 250 g/hari, tetapi pada saat tengah dan akhir program PMT ada peningkatan persentase contoh yang konsumsi buahnya 250 g/hari yakni sebesar 6.5 % (Lampiran 11). Peningkatan rata-rata konsumsi buah diduga dapat terjadi karena konsumsi PMT untuk jenis pangan buah oleh contoh dilakukan dengan baik dan konsisten sehingga dapat meningkatkan rata-rata konsumsinya. Peningkatan rata-rata konsumsi buah yang terjadi baik pada saat tengah program maupun pada saat akhir program ternyata belum dapat meningkatkan proporsi contoh dimana masih banyaknya konsumsi buah contoh yang belum sesuai dengan anjuran PUGS yakni masih < 250 g/hari, hanya sekitar 6.5 % contoh baik pada saat tengah program maupun akhir program yang konsumsi buahnya telah sesuai dengan anjuran PUGS yakni 250 g/hari. Setelah dilakukan uji Oneway Anova (Tabel 6) didapat bahwa peningkatan rata-rata konsumsi buah pada contoh saat akhir program jika dibandingkan saat awal program berbeda nyata (p<0.05), tetapi untuk perubahan rata-rata konsumsi buah pada saat tengah program jika dibandingkan dengan saat awal program dan akhir program tidak berbeda nyata (p>0.05).

Tabel 6 Rata-rata konsumsi pangan pada contoh saat awal, tengah, dan akhir program PMT Konsumsi Pangan (g) Jenis Pangan Awal Tengah Akhir Nasi 368.7104.4a 439.4167.2b 454.7112.0bc Sayur Buah Lauk nabati Pangan hewani Gula Minyak 26.553.4 a 112.883.3 a 36.431.2 a 65.735.0a 22.06.2 a 39.222.6 a 31.349.3 a b 122.881.5 a b 46.332.5 a b 80.044.7ab 24.32.9 b 31.910.5b 49.254.1 bc 148.161.5 bc 47.121.1 bc 88.045.3 bc 26.04.1c 26.71.4c

Keterangan : Pada baris yang sama, angka dengan huruf tidak sama menunjukan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05).

Konsumsi Lauk Nabati Konsumsi lauk nabati merupakan konsumsi pangan yang berasal dari kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu, tempe, dan oncom. Ratarata konsumsi lauk nabati per hari pada saat awal, tengah, dan akhir berturutturut ialah 36.4 g/hari, 46.3 g/hari, dan 47.1 g/hari. Pada saat awal, tengah, maupun saat akhir program PMT seluruh contoh (100%) mengkonsumsi lauk nabati < 150 g/hari (Lampiran 12), hal ini tidak sesuai dengan anjuran PUGS yang menyatakan bahwa usia 19-29 tahun dianjurkan untuk mengkonsumsi lauk nabati 150 g/hari. Jika dilihat dari total rata-rata konsumsi lauk nabati pada contoh saat awal tengah, maupun akhir program, terdapat peningkatan rata-rata konsumsi lauk nabati pada saat tengah program sebesar 9.9 g jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi lauk nabati contoh pada saat awal program Hasil uji Oneway Anova menyatakan bahwa penurunan tersebut tidak berbeda nyata (p<0.05). Pada saat akhir program juga terjadi peningkatan rata-rata konsumsi lauk nabati sebesar 0.8 g jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi lauk nabati pada contoh saat tengah program, dan sebesar 10.7 g jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi pada saat awal program. Uji Oneway Anova (Tabel 6) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada perubahan rata-rata konsumsi lauk nabati contoh saat tengah program jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi saat awal program dan akhir program, tetapi terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada peningkatan rata-rata konsumsi lauk nabati saat akhir program jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi pada saat awal program.

Konsumsi Pangan Hewani Pangan hewani umumnya digunakan sebagai lauk, konsumsi pangan hewani pada penelitian ini meliputi konsumsi daging ayam, hati sapi, ikan segar, ikan asin, dan telur yang dipakai sebagai pengganti bahan makanan daging. Terdapat peningkatan rata-rata konsumsi pangan hewani contoh pada saat awal tengah, maupun akhir program. Pada saat awal program rata-rata konsumsi pangan hewani contoh ialah 65.7 g/hari, kemudian meningkat pada saat tengah program menjadi 80 g/hari, dan meningkat lagi pada saat akhir program menjadi 88.1 g/hari Berdasarkan uji Oneway Anova (Tabel 6) didapat bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada peningkatan rata-rata konsumsi pangan hewani pada saat tengah program jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi pangan hewani saat awal program yakni dari 65.7 g/hari menjadi 80.0 g/hari. Selanjutnya hasil uji Oneway Anova menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pula pada peningkatan rata-rata konsumsi pangan hewani saat akhir jika dibandingkan dengan saat awal program dan akhir program, dimana pada saat akhir program rata-rata konsumsi pangan hewaninya mengalami kenaikan sebesar 8 g jika dibandingkan dengan konsumsi saat tengah program, dan sebesar 22.3 g jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi saat awal program. Sebanyak 1.6 % contoh pada awal program mengkonsumsi pangan hewani 150 g/hari, kemudian meningkat pada saat tengah program yakni sebanyak 8.1% contoh mengkonsumsi pangan hewani 150 g/hari, selanjutanya meningkat lagi pada saat akhir program menjadi 21.0 %, hal ini menunjukan bahwa konsumsi pangan hewani contoh telah sesuai dengan anjuran PUGS dalam Depkes (2005) bahwa untuk usia 19-20 tahun dianjurakan untuk mengkonsumsi hewani 150 g/hari. Untuk konsumsi pangan hewani contoh yang masih < 150 g/hari pada awal program terdapat sekitar 98.4%, selanjutanya pada saat tengah program sebanyak 91.9%, dan pada saat akhir program persentasenya menurun menjadi 79.0 % (Lampiran 13). Peningkatan rata-rata konsumsi pangan hewani yang terjadi pada saat tengah program ternyata belum dapat meningkatkan persentase contoh yang konsumsinya belum sesuai dengan rekomendasi Pesan Umum Gizi Seimbang (PUGS). Hal ini dapat dilihat bahwa pada saat tengah program sebanyak 98.4% contoh konsumsi dagingnya masih < 150 g/hari. Tetapi pada saat akhir program, peningkatan rata-rata konsumsi pangan hewani dikuti dengan peningkatan

persentase contoh yang konsumsinya telah sesuai dengan rekomendasi PUGS yakni sebanyak 21 % contoh telah mengkonsumsi pangan hewani 150 g/hari. Konsumsi gula Terdapat peningkatan rata-rata konsumsi gula pada contoh saat tengah program jika dibandingkan dengan saat awal program yakni dari 22.0 g/hari menjadi 24.3 g/hari. Saat akhir program PMT rata-rata konsumsi gulanya mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan saat awal program maupun dengan saat tengah program, rata-rata konsumsi gula pada contoh saat akhir program ialah 26.0 g/hari. Dapat dilihat bahwa rata-rata konsumsi gula contoh pada saat awal program dan tengah program masih 20 g/hari dengan kata lain telah sesuai dengan anjuran PUGS yang menyatakan bahwa usia 19-29 tahun dianjurkan untuk mengkonsumsi gula sebanyak 20 g/hari. Untuk rata-rata konsumsi gula contoh pada akhir program juga telah sesuai dengan anjuran PUGS yakni 20 g/hari. Persentase contoh yang mengkonsumsi gula < 20 g/hari pada saat awal program ialah sebanyak 19.4%, selanjutanya menurun menjadi 9.7%. Sedangkan persentase contoh yang mengkonsumsi gula 20 g/hari pada saat awal program sebanyak 80.6%, kemudian meningkat menjadi 90.3%, dan pada saat akhir program seluruh contoh konsumsinya telah sesuai dengan anjran PUGS (2005) yakni 20 g/hari (Lampiran 15). Setelah dilakukan uji Oneway Anova (Tabel 6) didapat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) pada peningkatan rata-rata konsumsi gula saat tengah program jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi gula pada saat awal program, juga terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada peningkatan rata-rata konsumsi gula saat akhir program jika dibandingkan dengan saat tengah program . Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata konsumsi gula pada contoh saat awal, tengah, dan akhir program PMT telah sesuai dengan anjuran PUGS yakni 25 g/hari. Konsumsi Minyak Minyak merupakan bahan makanan yang hampir seluruhnya terdiri dari lemak. Satu porsi minyak adalah sendok makan atau 5 g mengandung 45 kalori dan 5 g lemak, yang merupakan bahan penukar minyak antara lain, margarin, mentega, kelapa, kelapa parut, dan santan (PUGS 2005). Rata-rata konsumsi minyak contoh pada saat awal program ialah 39.2 g/hari kemudian menurun pada saat tengah program menjadi 31.9 g/hari, dan menurun pada saat akhir program yakni 26.7 g/hari. Penurunan rata-rata

konsumsi minyak contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program PMT ternyata tidak mengurangi persentase contoh yang konsumsinya telah sesuai dengan anjuran PUGS (2005). Pada saat awal program sebanyak 80.6 % contoh konsumsinya telah sesuai dengan anjuran PUGS yakni 25 g/hari, kemudian pada saat tengah program contoh yang konsumsinya telah sesuai dengan anjuran PUGS meningkat menjadi 90.3 %, dan pada saat akhir program seluruh contoh konsumsi minyaknya 25 g/hari dengan kata lain telah sesuai dengan anjuran PUGS (Lampiran 14). Adanya penurunan rata-rata konsumsi minyak pada saat akhir program diduga berkaitan dengan body image dalam hal ini contoh merasa dengan mengurangi konsumsi minyak, contoh dapat mengurangi berat badannya. Menurut Gunawan (2002) bahwa Pada masa remaja banyak anak, khususnya remaja putri, dengan berat badan normal tidak puas dengan bentuk tubuh dan berat badannya, mereka ingin menjadi lebih kurus. Remaja putri pada umumnya menginginkan bentuk badan yang langsing, ramping, dan menarik sehingga untuk mencapai hal tersebut mereka tidak segan-segan melakukan hal-hal yang justru tidak mereka sadari dapat membahayakan diri dan kesehatannya. Agar tampak langsing dan menarik mereka biasanya tidak mau makan pagi, mengurangi frekuensi makan, bahkan melakukan diet yang berlebihan. Setelah dilakukan uji Oneway Anova secara keseluruhan diketahui bahwa, terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) baik pada peningkatan rata-rata konsumsi pada saat tengah program, maupun pada saat peningkatan rata-rata konsumsi saat akhir program. Konsumsi jajanan non PMT dan jajanan PMT Konsumsi jajanan non PMT contoh adalah makanan yang dikonsumsi di luar jam makan utama dan tidak termasuk dalam menu makan utama juga bukan merupakan snack yang didapat dari program PMT. Makanan jajanan sangat beragam pada umumnya miskin zat gizi, kecuali energi. Jenis makanan jajanan dibedakan menjadi empat, yaitu jajanan berat (gado-gado, bakso, pempek), makanan ringan (keripik, chiki, coklat), kue dan gorengan, dan minuman (teh, kopi, minuman serbuk, es, dan sirup) (Winarno 1984). Untuk Jajanan PMT terdiri dari snack dan susu. Terdapat penurunan rata-rata konsumsi jajanan non PMT pada saat awal program menuju ke saat tengah program berlangsung yakni yang awalnya 49.75 g/hari menjadi 45.77 g/hari, kemudian meningkat lagi pada saat akhir program

