Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Kaum Nabi Nuh alaihissalam terus-menerus menentang apa yang beliau dakwahkan. Kadar kekufuran, kejahatan, dan pembangkangan mereka baik dengan perkataan maupun perbuatansudah mencapai puncaknya. Para orang tua, apabila melihat anaknya sudah beranjak dewasa, selekas mungkin berwasiat agar jangan beriman kepada Nabi Nuh alaihissalam serta hendaklah terus memerangi dan menyelisihi beliau.
Maka lengkap sudah kejahatan dan kesalahan yang terkumpul pada kaum Nabi Nuh alaihissalam. Mereka telah kufur dan berbuat kejahatan secara merata. Kaum Nabi Nuh alaihissalam benar-benar durhaka sampai mengingkari kerasulan Nabi Nuh alaihissalam di akhirat. Nabi Nuh alaihissalammenyimpulkan bahwa pada diri mereka sudah tidak ada harapan kebaikan sama sekali. Maka Nabi Nuh alaihissalam berdoa kepada Allah Subhanahu wa Taala agar memberikan pelajaran setimpal kepada mereka. Allah Taala berfirman,
Maka dia (Nabi Nuh) berdoa kepada Robb-nya: Sesungguhnya diriku telah dikalahkan, maka tolonglah (aku). (QS. Al-Qomar: 10)
(Nabi Nuh) berkata: Wahai Robb-ku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orangkafir itu tinggal di atas bumi. (QS. Nuh: 26)
Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku perihal orang-orang yang zalim itu. Sesungguhnya mereka nanti akan ditenggelamkan. (QS. Hud: 37)
Ahli sejarah berselisih pendapat tentang panjang dan lebarnya bahtera tersebut. Ada yang menyatakan panjangnya 80 dziro dan lebarnya 50 dziro, ada yang menyatakan panjangnya 300 dziro dan lebarnya 50 dziro. Kalau 1 dziro samadengan 0,5 meter, hitunglah berapa luasnya. Tetapi mereka bersepakat bahwa tingginya 30 dziro. Perahu itu mempunyai 3 lantai, lantai dasar untuk binatang buas dan merayap, lantai kedua untuk manusia, dan lantai ketiga untuk unggas dan burung-burung. Bahtera itu mempunyai pintu yang terletak di tengah dan mempunyai daun pintu yang mengunci rapat dari atas. Di setiap ruas kayu, baik dari dalam maupun luar, dilumuri dengan tir yang berfungsi menahan air agar tidak bisa masuk.
Ketika Nabi Nuh alaihissalam memulai membuat bahtera. Kaumnya bukannya makin sadar akan kekhilafan mereka, tetapi malah menjadi-jadi dalam mengejeknya. Allah Subhanahu wa Taalamenceritakan,
Dan mulailah Nabi Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nabi Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nabi Nuh, jika kalian mengejek kami maka sesungguhnya kami pun nanti akan mengejek kalian sebagaimana kalian mengejek kami. (QS. Hud: 38) Allah Subhanahu wa Taala menghibur Nabi Nuh alaihissalam untuk jangan bersedih hati atas apa yang mereka lakukan. Allah Subhanahu wa Taala telah memberi kabar kepadanya bahwa sekali-kali tidak akan bertambah orang yang beriman dari kaumnya. Allah Subhanahu wa Taala menyatakan,
Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Hud: 36)
Dan (Nabi Nuh) berkata, Naiklah kalian ke dalam bahtera dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuh. Sesungguhnya Robb-ku benar-benar Mahapengampun lagi Mahapenyayang. (QS. Hud: 41) Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan mereka berdoa, }82{ {28}
Segala puji bagi Allah yang menyelamatkan kami dari kaum yang zholim.Dan katakanlah, Wahai Robb-ku, tempatkanlah kami pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat. (QS. AlMuminun: 28-29) Saat itu seisi bumi dipenuhi dengan air, baik gunungnya, bukitnya, padang pasirnya, bagian datarnya dan jurangnya. Kebanyakan para ahli tafsir mengatakan bahwa ketinggian air kala itu di atas permukaan gunung yang paling tinggi 15 dziro. Bumi saat itu betul-betul tidak bertepi. Semuanya dipenuhi dengan air. Bahtera itu melewati ombak yang tingginya bagaikan gunung-gunung. Semua kaum Nabi Nuh alaihissalam yang membangkang dibinasakan oleh Allah Subhanahu wa Taala hingga tak tersisa seorang pun. Mereka tenggelam bersama kepongahan terhadap syariat nabi mereka. Mereka tenggelam bersama kesombongan kepada ajaran nabi mereka. Itulah balasan bagi orang-orang yang menentang agama Allah Subhanahu wa Taala, dan orang yang zholim akan mengalami hal yang semisalnya.
Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zholim. (QS. Hud: 83)