yakni menjadi 235.0 g/hari, penurunan yang terjadi pada saat tengah program diduga terjadi karena adanya makanan jajanan dari program PMT, sedangkan peningkatan yang terjadi pada saat akhir program diduga karena saat pengambilan data food record pada akhir program bertepatan dengan masa ujian akhir semester, dimana terdapat kecenderungan bahwa konsumsi mahasiswi akan meningkat dimasa ujian, yang disebabkan waktu belajar mahasiswi bertambah sehingga menambah pengeluaran energi. Selain itu hal ini juga diduga karena kecenderungan remaja yang menyukai jajanan snack, menurut survei yang dilakukan oleh Hurlock (1991), remaja suka sekali jajan snack. Jenis makanan ringan yang dikonsumsi adalah kue-kue yang rasanya manis, pastry, serta permen. Setelah dilakukan uji Oneway Anova didapat bahwa secara keseluruhan terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi jajanan non PMT contoh pada awal, tengah, dan akhir program PMT (p<0.05). Selanjutnya untuk uji beda tiap program didapat bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada perubahan konsumsi jajanan non PMT pada saat awal program dengan konsumsi jajanan non PMT pada saat tengah program (p>0.05). tetapi terdapat perbedaan yang nyata pada peningkatan konsumsi jajanan non PMT pada saat tengah program dengan konsumsi jajanan non PMT pada saat akhir program (p<0.05). Untuk konsumsi jajanan PMT dapat dilihat bahwa terdapat penurunan rata-rata konsumsi jajanan PMT pada saat tengah program menuju saat akhir program yang awalnya 108.4 g/hari menjadi 106.6 g/hari. Terjadi penurunan ratarata konsumsi jajanan PMT diduga karena berdasarkan hasil evaluasi tim feeding program (2006) terdapat penurunan kepatuhan contoh dalam mengkonsumsi makanan PMT yang pada awalnya tingkat kepatuhan contoh dalam mengkonsumsi makanan PMT ialah sebesar 97.3% kemudian menurun menjadi 97.0%. Selain itu hal ini juga dapat terjadi karena contoh merasa bosan dengan makanan yang diberikan program PMT. Hasil penelitian Pranadji & Hardinsyah (1999) PMT-AS didapat bahwa relatif tingginya persentase anak yang mengeluh bosan diduga karena kudapan yang diberikan kurang bervariasi. Uji Oneway Anova menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada peningkatan rata-rata konsumsi jajanan PMT pada saat akhir program jika dibandingkan dengan (210.5 g/hari) rata-rata konsumsi saat tengah program, yakni sebesar 1.7 g/hari. Rata-rata konsumsi jajan non PMT dan jajanan PMT disajikan pada Gambar 2 dibawah ini.

120.0 100.0 80.0

108.4

106.6

73 49.75 45.77

g/hari

Jajanan non PMT (g) Jajanan PMT

60.0 40.0 20.0 0.0

Awal

Tengah

Akhir

Tahapan

Gambar 2 Rata-rata konsumsi jajanan PMT dan non PMT pada contoh saat awal, tengah,dan akhir program PMT Asupan Energi dan Zat Gizi Contoh pada Awal, Tengah, dan Akhir Program Asupan Energi Pada saat awal program rata-rata asupan energi contoh ialah 1441.3 kkal/hari, kemudian meningkat pada saat tengah program menjadu 1682.5 kkal/hari, dan meningkat lagi pada saat akhir program menjadi 1869.5 kkal/hari. Lebih dari separuh (93.5%) contoh pada saat awal program konsumsi energinya < 1900 g/hari dan hanya 6.5% contoh yang konsumsi energinya sudah 1900 kkal/hari. Selanjutanya pada saat tengah program berlangsung persentase contoh yang konsumsi energinya < 1900 kkal/hari menurun jika dibandingkan dengan saat awal program, yakni sekitar 53.2% contoh pada saat tengah program konsumsi energinya < 1900 kkal/hari dan sebanyak 46.8% contoh konsumsi energinya 1900 kkal/hari. Pada saat akhir program jumlah persentase contoh yang konsumsi energinya < 1900 kkal/hari meningkat jika dibandingkan dengan pada saat tengah program tetapi menurun jika dibandingkan dengan pada saat awal program, yakni sekitar 54.8% contoh pada saat akhir program konsumsi energinya < 1900 kkal/hari, dan 45.2% contoh konsumsi energinya 1900 g/hari (Lampiran 18). Lemak memberikan kontribusi sebesar 30.4% terhadap total ratarata asupan energi pada saat awal program, sebesar 16.1% pada saat tengah program, dan 24.8% pada saat akhir program. Selanjutnya untuk karbohidrat, pada saat awal program memberikan kontribusi sebesar 31.4%, 29.9% pada saat tengah program, dan sebesar 19.8% pada saat akhir program. Untuk program

pemberian makanan tambahan memberikan kontribusi sebesar 17.4% pada saat tengah program, dan 15.0% pada saat akhir program PMT. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peningkatan rata-rata asupan energi yang terjadi saat tengah program maupun akhir program memperlihatkan bahwa program PMT yang dilakukan tidak menggantikan menu makanan utama dari contoh, hal ini dapat dilihat dari kontibusi PMT yang di berikan pada saat tengah, dan akhir program, walaupun kontribusi PMT yang di berikan pada saat akhir program menurun tetapi rata-rata asupan energi tetap meningkat jika dibandingkan dengan saat awal program maupun tengah program. Hasil uji Oneway Anova (Tabel 7) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada peningkatan rata-rata asupan energi pada contoh saat tengah jika dibandingkan dengan saat awal program, peningkatan rata-rata asupan energi contoh saat akhir program jika di bandingkan dengan saat awal maupun tengah program. Tabel 7 Rata-rata asupan energi dan zat gizi pada contoh saat awal, tengah, dan akhir program PMT Tahapan PMT Asupan Gizi Energi (kkal) Protein (g) Vitamin A (RE) Zat besi (mg) Awal 1441.3284.4 34.2.25.6 a 460.0505.9 a 13.14.4a
a

Tengah 1682.5289.4 48.216.1b 538.0274.9 b 13.26.9 ab


b

Akhir 1869.5374.9c 43.113.5 c 564.7522.9 bc 21.38.9bc

Keterangan : Pada baris yang sama, angka dengan huruf tidak sama menunjukan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05).

Asupan Protein Rata-rata asupan protein ialah sebesar 34.2 g/hari pada saat awal program, kemudian meningkat sebesar 48.2 g/hari saat tengah program, kemudian menurun menjadi 43.1 g/hari pada saat akhir program PMT. Penurunan konsumsi yang protein yang terjadi pada saat akhir program diduga dapat terjadi karena berdasarkan survei yang dilakukan oleh tim feeding program (2006) terdapat penurunan tingkat kepatuhan contoh dalam mengkonsumsi jajanan PMT yang asalnya 97.3% menjadi 97.0% dimana makanan PMT memiliki komposisi energi sebanyak 70%, lemak 20% dan protein 10%. Pada awal, tengah, dan akhir program PMT, lebih dari separuh contoh mengkonsumsi protein < 50 g/hari. Saat awal program sekitar 24.2% contoh mengkonsumsi protein 50 g/hari, kemudian meningkat persentasenya pada saat tengah

program, yakni sekitar 38.7% contoh

mengkonsumsi protein 50 g/hari,

selanjutanya sekitar 45.2% contoh pada saat akhir program konsumsi energinya 50 g/hari, persentasenya menurun jika dibandingkat dengan pada saat tengah program tapi masih meningkat jika dibandingkan dengan pada saat awal program (Lampiran 19). Program pemberian makanan tambahan memberikan kontribusi sebesar 11.0% terhadap total rata-rata asupan protein pada contoh saat tengah program, dan 11.4% pada saat akhir program PMT. Rata-rata asupan protein pada saat tengah program mengalami peningkatan sebesar 14 g jika dibandingkan dengan rata-rata asupan energi pada contoh saat awal, hasil uji Oneway Anova (Tabel 7) menyatakan bahwa peningkatan tersebut signifikan (p<0.05). selanjutnya pada saat akhir program rata-rata konsumsinya menurun sebesar 5.1 g jika dibandingkan dengan saat tengah program PMT. Setelah dilakukan uji Oneway Anova didapat bahwa penurunan dan peningkatan rata-rata asupan contoh berbeda nyata (p<0.05). Asupan Vitamin A Rata-rata asupan vitamin A pada saat awal program ialah 460.0 RE/hari , kemudian meningkat pada saat tengah program menjadi 538.0 RE/hari, kemudian meningkat lagi pada saat akhir program menjadi 564.7 RE/hari. Setelah dilakukan uji Oneway Anova didapat bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada perubahan rata-rata asupan vitamin A pada saat awal program jika dibandingkan dengan tengah program maupun akhir program, tetapi terdapat perbedaan yang nyata pada peningkatan rata-rata asupan vitamin a saat akhir program jika di bandingkan dengan saat tengah program. Pada awal dan tengah program PMT, lebih dari separuh contoh asupan vitamin A nya termasuk kedalam kategori kurang yakni belum sesuai dengan anjuran Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004. Kebutuhan yang dianjurkan ialah sebesar 500-600 RE/hari. Pada akhir program lebih dari separuh contoh (56.5%) asupan vitamin A nya termasuk kedalam kategori cukup (Lampiran 20). Hal ini diduga karena pada saat awal dan tengah program contoh belum secera keseluruhan mendapatkan pengetahuan gizi yang disampaikan melalui program PMT selain itu menurut Robinson (1997), remaja memiliki kebiasaan makan dengan asupan vitamin A, vitamin C, dan kalsium yang kurang. Rata-rata asupan vitamin A pada saat tengah dan akhir program sudah termasuk kedalam kategori cukup, tetapi pada saat awal program PMT berlangsung rata-rata asupan vitamin A contoh masih tergolong kurang. Program

pemberian makanan tambahan memberikan kontribusi akhir program PMT Asupan Zat Besi (Fe)

sebesar 0% terhadap

total asupan vitamin A rata-rata pada saat tengah program, dan 14.1% pada saat

Rata-rata asupan zat besi per hari pada saat awal, tengah, dan akhir program berturut-turut ialah sebesar 13.1 mg, 13.2 mg, dan 21.3 mg. Kebutuhan zat gizi besi (Fe) yang dianjurkan dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004 ialah sebesar 26 mg/hari. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata asupan zat gizi besi pada saat awal, tengah, dan akhir program masih dalam kategori kurang. Lebih dari separuh contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program asupan zat gizi besinya masih belum sesuai dengan anjuran WKNPG 2004 yakni masih < 26 mg/hari. Hanya 1.6% contoh pada saat awal program yang asupan zat gizi besinya 26 mg/hari, kemudian meningkat pada saat tengah program menjadi 4.8%, dan meningkat lagi pada saat akhir program menjadi 19.4% contoh yang asupan zat gizi besinya 26 mg/hari (Lampiran 21). Menurut Hurlock (1991) makanan yang mengandung zat besi dan kalsium biasanya terdapat pada susu dan protein hewani dan biasanya remaja tidak mau mengkonsumsi karena mereka takut menjadi gemuk. Selera makan remaja juga sangat berubah-ubah dari hari ke hari. Remaja pada umumnya ingin mempunyai bentuk badan yang langsing sehingga mereka tidak mau makan pagi. Program pemberian makanan tambahan memberikan kontribusi sebesar 37.5% terhadap total asupan zat gizi besi rata-rata pada saat tengah program, dan 16.8% pada saat akhir program. Hasil uji beda menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada peningkatan konsumsi zat besi saat tengah program yakni dengan rata-rata asupan zat gizi besi pada contoh saat tengah program dengan yakni sebesar 0.1 mg. Terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada peningkatan rata-rata asupan zat besi saat akhir program dengan awal program sebesar 8,1 mg. Uji beda selanjutnya menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pula pada peningkatan rata-rata asupan zat besi pada contoh saat akhir program dengan tengah program sebesar 8.1 mg.

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Contoh pada Awal, Tengah, dan Akhir Program Kebutuhan energi yang dianjurkan untuk remaja putri menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), ialah 1900 kkal/hari untuk usia 19-21 tahun, sedangkan untuk tingkat kecukupannya menurut Muhilal et. al (1993), dikatakan kurang jika tingkat konsumsi < 80%, atau cukup jika tingkat konsumsi 80%. Kecukupan protein yang dianjurkan untuk remaja putri Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), ialah 50 gram/hari untuk usia 19-21 tahun dan 55 gram tiap harinya untuk usia 16-18 tahun. Untuk tingkat kecukupannya menurut Muhilal et. al (1993), dikatakan kurang jika tingkat konsumsi < 80%, latau cukup jika tingkat konsumsi 80%. Menurut Muhilal dan Sulaeman (2004), kebutuhan vitamin A yang dianjurkan untuk remaja putri ialah 500 RE/hari untuk usia 16-18 tahun dan 600 RE tiap harinya untuk remaja putri yang berusia 19-21 tahun. Untuk tingkat kecukupannya dibedakan menjadi dua, yaitu dikatakan cukup jika tingkat konsumsi 77% dan kurang jika tingkat konsumsi < 77% (Gibson 2005). Kecukupan zat besi (Fe) yang dianjurkan untuk remaja putri ialah 26 mg tiap harinya (Kartono & Soekantri 2004). Untuk tingkat kecukupannya menurut Gibson (2005) dibedakan menjadi dua, yaitu dikatakan cukup jika tingkat konsumsi 77% dan kurang jika tingkat konsumsi < 77%. Tingkat Kecukupan Energi Rata-rata tingkat kecukupan energi pada awal program PMT masih dalam kategori kurang yakni 75.9%, kemudian rata-ratanya meningkat pada saat tengah program dan dan akhir program dari 88.6% menjadi 96.6% dan masuk dalam kategori cukup. Angka kecukupan yang dianjurkan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) ialah sebesar 1900-2200 Kalori, sedangkan cut of point untuk tingkat kecukupan energi menurut Muhilal et. al (1993), dikatakan kurang jika kecukupan < 80%, dan cukup jika tingkat kecukupan 80%. Persentase terbesar pada awal program yakni sekitar 58.1% contoh berada pada kategori kurang, selanjutnya pada saat tengah program, persentase terbesar (61.3%) contoh termasuk dalam kategori cukup, dan pada saat akhir persentase terbesar yakni lebih dari separuh contoh (83.9%) termasuk dalam kategori cukup (Lampiran 22). Peningkatan rata-rata tingkat kecukupan energi diduga dapat terjadi karena konsumsi nasi contoh yang terus meningkat baik itu pada saat tengah,

maupun akhir program, dimana kita tahu nasi merupakan sumber penyumbang energi terbanyak dari komposisi makanan lengkap. Hasil uji Oneway Anova (Tabel 8) secara keseluruhan menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada peningkatan rata-rata tingkat kecukupan energi saat tengah program dengan tengah awal program yakni sebesar 13.5%. Terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada peningkatan tingkat kecukupan energi saat akhir program (78.1%) dengan awal program yakni sebesar 23% (101.4%). Uji beda selanjutnya menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pula (p<0.05) antara peningkatan rata-rata tingkat kecukupan energi pada contoh saat akhir program (91.6%) dengan tengah program (101.4%) yakni sebesar 9.8%. Pada saat tengah dan akhir program PMT rata-rata TKE sudah masuk dalam kategori cukup atau baik yakni 80% dari anjuran angka kecukupan.

Tabel 8 rata-rata tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada contoh saat awal, tengah, dan akhir program PMT
TKE & TK Zat Gizi TK Energi (%) TK Protein (%) TK Vitamin A (%) TK Zat besi (%) Awal 75.918.4
a

Tahapan PMT Tengah 88.630.5


b

Akhir 96.623.7c 86.233.2 c 107.878.2 bc 77.234.4c

69.116.7 a 92.0101.4 a 50.316.9 a

96.539.5 b 105.451.5 ab 50.826.6 ab

Keterangan : Pada baris yang sama, angka dengan huruf tidak sama menunjukan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05).

Tingkat Kecukupan Protein Rata-rata tingkat kecukupan protein pada saat awal program ialah 75.6% yakni termasuk dalam kategori kurang, selanjutnya pada saat tengah program rata-rata tingkat kecukupan proteinya berada pada kategori cukup dengan ratarata tingkat kecukupan 96.5 %. Pada saat akhir program rata-rata tingkat kecukupan proteinnya kemudian menurun menjadi 86.2 % tetapi kategorinya masih dalam kategori cukup. Angka kecukupan yang dianjurakan menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ( 2004) ialah sebesar 50-55 g/hari. Penurunan rata-rata tingkat kecukupan protein diduga dapat terjadi karena menurunnya asupan protein contoh pada saat akhir program, hal ini akan mengakibatkan terjadi penurunan tingkat kecukupannya. Untuk tingkat kecukupan protein menurut Muhilal et.al (1993), dikatakan kurang jika tingkat kecukupan < 80%, dan cukup jika tingkat kecukupan 80%. Pada saat awal program PMT persentase terbesar yakni sekitar 58.1 % contoh

berada pada kategori kurang dengan tingkat kecukupan < 80%, selanjutnya pada saat tengah program persentase terbesar yakni lebih dari separuh (69.4%) contoh termasuk dalam kategori cukup dengan tingkat kecukupan 80%, pada saat akhir program persentase 67.7 % (Lampiran 23). Terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada peningkatan rata-rata tingkat kecukupan protein saat akhir program dengan awal program . Uji Oneway Anova selanjutnya menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada penurunan rata-rata tingkat kecukupan protein saat akhir program (86.2%) dengan tengah program. Penurunan rata-rata tingkat kecukupan protein pada saat akhir program PMT dapat terjadi karena adanya penurunan asupan protein pada saat akhir sehingga mempengaruhi tingkat kecukupannya. Tingkat Kecukupan Vitamin A Rata-rata tingkat kecukupan vitamin A per hari pada saat awal, tengah, dan akhir program berturut-turut ialah sebesar 92.0%, 107.6%, dan 123.9%. Peningkatan tingkat kecukupan vitamin A yang terjadi baik pada saat tengah maupun akhir program diduga karena contoh telah memahi pentingnya vitamin A bagi tubuh, selain itu juga hal ini dapat terjadi karena konsumsi pangan hewani meningkat baik pada saat tengah maupun akhir program. Pada tengah dan akhir program pemberian makanan tambahan, lebih dari separuh contoh memiliki tingkat kecukupan vitamin A yang termasuk ke dalam kategori cukup (Lampiran 24). Pada awal program PMT, lebih dari separuh contoh termasuk ke dalam tingkat kecukupan vitamin A kurang. Hal ini diduga pada saat awal program contoh belum mendapatkan pendidikan gizi dan makanan PMT sehingga tingkat kecukupannya masih kurang, selain itu hasil penelitian Permaisih (2003) menyatakan bahwa status gizi pada remaja putri di Indonesia biasanya kurang zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak), dan kurang zat gizi mikro (vitamin, mineral). Rata-rata tingkat kecukupan vitamin A pada keseluruhan contoh termasuk ke dalam kategori cukup, baik pada awal, tengah dan akhir program PMT karena kecukupan vitamin A sudah lebih dari 92.0%. Uji Oneway Anova menyatakan secara keseluruhan terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan vitamin A pada awal, tengah, dan akhir program PMT (p<0.05). Selanjutnya untuk uji beda tiap program didapat bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata contoh yang termasuk dalam kategori cukup menurut jika dibandingkan dengan saat tengah program dari 69.4 % menjadi

pada peningkatan kecukupan vitamin A pada saat tengah program dengan awal program PMT (p>0.05), tetapi terdapat terdapat perbedaan yang nyata pada peningkatan kecukupan vitamin A contoh pada saat akhir program dengan saat awal program (p<0.05). Tingkat Kecukupan Zat Besi Rata-rata tingkat kecukupan zat besi per hari pada saat awal, tengah, dan akhir program berturut-turut ialah sebesar 50.3%, 50.8%, dan 77.2%. Sebagian besar contoh (>85%) pada saat awal dan tengah program PMT memiliki tingkat kecukupan zat besi (Fe) yang termasuk dalam kategori kurang. Pada akhir program pemberian PMT, lebih dari separuh contoh memiliki tingkat kecukupan zat besi yang termasuk ke dalam kategori cukup (Lampiran 25). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa program pemberian PMT dapat memperbaiki tingkat kecukupan zat besi seseorang. Rata-rata tingkat kecukupan zat besi pada keseluruhan contoh termasuk dalam kategori kurang (<77%) pada awal dan tengah program pemberian PMT, namun rata-rata tingkat kecukupan zat besi pada akhir program pemberian PMT sudah termasuk ke dalam kategori cukup (>77%). Peningkatan rata-rata tingkat kecukupan zat besi diduga dapat terjadi karena adanya peningkatan konsumsi pangan hewani contoh baik itu pada saat tengah, maupun akhir program. Uji Oneway Anova (Tabel 8) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada tingkat kecukupan zat besi pada awal, tengah, dan akhir program PMT (p<0.05). Selanjutnya untuk uji beda tiap program didapat bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada peningkatan rata-rata tingkat kecukupan zat besi saat tengah program (50.8%) dengan awal program PMT (50.3%), tetapi terdapat terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada peningkatan rata-rata tingkat kecukupan zat gizi besi contoh saat akhir program (77.2%) dengan pada saat awal program (50.3%).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata usia contoh ialah 18.5 tahun, dengan persentase terbesar (56.5%) pada rentang usia 19-20 tahun. Lebih dari separuh contoh (59.7%) mendapatkan uang saku antara Rp 210.000 Rp 390.000 setiap bulannya. Alokasi uang saku digunakan untuk pengeluaran pangan dan nonpangan. Sebagian besar contoh (77.4%) mempunyai pengeluaran perbulan untuk makanan sekitar Rp 140.000 Rp 240.000, sementara itu contoh yang pengeluran makanan perbulannya < Rp 140.000 sebesar (12.9%) dan sisanya yaitu sekitar (9.7%) contoh mempunyai pengeluaran perbulan untuk makanan > Rp 240.000. Untuk pengeluran minuman lebih dari separuh contoh (80.6%) mempunyai pengeluran perbulan untuk minuman sekitar Rp 4900 Rp 45700, tidak jauh berbeda dengan alokasi dana untuk pengeluaran minuman, lebih dari separuh contoh (79.1%) dalam penelitian ini mengalokasikan uang sakunya untuk pengeluran jajanan perbulan sekitar Rp 3200 Rp 43100. Untuk pengeluran non pangan didapat bahwa lebih dari separuh contoh (74.2%) mempunyai pengeluaran non pangan perbulan sekitar Rp 76000 Rp 260.000. Sementara itu 12.9% contoh mempunyai pengeluaran non pangan perbulan < Rp 76000, dan sisanya sama yakni sekitar 12.9% contoh mempunyai pengeluaran non pangan > Rp 260.000. 2. Untuk IMT didapat bahwa lebih dari separuh contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program memiliki IMT antara 18.5 25 (normal), 3. Hampir seluruh contoh (98.4%) dalam penelitian ini mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat dalam kategori sering dengan frekuensi (46 kali/minggu). 37.1% contoh jarang mengkonsumsi daging dengan frekuensi (1 kali/minggu), 30.6 % contoh jarang mengkonsumsi ikan dengan frekuensi (1 kali/minggu) . Sebanyak 38.7 % dari contoh pada penelitian ini sering mengkonsumsi ikan dengan frekuensi (5-6 kali/minggu). Lebih dari separuh (74.2%) contoh dalam penilitian ini sering mengkonsumsi lauk nabati dengan frekuensi (5-6 kali/minggu). Sebesar 37.1 % contoh sering mengkonsumsi susu dengan frekuensi 4-6 kali/minggu. Lebih dari separuh (88.7%) contoh sering mengkonsumsi sayuran dengan frekuensi 4-6 kali/minggu. Hasil penelitian ini

menunjukan

bahwa

lebih

dari

separuh

(74.2%)

contoh

sering

mengkonsumsi buah dengan frekuensi 4-6 kali/minggu. Lebih dari separuh contoh (53.2%) dalam penelitian ini sering mengkonsumsi snack dengan frekuensi 4-6 kali/minggu. 4. Terdapat perbedaan yang nyata pada peninkatan konsumsi nasi, sayur, daging, gula, jajanan non PMT, dan jajanan PMT pada contoh saat awal, tengah, dan akhir program (p<0.05). Pada umumnya peningkatan ratarata konsumsi terjadi pada saat akhir program, hanya saja untuk konsumsi nasi dan daging, peningkatan terjadi baik pada tahap tengah program maupun pada saat akhir program. Terdapat perbedaan yang nyata pada (p<0.05) penurunan konsumsi sayur dan gula. Penurunan rata-rata konsumsi terjadi pada saat tengah program. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada perubahan konsumsi buah, tempe, dan minyak saat awal, tengah, dan akhir program PMT (p>0.05). 5. Terdapat perbedaan yang nyata pada hampir keseluruhan peningkatan asupan gizi saat awal, tengah, dan akhir program PMT (p<0.05). Peningkatan asupan zat gizi umumnya terjadi pada saat tengah program. Terdapat perbedaan yang nyata pada penurunan asupan energi dan protein (p<0.05). Untuk asupan energi, terjadi penurunan rata-rata konsumsi pada saat akhir program dimana asupannya < saat tengah program. Rata-rata asupan protein pada saat akhir program < saat tengah program, dan juga < saat awal program. Selanjutnya pada asupan karbohidrat, saat akhir program rata-rata konsumsinya < saat tengah program. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada asupan vitamin A pada saat akhir program dengan tengah program, dan asupan zat besi pada saat tengah program dengan awal program. 6. Terdapat perbedaan yang nyata pada pada hampir keseluruhan peningkatan tingkat kecukupan gizi pada contoh saat awal, tengah, dan akhir program (p<0.05). Untuk tingkat kecukupan energi, peningkatan rata-rata tingkat kecukupanya terjadi baik pada saat tengah program maupun pada saat tengah program, tetapi untuk tingkat kecukupan gizi yang lainnya, peningktan biasanya terjadi pada saat tengah program. Terdapat perbedaan yang nyata pada penurunan tingkat kecukupan protein, (p<0.05), dimana terjadi penurunan rata-rata tingkat kecukupann saat akhir program jika dibandingkan dengan saat awal program. Tidak

terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada perubahan rata-rata tingkat kecukupan vitamin A pada saat tengah program dengan awal program, tingkat kecukupan vitamin A saat akhir program dengan tengah program, tingkat kecukupan zat besi pada saat tengah program dengan saat awal program. Saran Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat perubuhan konsumsi pangan contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program, hanya saja masih terdapat konsumsi makan yang kurang diantaranya sayuran dan buah, hal ini akan berpengaruh terhadap asupan gizi dan tingkat kecukupan gizi contoh. Sehubungan dengan masih tingginya persentase contoh yang konsumsi makannya kurang pada beberapa jenis pangan, disarankan jika program PMT dilakukan kepada kembali contoh perlu sehingga dilakukan dengan sosialisasi semakin yang baiknya berkesinambungan

pemahaman contoh mengenai program PMT tersebut diharapakan membuat kinerja PMT akan berhasil.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Altshul AM. 1993. Low Calorie Foods Handbook. New York : Marcel Dekker. Bani A. 2002. Studi tentang persepsi mahasiswa terhadap tubuh ideal dan hubunganya dengan upaya pencapaiannya [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Berg A. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Rajawali. Depkes. 2005. Jakarta. Jakarta : CV

13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Departemen Kesehatan RI,

Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Oxford : Oxford University Press. Gunawan IMA. 1997. Masalah obesitas dikalangan remaja SMU di kotamadya Yogyakarta. [ Tesis yang tidak dipublikasikan], Jurusan Gizi Masyarakat, Faperta, IPB, Bogor. Hajatuddin, dkk. 1998. Status Gizi Anak Sekolah Di daerah Pendampingan Dan Bukan Pendampingan PMT-AS. Media Gizi dan Keluraga, Juli 2000 : 3742. Hardinsyah, Briawan D. 1990. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Diktat yang Tidak dipublikasikan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hardinsyah, Pranadji DK. 1999. Pemahaman Anak Sekolah, Guru, dan Orang tua Tentang Konsep PMT-AS. Didalam : Media Gizi dan Keluarga, Juli 2000 : 43-51. Hardinsyah, Kustiyah L. 1999. Evaluasi Penyelenggaraan Kudapan PMT-AS. didalam : Media Gizi dan Keluarga, Juli 2000 : 52-57. Hardinsyah, Tambunan V. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Dan Serat Makanan. Didalam : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. LIPI. Jakarta. Hartog AP, Van Staveren WA, Brouwer ID. 1995. Manual for Social Surveys on Food Habits and Consumptionin Develoving countries. Margraf Verlag, Germany. Hurlock EB. 1991. Psikologi Perkembangan. Erlangga, Jakarta. Husaini MA, Husaini YK. 1989. Tumbuh Kembang dan Gizi Remaja. Buletin Gizi Prima 13 (3), 27.

Kartino D, Soekatri M. 2004. Angka Kecukupan Mineral. Didalam : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. LIPI. Jakarta. Karyadi D. 1995. Kajian Intervensi Gizi untuk Meningkatkan Intelektual dan Produktivitas Demi menghasilkan Remaja Indonesia di Masa Depan. Jakarta, 21 Agustus. Karyadi D, Muhilal. 1985. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Gramedia. Jakarta. Nurhayati M. 2006. Hubungan ukuran tubuh aktual dan ekspos media massa terhadap body image mahasiswa putra dan putri IPB [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mantra IB. 1996. Jakarta. Innovative Approach in Nutrition Education. Depkes RI,

Marzuki M. 2006. Analisis Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Kecukupan Protein Mahasiswa di Asrama TPB IPB 2005-2006. [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Muhilal, Jalal F, Hardinsyah. 1998. WNKPG VI : Angka kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta : LIPI. Muhilal, Jusat I, Husaini MA, Jalal F, Tarwotjo IG. 1993. Angka KecukupanGizi yang Dianjurkan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Jakarta:LIPI. Muhilal, Sulaeman A. 2004. Angka Kecukupan Mineral. Didalam : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. LIPI. Jakarta. Permaisih D. 2003. Status Gizi Remaja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2003permaisih-886-gizi. Ricket VI. Adolescent Nutrition, Assessment and Management. Chapman & Hall, New York. Riyadi H. 1995. Prinsip dan Penunjuk Penilaian Status Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sumamur. 1991. Higiene Perusahaan Kesehatan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung. Jakarta. Solikhah M. 2003. Mempelajari Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pasien Rawat Inap Yang Mendapat Diet Lunak Tinggi Kalori Tinggi Tinggi Protein di RSUD Prof. DR. Margono soekarjo, Purwekerto, Jawa tengah. [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Weigley ES, DH Mueller, CH Robinsons. Therapy. New Jersy: Pretice-Hall, Inc. 1997. Basic Nutrition and Diet

Wirakusumah ES. 1994. Cara Asuh Anak dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. LIPI. Jakarta.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Usia dan uang saku per bulan contoh. No KODE Usia (tahun) 1 IL001 18 2 IR009 19 3 IR016 19 4 IR021 18

U_SAKU (Rp) 300000 300000 300000 300000

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 No 49 50 51 52 53

IR025 IL029 IL039 IL047 IR051 IR055 IL056 IL060 IS061 IR070 IS075 IL077 IR081 IR089 IR094 IR108 IS113 IS122 IR129 IR138 IL143 IL148 IR154 IR159 IS162 IR172 IL177 IR180 IR188 IS202 IS203 IR206 IS212 IS224 IS226 IR227 IR230 IL232 IR245 IR252 IS256 IL257 IL259 IS260 KODE IS264 IS267 IS276 IS282 IL288

19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 20 19 19 18 18 19 18 18 19 20 19 20 18 19 18 17 17 19 18 18 19 18 19 20 19 19 19 18 18 17 19 17 18 19 Usia (tahun) 18 19 18 19 18

300000 300000 250000 200000 200000 350000 200000 200000 300000 300000 250000 400000 240000 300000 300000 350000 300000 300000 180000 150000 300000 500000 200000 300000 200000 300000 350000 400000 300000 500000 400000 300000 300000 400000 200000 270000 300000 300000 100000 250000 300000 300000 150000 200000 SAKU (Rp) 300000 300000 500000 400000 500000

54 55 56 57 58 59 60 61 62

IL293 IS296 IS297 IR298 IR310 IR312 IR315 IR326 IR330

20 18 19 18 18 18 19 18 18

300000 500000 500000 300000 200000 400000 250000 300000 300000

Lampiran 2 Pengeluaran pangan dan nonpangan contoh No KODE Pengeluaran Pangan (Rp) Makan Minuman Jajanan 1 IL001 240000 20000 20000 2 IR009 210000 32000 5000

P_NonPangan (Rp) 57000 81000

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 No 45 46 47

IR016 IR021 IR025 IL029 IL039 IL047 IR051 IR055 IL056 IL060 IS061 IR070 IS075 IL077 IR081 IR089 IR094 IR108 IS113 IS122 IR129 IR138 IL143 IL148 IR154 IR159 IS162 IR172 IL177 IR180 IR188 IS202 IS203 IR206 IS212 IS224 IS226 IR227 IR230 IL232 IR245 IR252 KODE IS256 IL257 IL259

300000 240000 240000 210000 240000 150000 180000 180000 150000 200000 224000 210000 135000 225000 120000 240000 210000 150000 150000 150000 120000 180000 180000 250000 180000 90000 130000 210000 270000 180000 300000 240000 150000 180000 225000 165000 156000 195000 180000 225000 180000 240000

34000 60000 60000 20000 5500 12000 5500 60000 5000 29000 15000 20000 10000 5500 34000 30000 5500 14000 11000 5500 5500 8000 40000 10000 40000 8000 20000 20000 60000 60000 22000 60000 12000 4000 5500 8000 13500 6000 20000 20000 60000 30000

20000 60000 16000 20000 12000 12000 12000 40000 20000 5000 40000 5000 5000 40000 6000 5000 20000 10000 50000 10000 10000 20000 20000 100000 1200 12000 10000 30000 20000 60000 20000 60000 60000 10000 20000 2000 7300 10000 10000 45000 32000 20000

234000 178000 91000 84000 135000 225000 41000 322000 171500 324000 171000 87000 140050 200000 75000 224000 57000 199000 128000 241000 142500 99000 132000 148500 178000 175000 57000 223000 301000 178000 174500 128000 94000 127000 129000 155400 94200 50000 126500 68000 225000 120000 P_NonPangan (Rp) 114500 145000 260000

Pengeluaran Pangan (Rp) Makan Minuman 150000 56000 12000 300000 30500 10000 180000 20000 24000

48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62

IS260 IS264 IS267 IS276 IS282 IL288 IL293 IS296 IS297 IR298 IR310 IR312 IR315 IR326 IR330

180000 150000 180000 180000 210000 300000 135000 210000 240000 150000 120000 180000 80000 240000 165000

60000 5500 30000 10000 60000 8000 10000 90000 24000 30000 12000 5500 20000 144000 30000

20000 8000 10000 30000 60000 5000 30000 60000 20000 20000 20000 12000 3000 20000 60000

159000 59300 80000 363000 254000 80000 469000 373000 148000 138000 157000 216000 406000 205000 308000

Lampiran 3 Indeks Massa Tubuh (IMT) contoh pada saat awal, tengah dan akhir program No KODE IMT (kg/m2) Awal Tengah Akhir 1 IL001 20.3 20.0 20.8

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 No 44 45 46

IR009 IR016 IR021 IR025 IL029 IL039 IL047 IR051 IR055 IL056 IL060 IS061 IR070 IS075 IL077 IR081 IR089 IR094 IR108 IS113 IS122 IR129 IR138 IL143 IL148 IR154 IR159 IS162 IR172 IL177 IR180 IR188 IS202 IS203 IR206 IS212 IS224 IS226 IR227 IR230 IL232 IR245 KODE IR252 IS256 IL257

20.0 18.9 18.3 18.8 17.3 17.2 21.7 19.2 22.6 20.3 18.1 19.1 18.8 20.3 22.2 18.3 17.3 17.2 19.2 22.4 18.4 17.2 17.4 24.7 19.9 18.0 20.0 18.4 23.0 23.7 16.9 21.1 19.5 17.5 18.9 18.9 20.2 21.4 22.6 18.0 20.8 20.4

19.6 18.7 19.2 18.7 17.4 19.5 21.2 19.0 22.7 20.8 18.2 20.2 18.0 22.5 22.5 17.6 17.4 17.1 20.2 22.7 18.0 17.6 17.8 24.9 19.2 17.5 20.1 18.7 22.5 24.6 17.4 21.4 20.5 17.7 19.0 19.8 20.8 21.9 22.2 17.8 20.5 20.0 IMT (kg/m2) Tengah 24.9 21.6 17.5

20.2 19.5 19.4 19.0 22.2 20.5 21.4 19.9 22.6 20.7 19.8 18.2 18.2 23.0 22.3 18.4 18.0 17.3 21.7 22.1 18.8 17.7 18.8 25.6 19.4 18.3 20.1 19.1 22.7 24.8 18.2 21.7 19.9 17.6 18.9 20.6 21.1 22.8 22.5 18.1 20.8 21.3

Awal 23.9 21.2 17.1

Akhir 24.5 22.4 17.7

47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62

IL259 IS260 IS264 IS267 IS276 IS282 IL288 IL293 IS296 IS297 IR298 IR310 IR312 IR315 IR326 IR330

21.7 19.9 17.0 23.1 20.0 20.6 20.9 19.1 18.3 21.0 19.7 18.4 16.9 18.6 20.2 21.4

20.8 19.7 16.4 22.7 19.8 20.4 21.3 19.1 19.2 20.8 19.2 19.0 18.5 18.7 19.9 22.6

21.2 20.1 16.7 23.2 19.7 20.4 20.9 19.9 18.6 21.5 19.7 19.0 19.7 19.2 20.4 22.4

Lampiran 4 Konsumsi pangan contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program. Nasi Sayuran Buah L_nabati P_hewani Minyak Gula No Treat Kode (g) (g) (g) (g) (g) (g) (g) 1 1 IL001
576.3 120.8 21.0 40.0 94.0 32.0 21.0

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

IR009 463.0 IR016 540.3 IR021 173.0 IR025 298.5 IL029 IL039 IL047
304.5 374.5 444.3

44.8 166.3 102.3 121.0 81.5 173.5 169.3 70.3 126.0 200.0 182.3 210.5 124.5 151.8 76.8 154.2 253.0 65.3 282.9 130.8 69.5 123.3 104.0 182.0 183.0 195.0 93.3 175.3 188.5 122.5

0.0 5.5 0.0 0.0 0.0 0.0 24.0 0.0 6.0 114.0 5.0 30.0 91.5 0.0 200.5 62.5 37.0 5.5 23.5 101.0 24.5 64.5 17.0 177.6 23.8 122.0 103.0 28.5 28.8 0.0

79.0 51.0 69.5 72.0 58.0 76.0 21.5 72.5 36.8 58.8 38.5 84.3 0.0 39.8 65.0 78.8 26.5 26.8 45.2 68.8 52.3 25.5 32.6 66.3 25.0 52.0 66.5 59.5 53.8 72.5

36.5 93.3 10.5 106.0 43.5 101.3 79.3 18.8 31.0 58.0 24.5 19.5 41.5 50.0 20.0 30.3 172.0 24.5 70.8 74.5 101.5 100.0 46.8 102.5 77.8 0.0 64.0 16.3 55.5 91.5

33.6 25.7 25.6 22.6 33.7 32.7 23.7 22.8 26.1 33.5 34.7 25.7 19.8 22.7 26.7 28.9 25.7 26.8 24.6 25.5 22.7 27.9 26.9 26.4 27.3 29.5 60.7 65.8 42.0 34.7

15.0 19.0 20.3 23.4 21.4 21.3 15.9 27.5 15.3 15.0 24.3 21.2 22.3 13.0 25.0 21.2 17.3 15.0 13.0 21.9 12.1 15.0 15.0 23.4 23.4 20.0 12.5 17.5 24.6 39.0

IR051 216.3 IR055 290.3 IL056 IL060 IS061 IS075 IL077


316.5 398.5 128.3

IR070 348.8
386.8 254.0

IR081 370.5 IR089 317.0 IR094 266.5 IR108 457.0 IS113 IS122
377.0 374.3

IR129 345.0 IR138 443.3 IL143 IL148


486.5 322.3

IR154 322.5 IR159 355.3 IS162 IL177


403.5

IR172 226.5
496.5

No Treat Kode 32 33 1 1

Nasi (g)

Sayuran Buah L_nabati P_hewani Minyak Gula (g) (g) (g) (g) (g) (g)
130.3 130.3 63.0 0.0 50.5 34.3 91.0 93.3 87.6 76.5 24.5 38.9

IR180 480.5 IR188 394.0

34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

IS202 IS203 IS212 IS224 IS226

281.0 398.5

170.0 247.0 57.3 264.5 145.5 209.0 248.5 73.0 210.0 135.3 104.5 31.5 80.8 156.0 120.3 267.0 169.8 109.8 294.0 204.0 133.5 128.3 135.5 118.5 115.5 184.8 68.3 87.3 209.3 114.5

72.0 0.0 177.5 121.0 16.0 38.5 120.5 26.5 156.0 139.0 16.0 109.3 24.5 59.5 23.5 58.0 0.0 47.0 23.5 0.0 35.5 0.0 103.0 53.0 23.5 172.0 32.8 0.0 27.0 0.0

33.0 43.5 26.0 75.3 56.3 19.0 63.0 52.3 59.3 39.8 38.3 9.5 27.8 88.5 23.8 43.8 27.5 0.0 53.5 23.3 51.8 83.5 59.9 29.5 61.3 28.5 42.8 41.5 23.0 52.0

54.3 13.5 94.0 24.5 93.8 116.3 101.8 59.3 107.3 117.3 41.8 47.8 52.0 35.3 33.3 57.0 59.0 83.0 118.3 79.0 83.8 30.0 95.5 52.5 60.8 121.5 44.4 68.5 93.5 63.5

89.7 23.4 25.8 26.4 25.8 23.6 25.6 32.8 22.7 89.0 87.6 22.6 26.7 65.1 99.7 32.7 31.8 32.5 90.4 89.7 70.8 32.0 60.0 45.0 25.8 35.0 25.0 29.8 44.3 20.7

27.2 23.1 25.0 27.5 23.2 16.5 27.5 26.8 21.0 27.5 32.1 15.0 33.1 23.8 25.0 24.5 37.8 22.5 32.1 22.1 15.0 22.4 19.8 21.0 15.4 15.0 21.0 27.5 20.5 22.6

IR206 489.0
384.8 240.0 219.3

IR227 444.3 IR230 329.3 IL232


472.5

IR245 424.0 IR252 167.3 IS256 IL257 IL259 IS260 IS264 IS267 IS276 IS282 IL288 IL293 IS296 IS297
268.0 375.8 298.5 255.8 329.8 294.0 379.3 473.0 273.5 414.0 438.5 416.3

IR298 412.8 IR310 455.8 IR312 435.0 IR315 404.0 IR326 412.0 IR330 722.0 IL001
504.5

No Treat Kode 2 2 IR009

Nasi (g)
429.0

Sayuran Buah L_nabati P_hewani Minyak Gula (g) (g) (g) (g) (g) (g)
50.0 0.0 57.5 46.0 25.9 25.9

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

IR016 IR021 IR025 IL029 IL039 IL047 IR051 IR055 IL056 IL060 IS061 IR070 IS075 IL077 IR081 IR089 IR094 IR108 IS113 IS122 IR129 IR138 IL143 IL148 IR154 IR159 IS162 IR172 IL177 IR180 IR188

340.0 255.0 511.5 255.0 526.5 395.0 460.0 591.0 488.5 583.5 285.0 441.0 578.0 438.0 111.5 486.0 624.5 522.5 170.0 340.0 497.0 557.5 340.0 435.0 438.0 700.0 402.0 438.0 287.0 754.5 592.5

105.0 26.5 42.0 121.5 281.0 381.5 67.0 300.5 71.0 33.5 155.0 133.5 106.0 119.0 350.0 215.0 39.0 87.5 29.5 128.0 136.5 125.0 169.5 139.0 156.5 134.5 51.5 155.5 77.5 119.5 167.5

0.0 10.0 31.0 0.0 70.0 96.0 0.0 0.0 0.0 57.0 57.0 15.0 11.0 0.0 0.0 51.0 172.0 104.5 0.0 0.0 0.0 26.0 0.0 0.0 0.0 11.0 21.0 0.0 79.0 48.0 0.0

37.5 26.5 68.5 25.0 0.0 89.5 42.0 53.0 69.0 31.5 121.0 48.0 88.0 53.0 20.0 0.0 65.0 102.0 26.5 42.0 0.0 66.0 26.5 14.0 98.0 84.0 27.0 69.0 46.5 16.0 0.0

42.0 49.0 138.0 43.0 143.5 45.5 35.5 26.0 84.0 163.0 51.0 43.0 49.5 76.0 68.5 113.5 136.0 72.0 24.0 46.0 130.0 12.0 22.5 171.0 71.0 102.0 126.0 17.0 36.0 84.0 71.0

27.9 24.0 26.0 27.8 28.9 30.8 40.2 28.0 58.0 25,7 28.9 33.6 26.5 28.0 21.5 27.8 25.8 34.6 23.8 34.7 25.8 32.0 25.9 25.2 23.7 56.8 56.8 26.8 33.2 45.8 55.9

23.4 22.9 30.0 20.0 21.0 20.0 22.0 28.0 25.0 24.5 33.0 21.0 22.0 21.3 24.5 21.0 25.0 22.0 23.0 21.0 26.9 23.0 22.0 25.0 23.0 22.0 20.0 28.9 23.1 25.3 22.0

No Treat Kode 34 2 IS202

Nasi (g)
346.0

Sayuran Buah L_nabati P_hewani Minyak Gula (g) (g) (g) (g) (g) (g)
34.5 72.0 61.5 58.0 69.5 25.0

35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 1 2 3

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3

IS203 IR206 IS212 IS224 IS226 IR227 IR230 IL232 IR245 IR252 IS256 IL257 IL259 IS260 IS264 IS267 IS276 IS282 IL288 IL293 IS296 IS297 IR298 IR310 IR312 IR315 IR326 IR330 IL001 IR009 IR016

813.5 441.5 340.0 864.0 680.0 572.5 305.0 346.0 255.0 735.5 462.5 255.0 346.0 324.0 853.5 390.5 405.5 405.5 255.5 346.0 425.0 247.0 85.0 305.5 340.0 346.0 511.0 466.5 526.0 385.0 285.0

115.0 158.0 31.0 136.0 117.5 102.5 180.5 140.5 36.0 107.0 194.0 36.0 32.5 34.0 127.5 243.0 137.0 137.0 347.5 87.5 67.0 116.0 194.5 47.5 51.5 31.0 100.0 84.0 0.0 73.0 84.0

60.0 70.0 49.0 49.0 0.0 46.5 47.0 49.0 0.0 11.0 0.0 0.0 0.0 0.0 15.0 92.5 221.0 221.0 44.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 15.0 0.0 21.0 0.0 0.0 100.0

69.0 0.0 0.0 111.5 82.5 33.0 73.5 90.0 72.0 38.5 101.5 72.0 35.0 26.0 71.5 26.0 50.0 50.0 16.0 19.0 0.0 30.5 0.0 0.0 25.0 54.0 7.5 96.0 20.5 38.0 27.5

138.5 108.5 113.0 76.5 172.0 47.0 55.5 35.0 24.0 119.0 94.0 24.0 141.0 34.0 57.0 79.0 82.0 82.0 186.0 100.0 142.5 43.5 39.0 84.0 114.0 78.0 150.5 83.0 78.8 82.8 86.7

56.8 26.4 37.8 30.6 24.5 25.6 26.7 28.5 26.7 26.7 28.9 27.8 26.5 27.5 43.6 45.8 25.7 26.9 28.7 28.9 27.9 25.7 27.8 28.0 25.7 46.3 28.9 26.3 26.5 25.9 27.9

27.4 22.9 26.3 30.0 21.0 25.0 25.0 21.0 24.1 23.5 22.1 21.9 24.1 25.6 23.1 25.6 21.0 25.8 25.2 25.4 25.0 27.6 26.4 24.0 32.0 25.6 27.3 28.9 30.0 31.9 26.3

No Treat Kode

Nasi (g)

Sayuran Buah L_nabati P_hewani Minyak Gula (g) (g) (g) (g) (g) (g)

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

IR021 526.0 IR025 397.0 IL029 IL039 IL047 338.0 494.5 370.0

84.0 0.0 58.5 44.0 194.5 125.0 176.0 176.5 300.5 138.5 223.0 316.0 65.5 70.5 112.0 82.0 88.5 299.5 132.5 137.0 137.5 69.5 94.0 73.0 72.0 20.0 79.5 117.0 93.5 97.0 62.0 0.0

0.0 58.5 44.0 194.5 125.0 176.0 176.5 300.5 138.5 223.0 316.0 65.5 70.5 112.0 82.0 88.5 299.5 132.5 137.0 137.5 69.5 94.0 73.0 72.0 20.0 79.5 117.0 0.0 48.0 0.0 0.0 0.0

0.0 0.0 0.0 57.0 0.0 172.0 0.0 0.0 0.0 8.0 34.0 0.0 0.0 0.0 422.0 0.0 114.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 10.0 23.5 0.0 0.0 0.0 41.0 24.0 20.5 44.0 91.0

57.5 12.5 19.0 0.0 20.5 20.5 40.5 84.0 39.5 148.5 37.5 0.0 52.0 17.5 0.0 0.0 93.5 5.0 12.5 24.0 39.5 10.0 0.0 20.5 99.0 25.0 71.0 198.0 86.9 54.3 154.7 55.2

78.3 55.9 68.9 46 57.9 43.9 53.4 32.8 65.3 50.3 80.9 81.8 78.8 64.7 40.8 76.5 80.7 77.8 78.9 61.3 76.9 69.7 74.3 91 97.6 155.3 158.9 28.3 25.8 25.9 25.8 26.8

25.9 26 27.8 28.9 25.1 25.6 28 25.6 25,7 28.9 27.6 26.5 28 25.5 27.8 25.8 26.7 25.8 25.4 25.8 25.8 25.9 25.2 25.7 26.8 25.3 26.8 23.8 32.4 22.1 27.3 22.5

IR051 438.5 IR055 579.0 IL056 IL060 IS061 IS075 IL077 526.0 542.5 354.0 363.0 305.0

IR070 355.0

IR081 293.0 IR089 552.0 IR094 402.0 IR108 334.0 IS113 IS122 677.0 376.0

IR129 754.0 IR138 596.5 IL143 IL148 451.0 577.5

IR154 526.0 IR159 278.0 IS162 IL177 IR180 IR188 IS202 IS203 546.0 IR172 249.0
650 467.5 402.0 370.0 526.0

No Treat Kode

Nasi

Sayuran Buah L_nabati P_hewani Minyak Gula

(g) 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 IR206 IS212 IS224 IS226 IR227 IR230 IL232 IR245 IR252 IS256 IL257 IL259 IS260 IS264 IS267 IS276 IS282 IL288 IL293 IS296 IS297 IR298 IR310 IR312 IR315 IR326 IR330
545.5 428.0 494.0 495.5 545.5 526.0 551.0 285.0 402.0 553.0 354.0 669.5 552.5 533.5 473.5 402.0 455.0 477.0 545.5 297.0 275.0 444.0 513.5 370.0 448.3 345.0 402.5

(g)
104.5 110.0 151.5 72.0 24.0 102.0 109.5 135.5 304.0 192.5 5.5 15.5 48.5 135.5 30.5 86.0 201.0 28.5 361.5 210.0 75.5 21.0 234.0 20.5 71.5 74.5 128.5

(g)
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 49.0 141.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 32.0 11.0 0.0 0.0 107.0 0.0 0.0 10.0 47.0 0.0 157.0 0.0 43.0

(g)
73.0 11.0 69.5 5.0 51.0 27.0 39.5 14.0 25.0 0.0 11.0 26.0 31.5 40.0 70.0 27.5 12.5 52.0 96.5 83.5 5.0 25.0 27.5 0.0 30.5 87.0 62.0

(g)
27.3 157.3 155.3 81.0 55.4 66.2 60.8 73.2 55.8 186.8 54.3 53.1 47.3 53.8 198.8 100.0 189.8 46.8 157.8 66.7 66.7 158.9 162.3 76.9 167.8 90.3 54.7

(g)
26.4 27.8 25.6 25.5 25.6 26.7 28.5 26.7 26.7 28.9 27.8 26.5 27.5 25.8 25.8 25.7 26.9 28.7 28.9 27.9 25.7 27.8 28.0 25.7 26.8 28.9 26.3

(g)
25.0 27.5 25.6 34.2 27.5 26.8 29.4 27.5 27.3 25.0 29.3 22.7 22.5 34.5 22.9 25.1 20.0 24.1 25.0 34.2 29.8 25.0 22.9 25.0 35.8 27.5 20.5

Keterangan : 1) Konsumsi pangan contoh pada saat awal program PMT. 2) Konsumsi pangan contoh pada saat tengah program PMT. 3) Konsumsi pangan contoh pada saat akhir program PMT. Lampiran 5 Konsumsi jajanan nonPMT dan jajanan PMT contoh pada saat awal,tengah, dan akhir program. No Kode Jajanan_nonPMT(g) Jajanan_PMT(g)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44

IL001 IR009 IR016 IR021 IR025 IL029 IL039 IL047 IR051 IR055 IL056 IL060 IS061 IR070 IS075 IL077 IR081 IR089 IR094 IR108 IS113 IS122 IR129 IR138 IL143 IL148 IR154 IR159 IS162 IR172 IL177 IR180 IR188 IS202 IS203 IR206 IS212 IS224 IS226 IR227 IR230 IL232 IR245 IR252

Awal 62.0 81.0 10.0 31.5 30.0 21.0 25.0 13.0 45.0 25.0 37.0 44.0 21.8 24.0 67.0 32.0 45.0 37.0 19.0 35.0 22.0 30.0 35.0 28.5 21.5 30.0 29.1 27.0 55.0 35.0 24.0 42.0 76.4 55.9 51.2 46.9 35.0 32.1 20.8 375.0 55.0 42.9 32.0 32.1

Tengah 48.0 28.0 47.5 81.2 50.0 22.8 62.4 57.5 68.5 42.0 41.5 131.7 47.0 72.0 45.7 55.4 21.6 25.8 35.0 57.0 60.0 27.4 39.0 22.0 41.0 21.0 30.5 47.0 26.1 57.6 51.5 43.0 43.2 40.6 45.7 58.5 35.0 32.8 55.9 32.1 56.4 42.9 32.0 32.1

Akhir 65.2 78.4 47.0 124.8 56.4 25.9 83.9 140.3 146.5 161.8 156.3 59.8 153.1 192.5 33.8 44.2 63.9 28.4 161.3 27.4 118.0 135.8 212.0 29.6 32.7 129.8 134.0 42.3 67.5 22.7 44.8 2.3 55.3
32.8 48.8 62.5 76.2 63.0 56.1 93.9 65.4 41.8 54.3 46.8

Tengah 90.0 112.5 43.9 106.0 12.5 210.0 106.0 211.5 102.5 51.6 38.8 118.5 106.0 213.0 102.5 102.5 12.5 196.0 86.7 106.2 12.5 126.0 200.0 113.0 226.0 122.5 100.8 34.2 160.5 213.0 101.5 124.0 100.0 314.0 101.5 80.6 110.0 90.1 21.4 125.5 115.0 128.1 120.0 26.7

Akhir 125.0 25.0 38.8 31.8 25.0 47.4 215.0 215.0 125.0 41.3 65.2 125.0 137.5 125.0 25.4 125.0 37.5 112.5 206.0 141.0 125.0 54.1 125.0 137.5 100.0 215.0 125.0 225.0 125.0 116.0 215.0 100.0 37.5 125.0 52.8 70.3 21.4 205.0 125.0 41.0 67.4 215.0 135.0 125.0

No 45

Kode IS256

Jajanan_nonPMT(g) Awal Tengah Akhir 45.9 54.2 97.3

Jajanan_PMT(g) Tengah Akhir 24.7 78.5

46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62

IL257 IL259 IS260 IS264 IS267 IS276 IS282 IL288 IL293 IS296 IS297 IR298 IR310 IR312 IR315 IR326 IR330

43.0 38.0 30.8 41.0 33.0 65.0 30.5 268.0 28.5 20.8 39.5 30.7 27.5 81.0 63.0 30.5 220.0

32.0 67.5 86.6 60.5 34.2 31.5 31.5 40.9 30.8 47.5 34.1 43.5 25.0 71.0 37.5 26.5 64.0

42.5 91.3 33.9 49.3 69.8 23.6 42.0 68.0 71.5 27.6 77.4 41.7 90.0 68.3 44.8 36.0 30.8

80.4 132.0 80.1 23.1 112.5 106.0 106.0 39.5 12.5 28.3 157.0 102.5 101.5 106.0 206.0 211.5 115.0

125.0 87.2 135.0 86.5 68.0 87.2 215.0 125.0 206.0 53.5 87.6 43.2 65.2 98.1 54.3 41.1 80.0

Lampiran 6 Asupan energi dan zat gizi contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program No Treat Kode Total_Ea) Total_Pb) Total_Fec) Total_VitAd)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

IL001 IR009 IR016 IR021 IR025 IL029 IL039 IL047 IR051 IR055 IL056 IL060 IS061 IR070 IS075 IL077 IR081 IR089 IR094 IR108 IS113 IS122 IR129 IR138 IL143 IL148 IR154 IR159 IS162 IR172

1910.9 1631.5 1553.1 1836.5 1319.1 1739.2 1220.2 1107.8 1347.9 1130.4 1532.3 1256.9 1446.9 1463.4 1631.5 1477.9 1135.7 2243.3 1696.3 1502.6 1174.8 1383.3 1434.5 1700.1 1480.8 1553.2 1426.4 1890.8 1150.9 1553.4

42.6 34.2 36.2 42.6 38.4 35.0 35.4 25.9 34.9 32.5 32.7 25.8 35.8 33.5 38.3 31.7 27.2 47.8 49.0 37.9 26.3 35.2 35.8 43.1 33.2 34.4 29.1 39.1 25.3 39.6

11.3 11.1 14.6 13.7 8.6 13.4 10.1 15.2 22.1 14.7 10.5 9.1 9.7 14.8 12.7 10.5 8.7 9.6 10.6 10.6 10.9 12.2 23.8 14.0 11.4 17.7 12.2 16.4 8.2 10.8

142.8 256.0 256.0 490.3 633.5 569.4 518.0 150.6 808.5 254.6 764.3 803.4 521.2 448.2 403.2 357.4 579.2 227.2 968.5 869.0 472.8 342.1 392.5 519.1 359.5 590.3 109.4 496.5 563.8 513.3

No

Treat

Kode

Total_Ea) Total_Pb) Total_Fec) Total_VitAd)

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 No 62

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Treat 1

IL177 IR180 IR188 IS202 IS203 IR206 IS212 IS224 IS226 IR227 IR230 IL232 IR245 IR252 IS256 IL257 IL259 IS260 IS264 IS267 IS276 IS282 IL288 IL293 IS296 IS297 IR298 IR310 IR312 IR315 IR326 Kode IR330

1405.5 1639.7 1645.4 1745.8 1146.9 1247.5 1452.3 1668.6 1993.1 1224.7 1476.8 1388.0 1435.2 1782.0 1563.8 1322.5 938.1 1035.7 1138.6 1353.7 1382.2 1577.8 1313.7 1234.6 2251.3 1327.1 921.3 1097.5 1149.1 1079.5

42.0 33.6 45.5 43.4 28.3 36.1 37.6 43.1 49.3 31.5 38.8 33.1 27.6 41.8 41.8 31.8 23.9 20.5 26.7 32.7 30.4 42.5 25.3 25.8 45.2 30.6 25.8 30.1 27.9 31.8

12.5 25.4 13.5 12.9 10.9 12.7 12.3 16.1 15.4 14.3 11.7 17.4 10.0 19.0 28.3 15.1 8.7 9.4 10.6 9.6 21.6 21.6 11.6 10.9 16.6 17.2 7.1 9.7 9.9 11.3

580.0
244.6 522.9 327.0 519.0 439.0 439.7 324.0 441.1 500.0 514.0 430.7 349.7 879.5 283.9 645.8 561.1 265.0 513.0 526.0 320.9 490.4 118.5 600.1 515.0 245.0 320.8 175.1 318.8 259.6

1255.9 30.9 9.7 965.2 Total_Ea) Total_Pb) Total_Fec) Total_VitAd) 1236.5 29.4 16.6
504.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 No 32

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Treat 2

IL001 IR009 IR016 IR021 IR025 IL029 IL039 IL047 IR051 IR055 IL056 IL060 IS061 IR070 IS075 IL077 IR081 IR089 IR094 IR108 IS113 IS122 IR129 IR138 IL143 IL148 IR154 IR159 IS162 IR172 IL177 Kode IR180

1697.3 1671.1 2567.5 1536.3 2286.2 1734.1 1372.4 2207.5 2536.2 1638.3 2027.5 1370.8 1144.5 1213.8 1062.5 1202.3 2079.5 1771.5 2474.1 1360.9 2326.6 1930.6 2404.7 1736.4 1414.8 1797.6 1987.2 1450.2 1747.4 1596.6

45.3 61.4 67.9 53.2 82.5 48.2 22.4 75.1 81.4 46.8 56.5 39.4 32.8 29.2 36.8 39.8 47.7 43.3 69.1 46.0 75.9 74.5 67.3 58.3 33.7 64.9 72.1 34.3 47.5 35.6

10.4 9.7 14.6 7.9 18.4 13.3 9.7 13.9 21.7 12.1 22.9 12.2 7.4 9.9 10.1 7.3 16.7 25.8 21.9 6.0 16.7 14.2 15.9 13.8 10.0 18.1 10.4 13.5 12.1 9.6

443.9 490.8 494.0 375.4 548.2 581.0 482.9 452.9 807.3 560.2 440.7 477.8 368.2 602.4 445.6 464.3 389.9 480.7 482.3 758.4 694.8 486.9 421.1 482.9 752.5 969.7 656.8 462.9 428.4 622.1

2707.2 82.0 30.4 355.5 Total_Ea) Total_Pb) Total_Fec) Total_VitAd) 1436.1 42.6 16.5 212.1

33 34 35 36 37 38 39 40 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 1 2 3 4 5 No 6

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 Treat 3

IR188 IS202 IS203 IR206 IS212 IS224 IS226 IR227 IS256 IL257 IL259 IS260 IS264 IS267 IS276 IS282 IL288 IL293 IS296 IS297 IR298 IR310 IR312 IR315 IR326 IR330 IL001 IR009 IR016 IR021 IR025 Kode IL029

2109.0 1306.0 1926.2 1337.4 714.8 1740.1 1015.7 1147.3 1754.3 1591.2 1747.4 1015.7 1335.6 1588.2 1068.0 1347.8 1386.8 1511.8 1861.5 2043.4 1099.7 1374.2 2292.4 1131.3 1691.4 1600.5 1784.3 2249.4 1673.3 1576.7

55.3 56.5 57.3 42.5 18.2 31.9 29.7 28.1 55.3 36.1 47.5 29.7 38.2 39.9 31.7 38.3 48.9 43.8 35.5 52.5 23.6 35.7 63.0 26.2 49.1 58.4 30.5 48.1 31.9 30.3

14.4 10.0 22.1 7.2 6.6 6.8 8.6 9.3 11.8 5.7 12.1 8.6 9.1 8.1 3.8 18.6 10.2 10.8 7.0 16.0 4.0 9.1 27.0 8.9 11.0 43.6 27.3 21.7 19.4 8.1

598.2
480.1 358.8 422.9 441.3 411.8 460.9 523.8 612.0 473.7 486.7 440.2 282.9 256.8 228.5 360.8 525.8 500.9 455.8 780.4 398.0 474.9 413.3 3619.4 680.0 409.1

339.9 324.1 406.7 497.6

1580.5 34.9 18.9 480.1 Total_Ea) Total_Pb) Total_Fec) Total_VitAd) 1876.8 39.8 29.2 358.8

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 No 39

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Treat 3

IL039 IL047 IR051 IR055 IL056 IL060 IS061 IR070 IS075 IL077 IR081 IR094 IR108 IS113 IS122 IR129 IR138 IL143 IL148 IR154 IR159 IS162 IR172 IL177 IR180 IR188 IS202 IS203 IR206 IS212 IS224 Kode IS226

2090.7 1928.0 2082.2 2101.0 2768.6 2077.5 1507.5 2244.2 1505.2 2217.7 1475.6 1297.8 2051.2 1550.0 2163.6 1474.3 2241.8 2540.5 1724.2 2374.5 1985.6 1679.8 1936.5 1931.3 1703.5 1640.0 1463.3 2104.7 1922.1 1991.8

42.7 33.1 47.9 51.9 79.9 49.9 31.3 82.9 32.9 40.6 35.9 31.9 53.8 28.1 51.1 35.5 56.7 47.6 38.5 42.1 38.4 47.5 36.4 42.4 38.8 38.3 32.1 51.2 54.1 47.2

20.9 7.1 17.1 29.5 18.0 24.0 11.0 26.9 18.2 20.2 14.9 17.5 19.4 19.3 35.7 19.9 27.4 22.6 11.9 23.8 29.8 19.3 17.1 19.6 25.6 20.1 6.8 27.0 26.8 18.5

422.9
388.7 655.9 810.7 651.5 637.5 578.0 704.9 366.6 412.1 785.8 310.0 2131.8 920.8 549.0 405.4 238.7 400.6 253.0 725.4 563.1 444.2 403.5 431.0 342.0

717.3 180.6 718.2 411.5 1143.3

1913.4 46.9 25.1 319.1 Total_Ea) Total_Pb) Total_Fec) Total_VitAd) 1886.5 43.4 14.3 820.6

40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

IR227 IR230 IL232 IR245 IR252 IS256 IL257 IL259 IS260 IS264 IS267 IS276 IS282 IL288 IL293 IS296 IS297 IR298 IR310 IR312 IR315 IR326 IR330

1346.7 1698.0 1923.5 1787.8 953.7 1708.6 1650.2 2045.4 1848.2 1693.1 1800.8 1844.2 1109.8 2356.3 1679.0 2305.9 1270.3 1697.8 1519.0 1894.0 1895.6 2327.8 2173.1

31.2 44.4 48.0 38.0 27.4 40.4 33.4 53.0 34.6 33.4 44.4 43.5 31.1 55.8 40.1 51.3 27.1 37.4 28.4 40.3 50.7 41.9 42.4

16.4 18.5 24.6 12.5 16.4 21.1 16.3 22.1 14.5 19.9 17.1 21.0 33.3 30.5 20.2 20.0 21.0 21.6 24.0 25.0 16.4 12.3 23.1

433.3 1270.9 306.2 871.1 371.3 183.4 960.1 639.2 197.6 360.7 772.7 390.1 658.0 1651.5 628.0 255.6 538.5 299.6 367.6 1029.3 430.7 527.5 1413.6

Keterangan : 1) Asupan energi dan zat gizi contoh pada saat awal program 2) Asupan energi dan zat gizi contoh pada saat tengah program 3) Asupan energi dan zat gizi contoh pada saat akhir program ) kkal/hari b ) gram/hari c ) mg/hari d ) RE/hari
a

Lampiran 7 Angka kecukupan energi dan zat gizi contoh No KODE Kec_Energia) Kec_Proteinb) Kec_Besic) 1 1900 50 26 IL001 1900 50 26 2 IR009 1900 50 26 3 IR016 1900 50 26 4 IR021 1900 50 26 5 IR025 1900 50 26 6 IL029 1900 50 26 7 IL039 1900 50 8 26 IL047 1900 50 26 9 IR051 1900 50 26 10 IR055 1900 50 26 11 IL056 1900 50 26 12 IL060 1900 50 26 13 IS061 1900 50 26 14 IR070 1900 50 26 15 IS075 1900 50 26 16 IL077 1900 50 26 17 IR081 1900 50 26 18 IR089 1900 50 26 19 IR094 1900 50 26 20 IR108 1900 50 26 21 IS113 1900 50 26 22 IS122 1900 50 26 23 IR129 1900 50 26 24 IR138 1900 50 26 25 IL143 1900 50 26 26 IL148 1900 50 26 27 IR154 1900 50 26 28 IR159 1900 50 26 29 IS162 1900 50 26 30 IR172 1900 50 26 31 IL177 1900 50 26 32 IR180 1900 50 26 33 IR188 1900 50 26 34 IS202 1900 50 26 35 IS203 1900 50 26 36 IR206 1900 50 26 37 IS212 1900 50 26 38 IS224 1900 50 26 39 IS226 1900 50 26 40 IR227 1900 50 26 41 IR230 1900 50 26 42 IL232 1900 50 26 43 IR245 No KODE Kec_Energia) Kec_Proteinb) Kec_Besic) 1900 50 26 44 IR252

Kec_VitAd) 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 Kec_VitAd) 500

45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62

IS256 IL257 IL259 IS260 IS264 IS267 IS276 IS282 IL288 IL293 IS296 IS297 IR298 IR310 IR312 IR315 IR326 IR330
a b

1900 1900 1900 1900 1900 1900 1900 1900 1900 1900 1900 1900 1900 1900 1900 1900 1900 1900 ) kkal/hari ) gram/hari c ) mg/hari d ) RE/hari

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500

Keterangan :

Lampiran 8 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh pada saat awal, tengah, dan akhir program TK_Energi TK_Protein TK_Besi TK_VitA No Treat Kode (%) (%) (%) (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 IL001 IR009 IR016 IR021 IR025 IL029 IL039 IL047 IR051 IR055 IL056 IL060 IS061 IR070 IS075 IL077 IR081 IR089 IR094 IR108 IS113 IS122 IR129 IR138 IL143 IL148 IR154 IR159 84.3 93.0 102.7 99.6 81.7 112.5 70.0 53.4 94.6 59.5 74.6 77.0 91.0 96.5 82.8 75.6 80.7 116.4 87.4 86.4 50.6 73.1 95.8 123.1 64.6 102.2 73.8 106.5 82.7 74.0 91.0 101.8 90.3 86.0 77.1 47.4 93.0 65.0 60.5 60.0 85.7 84.1 73.9 61.6 73.5 109.1 111.2 82.7 49.8 81.9 90.8 118.6 55.0 86.1 66.2 83.8 43.5 42.6 56.1 52.8 33.2 51.5 38.8 58.4 85.0 56.4 40.3 35.1 37.1 56.8 49.0 40.3 33.4 36.8 40.9 40.8 41.9 47.0 91.4 53.8 43.8 68.0 47.0 63.1 23.8 51.2 51.2 81.7 126.7 113.9 163.8 30.1 161.7 50.9 152.9 160.7 104.2 89.6 80.6 71.5 115.8 37.9 161.4 173.8 78.8 57.0 78.5 103.8 71.9 198.1 18.2 99.3

No

Treat

Kode

TK_Energi

TK_Protein

TK_Besi

TK_VitA

(%) 29 30 31
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62

(%) 62.4 74.6 64.8


78.5 94.2 85.1 62.8 82.4 87.0 96.3 101.5 62.6 103.6 72.2 62.2 73.3 85.3 71.1 52.5 47.5 63.4 68.4 69.3 84.7 50.9 56.0 87.6 64.1 55.6 76.8 57.7 70.6 65.6 55.9

(%) 31.4 41.5 48.2


97.7 51.8 49.7 42.0 48.8 47.4 62.1 59.4 55.1 45.0 67.1 38.4 72.9 109.0 58.1 33.3 36.3 40.9 36.9 83.2 83.2 44.7 42.0 63.9 66.1 27.2 37.5 38.2 43.3 37.5 64.0

(%) 160.5 152.3 113.4


48.9 170.4 54.5 184.0 73.2 87.9 64.8 88.2 138.2 248.0 71.8 58.3 156.9 56.8 111.4 93.5 24.0 135.6 165.4 61.9 98.1 19.8 124.2 102.6 49.2 56.2 29.2 56.3 51.9 160.9 84.0

1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

IS162 IR172 IL177


IR180 IR188 IS202 IS203 IR206 IS212 IS224 IS226 IR227 IR230 IL232 IR245 IR252 IS256 IL257 IL259 IS260 IS264 IS267 IS276 IS282 IL288 IL293 IS296 IS297 IR298 IR310 IR312 IR315 IR326 IR330

64.6 66.5 49.3


100.8 77.4 77.8 66.9 64.7 88.3 98.0 108.0 64.1 103.9 68.9 73.6 71.1 83.9 67.2 46.8 63.1 61.5 74.4 71.7 82.7 60.1 70.4 99.2 73.2 45.1 63.6 54.0 63.1 60.6 53.4

No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 No

Treat
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Treat

Kode
IL001 IR009 IR016 IR021 IR025 IL029 IL039 IL047 IR051 IR055 IL056 IL060 IS061 IR070 IS075 IL077 IR081 IR089 IR094 IR108 IS113 IS122 IR129 IR138 IL143 IL148 IR154 IR159 IS162 IR172 IL177 IR180 IR188 IS202 IS203 Kode

TK_Energi (%)
74.9 95.3 169.7 83.3 141.6 112.2 78.7 106.4 178.0 86.2 98.7 83.9 72.0 80.0 53.9 61.5 147.8 91.9 127.5 78.2 100.1 102.0 160.5 125.7 61.8 118.3 102.9 81.7 98.1 68.3 94.9 88.3 99.2 58.2 112.4 TK_Energi

TK_Protein (%)
88.0 133.1 170.6 126.9 194.0 118.6 48.8 137.6 217.1 93.7 104.6 91.6 78.4 73.2 71.1 77.4 128.7 98.7 156.8 100.5 143.8 173.3 170.8 160.4 55.9 162.2 164.3 73.3 117.3 67.0 126.5 99.6 114.5 110.8 127.1 TK_Protein

TK_Besi (%)
85.1 71.6 99.5 65.7 73.0 94.6 161.5 77.3 82.0 92.0 94.4 91.7 91.9 109.3 75.9 79.5 114.8 93.1 81.3 77.8 69.7 58.9 94.0 78.4 110.4 72.9 62.6 111.3 83.6 101.9 75.0 88.6 86.7 52.5 88.4 TK_Besi

TK_VitA (%)
113.7 75.1 58.6 78.8 51.5 84.3 205.1 72.7 46.1 106.7 95.6 109.2 127.6 136.5 140.7 129.2 77.7 101.3 63.8 99.5 69.6 57.7 58.5 62.4 178.8 61.6 60.9 136.3 85.2 149.2 79.0 100.4 87.3 90.2 78.7 TK_VitA

(%) 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 IR206 IS212 IS224 IS226 IR227 IR230 IL232 IR245 IR252 IS256 IL257 IL259 IS260 IS264 IS267 IS276 IS282 IL288 IL293 IS296 IS297 IR298 IR310 IR312 IR315 IR326 IR330 IL001 IR009 IR016 IR021 IR025 IL029 IL039 IL047 IR051 69.4 43.5 102.2 55.0 60.0 166.1 120.8 112.3 44.2 94.1 80.9 87.1 61.9 72.1 87.3 55.4 70.7 63.4 86.2 82.0 112.8 53.9 79.7 107.6 66.2 81.6 69.2 78.7 128.3 110.6 85.5 97.9 121.4 120.0 92.9 146.1

(%) 97.0 42.1 71.3 61.1 55.9 183.3 105.1 128.4 52.4 112.7 80.7 104.2 68.7 90.6 83.2 72.4 76.4 98.5 94.8 68.9 110.1 51.0 91.1 130.2 58.3 104.2 111.0 59.3 104.2 80.2 72.2 82.0 97.8 93.2 60.6 127.8

(%) 71.6 103.4 143.4 90.1 107.4 90.6 114.9 87.5 84.4 83.5 100.2 83.6 90.1 79.6 104.9 76.5 92.5 64.4 90.9 119.0 102.4 105.7 87.5 82.7 113.4 78.3 62.3 11.0 110.5 576.6 205.4 220.3 242.4 87.7 173.9 732.2

(%) 103.1 237.7 140.3 163.8 178.8 54.6 95.1 77.9 190.8 88.7 123.8 95.9 145.6 110.3 120.2 138.1 130.9 101.5 105.5 145.2 90.8 196.2 109.8 76.8 171.4 96.0 90.1 9.6 46.6 147.9 47.2 111.2 99.9 28.8 77.7 131.2

No 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45

Treat 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Kode IR055 IL056 IL060 IS061 IR070 IS075 IL077 IR081 IR089 IR094 IR108 IS113 IS122 IR129 IR138 IL143 IL148 IR154 IR159 IS162 IR172 IL177 IR180 IR188 IS202 IS203 IR206 IS212 IS224 IS226 IR227 IR230 IL232 IR245 IR252 IS256

TK_Energi (%) 110.6 134.8 127.2 94.8 148.0 76.4 113.5 104.9 159.2 66.9 117.9 66.7 114.4 98.4 162.3 110.9 113.4 122.9 111.8 94.3 82.9 67.7 104.8 77.2 65.2 122.8 99.7 121.1 112.4 102.2 70.5 119.5 95.4 91.7 38.0 91.7

TK_Protein (%) 103.8 147.9 116.1 74.8 207.6 63.5 78.9 97.1 246.3 72.3 117.6 53.2 118.9 90.0 156.0 79.0 96.2 95.9 82.1 117.4 68.5 65.4 90.8 79.3 62.9 113.4 123.5 109.0 104.7 89.4 62.0 118.8 104.8 85.8 48.1 82.4

TK_Besi (%) 531.7 288.9 787.9 1162.3 1261.0 362.5 270.7 485.9 1213.0 565.7 931.7 590.9 123.2 248.7 431.1 305.7 588.2 181.7 206.3 265.1 276.0 557.7 601.0 548.7 129.7 660.2 438.4 940.5 285.2 620.7 202.4 1082.0 201.2 455.6 289.8 133.0

TK_VitA (%) 162.1 130.3 327.5 315.7 141.0 73.3 82.4 157.2 178.5 355.3 184.2 224.7 34.2 47.7 80.1 143.1 145.1 93.9 68.8 50.6 223.3 197.8 152.8 119.5 30.1 143.6 68.6 228.7 63.8 164.1 86.7 254.2 51.0 145.2 61.9 36.7

No

Treat

Kode

TK_Energi (%)

TK_Protein (%)

TK_Besi (%)

TK_VitA (%)

46 47 48 49
50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62

3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

IL257 IL259 IS260 IS264


IS267 IS276 IS282 IL288 IL293 IS296 IS297 IR298 IR310 IR312 IR315 IR326 IR330

83.9 101.9 112.7 91.4


99.0 95.7 58.2 107.8 95.7 101.6 70.1 83.2 88.1 88.9 110.9 112.3 93.9

74.8 116.3 80.2 79.4


92.8 99.2 62.0 112.3 86.8 99.4 56.8 80.5 72.4 83.2 112.8 88.9 80.6

643.9 495.1 78.1 251.2


203.7 321.4 556.5 1117.5 594.7 127.3 388.6 286.8 284.1 721.9 436.0 205.8 836.0

160.0 106.5 39.5 60.1


154.5 65.0 131.6 275.2 125.6 42.6 107.7 49.9 61.3 171.6 86.1 87.9 235.6

Keterangan : 1) Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh pada saat awal program PMT. 2) Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh pada saat tengah program PMT. 3) Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh pada saat akhir program PMT.

También podría gustarte

  • Daftar Hadir Palapasi
    Daftar Hadir Palapasi
    Documento2 páginas
    Daftar Hadir Palapasi
    Ryan Entschuldigen
    Aún no hay calificaciones
  • Resep
    Resep
    Documento4 páginas
    Resep
    Ryan Entschuldigen
    Aún no hay calificaciones
  • Denah Dapur
    Denah Dapur
    Documento2 páginas
    Denah Dapur
    Ryan Entschuldigen
    100% (2)
  • San Ti
    San Ti
    Documento11 páginas
    San Ti
    Ryan Entschuldigen
    Aún no hay calificaciones
  • Praktek Ke 5
    Praktek Ke 5
    Documento1 página
    Praktek Ke 5
    Ryan Entschuldigen
    Aún no hay calificaciones
  • Jurnal Gizi Kerja
    Jurnal Gizi Kerja
    Documento11 páginas
    Jurnal Gizi Kerja
    Erfann Yuda Ansyari
    100% (1)
  • Christyan Gonzalez
    Christyan Gonzalez
    Documento2 páginas
    Christyan Gonzalez
    Ryan Entschuldigen
    Aún no hay calificaciones
  • VOLVULUS
    VOLVULUS
    Documento28 páginas
    VOLVULUS
    Ryan Entschuldigen
    Aún no hay calificaciones
  • Uji Mikrobiologi Susu
    Uji Mikrobiologi Susu
    Documento6 páginas
    Uji Mikrobiologi Susu
    Ryan Entschuldigen
    Aún no hay calificaciones